commit to user
23 c.
Kebutuhan akan stimulasi mental asah yang merupakan cikal bakal bakal proses pembelajaran pendidikan dan pelatihan pada anak. Harus dimulai sedini
mungkin, teritama pada 4 tahun pertama kehidupan. Stimulasi mental ini mengembangkan aspek mental psikososial: agama, etika, moral, kecerdasan,
kreatifitas, keterampilan, kemandirian, kepribadian, produktivitas dan sebagainya.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa
dan lingkungannya artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Lingkungan yang
dimaksud bisa berupa keluarga orang tua, pengurus panti bila anak berada pada panti asuhan, atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya
menggelandang. Semua individu tersebut menjadi klien dalam keperawatan anak.
3. Konsep Demam
1. Pengertian Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi pengatur panas hipotalamus
mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengatur lainnya adalah suhu darah yang
bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu di dalam tubuh normal pada titik ambang 37
o
C 98,6
o
F dan sedikit berkisar antara 1- 1,5
o
C. Suhu aksila mungkin 1
o
C lebih rendah daripada suhu di dalam tubuh, sebagian
commit to user
24 karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin rendah palsu karena adanya
pernapasan yang cepat Nelson, 2000. Menurut Dorland 2006 “hipertermia Febris Demam: pertama, peningkatan
suhu tubuh di atas normal; hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik, seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat; sampai lesi sistem saraf
pusat, atau infeksi oleh mikrorganisme; atau ada pejamu proses non infeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu, seperti leukemia. Disebut juga dengan
pyrexia. Kedua, Setiap penyakit yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh”.
Demam diasosiasikan sebagai bagian dari respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalanan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan
set-point pusat pengaturan suhu tubuh Styrt dan Sugarman 2005.
Demam dalam bahasa yunani kuno berasal dari pyretos yang berarti api. Istilah febril berasal dari terminologi latin febris yang berarti demam. Demam atau
yang sering disebut dengan Pireksia atau hipertermia terkontrol adalah gejala medis yang umum ditemukan, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas batas normal
36.5–37.5 °C 98–100 °F yang berhubungan dengan peningkatan set-point pusat pengaturan regulasi temperatur. Peningkatan set-point ini akan memicu kenaikan
tonus otot dan menggigil. Kenaikan suhu tubuh umumnya akan diikuti dengan perasaan dingin, dan akan merasa hangat saat suhu tubuh yang baru tercapai. Demam
merupakan salah satu respon imun tubuh yang berusaha menetralkan infeksi bakteri maupun virus. Demam dapat disebabkan oleh berbagai kondisi Wikipedia, 2009.
Demam anak umumnya disebabkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam dapat menghilang sesudah masa yang singkat. Anak berumur antara 6 bulan
hingga 5 tahun menghadapi risiko untuk mengalami kejang demam sederhana,
commit to user
25 sedangkan mereka yang mendertia epilepsy idiopatik dapat mengalami peningkatan
frekuensi kejang sebagai bagian penyakit demam nonspesifik Nelson, 2000. Istilah demam memiliki arti naiknya temperatur tubuh di atas batas normal,
dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan temperatur. Banyak protein, dan beberapa zat
tertentu lainnya, terutama toksin liposakarida yang dilepaskan oleh bakteri, dapat menyebabkan peningkatan set-point termostat hipotalamus. Zat yang menimbulkan
efek seperti ini disebut dengan pirogen. Pirogen yang dilepaskan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dilepaskan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan
demam selama keadaan sakit. Ketika set-point pusat pengaturan temperatur hipotalamus meningkat lebih tinggi dari tingkat normal, semua mekanisme untuk
meningkatkan temperature tubuh akan bekerja, termasuk pengubahan panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam beberapa jam setelah set-point ditingkatkan
ke derajat yang lebih tinggi temperatur tubuh juga akan mendekati tingkat ini sehingga akan terjadi demam Guyton dan Hall, 1997.
Demam berbeda dengan hipertermia. Peningkatan suhu tubuh bukan karena perubahan set-point, melainkan akibat insufisiensi termoregulasi tubuh atau produksi
panas yang berlebihan Thompson, 2005. Peningkatan panas hipotalamus mungkin disebabkan oleh olahraga berat, hipertermia maligna, syndrome neuroleptik maligna,
hipertiroidisme. Pengurangan kehilangan panas bisa disebabkan oleh pemakaian selimut berlapis-lapis, keracunan atropine, atau terpajan lingkungan bersuhu tinggi
Nelson, 2000.
commit to user
26 2.
Mekanisme Terjadinya Demam Demampireksia dihubungkan denngan beberapa perbedaan kondisi penyakit.
