IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN BAMBU DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (STUDI KASUS DI KECAMATAN PLAYEN)

(1)

SKRIPSI

Oleh: Aris Tata Fauzi

20100210022

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(2)

PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN BAMBU

DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

(STUDI KASUS DI KECAMATAN PLAYEN)

SKRIPSI

Oleh: Aris Tata Fauzi

20100210022

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(3)

ii

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh

Drajat Sarjana Pertanian

Oleh: Aris Tata Fauzi

20100210022

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(4)

iii

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN

PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN BAMBU DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

( STUDI KASUS DI KECAMATAN PLAYEN )

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Aris Tata Fauzi

20100210022

Program Studi Agroteknologi

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 23 Agustus 2016

Skripsi telah diterima sebagai syarat yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P NIP. 196011201989031001

Anggota Penguji

Dr. Ir. Indira Prabasari, M.P. NIP. 19680820 199203 2 018

Pembimbing Pendamping

Lis Noer Aini, S.P, M.Si NIK. 19730724 200004 133 051

Yogyakarta, September 2016 Dekan

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ir. Sarjiyah, MS NIP. 19610918.199103.2.001


(5)

iv

1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilimiah lain oleh Tim Pembimbing

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis sengaja dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Yogyakarta, September 2016 Yang membuat pernyataan ini

Aris Tata Fauzi 20100210222


(6)

v

‘’Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka

apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain) dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.‘’


(7)

vi

Segala puji bagi Allah SWT tidak ada sesembahan selain DIA yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancer sebagaimana mestinya. Shalat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, untuk keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Skripsi yang berjudul “Identifikasi Potensi Kawasan Pengembangan Budidaya Tanaman Bambu Di Kabupaten Gunung Kidul (Studi Kasus Di Kecamatan Playen)”disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, atas nikmat dan karuniaNya atas pinjaman segala pasilitas kehidupan.

2. Nabi Muhammad SAW, yang cintaNya senantiasa menaburi di setiap langkah kehidupan dapat di rasakan.

3. Para malaikat Allah di segala penjuru bumi

4. Bapak Aa Rukman dan Ibu Poniati kasih sayangmu tak pernah tergantikan

5. Aprilia Wiharjanti, istriku terimakasih atas dukungan dan kasihsayanya

6. Aliando Dico Tsaqib, anakku yang aku banggakan

7. Arif Kamil Ansori, Nando Akbar Iskandar, Isnarti, Sujilah Intan


(8)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb

Pujisyukur atas kenikmatan dan kesempatan yang selalu di berikan oleh allah SWT serta atas kehadirat-Nya ditengah-tengah perjalanan hidup hamba-Nya. Shalawat serta salam tetap tercurah kepata nabi muhammad SAW yang cintanya setia ber pendar-pendar sehingga terciptalah kedamaian sebagai mana yang telah diajarkanya. Atas nikmat yang diberikan oleh allah SWT penulis dapat menyelesaikan penulisan sekripsi dengan judul ‘’Identifikasi Potensi Kawasan Pengembangan Budidaya Tanaman Bambu di Kabupaten Gunungkidul ( Studi Kasus di Kecamatan Playen )’’, guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Ir. Sarjiyah M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian

3. Ibu Dr. Innaka Ageng Rineksane SP, M.Si selaku Ketua Kaprodi Jurusan Agroteknologi

4. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan kepercayaan, pengetahuan, masukan dan bimbingan dengan penuh kesabaran serta mengajarkan banyak haldalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Lis Noer Aini, S.P, M.Si selaku pembimbing pendamping yang dengan sabar memberikan bimbingan, masukan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ir. Indira Prabasari, M.P. selaku dosen Penguji Skripsi

7. Bpk Yuliantoro trimakasih atas bantuanya menganalisis sampel untuk penelitian saya


(9)

viii 10. Bapeda Kabupaten Gunungkidul

11. Bapak Suyanto, S. IP selaku Bapak Camat di Kecamatan Playen

12. Sebagian warga di Kecamatan Playen yang telah memberikan segumpal tanahnya untuk diambil sebagai bahan untuk penelitian

13. Teman seperjuangan penelitian Dwi Yuda Lian Saputra

14. Teman seangkatan wisuda M. jamaludin Malik, Aditya Puspa Mahardika V dan Sapto Nugroho N

15. Teman-teman kontrakan Sidoarum, Adit Kucrit, Aim, Ardhi Codot, Bekti Jo, Cak Sodiq, Dian Kekwo. SP, Djamul, Faizal Icot, Lian Ihiirr, Yasfi Bro, Widhi Mbah Nggot dan segenap Fasilitasnya.

16. Teman satu angkatan 2010 Agroteknologi 17. Teman kost Rofik, Arista, Arif dan Alfin

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu saran yang membangun sangat penulis harapkan, semoga persembahan kecil ini dafat memberikan

manfaat. Amiin Yaa Robbal ‘Alamin.

Yogyakarta, September 2016 Penulis


(10)

ix

Halaman

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

INTISARI... 13

ABSTRACT... 14 I. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. B. Perumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined. E. Batasan Studi...Error! Bookmark not defined. F. Kerangka Pikir Penelitian ...Error! Bookmark not defined. II. Tinjauan Pustaka...Error! Bookmark not defined. A. Bambu (Bambusa Sp)...Error! Bookmark not defined. B. Jenis-Jenis Tanaman Bambu ...Error! Bookmark not defined. C. Karakteristik lahan Tanaman Bambu...Error! Bookmark not defined. D. Karakteristik lahan Penduga ...Error! Bookmark not defined. E. Budidaya tanamana bambu ...Error! Bookmark not defined. III. Karakteristik Wilayah Studi...Error! Bookmark not defined. A. Letak Geografis ...Error! Bookmark not defined. B. Kondisi Iklim ...Error! Bookmark not defined. C. Kondisi Sosial Ekonomi...Error! Bookmark not defined. IV. Tata Cara Penelitian...Error! Bookmark not defined. A. Tempat dan Waktu Penelitian ...Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian dan Analisis Data ...Error! Bookmark not defined. C. Jenis Data ...Error! Bookmark not defined. D. Luaran Penelitian ...Error! Bookmark not defined. V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined.


(11)

x

a. Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. b. Saran...Error! Bookmark not defined. Daftar Pustaka ...Error! Bookmark not defined.


(12)

xi

Tabel 1. Karakteristik Jenis Tanah Untuk Bambu .Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Jenis-jenis Tanaman Bambu yang Tersebar di Pulau Jawa ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. Struktur dan tekstur tanah latosol dan laterit ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. Karakteristik Lahan Bambu ...Error! Bookmark not defined. Tabel 5. Karakteristik Lahan Penduga ...Error! Bookmark not defined. Tabel 6. Jenis dan dosis pupuk tanaman bambu secara umum ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 7. Letak Geografis dan Kemiringan Lahan setiap Desa....Error! Bookmark not defined.

Tabel 8. Curah rata-rata tahunan selama tiga puluh (30) tahun Error! Bookmark not defined.

Tabel 9. Luas Desa di Kecamatan Playen menurut Desa...Error! Bookmark not defined.

Tabel 10. pekerjaan masyarakat Kecamatan Playen ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 11. Pendidikan masyarakat kecamatan Playen ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 12. Jenis data penelitian ...Error! Bookmark not defined. Tabel 13. Letak Geografis dan Kemiringan Lahan 4 (empat) Desa ...Error! Bookmark not defined.

Tabel 14. Luas Desa di Kecamatan Playen menurut Desa...Error! Bookmark not defined.

Tabel 15. Curah Hujan di Kecamatan Playen ...Error! Bookmark not defined. Tabel 16. Kandungan Hara Tersedia di Kecamatan Playen per Desa...Error! Bookmark not defined.


(13)

xii

Gambar 3. Karakteristik wilayah Kecamatan Playen ...Error! Bookmark not defined.

Gambar 4. Jenis Tanaman Bambu ...Error! Bookmark not defined. Gambar 5. Keadaan Wilayah Per Desa ...Error! Bookmark not defined. Gambar 6. Pengukuran kedalaman Tanah ...Error! Bookmark not defined.


(14)

13

Sebuah penelitian dengan judul ‘‘Identifikasi Potensi Kawasan Pengembangan Tanaman Bambu di Kabupaten Gunungkidul’’ dilaksanakan di

Kecamatan Playen dari bulan Febuari sampai dengan Mei 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode observasi melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melaluiteknik wawancara dan analisis sampel tanah untuk mengetahui karakteristi tanah. Sedangkan data sekunder didapatkan dari hasil penelaahan pustaka dan pencuplikan data dari instansi terkait.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Kecamatan Playen memiliki potensi kesuburan yang memadai bagi upaya pengembangan budidaya tanaman bambu.

Kata kunci : Potensi kawasan, Pengembangan Tanaman Bambu, Kecamatan Playen


(15)

14

Febuary up to May 2016. This study aims to assess the potential for the cultivation of bamboo in the district of Playen, Gunungkidul.

This research was was conducted using the observation method through primary and secondary data collection. The primary data obtained through primary and analysis of soil samples in determining soil characteristics. While scondary data obtained frm a review of the literature and relevant agencies

The results showed that the Sub-district of Playen had potency of adequate fertility for the development of bamboo cultivation.

Keywords : Potency of Zone, development of bamboo cultivation, district of Playen Gnungkidul.


(16)

(17)

Identification of Potencies of Plant Bamboo Development Zone in Gunungkidul

Aris Tata Fauzi

Dr. Ir. Gunawan Budianto. M.P / Lis Noer Aini, S.P, M.Si Agrotechnology Departement Faculty of Agriculture

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Abstract

IDENTIFICATION OF POTENCIES OF PLANT BAMBOO

DEVELOPMENT ZONE IN GUNUNGKIDUL. A research entitled ‘‘Identification of Potencies of Plant Bamboo Development Zone in Gunungkidul’’ Was heldin the Sub-district of Playen from Febuary up to May 2016. This study aims to assess the potential for the cultivation of bamboo in the district of Playen, Gunungkidul. This research was was conducted using the observation method through primary and secondary data collection. The primary data obtained through primary and analysis of soil samples in determining soil characteristics. While scondary data obtained frm a review of the literature and relevant agencies The results showed that the Sub-district of Playen had potency of adequate fertility for the development of bamboo cultivation.

