Jaminan Perorangan Koperasi Baitul Maal Wat-Tamwil : Persayaratan Pemberian Jaminan sebagai Inovasi dalam Aktivitas Penyaluran Dana di Baitul Maal Wat-Tamwil

Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, No. 2, September 2011: 296 - 315 298 Jaminan dapat dibagi menjadi dua, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.

a. Jaminan Perorangan

Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara kreditur dengan pihak ke tiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban debitur. 1 Jaminan perorangan ini yang dikenal adalah Penanggungan hutang Borgtocht atauguaranty. Perjanjian penanggungan ini diatur dalam pasal 1820-1850 KUH perdata. Menurut pasal 1820 KUH Perdata Perjanjian Penanggungan adalah : Suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si ber-hutang, manakala orang itu sendiri tidak dapat atau tidak memenuhi-nya . 2 Jaminan perorangan mempunyai ciri, yaitu, menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, dan juga dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu. Perjanjian penanggungan, menurut bentuknya merupakan perjanjian assesoir yang bergantung pada perjanjian pokok, selain itu perjanjian penanggungan jika dilihat dari pemenuhannya, bersifatsubsidair,sebab penanggung hanya dibebani kewajiban jika debitur tidak memenuhi kewajibannya terhadap debitur. Perjanjian penanggungan menimbulkan akibat-akibat hukum, yaitu : a. Akibat Hukum antara Penanggung dengan Kreditur. Dalam hal ini, penanggung berkewajiban melaksanakan prestasi jika debitur tidak memenuhinya, dan berhak untuk : 1 Menuntut lebih dulu. Menurut Pasal 1831 KUH Perdata, Dalam hal si debitur lalai memenuhi prestasi, si penanggung baru wajib membayar hutang kepada kreditur setelah menuntut agar harta benda si debitur lebih dahulu disita dan dilelang untuk melunasi hutangnya . 2 Untuk membagi hutang. Menurut Pasal 1836 KUH Perdata, Jika di dalam perjanjian penang- gungan terdapat beberapa orang yang mengikatkan diri sebagai 1 Eugenia Liliawati Muljono dan Amin Widjaja Tunggal, 1996, Eksekusi Grose Akta Hipotik Oleh Bank, Jakarta: Rineka Cipta, Hal. 14 2 ,Suroso, 1996, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit termasuk Hak Tanggungan Menurut Hukum Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hal. 23. 299 Koperasi Baitul Maal Wat-tamwil: ... -- Kelik Wardiono penanggung untuk suatu hutang dan untuk seorang debitur yang sama, maka masing-masing penanggung terikat untuk seluruh hutang . 3 Diberhentikan sebagai penanggung karena terhalang melakukan subrogasi akibat perbuatan atau kesalahan kreditur. Menurut Pasal 1848 KUH Perdata, Si Penanggung berhak untuk diberhentikan dari penanggung, jika karena perbuatan si kreditur si penanggung menjadi terhalang atau tidak dapat lagi bertindak terhadap hak-haknya, hipotik dan hak-hak utama dari si kreditur . 4 Mengajukan tangkisan. Penanggung dalam menjalankan kewajibannya berwenang untuk meng- ajukan tangkisan-tangkisan yang dapat dipakai oleh debitur terhadap kreditur, kecuali tangkisan yang bertalian dengan pribadi debitur sendiri. Hak ini lahir dari perjanjian penanggungan, dan lahir dari sifat assesoir dari perjanjian itu sendiri. Kemudian bagi kreditur berkewajiban bertindak sedemikian rupa yang menguntungkan bagi penanggung, dan berhak untuk melindungi kepentingannya dengan membuat janji-janji khusus dengan penanggung, agar penanggung melepaskan hak-hak tertentu yang diberikan oleh undang-undang. b. Akibat Hukum antara Penanggung dengan debitur. Berdasarkan Pasal 1839 dan 1840 KUH Perdata, penanggung mempunyai dua hak atas debitur, yaitu : 1 Hak untuk menuntut kembali. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1839 KUH Perdata: Penanggung yang telah membayar hutang debitur, ia dapat menun- tut kembali pembayaran tersebut dari si debitur, baik penanggungan itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa pengetahuan debitur. Penuntutan kembali ini dilakukan baik mengenai hutang pokok, bunga, serta biaya-biaya . 2 Penanggung yang telah membayar, karena hukum bertindak menggantikan kedudukan kreditur mengenai hak-haknya terhadap si debitur. Menurut Pasal 1840 KUH Perdata, Penanggung yang telah membayar, menggantikan demi hukum segala hak si berpiutang terhadap si berhutang . Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 14, No. 2, September 2011: 296 - 315 300

b. Jaminan Kebendaan