Berbagai faktor eksternal dapat mempengaruhi secara langsung pusat regulasi suhu tubuh di hipotalamus untuk menaikkan set point. Meskipun terdapat banyak
ketidakjelasan tentang tahap intermediet didalam prosesnya, namun ini diketahui bahwa semua jenis faktor demam dapat menyebabkan produksi dan pelepasan
beberapa pirogen internal substansi penyebab demam. Toksin dari bakteri misalnya endotoksin bekerja pada monosit dan makrofag
untuk menghasilkan berbagai macam sitokin yang bekrja sebagai pirogen endogen. Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui reseptor yang ada di tubuh untuk
disampaikan kepusat pengatur panas hipotalamus. Pirogen ini akan merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin
PGE2. Sitokinin juga dihasilkan oleh sel-sel di SSP apabila terjadi rangsangan oleh infeksi.
Rangsangan ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepid an menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas dan inilah yang menimbulkan demam. Saat suhu tinggi akan
aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T akan dirangsang untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibody atau sistem kekebalan tubuh. Secara ringkas proses terjadinya demam akan disajikan pada gambar 1.
commit to user
27 3.
Mekanisme Pengaturan Kembali Set-point pada Demam Menurut Nelson 2000 “Berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau
agen yang berkaitan dengan toksin pirogen eksogen mengimbas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya
interleukin IL-1, β IL-1, α IL-6, faktor nekrosis tumor TNF, α TNF-β, dan
interferon- α INF. Pirogen endogen menyebabkan demam dalam waktu 10-15 menit,
sedangkan respon demam terhadap pirogen eksogen misalnya, endotoksin timbul lambat memerlukan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang
sifatnya pirogenik secara langsung menstimulus hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E
2,
yang kemudian mengatur kembali titik ambang pengaturan suhu”. Peningkatan
Set-point Konservasi Panas
Produksi Panas
Demam Prostaglandin
Trauma Ischemic injury
Inflamasi Infeksi
Pirogen Endogen
Pirogen Eksogen
Monosit Makrofag
Daerah Preoptik Hipotalamus
Sitokinin
Gambar 2.1: Mekanisme dasar terjadinya demam Valita, 2007.
commit to user
28 Set point yang tinggi memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhu lewat
rangkaian simpatetik dan saraf efferent adrenergik akan memicu konservasi panas dengan cara vaskonstriksi dan kontraksi otot menggigil. Jalur autonomik dan
endokrine ikut menurunkan penguapan dan mengurangi jumlah cairan yang akan dipanaskan. Proses ini berjalan terus sampai suhu sudah sesuai dengan termostat, suhu
tubuh terukur akan diatas suhu rata-rata. Saat rangsangan sitokin telah menurun, termostat diturunkan kembali, sehingga proses pengeluaran panas dan penambahan
jumlah cairan akan berjalan. Termoregulasi ini dibantu korteks serebri dalam
menyesuaikan dengan perilaku Kaspan, 2006. 4.
Fungsi Demam Demam diketahui terjadi pada semua hewan yang diteliti. Peningkatan suhu
pada demam dapat meningkatkan kerja fagosit untuk mencapi tujuannya. Metabolisme tubuh meningkat yang dapat meningkatkan fagositosis melalui peningkatan aliran
darah. Demam pada infeksi virus dapat merangsang interferon yang dapat membatasi perjalanan infeksi virus. Namun, demam tinggi dapat merusak sel, terutama sel-sel di
susunan saraf pusat Tamboyang dan Corwin, 2000. 5.
Karakteristik Demam a.
Kedinginan. Apabila set-point pusat pengatur temperatur hipotalamus berubah tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat lebih tinggi dari nilai normal sebagai
akibat dari penghancuran jaringan, zat pirogen atau dehidrasi, temperatur tubuh biasanya membutuhkan waktu beberapa jam untuk mencapai set-point temperatur
yang baru. Temperatur darah yang lebih rendah dari set-point hipotalamus akan mengakibatkan reaksi umum yang menyebabkan kenaikan temperatur tubuh.
Selama ini orang akan menggigil dan merasa sangat dingin meski temperatur
commit to user
29 tubuhnya di atas normal. Kulit menjadi dingin karena terjadi vasokonstriksi, dan
orang tersebut akan gemetar hingga suhu yang seseuai dengan set-point barunya tercapai. Kemudain orang tersebut akan merasa panas. Selama faktor yang
menyebabkan pengontrol temperatur diatur terus pada nilai yang tinggi, temperatur tubuh diatur lebih kurang dengan cara normal tetapi pada tingkat set-
point temperatur yang tinggi Guyton dan Hall, 1997.
b. Krisis, atau kemerahan
Set-point pengatur temperatur hipotalamus akan segera turun saat faktor-faktor
yang mengakibatkan perubahan set-point dihilangkan. Pada kondisi ini temperatur tubuh masih tinggi, sedangkan hipotalamus berusaha menurunkan suhu tubuh
sesuai dengan set-point yang telah kembali normal. Keadaan ini analog dengan pemanasan yang berlebihan pada area preoptik-hipotlamus anterior, yang
menyebabkan keringat banyak dan kulit tiba-tiba menjadi panas karena vasodilatasi di semua tempat. Perubahan yang tiba-tiba ini dalam demam dikenal
sebagai “krisis”, atau lebih tepatnya “kemerahan”. Pada masa lampau, sebelum diberi antibiotika, krisis selalu dinantikan karena saat krisis terjadi dokter dengan
segera akan mengetahui penurunan suhu tubuh kliennya akan terjadi Guyton dan Hall, 1997.