Keywords : Potency of Zone, development of bamboo cultivation, district of Playen Gnungkidul.


(18)

1

A. Latar Belakang

Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Dalam rangka menunjang industri berbasis bahan baku bambu, diperlukan tegakan-tegakan rumpun dengan produktivitas dan kualitas yang lestari (Sutiyono, 2002). Banyak manfaat yang didapatkan dengan adanya pengembangan tanaman bambu. Selain untuk mengatasi lahan kritis, budidaya juga untuk memenuhi bahan baku industri kerajinan tangan berbahan dasar anyaman. Dari data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul, permintaan kerajinan bambu ke luar negeri mencapai 2.000 kontainer, tetapi bambu dapat dipenuhi sebanyak 730 kontainer. Menurut Bambang Wisnu Broto (2015), prospek bambu sangat bagus, sehingga dimasukkan dalam budidaya di Gunungkidul. Budidaya ini dilakukan karena Gunungkidul masih kekurangan bambu untuk bahan anyaman. Dari luas lahan yang ada, baru bisa memasok 30% saja, sedang kekurangan tersebut para pengrajin banyak mendatangkan bahan baku dari luar daerah.

Dalam pertumbuhannya. Tanaman bambu tentunya tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang memadai. Dengan demikian, faktor lingkungan penting untuk diketahui agar dapat berproduksi secara optimal. Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan (Kementrian Perdagangan, 2011).


(19)

Menyatakan bahwa salah satu bentuk penurunan, pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan mengintroduksi jenis baru. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap cukup. Selain itu, informasi dan pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang, demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu sarana pengembangan tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.

Kecamatan Playen merupakan salah satu kawasan yang membutuhkan bambu untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan maupun bahan bangunan pembuatan kandang, namun masih kekurangan pasokan bambu. Selain itu Kecamatan Playen merupakan sentra tempat Pabrik bambu di Kabupaten Gunungkidul. Di sisi lain, sebagian wilayah di Kecamatan Playen merupakan daerah lereng yang mempunyai potensi terjadinya erosi, sehingga dengan adanya pengembangan budidaya tanaman bambu dapat mencegah terjadinya erosi.

Saat ini Pasokan bahan baku bambu banyak didatangkan dari Madiun, Sleman, Magelang hingga Pacitan bahkan untuk jenis wulung satu truk bambu, perajin merogoh kocek hingga Rp 20 juta, Kalau dilihat dari sisi bisnis, bambu memiliki prospek yang sangat bagus. Adapun manfaat lainnya, tanaman ini juga bisa digunakan sebagai tanaman konsevasi mencegah terjadinya banjir.


(20)

B. Perumusan Masalah

Kabupaten Gunungkidul masih kekurangan pasokan bambu sebagai bahan baku anyaman sekitar 1.270 kontainer. Bahkan dari luas lahan yang ada saat ini Kabupaten Gunungkidul baru bisa memasok sekitar 30% saja, sedangkan kekurangan tersebut masih mendatangkan dari luar daerah. Maka perlu dilakukan ekspansi budidaya di tempat lain. Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Playen, wilayah tesebut banyak memiliki berbagai potensi sumberdaya alam untuk budidaya tanaman bambu, namun potensi yang ada belum termanfaatkan dengan baik, maka diperlukan upaya untuk mengidentifikasi potensi kawasan untuk budidaya tanaman bambu di Gunungkidul (Studi Kasus di Kecamatan Playen).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi acuan untuk mengetahui areal kawasan yang potensial untuk pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Potensi produksi tanaman bambu diharapkan dapat mengatasi kebutuhan pasar dan menjadi tanaman konservasi yang dapat dipenuhi dengan baik


(21)

E. Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan di daerah Gunungkidul. Obyek penelitian yang diambil yaitu kawasan kebun bambu para penduduk yang ada di daerah Gunungkidul Kecamatan Playen.


(22)

F. Kerangka Pikir Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kecocokkan suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa sifat tanah, diantaranya sifat fisik, sifat kimia, tofografi serta ketingian tempat. Untuk mengetahui kecocokkan atau kesesuaian lahan untuk tanaman bambu harus

Pengembangan tanaman bambu di Kabupaten Gunungkidul (Studi Kasus di

Kecamatan Playen)

Karakterisasi Fisiografi

Persyaratan tumbuh Tanaman

Bambu

Analisis Sampel Tanah

Karakteristik Lahan

Potensi Kawasan untuk Budidaya Tanaman Bambu

Kawasan pengembangan Tanaman Bambu

di Kec. Playen

Analisis Kondisi Fisiografi


(23)

dikeahui syarat tumbuh tanaman bambu terlebih dulu, persyaratan tersebut terdiri dari jenis tanah, pH, ketinggian tempat, iklim dan topografi.

Dalam melakukan budidaya tanaman bambu langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kawasan untuk tempat pengembangan budidaya tanaman bambu. pemilihan kawasan pengembangan tanaman bambu dilakukan di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Setelah menentukan kawasan budidaya bambu kemudian dilakuan tiga tahapan pendekatan untuk mendapatkan informasi pada kawasan pengembangan bambu. Pertama karakteristik fisografi khususnya di wilayah Kecamatan Playen. Setelah didapatkan data karakteristik fisiografi kemudian dilakukan analisi tentang kondisi fisiografi di wilayah kecamatan Playen. Selanjutnya tahapan pendekatan kedua yaitu melakukan analisis sampel tanah dengan cara mengambil sampel tanah di Kecamatan Playen. Selanjutnya yang ketiga mencari data dari literatur untuk syarat tumbuh tanaman bambu.

Kemudian setelah terkumpul semua data dari hasil analisi di lapangan dapat di ketahui karakteristik lahan yang ada di Kecamatan Playen. Setelah diketahui karakteristiknya lahan, kemudian di sesuaikan dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu pada literatur, jika kondisi karakteristik lahan di kawasan tersebut sesuai dengan kebutuhan syarat tumbuh pada tanaman bambu, maka kawasan tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman bambu. Sebagai mana yang terdapat pada Gambar 1. kerangka pikir diatas.


(24)

1

A. Latar Belakang

Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Dalam rangka menunjang industri berbasis bahan baku bambu, diperlukan tegakan-tegakan rumpun dengan produktivitas dan kualitas yang lestari (Sutiyono, 2002). Banyak manfaat yang didapatkan dengan adanya pengembangan tanaman bambu. Selain untuk mengatasi lahan kritis, budidaya juga untuk memenuhi bahan baku industri kerajinan tangan berbahan dasar anyaman. Dari data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul, permintaan kerajinan bambu ke luar negeri mencapai 2.000 kontainer, tetapi bambu dapat dipenuhi sebanyak 730 kontainer. Menurut Bambang Wisnu Broto (2015), prospek bambu sangat bagus, sehingga dimasukkan dalam budidaya di Gunungkidul. Budidaya ini dilakukan karena Gunungkidul masih kekurangan bambu untuk bahan anyaman. Dari luas lahan yang ada, baru bisa memasok 30% saja, sedang kekurangan tersebut para pengrajin banyak mendatangkan bahan baku dari luar daerah.

Dalam pertumbuhannya. Tanaman bambu tentunya tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang memadai. Dengan demikian, faktor lingkungan penting untuk diketahui agar dapat berproduksi secara optimal. Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan tindakan pembudidayaan (Kementrian Perdagangan, 2011).


(25)

Menyatakan bahwa salah satu bentuk penurunan, pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan mengintroduksi jenis baru. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap cukup. Selain itu, informasi dan pengetahuan tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang, demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya. Untuk itu diperlukan suatu sarana pengembangan tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.

Kecamatan Playen merupakan salah satu kawasan yang membutuhkan bambu untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan maupun bahan bangunan pembuatan kandang, namun masih kekurangan pasokan bambu. Selain itu Kecamatan Playen merupakan sentra tempat Pabrik bambu di Kabupaten Gunungkidul. Di sisi lain, sebagian wilayah di Kecamatan Playen merupakan daerah lereng yang mempunyai potensi terjadinya erosi, sehingga dengan adanya pengembangan budidaya tanaman bambu dapat mencegah terjadinya erosi.

Saat ini Pasokan bahan baku bambu banyak didatangkan dari Madiun, Sleman, Magelang hingga Pacitan bahkan untuk jenis wulung satu truk bambu, perajin merogoh kocek hingga Rp 20 juta, Kalau dilihat dari sisi bisnis, bambu memiliki prospek yang sangat bagus. Adapun manfaat lainnya, tanaman ini juga bisa digunakan sebagai tanaman konsevasi mencegah terjadinya banjir.


(26)

B. Perumusan Masalah

Kabupaten Gunungkidul masih kekurangan pasokan bambu sebagai bahan baku anyaman sekitar 1.270 kontainer. Bahkan dari luas lahan yang ada saat ini Kabupaten Gunungkidul baru bisa memasok sekitar 30% saja, sedangkan kekurangan tersebut masih mendatangkan dari luar daerah. Maka perlu dilakukan ekspansi budidaya di tempat lain. Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Playen, wilayah tesebut banyak memiliki berbagai potensi sumberdaya alam untuk budidaya tanaman bambu, namun potensi yang ada belum termanfaatkan dengan baik, maka diperlukan upaya untuk mengidentifikasi potensi kawasan untuk budidaya tanaman bambu di Gunungkidul (Studi Kasus di Kecamatan Playen).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi acuan untuk mengetahui areal kawasan yang potensial untuk pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Potensi produksi tanaman bambu diharapkan dapat mengatasi kebutuhan pasar dan menjadi tanaman konservasi yang dapat dipenuhi dengan baik


(27)

E. Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan di daerah Gunungkidul. Obyek penelitian yang diambil yaitu kawasan kebun bambu para penduduk yang ada di daerah Gunungkidul Kecamatan Playen.


