Kerangka Pikir Penelitian PENDAHULUAN

dimanfaatkan dengan maksimal sebagai kawasan pengembangan tanaman bambu. Upaya pengembangan tanaman bambu dapat dimulai dengan ketersediaan lahan potensial untuk pengembangan tanaman bambu. Pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dilengkapi dengan analisis sampel tanah di laboratorium dilakukan untuk memperoleh data tentang sifat tanah pada setiap satuan lahan. Data yang diperoleh digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kualitas lahan pada masing-masing satuan lahan. Kecocokkan suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa sifat tanah, diantaranya sifat fisik, sifat kimia, topografi serta ketingian tempat. Untuk mengetahui potensi lahan sebagai kawasan budidaya untuk tanaman bambu harus diketahui syarat tumbuh tanaman bambu terlebih dulu, persyaratan tersebut terdiri dari jenis tanah, pH, ketinggian tempat, iklim dan topografi. Dalam melakukan budidaya tanaman bambu langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kawasan untuk tempat pengembangan budidaya tanaman bambu. Pemilihan kawasan pengembangan tanaman bambu dilakukan di Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Setelah menentukan kawasan budidaya bambu kemudiandilakukan tiga tahapan pendekatan untuk mendapatkan informasi pada kawasan pengembangan bambu. Pertama karakteristik fisiografi khususnya di wilayah Kecamatan Patuk. Setelah didapatkan data karakteristik fisiografi kemudian dilakukan analisistentang kondisi fisiografi di wilayah kecamatan. Selanjutnya tahapan pendekatan kedua yaitu melakukan analisis sampel tanah dengan cara mengambil sampel tanah di Kecamatan Patuk. Ketiga, mencari data dari literatur untuk syarat tumbuh tanaman bambu dari hasil analisis di lapangan dapat diketahui karakteristik lahan yang ada di Kecamatan Patuk. Karakteristik lahan tersebut, disesuaikan dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu, yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui potensi pengembangan budidaya tanaman bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kawasan untuk tanaman bambu di daerah penelitian. Hasil dari survei lahan akan memberikan suatu alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan dan pembatas yang ada. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bambu

Bambusa Sp. 1. Karakteristik tanaman bambu Bambu tergolong keluarga Gramineae rumput-rumputan disebut juga Giant Grass rumput raksasa, berumpun dan terdiri dari sejumlah batang buluh yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas- ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang Otjo dan Atmadja, 2006. Salah satu jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus Gigantochloa, Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut. Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotiledonae Ordo : Graminales Famili : Gramineae Subfamili : Bambusoideae Genus : Gigantochloa Bl. Ex Schult. Kurz Berlin dan Estu, 1995. Spesies : Bambu sp Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial, yaitu batang-batangnya cenderung mengumpul didalam rumpun karena percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul Agus, dkk. 2006. Batang bambu yang lebih tua berada ditengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga Berlin dan Estu, 1995. Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Selain itu bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibanding pohon lainnya. Bambu juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan CO 2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk memperbaiki lahan kritis. Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40 air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 .