6. Tipe Demam
a. Demam remiten: setiap hari suhu naik dan kembali turun tetapi tetap di atas suhu
normal b.
Demam intermiten: suhu naik dan akan turun kembali ke ambang suhu normal tubuhnya
commit to user
30 c.
Demam menetap: suhu tubuh berada di atas ambang batas normal dan berfluktuasi tidak lebih dari 1
o
C Nelson, 2000 d.
Demam Pel-Ebstein: demam spesifik yang diasosiasikan dengan Hodgkins lymphoma
. Suhu tubuh akan meningkat selama minggu pertama, dan akan menurun diminggu berikutnya, dan seterusnya Wikipedia, 2009.
Menurut Nelwan, tipe demam dapat dibagi menjadi lima antara lain: a.
Demam septik, yaitu suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten, dimana suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai titik normal. Perbedaan suhu yang tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan yang tercatat pada demam septik.
c. Demam intermiten, yaitus suhu badan dapat turun ketingkat yang normal selama
bebarapa jam dalam satu sehari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana. d.
Demam kontinyu, merupakan variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus-menerus tinggi disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik, dimana terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti kenaikan suhu seperti semula Persatuan Ahli Penyakit
Dalam Indonesia, 2003.
commit to user
31 7.
Klasifikasi Demam pada Anak Kuman beredar dalam darah tidak berenang dalam plasma, tetapi ada
dalam lekosit intraseluler, limfosit atau makrofag. Keberadaan kuman tidak konstan dari waktu ke waktu, dan hanya dapat bertahan sementara sebelum menempel dan
berhasil membuat koloni pada jaringan atau dihancurkan oleh sel-sel radang. Bakteremia digunakan sebagai gold standard deteksi kuman penyebab postulat
Koch. Kuman hanya berada dalam darah dalam waktu terbatas, sehingga hasil biakan kuman tidak selalu positif, tergantung pada jumlah darah sampel, jumlah kuman dan
virulensi. Pada umumnya penggolongan demam anak berdasarkan fokus demam,
antara lain: a.
Demam dengan fokus yang jelas overt focus Anak demam dengan fokus yang jelas akan mudah dikenali secara klinik.
Fokus terdapat pada anak besar, akibat kemampuan tubuhnya melokalisir radang. Fokus dapat memberikan dugaan akan kemungkinan penyebab etiologik kuman
dari kelainan anatomik tersebut. Infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, enteritis bakterial, abses, merupakan fokus yang jelas dan pada usia tertentu
kumannya dapat diduga. Detritus yang muncul pada tonsil, furunkel pada kulit, nanah dari liang telinga, dapat memberikan gambaran kuman apa yang
menyebabkan infeksi. Pemeriksaan biakan jaringan pada fokus dapat menjelaskan kuman penyebab, fokus pada bayi kecil mungkin disertai bakteremia.
b. Demam tanpa fokus yang jelas occult focus
Infeksi selain menyebabkan kelainan anatomik juga dapat menyebabkan kelainan fungsional, akibat reaksi radang. Fokus yang
tidak jelas, gejala kliniknya
commit to user
32 disebabkan oleh adanya
mediator yang menyebabkan perubahan faal. Demam tanpa fokus ini pada usia muda makin tidak jelas gejala kliniknya, karena
keterbatasan tubuh merespon infeksi. Gabungan gejala juga bisa mengakibatkan demam tanpa fokus yang jelas,
misalnya pada anak diare dengan parasit malaria dalam darah, pneumonia pada anak anemia, kebocoran plasma akibatdemam
berdarah pada anak. Fase lanjutan beberapa penyakit menunjukkan adanya gejala klinik yang jelas, namun bayi muda belum mampu melokalisir reaksi radang dan
menyebabkan rekasi radang yang sistemik. c.
Demam tanpa penyebab yang jelas unknown origin Deman ini biasanya terdapat pada infeksi kronik dan berjalan lambat, tidak
menunjukkan fokus dan tidak terdapat gejala lain yang mencolok, kecuali demam. Reaksi radang tidak hanya akibat adanya infeksi tetapi akibat kerusakan jaringan
dan kematian sel, seperti pada anak dengan keganasan atau anak dengan penyakit autoimun. Pencarian sumber demam menjadi makin rumit dan mahal dan
seringkali tidak tuntas akibat ketidakmampuan teknologi dan finasial Kaspan, 2006.
3. Konsep Kompres Hangat