(28)

F. Kerangka Pikir Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Kecocokkan suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa sifat tanah, diantaranya sifat fisik, sifat kimia, tofografi serta ketingian tempat. Untuk mengetahui kecocokkan atau kesesuaian lahan untuk tanaman bambu harus

Pengembangan tanaman bambu di Kabupaten Gunungkidul (Studi Kasus di

Kecamatan Playen)

Karakterisasi Fisiografi

Persyaratan tumbuh Tanaman

Bambu

Analisis Sampel Tanah

Karakteristik Lahan

Potensi Kawasan untuk Budidaya Tanaman Bambu

Kawasan pengembangan Tanaman Bambu

di Kec. Playen

Analisis Kondisi Fisiografi


(29)

dikeahui syarat tumbuh tanaman bambu terlebih dulu, persyaratan tersebut terdiri dari jenis tanah, pH, ketinggian tempat, iklim dan topografi.

Dalam melakukan budidaya tanaman bambu langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kawasan untuk tempat pengembangan budidaya tanaman bambu. pemilihan kawasan pengembangan tanaman bambu dilakukan di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Setelah menentukan kawasan budidaya bambu kemudian dilakuan tiga tahapan pendekatan untuk mendapatkan informasi pada kawasan pengembangan bambu. Pertama karakteristik fisografi khususnya di wilayah Kecamatan Playen. Setelah didapatkan data karakteristik fisiografi kemudian dilakukan analisi tentang kondisi fisiografi di wilayah kecamatan Playen. Selanjutnya tahapan pendekatan kedua yaitu melakukan analisis sampel tanah dengan cara mengambil sampel tanah di Kecamatan Playen. Selanjutnya yang ketiga mencari data dari literatur untuk syarat tumbuh tanaman bambu.

Kemudian setelah terkumpul semua data dari hasil analisi di lapangan dapat di ketahui karakteristik lahan yang ada di Kecamatan Playen. Setelah diketahui karakteristiknya lahan, kemudian di sesuaikan dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu pada literatur, jika kondisi karakteristik lahan di kawasan tersebut sesuai dengan kebutuhan syarat tumbuh pada tanaman bambu, maka kawasan tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman bambu. Sebagai mana yang terdapat pada Gambar 1. kerangka pikir diatas.


(30)

25

A. Letak Geografis

Kecamatan Playen adalah Salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kecamatan Playen 1.485,36 km2 .Kecamatan Playen teretak di sebelah selatan Kota Wonosari dengn Koordinat : 070 55’ 17,3” LS, 1100 34’ 35,7” BT (Playen), jumlah desa dibagi menjadi 13 desa. Dengan letak geografis dan kemiringan lahan sebagai berikut:

Sumber: Bapeda Gunungkidul DIY, 2011


(31)

Letak geografis dan kemiringan lahan sebagai kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu pada setiap Desa di Kecamatan Playen dapat dilihat Pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Letak Geografis dan Kemiringan Lahan setiap Desa di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, 2014.

Sumber : Bagian Administrasi Pemerintah Umum Sekertariat aerah Kabupaten Gunungkidul 2014.

B. Kondisi Iklim

Wilayah Kecamatan Playen termasuk daerah beriklim tropis dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan hamparan dan lereng. Kondisi umum klimatologi Kecamtan Playen secara umum menunjukkan dengan curah hujan berjumlah 2.198 per30 tahun dengan rata-rata 187 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Kecamatan Playen memiliki suhu udara rata-rata harian 27,7oC, suhu minimum 23,2oC dan suhu maksimum 32,4oC. kelembapan nisbi berkisar antara 80% - 85%, tidak terlalu

No Kecamatan/Desa Letak Geografis Kemiringan lahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Banyusoco Plembutan Bleberan Getas Dengok Ngunut Playen Ngawu Bandung Logandeng Gading Banaran Ngleri Lereng Hamparan Hamparan Lembah Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Hamparan Sedang Landai Landai Sedang Landai Landai Landai Landai Landai Landai Landai Landai Landai


(32)

dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Berikut data tabel curah hujan utnuk wilayah Kecamatan Playen.

Tabel 2. Curah rata-rata tahunan selama tiga puluh (30) tahun periode 1981-2010 di Kecamatan Playen

Curah Hujan (Milimeter)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jmlh

392 394 313 200 120 64 28 17 24 97 230 319 2.198

Sumber : BMKG stasiun klimatologi Yogyakarta. 2016 C. Kondisi Sosial Ekonomi 1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Playen sampai dengan akhir bulan Agustus 2014 berjumlah 56.388 jiwa, terdiri dari 27.265 laki-laki dan 29.123 perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 16.100 KK.

Tabel 3. Luas Desa di Kecamatan Playen menurut desa

No Nama Desa Luas Desa

Persentase Luas Desa Terhadap Luas Kecamatan

Kelurahan Hektar %

1 Banyusoco 2.035,11 19,48

2 Plembutan 533,89 5,11

3 Bleberan 1.626,10 15,56

4 Getas 723,20 6,92

5 Dengok 401,11 3,84

6 Ngunut 236,41 2,26

7 Playen 430,80 4,12

8 Ngawu 344,38 3,30

9 Bandung 401,33 3,84

10 Logandeng 667,97 6,38

11 Gading 1.311,25 12,55

12 Banaran 751,11 7,19

13 Ngeleri 986,42 9,44

Kecamatan Playen 2013 10.448,08 100,00


(33)

28 Tabel 4. pekerjaan masyarakat Kecamatan Playen berdasarkan jenis pekerjaan

Kelurahan

Jenis Pekerjaan Banyusoco Plembutan Bleberan Getas Dengok Ngunut Playen Ngawu Bandung Logandeng Gading Banaran Ngleri

Belum bekerja 1055 819 908 1029 448 385 797 788 643 1441 1207 703 442

Mengurus rumah tangga

485 310 263 558 235 286 647 522 609 1047 387 705 255

Pelajar/mahasiswa 763 624 851 0 327 314 624 569 672 1441 860 598 395

Pensiunan 92 27 105 67 53 43 12 84 107 186 85 103 46

PNS 69 46 81 70 55 48 168 130 198 469 200 72 50

TNI 7 6 4 1 1 3 7 7 4 15 10 15 1

Polri 2 1 1 2 2 5 12 7 11 29 10 6 3

Pejabat negara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 1 0

Buruh/tukang 80 80 164 196 158 96 293 241 496 585 568 271 173

Sektor pertanian 2180 1576 2101 1732 811 526 780 561 626 1139 1897 1054 987

Kryawan bumn/bumd

490 3 2 0 1 3 7 8 14 26 9 11 3

Karyawan swasta 490 210 321 259 158 169 337 323 263 194 494 282 182

Wiraswasta 464 416 515 568 247 275 399 656 225 1102 472 265 145

Tenaga medis 0 3 1 0 0 1 2 7 7 18 4 7 1

Pekerjaan lainya 20 21 24 17 16 15 20 14 21 22 24 18 16

Total 5707 4636 5341 5199 2512 2169 4205 3917 3896 8315 6229 4111 2699


(34)

29

Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentk kaltas penduduk, selain kesehatan dan ekonomi.pembangnan bidang pendidikan bertujuan untuk menceraskan kehidupan bangsa.

Tabel 5. Pendidikan masyarakat kecamatan Playen berdasarkan pendidikan

Kelurahan Tngkat

pendidikan

Banyusoco Plembutan Bleberan Getas Dengok Ngunut Playen Ngawu Bandung Logandeng Gading Banaran Ngleri Tidak

sekolah

1196 1161 1185 1080 543 395 766 767 736 1539 1306 822 593

Belom tamat SD

586 344 762 615 224 28 426 465 368 715 1285 397 320

tamat SD 1921 1305 1312 1752 501 488 728 617 739 1559 1101 1050 696

SLTP 1232 912 1074 928 615 417 858 739 682 1365 962 861 575

SLTA 601 809 810 636 520 507 1109 1030 1029 2293 1272 857 435

Diploma 1/11

66 25 66 61 33 31 54 52 66 114 68 19 22

Akademi Dplm 111/ s. Mud

23 27 25 13 18 21 72 54 88 166 48 32 11

Diploma IV/stara I

75 46 101 103 55 74 170 180 174 512 173 88 44

Stara II 3 3 5 9 3 5 18 12 8 47 10 2 3

Stara III 4 6 1 2 0 3 4 1 6 5 4 1 0

Total 5707 4638 5341 5199 2512 2169 4205 3917 3896 8315 6229 4111 2699


(35)

30

Playen Gunungkidul. Yang meliputi 4 Desa, yaitu Desa Banyusoco Desa Bandung, Desa Bleberan dan Desa Dengok. Analisis sampel dilakukan di laboratorium Tanah Fakutas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogakarta dan LPPT UGM.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi dan wawancara dengan menentukan lokasi observasi kemudian menentukan titik sampel dengan overlay peta. Selanjutnya dilakukan survei lapangan dan pengamatan laboratorium dengan metode Spektrofotometri UV-vis dan SSA (Spektrometri Serapan Atom). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif guna untuk mendapatkan gambaran, penjelasan, dan uraian hubungan atara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta data dan informasi kemudian dibuat dalam bentu tabel atau gambar.

1. Jenis Penelitan

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, yang teknis pelaksanaanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pengumpulan data sekunder. Menurut Widyatama (2010) dalam Adhi Sudibyo (2011) metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.


(36)

2. Metode Pemilihan Lokasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi wilayah yang menggambarkan keadaan kawasan wilayah tersebut. Pemilihan lokasi sampel secara sengaja dipilih berdasarkan tujuan penelitian (Masri Singarimbun, 1989). Selain tingkat permintaan kebutuhan bambu yang tinggi, sebagian daerah Playen juga merupakan kawasan pegunungan dengan tingkat erosi yang tinggi. Diharapkan dengan adanya pengembangan tanaman bambu pada kawasan tersebut dapat mengurangi tingkat erosi pada kawasan tersebut.

