Uji Homogenitas Sampel HASIL PENELITIAN

Tabel 5. Uji homogenitas antara kelompok nullipara dan multipara Variabel Rata-rata N Mean Rank P Umur kehamilan Nullipara 30 30,05 0,821 Mulipara 30 30,95 Berat Badan Nullipara 30 32,28 0,427 Mulipara 30 28,72 Tinggi Badan Nullipara 30 30,22 0,899 Mulipara 30 30,78 Pada tabel 5 secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kehamilan ibu nullipara dan ibu multipara dengan p-value 0,821 p0,05 . Analisis statistik varibel berat badan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara berat badan ibu nullipara dan ibu multipara dengan p-value 0,427 p0,05. Variabel tinggi badan menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara tinggi badan ibu nullipara dan ibu multipara dengan p-value 0,899 p0,05. Dapat disimpulkan, secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang bermakna umur kehamilan, berat badan, dan tinggi badan antara ibu nullipara dan ibu multipara. C. Analisis Hubungan Paritas dan Keberhasilan Induksi Persalinan Analisis hubungan terutama dilakukan untuk menguji hipotesis dengan rumusan sebagai berikut: H : tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dan hasil induksi persalinan H a : terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dan hasil induksi persalinan Data paritas dan hasil induksi dapat disajikan dalam tabel silang sebagai berikut. Tabel 6. Distribusi Keberhasilan Induksi Terhadap Paritas Pada tabel 6 terlihat distribusi keberhasilan induksi persalinan menggunakan misoprostol pervaginam antara ibu nullipara dan ibu multipara. Pada tabel ini masing-masing sel memiliki nilai hitung dan expected. Tabel 2x2 ini layak diuji dengan Chi-Square karena tidak ada nilai expected kurang dari 5. Distribusi keberhasilan induksi persalinan menggunakan misoprostol pervaginam terhadap paritas, ibu nullipara yang berhasil di induksi adalah sebanyak 18 sampel 60, ibu nullipara yang gagal di induksi adalah sebanyak 12 sampel 40, sedangkan ibu multipara yang berhasil diinduksi dalah sebanyak 26 sampel 86,67 dan ibu multipara yang gagal di induksi adalah sebanyak 4 sample 13,33. Hasil Induksi Paritas Berhasil Gagal Jumlah Jumlah Nullipara 18 60 12 40 Multipara 26 86,67 4 13,33 Gambar 5. Dist Untuk meng induksi persalina X 2 dengan software sebesar 5,455 lebi dan dB=1, nilap kesimpulan Ho di antara paritas de misoprostol perva 5 10 15 20 25 30 Nullipara Distribusi Keberhasilan Induksi Terhadap Paritas engetahui hubungan antara paritas dengan kebe inan menggunakan misoprostol pervaginam dihitung tware SPSS 16 for Windows didapatkan nilai X lebih besar dari X 2 tabel sebesar 3,841 dengan α=0,05 nilap p 0,02 p0,05. Dengan demikian dapat o ditolak, Ha diterima yang artinya terdapat hubun s dengan keberhasilan induksi persalinan mengg rvaginam. llipara Multipara Induksi Berhasil Induksi Gagal as keberhasilan hitung nilai X 2 hitung tabel sebesar 3,841 dengan α=0,05 pat ditarik hubungan nggunakan rhasil

D. Perhitungan Odds Ratio

Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan hubungan dapat dilihat menggunakan Odds Ratio OR. Perhitungan OR dapat menggunakan software SPSS 16 for Windows atau dengan cara perhitungan. Hasil yang sama di tunjukkan dengan pengolahan dengan software SPSS 16 OR= 0,23. Artinya kelompok nullipara memberikan keberhasilan induksi 0,23 kali lebih berhasil dibandingkan dengan kelompok multipara, atau dengan kata lain multipara memberikan kemungkinan keberhasilan induksi misoprostol 10,23 atau 4,35 kali lebih besar dibandingakan kelompok nullipara. a.d 18 x 4 OR = = = 0,23 b.c 12 x 26

BAB V PEMBAHASAN

Induksi persalinan merupakan suatu tindakan buatan atau memberikan perlakuan untuk merangsang kontraksi uterus yang dilanjutkan oleh dilatasi progresif dan pendataran dari serviks kemudian diakhiri dengan kelahiran bayi. Prosedur ini dilakukan ketika terjadi indikasi atau risiko apabila kehamilan terus dilanjutkan. Dengan induksi persalinan ini diharapkan dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus Wannmacher, 2005 Ada beberapa cara induksi persalinan yang biasa dilakukan tapi kurang memuaskan karena sering terjadi kegagalan yang disebabkan oleh berbagai faktor terutama ketidakmatangan serviks. Keberhasilan induksi persalinan sangat tergantung dari kondisi serviks saat awal induksi, pada serviks yang belum matang dapat menyebabkan terjadinya induksi yang lama, kegagalan induksi, peningkatan risiko tindakan operatif, perawatan yang lebih lama, dan meningkatnya biaya. Tidak semua wanita yang memerlukan induksi persalinan mempunyai kondisi serviks yang matang sehingga terjadinya kegagalan induksi tinggi diikuti meningkatnya tindakan sectio caesarean dan komplikasinya yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Kekuatan kontraksi uterus yang diperlukan untuk terjadinya dilatasipembukaan pada serviks yang belum matang jauh lebih besar yaitu 10.000 mmHg dibandingkan kekuatan kontraksi uterus untuk 48