Opera House, Sydney, Australia Stasiun TGV, Lyon, Prancis E.X Plaza Indonesia

biasanya terdapat pada bagian luareksterior rumah adat batak, motif ukiran gorga batak ini memiliki arti dinamis, kreatif, sifat dan mencerminkan falsafah maupun pandangan hidup orang batak. Arti tersebut dapat dilihat dari bentukan motifnya yang memiliki pola bentukan melingkar dan melengkung.

2.5.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul

Tema yang diterapkan pada perancangan Area Wisata dan Pusat Oleh-Oleh Kerajinan Tangan adalah tema Arsitektur Metafora dengan mengangkat motif kain gorga batak, hal ini dikarenakan motif ini merupakan salah satu bentuk dari hasil kerajinan tangan kain dan ukiran yang ada di Sumatera Utara yang memiliki makna filosofi yang dalam, selain itu juga sangat terkait dengan judul dari proyek ini yaitu sebagai tempat wisata kerajinan tangan dan pusat oleh-olehnya.

2.5.4. Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis

Berikut ini adalah contoh studi banding bangunan dengan tema sejenis yang berada di negara lain:

a. Opera House, Sydney, Australia

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar. Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan Gambar 2. 16. Motif kain batik gorga batak Universitas Sumatera Utara pelabuhan di Area Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jorn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

b. Stasiun TGV, Lyon, Prancis

Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata tangible. Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi lain bangunan juga dirancang menyerupai bentuk sayap burung.

c. E.X Plaza Indonesia

Gambar 2. 17. Sydney Opera House Sumber www.archdaily.com Gambar 2.17. Stasiun TGV Sumber www.arcspace.com Universitas Sumatera Utara E. X. Plaza Indonesia merupakan karya Budiman Hendropurnomo. Gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak intangible. Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual, akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual tangible. Gambar 2.19. E.X Plaza Indonesia Sumber www.arcspace.com Universitas Sumatera Utara

2.6. Kesimpulan