Teknis pengambilan sampel tanah di lokasi penelitian berdasarkan pada luasan areal tanam bambu di 4 Desa yakni Banyusoco, Bandung, Beleberan dan Dengok. Hal-hal yang menjadi perhatian dalam observasi ini adalah identifikasi parameter sifat-sifat tanah yang akan diuji di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan LPPT UGM, diantaranya kadar hara tersedia dalam tanah dan retensi hara. Data yang diperoleh dalam observasi ini berupa data kualitatif dan gambaran umum serta hasil pemotretan yang dapat mewakili kondisi wilayah secara keseluruhan.

3. Metode Penentuan Sampel Tanah

Sampel Tanah diambil pada beberapa titik di lokasi penelitian, hal ini dilakukan guna untuk mewakili dari beberapa jenis tanah yang berada pada beberapa titik di tempat penelitian tersebut. Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis kadar hara tersedia dalam tanah dan pengamatan jenis tanah di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah


(37)

Yogyakarta. Titik lokasi pengambilan sampel tersebar di 4 Desa di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta berjumlah 20 titik, masing–masing sampel tanah diambil lima titik pada setiap satu Desa, kemudian ke lima sampel tanah tersebut disatukan secara komposit guna untuk mewakili karakteristik pada satu kawasan tesebut.

4. Analisis sampel tanah yang dilakukan meliputi :

a). N Total menggunakan metode Metode Walkley dan Black b). P2O5menggunakan metode Spektrofotometri UV-vis, c). K2O menggunakan metode SSA-nyala

d). Bahan Organik menggunakan Metode Walkley dan Black e). pH tanah menggunakan Metode Elektrometri

5. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mencocokkan serta mengevaluasi data karakteristik lahan yang diperoleh di lapangan dan analisis di laboratorium dengan kriteria kesesuaian pertanaman Bambu. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan spasial (Adhi Sudibyo, 2011). Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran, penjelasan, dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data dan informasi kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau gambar.


(38)

C. Jenis Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi secara langsung di lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan penelusuran ke berbagai instansi terkait dengan penelitian (Adhi Sudibyo, 2011). yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung baik melalui penyelidikan di lapangan maupun di laboratorium. Data primer meliputi tanah, iklim, Ketingian tempat, topografi dan hara.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi literatur sebagai pendukung dan pelengkap dari data-data primer. Berupa kondisi lapangan saat pengambilan sampel, ketentuan-ketentuan dari standar pengukuran, hasil percobaan-percobaan sebelumnya dan buku-buku literatur lainnya.

Jenis data yang diambil dari lapangan pada kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen pada empat desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(39)

Tabel 1. Jenis data penelitian

No. Jenis data Lingkup Bentuk data Sumber 1. Temperatur Rata-rata

temperatur (0C)

Hard & soft copy Bagian Tata Pemerintahan Dan BMKG (Badan Meteorologi Klimatolgi Dan Geofisika) 2. Ketersediaan air Curah

hujan/pertahun (mm)

Hard & soft copy

Dinas Pertanian Dan Kehutanan

Gunungkidul Lama masa

kering (<75 mm) Hard & soft copy

Dinas Pertanian Dan Kehutanan

Gunungkidul 3 Media perakaran Tekstur

kedalaman tanah (cm)

Hard & soft copy

Survei Lapangan

4. Bahaya erosi Lereng atau kemiringan tanah

Hard & soft copy

Survei Lapangan

Bahaya erosi Survei Lapangan

5. Hara tersedia Total N Hard & soft copy

Analisis laboraturium

P2O5 Analisis laboraturium

K2O Analisis laboraturium

Sumber : Adhi Sudibyo, 2011. 3. Cara Pengolahan Data

Data dianalisis secara deskriptif dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil literatur maupun hasil observasi di lapangan. Dengan memberikan gambaran, penjelasan dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain. Berdasarkan fakta, data dan informasi kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau gambar. dan data analisis sampel tanah di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY dan LPPT UGM.


(40)

D. Luaran Penelitian

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu data kesesuaian budidaya tanaman bambu di Gunungkidul serta naskah akademik yang nantinya akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.


(41)

36

Gunungkidul Provinsi Daerah Isimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Wilayah Kecamatan Playen berada di Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m - 200 m. dpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m di bawah permukaan tanah.

Karakteristik wilayah Kecamatan Playen sebagai kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(42)

Wilayah Kecamatan Playen merupakan daerah yang sebagian besar bertopografi datar, namun ada juga Desa yang memiliki topografi yang curam. Dari gambar 1. di atas dapat dilihat ada pegunungan dan juga dilewati oleh aliran sungai yang cukup besar.

Tabel 1. Letak Geografis dan Kemiringan Lahan 4 (empat) Desa di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, 2014

No Kecamatan/Desa Letak Geografis Kemiringan Lahan

1 Banyusoca Lereng Sedang

2 Bandung Hamparan Landai

3 Bleberan Hamparan Landai

4 Dengok Hamparan Landai

Sumber : Bagian Administrasi Pemerintah Umum Sekertariat Daerah Kabupaten Gunungkidul

Luas wilayah Kecamatan Playen 1.485,36 km2. Kecamatan Playen teretak di sebelah selatan Kota Wonosari dengan Koordinat : 070 55’ 17,3” LS, 1100 34’ 35,7” BT (Playen),

jumlah Desa dibagi menjadi 13 Desa. Dengan letak geografis dan kemiringan lahan sedang dan landai.

Tabel 2. Luas Desa di Kecamatan Playen menurut Desa

No Nama Kelurahan Luas Desa Persentase Luas Desa

Terhadap Luas Kecamatan (%)

1 Banyusoca 2.035,11 19,48

2 Bandung 401,33 3,84

3 Bleberan 1.626,10 15,58

4 Dngok 401,11 3,84

Sember : BPS Gunungkidul 2014

Penilaian kesesuian lahan dilakukan dengan cara mencocokkan antara kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman bambu. Wilayah Kecamatan Playen termasuk daerah beriklim tropis dengan topografi wilayah yang didominasi daerah kawasan hamparan dan lereng. Kondisi umum klimatologi Kecamatan Playen secara umum menunjukkan dengan curah hujan berjumlah 2.198 mm per 30 tahun dengan rata-rata 187 hari/tahun. Bulan basah 7 bulan sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan.

Tabel 3. Curah Hujan di Kecamatan Playen

Curah Hujan (Milimeter)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jmlh


(43)

dan suhu maksimum 32,4oC. kelembapan nisbi berkisar antara 80% - 85%, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Dari hasil observasi dilapangan tanaman bambu yang banyak berkembang di daerah Kecamatan Playen ada tiga jenis bambu, yaitu bambu petung (Dendrocalamus asper back), bambu wulung (Gigantochloa atrovilacae Widjaja) dan bambu apus (Gigantrochloa apus).

Jenis tanaman bambu yang banyak tumbuh di wilayah Kecamatan Playen pada empat desa dapat dilihat pada gambar berikut ini.

a. Bambu Petung b. Bambu Apus


(44)

c. Bambu Wulung

(Gigantochloa atrovilacae Widjaja) Gambar 2. Jenis Tanaman Bambu

Ketiga jenis tanaman bambu tersebut memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda antara satu sama lain.

a. Bambu Petung (Dendrocalamus asper Back) 1. Karakteristik : Rumpun agak Jarang

2. Batang : Besar, Diameter pangkal batang ckelat, petung biru, petung hitam, ruas berbulu ckelat keabu - abuan, jumlah 51 ruas, buku 1-11 ada likar akar udara yang sangat menonjol.

3. Cabang : mulai buku pertengahan sampai ujung batang, 1 cabang menonjol besar, 4-5 cabang; daun lebar x panjang 3,9 x 40 cm; rebung cokelat, lidah pelepah rebung berwarna ungu, 100-400 rumpun/hektar

4. Tempat tumbuh : tumbuh pada tempat dataran rendah, daerah berbukit-bukit mulai ketinggian 10-1.000 m dpl. Termasuk jenis tidak tahan genangan air sehingga jika dibudidayakan harus dipilih di lahan kering. Pertumbuhan paling baik pada tempat-tempat dengan tipe hujan A dan B dengan curah hujan <2.000 mm/tahun.

5. Persebaran : Banyusoco, Bandung, Bleberan dan Dengok 6. Pemanfaatan : kontruksi bangunan Kandang Ayam, b. Bambu Apus (Gigantrochloa apus)

1. Karakteristik : rumpun padat, 2 (dua) macam yaitu tegak dan doyong, batang berukuran sedang, diameter beukuran 7-12 cm, tinggi 14-16 meter, tebal dinding 11-14 mm. Batang muda, tertutup oleh bulu warna cokelat dan merata, setelah tua menghilang dan batang lebih terlihat hijau keunguan, ruas buku 50,8 cm sebanyak 32 buah, dengan diameter batang 4-12 cm, percabangan mulai batang bagian tengah, terdiri dari 5-10 cabang, satu cabang berukuran besar dan menonjol jelas, pelepah batang tertutup bulu


(45)

13-49 x 2-9 cm, bagian bawah permukaan daun agak berbulu. Rebung hijau tertutup pelepah rebung berbulu cokelat dan sangat pahit.

2. Tempat tumbuh : pada tanah kering, tidak tahan tergenang air. Tumbuh pada berbagai ketinggian mulai dari dataran rendah agak jauh dari pantai sampai ketinggian > 1.700 m dpl dengan sebaran tipe iklim A yang sangat basah, tipe iklim B yang basah kering sampai tipe iklim C yang kering.

3. Persebaran : Banyusoca, Bandung, Bleberan dan Dengok 4. Pemanfaatan : Konstruksi anyaman dan bangunan

c. Bambu Wulung (Gigantochloa atrovilacae)

1. Karakteristik : batang berwarna hitam sampai hitam keunguan. Di beberapa tempat juga sering di jumpai warna hitam/ ungunya agak bercampur dengan hijau. Ruas-ruas agak sedikit membengkok pada buku. Percabangan dimulai dari buku bagian tengah sampai jujung, terdapat akar-akar areal di buku bagian tengah sampai ujung, terdapat akar-akar area buku bagian bawah. Tinggi batang dapat mencapai 14 meter dengan diameter 11 cm.

