26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan dengan menganalisis kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak wijen di Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS,
Medan. Kemudian mencocokkan hasil analisis yang didapat dengan sebuahjurnalLipids in pharmaceutical and cosmetic preparations.Journal Of
Grasas y Aceites. Hasil analisis komposisi asam lemak dalam minyak wijen dari Pusat
Penelitian Kelapa Sawit PPKS yaitu: -
Asam oleat : 36,2
- Asam linoleat
: 37,9 -
Asam stearat : 6,0
- Asam linolenat : 1
Adapun komposisi asam lemak yang terdapat pada jurnal Lipids in pharmaceutical and cosmetic preparations yaitu:
- Asam oleat
: 35-50 -
Asam linoleat : 35-50
- Asam stearat
: 3,5-6 -
Asam linolenat : 1
4.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.2.1 Pemeriksaan homogenitas
Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan krim pelembab dikatakan homogen.
27
4.2.2 Penentuan tipe emulsi pada sediaan krim
Menurut Syamsuni 2006, penentuan tipe emulsi dapat ditentukan dengan pengenceran fase dan pewarnaan dengan metilen biru. Penentuan tipe emulsi
dengan pengenceran fase dilakukan dengan cara mengencerkannya dengan air, dengan prinsip tersebut maka tipe emulsi ma dapat diencerkan dengan air
sedangkan tipe emulsi am tidak dapat diencerkan dengan air. Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan krim dengan pengenceran fase menggunakan
air dan pewarnaan dengan metilen biru yaitu: Tabel 4.1 Data hasil penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula
Terdispersinya Sediaan dalam air
Terdispersinya metilen biru dalam sediaan
1 F0
√ √
2 F1
√ √
3 F2
√ √
4 F3
√ √
5 F4
√ √
6 F5
√ √
Keterangan: Formula F0 : Blanko dasar krim tanpa sampel
Formula F1 : Konsentrasi minyak wijen 2,5
Formula F2 : Konsentrasi minyak wijen 5
Formula F3 : Konsentrasi minyak wijen 7,5
Formula F4 : Konsentrasi minyak wijen 10
Formula F5 : Gliserin 2 pembanding
√ : Terdispersi secara 27egative
- : Tidak terdispersi secara 27egative
Berdasarkan hasil uji tipe emulsi dengan pengenceran fase, formula F0, F1, F2, F3, F4 dan F5 dapat diencerkan dengan penambahan air, dengan
demikian membuktikan sediaan krim tersebut mempunyai tipe emulsi ma. Pengujian tipe emulsi dengan cara pewarnaan dengan metilen biru. Pengujian
dilakukan menambahkan larutan metilen biru pada sediaan yang diuji. Apabila dapat memberikan warna biru pada emulsi maka emulsi tersebut adalah tipe ma.
28 Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan bahwa formula F0,F1, F2, F3, F4 dan
F5 mempunyai tipe ma karena metilen biru dapat terlarut dan memberikan warna biru yang homogen.
4.2.3 Penentuan pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Pengukuran pH sediaan krim pada saat selesai dibuat
No Formula
pH I
II III
Rata-rata 1
F0 6,0
6,1 6,1
6,06 2
F1 6,0
6,1 6,1
6,07 3
F2 5,9
6,0 6,1
6,00 4
F3 5,9
6,0 6,0
5,97 5
F4 5,9
6,0 5,9
5,93 6
F5 6,0
6,0 6,1
6,03 Keterangan:
Formula F0 : Blanko dasar krim tanpa sampel
Formula F1 : Konsentrasi minyak wijen 2,5
Formula F2 : Konsentrasi minyak wijen 5
Formula F3 : Konsentrasi minyak wijen 7,5
Formula F4 : Konsentrasi minyak wijen 10
Formula F5 : Gliserin 2 pembanding
Tabel 4.3Data pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpananselama 12minggu
No Formula
pH I
II III
Rata-rata 1
F0 5,1
5,2 5,2
5,16 2
F1 5,6
5,7 5,7
5,67 3
F2 5,7
5,7 5,7
5,7 4
F3 5,7
5,7 5,7
5,7 5
F4 5,7
5,7 5,7
5,7 6
F5 5,8
5,9 5,9
5,87 Keterangan:
Formula F0 : Blanko dasar krim tanpa sampel
Formula F1 : Konsentrasi minyak wijen 2,5
Formula F2 : Konsentrasi minyak wijen 5
Formula F3 : Konsentrasi minyak wijen 7,5
Formula F4 : Konsentrasi minyak wijen 10
Formula F5 : Gliserin 2 pembanding
29 Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, diperoleh bahwa pH
pada formula F0: 6,06; F1: 6,07; F2: 6,00; F3: 5,97; F4: 5,93; F5:6,03. Setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan pH pada setiap sediaan yaitu:
F0: 5,16; F1:5,67; F2: 5,7; F3: 5,7; F4: 5,7 F5: 5,87. Perubahan pH yang terjadi pada sediaan krim yaitu seluruh sediaan
mengalami penurunan pH setelah penyimpanan selama 12 minggu.Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan seperti udara selama penyimpanan,
dimana oksigen dapat mempengaruhi kestabilan dari zat-zat yang mudah teroksidasi seperti hal nya minyak.
Perubahan pH yang terjadi sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ansel2005, bahwa oksidasi dari suatu zat obat yang rentan kebanyakan terjadi
bila zat tersebut dipaparkan ke cahaya, atau dikombinasi dalam formulasi dengan zat-zat kimia lainnya tanpa melihat ke pengaruhnya terhadap oksidasi dengan
tepat. Kestabilan dari obat-obat yang dapat dioksidasi dapat dipengaruhi oleh oksigen sehinggga penambahan
antioksidan perlu untuk menstabilkannya.Ketidakstabilan tersebut sangat berpengaruh terhadap pH
sediaan. Berdasarkan hasil penentuan pH tersebut dapat diketahui bahwa meskipun
terjadi penurunan pH setelah penyimpanan 12 minggu tetapi masih menunjukkan kisaran pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5–6,5 sehingga tidak beresiko
untuk menimbulkan reaksi yang negative pada kulit.
4.2.4 Pengamatan stabilitas sediaan krim