75
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak lXIV
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis KAD sangat bervariasi dari ringan sampai berat dan gejalanya dapat  menyerupai  pneumonia,  asma,  bronkiolitis  atau  akut  abdomen.
7
Penderita  biasanya  mengalami  nyeri  perut,  mual,  muntah,  dehidrasi,  dan hiperpnea. Nyeri perut dapat menyerupai gejala klinis apendisitis, perforasi
usus, dan pankreatitis.
3
Pada penderita baru, berdasarkan anamnesis sering didapatkan polidipsi, poliuri, nokturia, enuresis serta penurunan berat badan
yang cepat dalam beberapa waktu terakhir. Pernapasan Kussmaul tampak pada asidosis. Pada KAD sering juga didapatkan napas berbau keton. Dan pada kasus
yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran dan kejang.
5-7
Pada  pasien  yang  telah  didiagnosis  menderita  diabetes,  KAD  dapat dicurigai bila terdapat keluhan nyeri perut, muntah, atau malaise. Diagnosis
lebih sulit pada penderita baru karena kurangnya kewaspadaan terhadap DMT1 dan gejala klinis yang menyerupai penyakit lain. Pada semua penderita harus
dicari kemungkinan adanya infeksi sebagai faktor pemicu KAD.
5-7
Tata laksana ketoasidosis diabetikum
Prinsip tata laksana KAD meliputi: 1. Diagnosis KAD
2. Koreksi cairan 3. Pemberian insulin
4. Koreksi asidosis dan elektrolit 5. Pemantauan
1. Diagnosis KAD
Diagnosis KAD harus dipikirkan jika ditemukan trias hiperglikemia, ketonemia ketonuria,  dan  asidosis.
Untuk  menentukan  derajat  KAD  perlu  dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, analisis
gas darah dan pemeriksaan keton darah β-hidroksibutirat.
5,6
2. Koreksi cairan
Untuk koreksi cairan diperlukan penghitungan berat badan BB. Berat badan yang digunakan adalah BB saat ini.
6
Meskipun derajat dehidrasi dapat diketahui dengan mengukur kehilangan BB sebelum dan setelah sakit namun
sering kali secara klinis hal ini sulit dilakukan sehingga untuk menentukan derajat dehidrasi dapat digunakan beberapa parameter seperti yang ada pada
76
Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Anak
tabel  1.
5
Kehilangan  cairan  dan  elektrolit  pada  KAD  dapat  terjadi  akibat poliuria, hiperventilasi, serta akibat muntah dan diare.
3
Pemeriksaan analisis gas darah dan pemeriksaan laboratorium lainnya serta penurunan berat badan tidak mampu memberikan petunjuk yang akurat
tentang derajat dehidrasi. Jika kesulitan menentukan derajat dehidrasi maka dapat  digunakan  dehidrasi  derajat  sedang  sambil  memantau  respons  klinis
penderita pada saat resusitasi cairan.
8-10
Perhitungan kebutuhan cairan pada penderita KAD dilakukan dengan menghitung derajat dehidrasi kemudian ditambahkan dengan defisit cairan
serta  kebutuhan  rumatan  selama  48  jam.  Langkah-langkah  penghitungan kebutuhan cairan KAD seperti dibawah ini.
11
- Tentukan derajat dehidrasi : … A
- Tentukan defisit cairan : A x BB kg x 1000 = B mL
- Hitung kebutuhan rumatan dalam 48 jam  : C mL - Hitung kebutuhan total dalam 48 jam
: B+C mL - Hitung tetesan perjam
: B+C48 jam = …mLjam Cairan pilihan untuk resusitasi pada penderita KAD tanpa syok adalah
NaCl  0,9.  Jika  terdapat  keadaan  syok  maka  dapat  diberikan  NaCl  0,9 atau  ringer  laktat  sebanyak  20  mL  kg  BB  bolus  melalui  infus  secepatnya
dan  dapat  diulang  kembali  sesuai  dengan  respons  klinis  penderita.  Akses intraoseus  jarang  sekali  dilakukan  tetapi  dapat  dipertimbangkan  jika  gagal
mendapatkan akses intravena.
5,6,12
Perhitungan cairan setelah resusitasi awal termasuk dalam perhitungan total kebutuhan cairan dalam 48 jam. Produksi
urin tidak dimasukkan dalam perhitungan kebutuhan cairan dalam 48 jam.
5
Setelah  resusitasi  awal  maka  pemberian  cairan  untuk  defisit  dan kebutuhan  rumatan  dipilih  cairan  yang  memiliki  tonisitas  sama  atau  lebih
rendah  dari  NaCl  0,9  dengan  menambahkan  kalium  klorida  KCl  atau kalium fosfat KPO4 atau kalium asetat. Pemberian NaCl 0,9 dalam jumlah
besar dapat menyebabkan hiperkloremik. Jika sudah memungkinkan diberikan cairan oral maka dapat diberikan cairan per oral dan jumlah cairan intravena
dikurangi.
5,6,12
Pemberian asupan oral harus sudah dimulai kurang dari 24 jam kecuali bila terdapat sakit berat atau pada penderita usia sangat muda.
5
3. Pemberian insulin