2. Tempat Tumbuh : tumbuh baik di daerah bertipe iklim A, B dan C dengan curah hujan > 1.800 mm/tahun, pada tanah-tanah tidak tergenang air, dari dataran rendah sampai ketinggian > 1.000 m. dpl.

3. Penyebaran : Banyusoca, Bandung, Bleberan dan Dengok 4. Pemanfaatan : aneka kerajinan furnitur dan alat musik

B. Analisis Kesesuaian Budidaya Tanaman Bambu

Kecocokkan suatu lahan dipengaruhi beberapa sifat tanah dan karakteristik suatu lahan, diantaranya sifat fisik dan kimia. Untuk mengetahui kecocokkan suatu lahan untuk budidaya


(46)

tanaman bambu, harus diketahui syarat tumbuh tanaman bambu terlebih dulu, berdasarkan data dari literatur persyaratan tersebut terdiri dari jenis tanah, iklim, ketinggian tempat dan topografi, temperatur, curah hujan, media perakaran, bahaya erosi dan hara tersedia.

Karakteristik lahan pada empat desa di Kecamatan Playen dapat dilihat pada gambar berikut ini.

a. Desa Banyusoca c. Desa Bandung

b. Desa Bleberan d. Desa Dengok

Gambar 3. Keadaan Wilayah Per Desa

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada empat Desa di Kecamatan Playen, diketahui keadaan geografis wilayah pada kawasan tersebut didominasi dengan kawasan hamparan dan lereng (Gambar 5). Di Desa Bandung, Bleberan dan Dengok didominasi oleh kawasan hamparan namun pada kawasan di Desa Banyusoca didominasi oleh lereng. Dari hasil observasi di empat Desa tersebut ditemukan berbagai jenis tanaman


(47)

Karakteristik kondisi lahan pada empat Desa di Kecamatan Playen sebagai kawasan budidaya tanaman bambu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 15. Karakteristik kondisi lahan di Kecamatan Playen diempat Desa. No Karakteristik

Lahan

Lokasi (Desa)

Banyusoca Bandung Bleberan Dengok

1 Jenis Tanah Mediteran Grumusol Grumusol Grumus

ol

2 Topografi Bergunung Berombak Berombak Beromb

ak 3 Ketinggian

Tempat (mdpl)

94–241 m. dpl

200–221 m. dpl

167–183 m. Dpl

176– 196

m. dpl 4 Iklim

a. Temperatur0C b. Curah Hujan

per tahun (mm)

27,7oC 2.198 mm

27,7oC 2.198 mm

27,7oC 2.198 mm

27,7oC 2.198 mm 5 Media Perakaran

a. Tekstur b. Kedalaman Tanah (cm) Lempung 60 Lempung 75 Lempung 80 Lempu ng 75 6 Bahaya Erosi atau

Kemiringan (%)

5 % - 55% 30- 280

2% - 5% 10- 30

5% - 18% 30- 100

2% -5% 10- 30 Sumber : Hasil Penelitian di Kecamatan Playen 2016

Berdasarkan hasil observasi jenis tanah yang terdapat di wilayah Kecamatan Playen diketahui ada dua jenis, yaitu tanah mediteran dan tanah grumusol. Tanah mediteran adalah tanah hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah ini berkisar antara merah sampai keckelatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar dolina (cekungan batuan kapur) dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur dari


(48)

pada jenis tanah kapur yang lainnya dan tanah grumusol merupakan tanah dengan warna kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis.

Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan < 2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata. Dari hasil penelitian jenis tanah di Desa Bandung, Desa Bleberan dan Desa Dengok di dominasi oleh jenis tanah gurumusol Dan di Desa Banyusoca di dominasi oleh tanah mediteran. Menurut data dari literatur budidaya tanaman bambu. Kebutuhan jenis tanah untuk tanaman bambu adalah jenis tanah asosiasi latosol merah, latosol merah keckelatan, Laterit dan Grumusol (Sutiyono, dkk.,1996). Jadi potensi pengembangan bambu pada jenis tanah tersebut sesuai untuk tanaman bambu.

1. Faktor Iklim a. Temperatur

Berdasarkan tabel 14. temperatur udara rata-rata di 4 (empat) Desa tersebut menunjukkan nilai yang sama 27,70C. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8-36o C (Berlin, N.V.A., dan Estu Rahayu 1995). Pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti temperatur akan pada umumnya akan menunjukkan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhannya. Setiap tumbuhan memiliki adaptasi terhadap perubahan temperatur seperti tumbuhan tropis yang peka terhadap temperatur tinggi namun tidak peka terhadap temperatur yang mencapai titik. Menurut data hasil observasi dan literatur kondsi suhu di wilayah kecamatan Playen berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman bambu.


(49)

kebutuhan curah hujan minimum untuk budidaya tanaman bambu adalah 1.020 mm per tahun (Kementerian Perdagangan, 2011) Dari data curah hujan yang di peroleh pada wilayah tersebut, pengembangan budidaya bambu di wilayah tersebut sesai untuk tanaman bambu karna memiliki curah hujan yang cukup untuk tanaman bambu.

2. Ketinggian Tempat

Berdasarkan Tabel 1. ketinggian tempat pada 4 empat Desa di kecamatan playen memiliki ketinggian yang berbeda-beda di Desa banyusoca ketinggian tempat 94-241 m. dpl Desa bandung 200-221 m. dpl Desa bleberan 167-183 m. dpl dan Desa dengok 176-196 m. dpl. Menurut data literatur karakteristik ketinggian tempat untuk budidaya tanaman bambu bisa dijumpai dari daerah rendah sampai dataran tinggi, dari pegunungan berbukit-bukit dengan kelerengan curam sampai landai (Sastrapradja, dkk., 1977).

3. Topografi

Berdasarkan Tabel 14. Kondisi Topografi di wilayah Kecamatan Playen Terdapat dua jenis topografi, wilayah Desa Banyusoca do dominasi oleh kondisi topografi bergunung/lereng. Sedangkan di wilayah Desa Bandung, Desa Bleberan dan Desa Dengok, kondisi topografi wilayah berombak. Menurut kebutuhan untuk budidaya tanaman bambu, bambu dapat tumbu pada tiga bentuk topografi, dari berombak, bergelombang, sampai bergunung (Sastrapradja, dkk., 1977). Jadi tanaman bambu sesuai untuk di kembangkan pada topografi di kawasan tersebu.

4. Media Perakaran

Pengukuran media perakaran pada tanaman bambu pada empat Desa di wilayah Kecamatan Playen dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(50)

Gambar 4. Pengukuran kedalaman Tanah

Berdasarkan Tabel 14. Tekstur tanah dan kedalaman tanah pada 4 empat Desa di Kecamatan Playen memiliki tekstur dan tingkat kedalaman tanah yang berbeda-beda. Di Desa Banyusoca tekstur tanah berpasir dengan kedalaman tanah 60 cm, Desa Bandung tekstur tanah lempung dengan kedalaman tanah 75 cm, Desa Bleberan tekstur tanah lempung dengan kedalaman tanah 80 cm dan Desa Dengok tekstur tanah lempung berpasir dengan kedalaman tanah 75 cm. Bambu dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan perebungan bambu (Setiyanto 2013).


(51)

kemiringan lahan 5-55%, Desa Bandung kemiringan lahan 2-5%, Desa Bleberan kemiringan lahan 5-18% dan Desa Dengok kemiringan lahan 2-5%. Menurut data yang diperoleh maka Desa Bandung, Desa Bleberan dan Desa Dengok tidak memilk potensi terjadinya erosi, karna pada wilayah tersebut didominasi oleh wilayah hamparan. Sedangkan di Desa Banyusoco, potensi terjadinya bahaya erosi cukup tinggai menurut data yang di peroleh wilayah tersebut didominasi oleh pengunungan atau lereng yang curam. Namun berdasarkan data kebutuhan tanaman bambu. Bambu dapat tumbuh pada kemiringan 3 % sampai > 30 % (Sastrapradja, dkk., 1977). Maka tanaman bambu sesuai untuk di kembangkan di wilayah tersebut.

6. Hara Tersedia

Kandungan unsur hara yang tersedia pada empat Desa di Kecamatan Playen sebagai kawasan budidaya tanaman bambu dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Kandungan Hara Tersedia di Kecamatan Playen per Desa

No Hara Tersedia Lokasi (Desa)

Banyusoca Bandung Bleberan Dengok

1 N total (%) 0,27 0,38 0,36 0,38

2 P2O5 mg/kg 662,38 1082,19 1072,19 1115,83

3 K2O mg/kg 666,19 939,47 525,55 673,71

4 pH 7,00 7,22 7,16 7.05

5 Bahan Organik (%) 7,292 2,646 5,959 5,254

Sumber : Hasil Uji di Laboratorium LPPT UGM dan Laboratotium FP UMY 2016 a. N total

Berdasarkan Tabel 14. hasil uji kandungan Total N yang dilakukan di Laboratorium LPPT UGM kandungan Total N di Desa Banyusoca 0.27 %, Desa Bandung 0.38 %, Desa Bleberan 0.36 %, Desa Dengok 0.38 %. Kandungan N total Paling tinggi terdapat di Desa Bandung dan Desa Dengok. Serta kandungan N total terendah terdapat di Desa Banyusoca. Namun dari data hasil observasi tanaman bambu


(52)

yang banyak tumbuh subur yaitu tedapat di Desa Dengok, Bleberan dan Bandung. Jadi bisa disimpulkan bahwa kandungan N total yang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu adalah 0,36 sampai 0,38 % Karna unsur nitrogen sangat penting dalam tahap awal pertumbuhan tanaman.

