4 potensi yang tidak merata dan kesejahteraan masyarakat di daerah hasil
pemekaran masih tertinggal dengan kesejahteraan masyarakat di daerah induk.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daerah Otonom Baru di Indonesia pada Tahun 1956-2016 dengan jumlah 542
pemerintah daerah yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih menggunakan
kriteria tertentu yaitu: 1.
Daerah otonom yang dimekarkan pada tahun 2007-2008; 2.
Pemerintah daerah otonom yang menerbitkan Laporan Keauangan Pemerintah Daerah;
3. Pemerintah daerah otonom yang menyajikan informasi keuangan untuk
pengujian variabel penelitian.
2.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh penulis dari Peraturan-peraturan yang berhubungan
dengan pemekaran wilayah, data-data Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD dari BPK RI pada tahun 2006-2015, data daerah otonom
baru per provinsi di Indonesia dari Depdagri, serta buku-buku dan literatur yang sesuai permasalahan yang diteliti. Data Laporan Hasil Pemeriksaan
yang diperoleh dari BPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2006-2013 yang berasal dari
setiap pemerintah kabupatenkota pada daerah induk dan daerah otonom baru.
2.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.3.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah RK
Halim 2012 menyatakan bahwa kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah PAD
5 dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lainnya misalnya bantuan pemerintah pusat transfer pusat maupun dari pinjaman. Kemandirian daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
rasio kemandirian. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah, tingkat ketergantungan terhadap bantuan pihak eksternal terutama pemerintah
pusat dan provinsi semakin rendah, dan sebaliknya. Rasio Kemandirian Daerah =
2.3.2 Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah RE
Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan
realisasi pendapatan yang diterima. Pemerintah daerah dikatakan efisien jika rasio yang dicapai kurang dari satu atau dibawah 100.
Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik Pramono, 2014: 24.
Rasio Efisiensi PAD dapat dirumuskan dengan: Rasio Efisiensi PAD =
2.3.3 Rasio Pengelolaan Belanja RPB
Menurut Nanik 2012 Rasio Pengelolaan Belanja Rasio pengelolaan belanja menunjukan bahwa kegiatan belanja yang
dilakukan oleh pemerintah daerah memiliki ekuitas antara periode yang positif yaitu belanja yang dilakukan tidak lebih besar dari total
pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Rasio ini menunjukan adanya surplus atau defisit anggaran. Surplus atau defisit yaitu selisih
lebih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode laporan.
Rasio pengelolaan belanja dapat dirumuskan dengan : Rasio Pengelolaan Belanja =
6
2.3.4 Rasio Derajat Desentralisasi RDD
Rasio yang menujukkan kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. PAD merupakan penerimaan yang berasal dari
pajak daerah, retribusi daerah serta lain-lain pendapatan yang sah Mahmudi, 2007:126.
Derajat Desentralisasi dirumuskan dengan: Derajat Desentralisasi =
2.3.5 Rasio Belanja Operasi RBO