PEMBAHASAN Analisis Statistik Hubungan Rerata PUFA Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di sekolah-sekolah SMP Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor, subjek penelitian berjumlah 324 orang yang terdiri dari usia 12-14 tahun Tabel 2. Distribusi besar sampel yang dibagi berdasarkan usia dan jenis kelamin cukup merata. Kelompok anak berusia 12 tahun sebanyak 31,1, usia 13 tahun sebanyak 34,0, dan usia 14 tahun sebanyak 34,9. Berdasarkan jenis kelamin yaitu anak laki-laki sebanyak 51,9 dan perempuan sebanyak 48,1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata pengalaman karies pada kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA adalah 1,44 ± 0,498, kelompok DMFT 2 tanpa PUFA adalah 4,82 ± 2,091, dan rerata DMFT pada kelompok PUFA 3,94 ± 2,531 dengan rerata PUFA 1,58 ± 1,006 Tabel 3. Pada kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA didapatkan data rerata Decay D 1,34, Missing M 0,04 , Filling F 0,06. Kelompok DMFT 2 tanpa PUFA, rerata D 4,64, M 0,14 , F 0,06. Kelompok DMFT dengan PUFA, rerata D 3,43, M 0,45 , F 0,06 Tabel 3. Nilai rerata D untuk ketiga kelompok tersebut terlihat lebih tinggi, sebaliknya F memiliki nilai rerata yang paling rendah dalam status DMFT tersebut. Data ini menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran untuk melakukan perawatan gigi pada kelompok anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Pada kelompok PUFA, rerata karies mencapai Pulpa 1,42, Ulserasi 0,05, Fistula 0,05, dan Abses 0,07 Tabel 3. Rerata karies mencapai pulpa mencapai sekitar 40 dari gigi yang mengalami karies. Hal ini sesuai dengan penelitian Monse dan Karam. 1,9 Kondisi ini mungkin disebabkan kurangnya kepedulian dari orangtua dan anak untuk merawat gigi yang telah mengalami karies dini sehingga meluas mencapai pulpa. Karies yang tidak dirawat ini jika dibiarkan lebih lama juga dapat mengakibatkan keluhan-keluhan lain seperti ulserasi, fistula dan abses sehingga mengakibatkan rasa sakit dan tidak nyaman yang dapat berakibat pada pengurangan asupan makanan dan mempengaruhi IMT. 28 Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini diperoleh perbedaan yang bermakna antara IMT pada kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA. Kelompok DMFT ≤ 2 tanpa PUFA didapati anak yang termasuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 8 anak 7,4, normal 66 anak 61,1, diatas normal 34 anak 31,5 Tabel 5. Pada kelompok anak DMFT 2 tanpa PUFA yang masuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 12 anak 11,1, normal 76 anak 70,4, diatas normal 20 anak 18,5 Tabel 5. Pada kelompok anak memiliki PUFA yang masuk dalam kategori dibawah normal sebanyak 18 anak 16,7, normal 77 anak 71,3, diatas normal 13 anak 12 Tabel 4. Pada kelompok ini kategori dibawah normal persentasenya lebih tinggi dibandingkan kelompok anak DMFT tanpa PUFA, hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa karies tidak terawat dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga IMT menjadi lebih rendah. Pada saat penelitian, hanya beberapa anak yang mengeluh sakit, kemungkinan karena sakit yang diderita sudah lama atau kronis sehingga mengakibatkan kematian pada pulpa dan tidak menimbulkan rasa sakit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rohini bahwa karies tidak terawat berhubungan dengan IMT rendah. 38 Penelitian pada kelompok DMFT tanpa PUFA tidak didapati hubungan yang bermakna antara rerata DMFT tanpa PUFA dengan IMT. Koefisien korelasi bernilai negatif artinya semakin tinggi DMFT maka IMT semakin rendah Tabel 5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna karena rerata IMT yang normal cukup banyak, 24 orang dari sampel kelompok DMFT tanpa PUFA memiliki status berat badan obesitas, dan hanya 6 orang yang memiliki status berat badan sangat kurus sehingga didapatkan hasil pengalaman karies tidak memengaruhi IMT anak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Tramini dan Pinto , bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara DMFT dengan IMT meskipun didapatkan nilai korelasi negatif. 