Efisiensi Pemakaian Air Efisiensi Penyimpanan Air Keseragaman Pemakaian Air

22 Kinerja Irigasi Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi command area yang kondusif untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami tanaman baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian yang timbul akibat water stress tidak hanya berupa produktivitas tanaman sangat menurun, tetapi mencakup pula mubazirnya sebagian masukan usahatani yang telah diaplikasikan pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain. Perbaikan kinerja jaringan irigasi mencakup perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Secara normatif, monitoring dan evaluasi kinerja jaringan di level primer dan sekunder telah dilakukan oleh instansi terkait dan program rehabilitasinya telah pula dirumuskan Sumaryanto, dkk., 2006. Indikator untuk mengetahui kinerja irigasi diantaranya adalah melalui efisiensi irigasi yang meliputi Efisiensi Pemakaian Air, Efisiensi Penyimpanan Air, Keseragaman Pemakaian Air, dan Kecukupan Irigasi.

1. Efisiensi Pemakaian Air

Konsep efisiensi pemakaian air dikembangkan untuk mengukur dan memusatkan perhatian terhadap efisiensi dimana air yang disalurkan sedang ditampung pada daerah akar dari tanah yang dapat digunakan oleh tumbuh- tumbuhan. E a = W s W f x 100 .............................................................................................. 9 Dimana: Universitas Sumatera Utara 23 E a = Efisiensi pemakaian air W s = Air yang ditampung dalam tanah daerah akar selama pemberian air m 3 W f = Air yang disalurkan m 3 Pada pelaksanaan pemberian air irigasi yang normal, aplikasi efisiensi pemberian air irigasi permukaan adalah sekitar 6, sedangkan sistem pemberian air irigasi penyiraman sprinkler irrigation yang direncanakan dengan baik pada umumnya dianggap mempunyai efisiensi kira-kira 75 Hansen, dkk., 1992.

2. Efisiensi Penyimpanan Air

Konsep efisiensi penyimpanan menunjukkan perhatian secara lengkap bagaimana kebutuhan air tersebut disimpan pada daerah perakaran selama pemberian air irigasi. Keadaan ini biasa terjadi karena harga air yang mahal ataupun karena kelangkaan air. E s = W s W n x 100 ......................................................................................... 10 dimana: E a = Efisiensi pemakaian air W s = Air yang ditampung dalam tanah daerah akar selama pemberian air m 3 W f = Air yang disalurkan m 3 Efisiensi penyimpanan air irigasi penting untuk mengetahui apabila air yang disimpan pada daerah perakaran selama pemberian air irigasi tidak memadai, menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik Hansen, dkk., 1992. Universitas Sumatera Utara 24

3. Keseragaman Pemakaian Air

Desain yang tepat dari sistem irigasi harus mendapat keseragaman pemberian air pada tanah, sehingga mampu memberi air yang tepat selama selang waktu yang tepat. Desain sistem irigasi tetes ideal akan mencapai 100 keseragaman distribusi tetesan emitter, sehingga setiap tanaman dapat menerima jumlah air yang sama untuk pertumbuhan. Namun pada kenyataan di lapang, keseragaman distribusi tetesan tidak mungkin bisa mencapai 100 karena banyak faktor yang mempengaruhi Prabowo dkk, 2010. Koefisien variasi menggambarkan kualitas dari alat penetes. Koefisien variasi ditentukan dari pengukuran laju aliran untuk beberapa alat penetes yang identik dan dihitung dengan persamaan : C v = � 1 2 + � 2 2 + ⋯+� � 2 −��� 2 12 ���−1 1 2 ............................................................................ 11 Dimana : C v = koefisien variasi pembuatan q 1 , q 2 , …, q n = debit dari alat penetes lh, gph q = rata-rata jumlah debit dari alat penetes lh, gph n = total alat penetes Keseragaman penetes untuk point dan line source dari persamaan berikut : EU = 100 �1,0 − 1,27 �� � � � � � ��� � ��� .................................................................... 12 Dimana : EU = emission uniformity dalam persen N e = banyaknya emitter point source per titik penetes; jarak antara tanaman dibagi atas panjang unit lateral digunakan untuk menghitung C v atau 1, Universitas Sumatera Utara 25 untuk emitter line source. C v = koefisien variasi pembuatan untuk emitter point dan line source Q min = debit minimum laju emitter pada sistem lh, gph Q ave = debit rata-rata atau desain emitter lh, gph James, 1988.

4. Kecukupan Air Irigasi