Fungsi nitrogen bagi pertumbuhan tanaman bambu secara umum adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbu pada tanah yang cukup N, biasanya akan berwarna lebih hijau, selain itu nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein. Maka tanaman bambu yang tumbuh pada wilayah Bandung dan Dengok akan terlihat lebih hijau karena di wilayah tersebut memiliki kandungan nitrogen yang lebih tinggi. Sehingga pertumbuhan tanaman bambu pada fase vegetatifnya lebih baik. Sedangkan untuk fase generatif, tanaman yang kekurangan unsur nitrogen otomatis pertumbuhannya akan menjadi lambat bahkan menjadi kerdil, sehingga akan menghambat dalam pembentukan bunga dan akar muda untuk pertumbuhan anakan tanaman bambu yang baru.

b. Fosfor P2O5

Berdasarkan hasil uji kandungan P2O5 yang dilakukan di Laboratorium LPPT UGM dengan metode Spektrofotometri UV-vis di ketahui kandungan P2O5 di Desa Banyusoca 662,38 Mg/kg, Desa Bandung 1072,19 Mg/kg, Desa Bleberan 1082,14, Desa Dengok 1115,83 Mg/kg. Kandungan fosfor paling tinggi terdapat di Desa Dengok. Namun dari data hasil observasi tanamanan bambu di Desa Bandung, Bleberan dan Dengok terlihat lebih banyak dan subur, sehingga dapat di ketahui bahwa kandungan fosfor yang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu adalah 1072,19 sampai 1115,83. kandungan fosfor paling rendah terdapat di Desa Banyusoca.

Fungsi fosfor terhadap pertumbuhan tanaman bambu secara umum adalah untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji. Jadi


(53)

fosfor pada fase generatif adalah sebagai pembawa sifat genetik tanaman dan perkembangbiakan tanaman yang baru. Sehingga tanaman bambu yang kekurangan unsur fosfor akan lebih lambat dalam berkembangbiak, seperti yang dapat di Desa Banyusoco, rumpun yang terdapat di wilayah tersebut lebih sedikit.

c. Kalium K2O

Berdasarkan hasil uji kandungan kalium yang dilakukan di Laboratorium LPPT UGM dengan metode SSA-nyala di ketahui kandungan kalium di Desa Banyusoca 666,19 Mg/kg, Desa Bandung 939,47, Mg/kg, Desa Bleberan, 525,55 Desa Dengok 673,71 Mg/kg. Kandungan kalium tertinggi terdapat di Desa Bandung dan kandungan kalium paling rendah terdapat di Desa Bleberan. Kebutuhan kalium yang sesuai dengan kebutuhan tanaman bambu adalah 939,47 sampai 525,55. Karena diketahui dari hasil observasi dilapangan tanaman bambu yang tumbuh di Desa Bandung, Bleberan dan Dengok lebih subur.

Fungsi kalium terhadap tanaman adalah untuk meningkatkan proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air, mempertahankan tugor, membentuk batang lebih kuat, sebagai aktivator bermacam-macam enzim, memperkuat akar tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah dan meninggkatkan ketahanan terhadap penyakit ( Dobermann dan Fairhurst. 2000).

Secara umum kaitanya unsur kalium pada fase vegetatif terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur proses potosintesis terhadap pertumbuhan tanaman jika unsur fosfor dimaksimalkan maka proses fotosintesis akan turun dan pertmbuhan tanaman akan menjadi terhambat. Kemudian peranan unsur kalium pada fase generatif


(54)

yaitu untuk meningkatkan kualitas batang, buah dan biji. Maka unsur kalium juga bisa menjadikan batang bambu menjadi lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama. d. pH Tanah

Berdasarkan Tabel 14. Kandungan pH tanah pada 4 empat Desa di Kecamatan Playen memiliki kandungan pH yang berbeda-beda. Di Desa Banyusoco 7,00, Desa Bandung 7,22, Desa Bleberan 7,16 dan Desa Dengok 7,05. Karakteristik pH tanah untuk budidaya bambu menurut literatur, Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5, dan umumnya menghendaki tanah yang pH nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlin dan Estu, 1995).Dari hasil penelitian kandungan pH di empat Desa di Kecamatan Playen memiliki pH yang relatif basah sehingga kurang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu yang memerlukan pH tanah asam.

e. Bahan Organik

Berdasarkan Tabel 14. Kandungan kandungan bahan organik pada 4 (empat) Desa di Kecamatan Playen memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda di Desa Banyusoco kandungan bahan organik 7,292%, Desa Bandung 2,646%, Desa Bleberan 5,959% dan Desa Dengok 5,254%. Dari hasil observasi, tanaman bambu tidak terlalu banyak membutuhkan bahan organik yang tinggi, terlihat dari data yang di peroleh dari hasil penelitian Desa Bandung, Bleberan dan Dengok tanaman bambu lebih tumbu subur dari pada di Desa Banyusoca.

Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Hal


(55)

C. Potensi Kawasan untuk Pengembangan Bambu

Berdasarkan hasil analisis karakteristik fisiografi wilayah dan hasil analisis sampel tanah yang dilakukan di wilayah Kecamatan Playen, menurut data Tabel 15. Dan Tabel 16. diperkirakan wilayah Kecamatan Playen merupakan kawasan yang memiliki potensi sebagai wilayah kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu, khususnya jenis bambu petung (Dendrocalamus asper back), bambu wulung (Gigantochloa atrovilacae Widjaja) dan bambu apus (Gigantrochloa apus). Potensi yang ada dapat di ketahui berdasarkan data yang telah di peroleh dari hasil penelitian yang berupa hasil analisi karakteristik wilayah dan kandungan unsur hara pada tanah di wilayah Kecamatan Playen.

Kemudian di padukan dengan data yang di peroleh dari literatur persyaratan tumbuh tanaman bambu. Data yang sudah dianalisis kemudian disesuaikan dengan kebutukan syarat tumbuh tanaman bambu sehingga dapat diketahui karakteristik lahan yang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu. potensi kawasan yang terdapat di Kecamatan Playen untuk pengembangan budidaya tanaman bambu diantaranya :

1. Kondisi fisiografi wilayah

Berdasarkan data dari hasil penelitan kondisi fisiografi wilayah di Kecamatan Playen banyak memiliki kesesuaian dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu, salah satu diantaranya adalah ketinggian tempat, jenis tanah, unsur hara, kedalaman air tanah, topografi, curah hujan dan suhu.

2. Kandungan unsur hara di tanah

Berdasarkan hasi analisis sampel tanah yang dilakukan di laboratorium, kandungan unsur hara yang terdapat pada tanah di wilayah Kecamatan Playen, memilik banyak kesesuaian dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu.


(56)

(57)

55

di Kecamatan Playen yaitu Desa Banyusoco, Desa Bandung Desa Bleberan dan Desa Dengok memiliki potensi serta syarat tumbuh untuk tanaman bambu yang sesuai dan Kecamatan Playen memiliki potensi sebagai kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu. Ada tiga jenis tanaman bambu yang tumbuh subur di Kecamatan Playen yaitu bambu petung (Dendrocalamus asper back), bambu wulung (Gigantochloa atrovilacae Widjaja) dan bambu apus (Gigantrochloa apus).

b. Saran

Dalam penelitian ini masih terbatas oleh sumber yang mengacu pada kebutuhan kadungan unsur hara untuk tanaman bambu. Sehingga dalam menganalisis kandungan unsur hara yang di butuhkan tanaman bambu belum begitu spesifik dan adanya penyuluhan dari pihak pemerintahan terhadap masyarakat tentang prospek dan manfaat tanaman bambu agar tanaman bambu dapat di manfaatkan dengan baik.


(58)

Daftar Pustaka

Ade Setiawan. 2010. Artikel Survey dan Evaluasi Lahan. http://www.ilmutanah.unpad.-ac.id/resources/artikel/survey-dan-evaluasi-lahan/. Diakses Tanggal 15 Desember 2015.

Adhi Sudibyo. 2011. Zonasi Konservasi Mangrove di Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Pati. Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 101 halaman. Diakses Tanggal 15 Desember 2015.

Agus, I., Krisdianto, Sumarni G. 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm (online). Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Bambang Wisnu Broto. 2015 arikel gununkidul galakan budidaya bambu. http://harianjogja.bisnis.com/read/20151007/1/5253/gunungkidul-galakkan-budidaya-tanaman-bambu. Dikses tanggal 12 januai 2016.

Berlin, N. V. A., dan Estu, R. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta. Dikses tanggal 12 januari 2016.

BPS Kabupaten Gunung Kidul, 2010. Data administatif kabupaten Gunung Kidul. Diakses pada tanggal 23 maret 2016.

Buringh, P. 1970.Introduction to the Study oh Soil in Tropical and Subtropical. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. 1978. Penuntun Praktikum Tanah Umum. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Dikses tanggal 12 januari 2016.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1992. Manual Kehutanan.

Depertemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Desi Ekawati, Sutiyono, Heri Kusriyanto. 2013 pusat penelitian dan pengembangan peningkatan produktivitas Hutan Badan Litang Kehutanan, Kementrian Kehutanan. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Doubermann, A. Dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient // Managemen. Potash & Potash Institute/ Potash & Potash Intitute of Canada.Diakses pada tanggal 12 januari 2016.

Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 15 desember 2015.


(59)

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Menggali Peluang Ekspor Untuk Produk Bambu. SST: DJPEN/MJL/002/12/2011 Edisi Desember. Diakses pada tanggal 12 maret 2016.

Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Diakses pada tanggal 18 desember 2015.

Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Sastrapradja S, Widjaja EA, Prawiroatmodjo, Soenarko S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Diakses pada tanggal 22 desember 2015.

Setianto. 2013 https://www.facebook.com/notes/mastok-setyanto/pemberdayaan-

masyarakat-dengan-mengembangan-bambu-menuju-masyarakat-mandiri/10152003012661215/. Dikses tanggal 24 januai 2016.

Sofyan Ritung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat. 2007 http://balittanah.litbang.deptan.go.id. tanggal 26 januai 2016

Soepraptoharjo, 1979. Telaah Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Sutiyono, 2012. Budidaya dan Pemanfaatan Bambu. Bahan presentasi. Tidak diterbitkan. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.

Sutiyono, Hendromono, Marfu’ah, Ihak. 1996. Teknik Budidaya Tanaman Bambu. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Nasih. 2010 Evaluasi lahan DIkutip dari http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id Dikses tanggal 26 januai 2016

Nurliasari, F. R. 2006. Bab 3. Metodelogi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian. eprints.un-dip.ac.id/34721/6/1717_chapter_111.pdf. Diakses tanggal 14 November 2014

Otjo dan Atmadja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang Terlupakan. http://www.freelists.org/archives/ppi/09-2006/msg00010.html. Diakses pada 25 Desember 2015.


(60)

Widjaja, E.A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis bambu di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bilologi. LIPI. Bogor. Diakses pada tanggal 12 april 2016.


(61)

(STUDI KASUS DI KECAMATAN PLAYEN)

oleh: Aris Tata Fauzi

20100210022

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(62)

1

A. Latar Belakang

Dari data yang dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gunungkidul, permintaan kerajinan bambu ke luar negeri mencapai 2.000 kontainer, tetapi bambu dapat dipenuhi sebanyak 730 kontainer. Menurut Bambang Wisnu Broto (2015), prospek bambu sangat bagus, sehingga dimasukan dalam budidaya di Gunungkidul. Budidaya ini dilakukan karena Gunungkidul masih kekurangan bambu untuk bahan anyaman. Dari luas lahan yang ada, baru bisa memasok 30% persen saja, sedang kekurangan tersebut para pengrajin banyak mendatangkan bahan baku dari luar daerah. Kecamatan Playen merupakan salah satu kawasan yang membutuhkan bambu untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kandang, namun masih kekurangan pasokan bambu. Selain itu Kecamatan Playen merupakan sentra tempat Pabrik bambu di Kabupaten Gunungkidul.

B. Perumusan Masalah

Kabupaten Gunungkidul masih kekurangan pasokan bambu sebagai bahan baku anyaman sekitar 1.270 kontainer. Maka perlu dilakukan ekspansi budidaya di tempat lain. Berdasarkan hasil observasi di Kecamatan Playen, wilayah tesebut banyak memiliki berbagai potensi sumberdaya alam untuk budidaya tanaman bambu, namun potensi yang ada belum termanfaatkan dengan baik, maka diperlukan upaya untuk mengidentifikasi potensi kawasan untuk budidaya tanaman bambu di Gunungkidul (Studi Kasus di Kecamatan Playen)..

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi kawasan yang pengembangan budidaya tanaman bambu, di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.


(63)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi acuan untuk mengetahui areal kawasan yang potensial untuk pengembangan budidaya tanaman bambu di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.

E. Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan di daerah Gunungkidul. Obyek penelitian yang diambil yaitu kawasan kebun bambu para penduduk yang ada di daerah Gunungkidul Kecamatan Playen.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pengembangan tanaman bambu di Kabupaten Gunungkidul (Studi

Kasus Kecamatan Playen)

Karakterisasi Fisiografi

Persyaratan tumbuh Tanamn Bambu

Analisis sampel tanah

Karakteristik Lahan

Potensi Kawasan untuk budidaya tanaman bambu

Kawasan pengembangan tanaman Bambu di

Kec. Playen

Analisis Kondisi Fisiografi Wilayah


(64)

3

A. Bambu (Bambusa Sp)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bambu antara lain: 1. Tanah

Jenis-jenis tanah yang ditumbuhi pusat bambu adalah jenis tanah asosiasi latosol merah, latosol merah kecoklatan, dan laterit, Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5 (Sutiyono, dkk., 1996).

Tabel 1. Karakteristik Jenis Tanah Untuk Bambu

No. Jenis tanah Tekstur tanah Struktur tanah

1. Asosiasi latosol merah Lempung sapai liat

Remah sampai

mengumpal 2. Latosol merah kecoklatan Lempung sapai

liat

Remah sampai

mengumpal

3. Laterit Beranekaragam

dan umumnya berpasir

Gumpal konsistensi lekat

4. Latosol coklat kemerahan Lempung gumpal berselaput lempung, berciri plintip dan lapisan sesquiosiid. Sumber : Sutiyono, dkk., 1996.

2. Lahan Topografi

Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 –

2200 m di atas permukaan laut. Bentuk Topografi lahan dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3%–8%, bergelombang 9%–15% dan bergunung > 30%.

3. Ketinggian tempat

Menurut (Dephut, 1992) tanaman bambu dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi yaitu antara Ketinggian tempat, 0 – 2.000 m. dpl.


(65)

4. Iklim

Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan bambu berkisar 8,8 0C–36 0C, curah hujan minimal 1.020 mm/tahun. Sutiyono et al. (1996).

B. Jenis-Jenis Tanaman Bambu

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang menjadi surga bagi jenis tanaman yang disebut juga sebagai buluh, aur, dan eru ini. Diperkirakan terdapat sedikitnya 159 jenis bambu di Indonesia yang 88 diantaranya merupakan spesies endemik Indonesia. (Widjaja, E.A. 2001)

C. Karakteristik lahan

Menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011), karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan sebagainya.

Tabel 2. Karkteristik lahan sebagai penduga potensi kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu antara lain

No Kualitas Lahan Keterangan

1 Topografi Satuan topografi wilayah dinyatakan dalam % kemiringan

2 Ketinggian Tempat Stuan ketinggian tempat dinyatakan dalam mdpl

3 pH Nilai pH tanah di lapangan.

4 Jenis Tanah Dinyatakan dalam tekstur dan struktur tanah 5 Iklim

a. Temperatur b. Curah hujan c. Tipe Iklim

-Temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam o

C

-Curah hujan rerata per tahun (mm)

dinyatakan dari tipe klim basah sampai kering 6 Hara Tesedia

a. Total N b. P2O5 c. K2O

Kandungan kadar Nitrogen dinyatakan dalam % Kandungan kadar Posfat dinyatakan dalam % Kandungan kadar Kalium dinyatakan dalam % Sumber : Sarwono dkk 2011.


(66)

D. Budidaya tanamana bambu

Diperlukan persiapan yang matang terkait budidaya pohon bambu mulai dari pembibitan, penanaman, Pemeliharaan, Penjarangan (Thinning), Mengatur struktur dan komposisi batang dalam rumpun, Pengaturan drainase, sampai Penebangan atau pemanenan (Sutiyono dkk., 1996).


(67)

6

35.7” BT (Playen), jumlah desa dibagi menjadi 13 desa. Dengan letak geogrfis

Lereng dan Hamparan. Kemiringan lahan sedang dan Landai. B. Kondisi Iklim

Kondisi umum klimatologi Kecamtan Playen secara umum menunjukkan dengan curah hujan berjumlah 2198per30 tahun dengan rata-rata 187 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Kecamatan Playen memiliki suhu udara rata-rata harian 27,7oC, suhu minimum 23,2oC dan suhu maksimum 32,4oC. kelembapan nisbi berkisar antara 80% - 85%.

C. Kondisi Sosial ekonomi 1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamata Playen sampai dengan akhir bulan agustus 2014 berjumlah 56.388 jiwa, terdiri dari 27.265 laki-laki dan 29.123 perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 16.100 KK.

2. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan masyarakat di Kecamatan Playen terdiri dari belum bekerja, mengrus rumah tangga, pelajar/mahasiswa, pensiunan, PNS, TNI, polri, pejabat negara, buruh/tukang, sektor pertanian, karyawan BUMN/BUMD, karyawan swasta, tenaga medis dan pekerjaan lainya.

3. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Playen antara lain tidak sekolah, blom tamat SD, tamat SD, SLTP, SLTA, diploma I/II, akademi DPLM III/S. Mud, diploma IV/setara I, setara II dan setara III.


(68)

7

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di bulan Januari sampai Maret 2016 di Kecamatan Playen Gunungkidul. Yang terleak di 4 desa, yaitu Desa Banyusoco Desa Bandung, Desa Bleberan dan Desa Dengok. Serta di laboratorium Tanah Fakutas Pertanian Universitas Muammadiya Yogakarta dan LPPT UGM.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, yang teknis pelaksanaanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pengumpulan data sekunder. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif.

E. Jenis Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. (Adhi Sudibyo, 2011).

F. Luaran Penelitian

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu data kesesuaian budidaya tanaman bambu di Gunungkidul serta naskah akademik yang nantinya akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.


(69)

8

hitam dengan bahan induk batu kapur. Wilayah Kecamatan Playen merupakan daerah yang sebagian besar bertopografi datar, namun ada juga desa yang memiliki topografi curam. Ada pegunungan dan juga dilewati oleh alirang sungai yang besar. Dari hasil observasi dilapangan tanaman bambu yang banyak berkembang di daerah Kecamatan Playen ada tiga jenis, yaitu Bambu Petung, Bambu Apus dan Bambu Wulung/Hitam. Ketiga jenis tanaman bambu tersebut memiliki karakteristik dan Manfaat yang berbeda antara satu sama lain: Bambu Petung Pemanfaatan untuk kontruksi bangunan, Bambu Apus Pemanfaatan untuk Konstruksi bangunan dan anyaman, Bambu Wulung Pemanfaatan untuk aneka kerajinan furnitur dan alat musik.

B. Analisis Kesesuaian Budidaya Tanaman Bambu

Tabel 3. Karakteristik kondisi lahan di Kecamatan Playen diempat desa.

N o

Karakteristik Lahan Lokasi (Desa)

Banyusoca Bandung Bleberan Dengok

1 Jenis Tanah Mediteran Grumusol Grumusol Grumusol

2 Topografi Bergunung Berombak Berombak Berombak

3 Ketinggian Tempat (mdpl)

94–241 mdpl 200–221 mdpl 167–183 mdpl

176–196 mdpl 4 Iklim

a. Temperatur0C b. Curah Hujan per

tahun (mm)

27,7oC 2198 mm

27,7oC 2198 mm

27,7oC 2198 mm

27,7oC 2198 mm 5 Media Perakaran

a. Tekstur

b. Kedalaman Tanah (cm) Lempung 60 Lempung 75 Lempung 80 Lempung 75 6 Bahaya Erosi atau

Kemiringan (%)

5 % - 55% 30- 280

2% - 5% 10- 30

5% - 18% 30- 100

2% - 5% 10- 30

7 pH 7,00 7,22 7,16 7.05

8 Bahan Organik (%) 7,292 2,646 5,959 5,254


(70)

1. Karakteristik Lahan

Berdasarkan Tabel 5. Hasil Observasi dan Analisis Sampel Tanah dapat disimpulkan bahwa Karakteristik Lahan di wilayah Kecamatan Playen memiliki kesesuaian untuk budidaya tanaman bambu. Faktor-faktor yang sesuai diantaranya: ketinggian tempat, topografi, iklim, media perakaran, bahaya erosi, kemiringan dan kandungan Bahan Organi. Namun ada beberapa faktor yang kurang sesuai untuk budidaya bambu diantaranya : jenis tanah dan pH tanah. Jenis tanah kurang sesuai karena dari data literatur, tanah yang sesuai untuk budidaya bambu adalah jenis tanah latosol, sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Playen yaitu tanah Grumusol dan Mediteran. Kemudian pH tanah yang terdapat di Kecamatan Playen cenderung bersifat netral hingga basa antara 7.00 – 7,22. Sedangkan menurut literatur kebutuhan kandungan pH tanah untuk budidaya tanaman bambu bersifat masam berkisar antara 3,5–6,5.

2. Hara Tersedia

Tabel 4. Kandungan Hara Tersedia di Kecamatan Playen per Desa

No Hara

Tersedia

Lokasi (Desa)

Banyusoca Bandung Bleberan Dengok

1 N total (%) 0,27 0,38 0,36 0,38

2 P2O5 mg/kg 662,38 1082,19 1072,19 1115,83

3 K2O mg/kg 666,19 939,47 525,55 673,71

Sumber : Hasil Uji di Laboratorium LPPT UGM dan Laboratotium FP UMY 2016 Berdasarkan Tabel 6. hasil uji kandungan N total, P2O5dan K2O kandungan hara Tersedia yang terdapat di wilayah Kecamatan Playen Sesuai untuk budidaya tanaman bambu. Karna memiliki ketersdiaan hara yang cukup untuk buddaya bambu.

C. Potensi Kawasan untuk Pengembangan Bambu

Berdasarkan Tabel 3. Dan Tabel 4. Kecamatan Playen, memiliki potensi antaralain Tanah, iklim, Ketinggian Tempat, Topografi, Bahaya erosi, Hara Trsedia (N total, P2O5dan K2O) dan Bahan Organik namun untuk jenis tanah dan pH tanah kurang sesuai untuk budidaya tanamanan bambu menurut literatut.


(1)

bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlin dan Estu, 1995). Dari hasil penelitian kandungan pH di empat Desa di Kecamatan Playen memiliki pH yang relatif basah sehingga kurang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu yang memerlukan pH tanah asam.

e. Bahan Organik

Berdasarkan Tabel 14. Kandungan kandungan bahan organik pada 4 (empat) Desa di Kecamatan Playen memiliki kandungan bahan organik yang berbeda-beda di Desa Banyusoco kandungan bahan organik 7,292%, Desa Bandung 2,646%, Desa Bleberan 5,959% dan Desa Dengok 5,254%. Dari hasil observasi, tanaman bambu tidak terlalu banyak membutuhkan bahan organik yang tinggi, terlihat dari data yang di peroleh dari hasil penelitian Desa Bandung, Bleberan dan Dengok tanaman bambu lebih tumbu subur dari pada di Desa Banyusoca.

Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan.

C. Potensi Kawasan untuk Pengembangan Bambu

Berdasarkan hasil analisis karakteristik fisiografi wilayah dan hasil analisis sampel tanah yang dilakukan di wilayah Kecamatan Playen, menurut data Tabel


(2)

54

15. Dan Tabel 16. diperkirakan wilayah Kecamatan Playen merupakan kawasan yang memiliki potensi sebagai wilayah kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu, khususnya jenis bambu petung (Dendrocalamus asper back), bambu wulung (Gigantochloa atrovilacae Widjaja) dan bambu apus (Gigantrochloa apus). Potensi yang ada dapat di ketahui berdasarkan data yang telah di peroleh dari hasil penelitian yang berupa hasil analisi karakteristik wilayah dan kandungan unsur hara pada tanah di wilayah Kecamatan Playen.

Kemudian di padukan dengan data yang di peroleh dari literatur persyaratan tumbuh tanaman bambu. Data yang sudah dianalisis kemudian disesuaikan dengan kebutukan syarat tumbuh tanaman bambu sehingga dapat diketahui karakteristik lahan yang sesuai untuk kebutuhan tanaman bambu. potensi kawasan yang terdapat di Kecamatan Playen untuk pengembangan budidaya tanaman bambu diantaranya :

1. Kondisi fisiografi wilayah

Berdasarkan data dari hasil penelitan kondisi fisiografi wilayah di Kecamatan Playen banyak memiliki kesesuaian dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu, salah satu diantaranya adalah ketinggian tempat, jenis tanah, unsur hara, kedalaman air tanah, topografi, curah hujan dan suhu.

2. Kandungan unsur hara di tanah

Berdasarkan hasil analisis sampel tanah yang dilakukan di laboratorium, kandungan unsur hara yang terdapat pada tanah di wilayah Kecamatan Playen, memilik banyak kesesuaian dengan kebutuhan syarat tumbuh tanaman bambu.


(3)

55

di Kecamatan Playen yaitu Desa Banyusoco, Desa Bandung Desa Bleberan dan Desa Dengok memiliki potensi serta syarat tumbuh untuk tanaman bambu yang sesuai dan Kecamatan Playen memiliki potensi sebagai kawasan pengembangan budidaya tanaman bambu. Ada tiga jenis tanaman bambu yang tumbuh subur di Kecamatan Playen yaitu bambu petung (Dendrocalamus asper back), bambu wulung (Gigantochloa atrovilacae Widjaja) dan bambu apus (Gigantrochloa apus).

b. Saran

Dalam penelitian ini masih terbatas oleh sumber yang mengacu pada kebutuhan kadungan unsur hara untuk tanaman bambu. Sehingga dalam menganalisis kandungan unsur hara yang di butuhkan tanaman bambu belum begitu spesifik dan adanya penyuluhan dari pihak pemerintahan terhadap masyarakat tentang prospek dan manfaat tanaman bambu agar tanaman bambu dapat di manfaatkan dengan baik.


(4)

56

Daftar Pustaka

Ade Setiawan. 2010. Artikel Survey dan Evaluasi Lahan. http://www.ilmutanah.unpad.-ac.id/resources/artikel/survey-dan-evaluasi-lahan/. Diakses Tanggal 15 Desember 2015.

Adhi Sudibyo. 2011. Zonasi Konservasi Mangrove di Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Pati. Skripsi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 101 halaman. Diakses Tanggal 15 Desember 2015.

Agus, I., Krisdianto, Sumarni G. 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang/teliti/bambu.htm (online). Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Bambang Wisnu Broto. 2015 arikel gununkidul galakan budidaya bambu. http://harianjogja.bisnis.com/read/20151007/1/5253/gunungkidul-galakkan-budidaya-tanaman-bambu. Dikses tanggal 12 januai 2016.

Berlin, N. V. A., dan Estu, R. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta. Dikses tanggal 12 januari 2016.

BPS Kabupaten Gunung Kidul, 2010. Data administatif kabupaten Gunung Kidul. Diakses pada tanggal 23 maret 2016.

Buringh, P. 1970.Introduction to the Study oh Soil in Tropical and Subtropical. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. 1978. Penuntun Praktikum Tanah Umum. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Dikses tanggal 12 januari 2016.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1992. Manual Kehutanan.

Depertemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Desi Ekawati, Sutiyono, Heri Kusriyanto. 2013 pusat penelitian dan pengembangan peningkatan produktivitas Hutan Badan Litang Kehutanan, Kementrian Kehutanan. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Doubermann, A. Dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient // Managemen. Potash & Potash Institute/ Potash & Potash Intitute of Canada.Diakses pada tanggal 12 januari 2016.

Goeswono Soepardi. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 15 desember 2015.


(5)

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2011. Menggali Peluang Ekspor Untuk Produk Bambu. SST: DJPEN/MJL/002/12/2011 Edisi Desember. Diakses pada tanggal 12 maret 2016.

Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Diakses pada tanggal 18 desember 2015.

Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Sastrapradja S, Widjaja EA, Prawiroatmodjo, Soenarko S. 1977. Beberapa Jenis Bambu. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Diakses pada tanggal 22 desember 2015.

Setianto. 2013 https://www.facebook.com/notes/mastok-setyanto/pemberdayaan-

masyarakat-dengan-mengembangan-bambu-menuju-masyarakat-mandiri/10152003012661215/. Dikses tanggal 24 januai 2016.

Sofyan Ritung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat. 2007 http://balittanah.litbang.deptan.go.id. tanggal 26 januai 2016

Soepraptoharjo, 1979. Telaah Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Sutiyono, 2012. Budidaya dan Pemanfaatan Bambu. Bahan presentasi. Tidak diterbitkan. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor.

Sutiyono, Hendromono, Marfu’ah, Ihak. 1996. Teknik Budidaya Tanaman Bambu. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor. Diakses pada tanggal 12 desember 2015.

Nasih. 2010 Evaluasi lahan DIkutip dari http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id Dikses tanggal 26 januai 2016

Nurliasari, F. R. 2006. Bab 3. Metodelogi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian. eprints.un-dip.ac.id/34721/6/1717_chapter_111.pdf. Diakses tanggal 14 November 2014

Otjo dan Atmadja, 2006. Bambu, Tanaman Tradisional Yang Terlupakan. http://www.freelists.org/archives/ppi/09-2006/msg00010.html. Diakses pada 25 Desember 2015.


(6)

58

Widjaja, E.A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis bambu di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bilologi. LIPI. Bogor. Diakses pada tanggal 12 april 2016.