15 Hal ini juga sesuai dengan penelitian de Carvalho Sales-Peres yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara DMFT dengan IMT. 40 Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Chaterjee, kemungkinan karena peneliti ini memilih sampel dengan status sosioekonomi yang sama yaitu kelas menengah. 7 Universitas Sumatera Utara Pada kelompok PUFA terdapat hubungan yang bermakna antara rerata PUFA dengan rerata IMT, meskipun sangat lemah. Koefisien korelasi bernilai negatif yang berarti semakin tinggi PUFA maka IMT semakin rendah Tabel 5. Hasil penelitian sesuai dengan yang dilakukan oleh Benzian et al di Fillipina, menunjukkan bahwa anak-anak dengan karies yang melibatkan pulpa memiliki risiko IMT dibawah normal yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan karies tanpa melibatkan pulpa, meskipun pada penelitian ini korelasi yang didapatkan sangat lemah -0,129, hal ini karena pada sampel terdapat 1 orang dengan berat badan obesitas. 37 Penelitian ini mendapatkan hubungan yang lebih rendah p=0,05 dibandingkan dengan penelitian Mishu yang menunjukkan terdapat hubungan yang lebih bermakna antara karies tidak terawat dengan IMT rendah p0,05. 10 Hasil ini kemungkinan dikarenakan kebanyakan anak yang diteliti telah mengalami karies yang tidak dirawat dalam jangka waktu lama sehingga tidak lagi merasakan rasa sakit dan tidak mengganggu pola makan pada anak tersebut sehingga ada anak yang memiliki berat badan obesitas. Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok DMFT berdasarkan usia Tabel 6. Hasil yang didapatkan menunjukkan peningkatan rerata DMFT seiring dengan peningkatan usia meskipun tidak signifikan. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian epidemiologis yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia. 3 Keadaan ini dapat terjadi karena semakin lama gigi terpapar dengan lingkungan, risiko gigi untuk mengalami karies semakin tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Al- Darwish di Qatar pada anak usia 12-14 tahun dengan rerata DMFT pada anak usia 12 tahun sebesar 4,62, anak usia 13 tahun sebesar 4,79 dan anak usia 14 tahun sebesar 5,50. 41 Penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara DMFT berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki memiliki rerata DMFT 2,92 ± 2,097 dan anak perempuan dengan rerata DMFT 3,36 ± 2,449 Tabel 7. Anak perempuan memiliki rerata DMFT lebih tinggi. Kemungkinan hal ini terjadi karena menurut Kaur, erupsi gigi permanen terjadi lebih cepat pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. 24 Universitas Sumatera Utara Waktu erupsi anak perempuan yang lebih cepat satu sampai enam bulan dibandingkan dengan anak laki-laki yang disebabkan oleh faktor hormonal berupa faktor esterogen. Kebiasaan anak perempuan yang lebih cenderung menyukai makanan manis dibandingkan dengan anak laki-laki juga merupakan salah satu faktor peningkatan karies yang lebih tinggi pada anak perempuan. 23 Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian Mahfouz yang menunjukkan DMFT pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. 42 Pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok PUFA berdasarkan usia Tabel 8. Kemungkinan hal ini terjadi karena pada anak usia tersebut tingkat pemahaman akan kesehatan gigi dan mulut hampir sama sehingga sikap dan perilaku dalam menjaga kebersihan rongga mulut tidak mempunyai banyak perbedaan. Penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara PUFA berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki memiliki rerata PUFA 1,62 ± 0,913 dan anak perempuan dengan rerata PUFA 1,55 ± 1,102 Tabel 9. Anak laki-laki memiliki rerata PUFA lebih tinggi. Hasil ini sama dengan penelitian Karam pada anak berusia 11-12 tahun yang mendapatkan hasil rerata PUFA laki-laki 0,57 ± 0,732 dan rerata PUFA perempuan 0,20 ± 0,403. 9 Keadaan ini mungkin dikarenakan sifat dan perilaku perempuan yang umumnya lebih terampil dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga lebih sedikit yang mengalami karies yang mencapai pulpa. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN