Hutan Mangrove Makam Keramat Panjang

24 baris, Mereka dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan boat menuju pantai tersebut, Waktu tempuh dari pelabuhan Pangkalan Susu menuju Lokasi ini ±45 menit. Selanjutnya anda dapat menikmati pantai ini sepuasnya. Di samping Pantai Berawe ini di kenal sebagai penghasil terasi belacan berkualitas bagus yang sangat terkenal di Sumatera Utara. Terasi belacan ini merupakan produk industri rumah tangga home industry masyarakat setempat. Para pengunjung Pulau Kampai juga tidak pulang dengan tangan kosong. Mereka dapat membeli souvenir berupa barang kerajinan tangan yang terbuat dari kerang laut.

2. Hutan Mangrove

Mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah memungkinkannya berfungsi sebagai tujuan wisata. Mangrove merupakan alat atau tameng daerah pesisir yang juga mempunyai banyak manfaat. Namun yang terjadi dewasa ini semakin membuat kita pesimis akan kemungkinan untuk tetap merasakan manfaatnya di tahun-tahun mendatang. Tekanan yang berlebihan terhadap kawasan hutan mangrove untuk berbagai kepentingan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian alam telah mengakibatkan terjadinya penurunan luas hutan mangrove yang cukup drastis. Sebagian manusia dalam memenuhi Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, Sumatera Utara terdapat kawasan hutan bakau mangroove yang akan dijadikan objek wisata. Gagasan menjadikan hutan bakau mangroove ini sebagai objek wisata, karena di Indonesia sekarang ini sedang 25 dikembangkan sebagai objek wisata yang mulai diminati wisatawan lokal maupun luar negeri, seperti wisata Anyar Mangrove di daerah Gunung Anyar Rungkut, Jawa Timur. Langkah awal akan menata kembali kawasan mangrove yang sudah ada, tetapi selama ini sudah rusak dan berkurang, akibat dirambah dan dijarah, dan ini harus ditata agar hutan mangrove tetap lestari. Untuk lokasi pengembangan mangrove dipilih kawasan Kelurahan Beras Basah di Kecamatan Pangkalan Susu yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjung Pasir yang sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU, sehingga menambah daya tarik untuk kunjungan wisata. Rencana terpadu yang akan dilakukan adalah membuat zona pembibitan dan pengembang biakan flora dan fauna, budidaya bakau, tengar, mata buaya, budidaya biota laut ikan, kepiting, udang. Juga pemamfaatan budidaya tiram mutiara, ternak lebah madu, rumput laut, lokasi memancing ikan denga tanaman bira, dan berbagai potensi lainnya guna mendukung hutan mangrove sebagai objek wisata pantai.

3. Makam Keramat Panjang

Makam keramat panjang memiliki ukuran sekitar 6 meter dan 8 meter. Di kedua nisan tersebut tidak ada satu pun identitas yang bisa dijadikan bukti kuburan siapa sebenarnya. Nama asli dari Teuku Keramat Panjang adalah Teuku Sulthan Muhammad. Ia berasal dari Pakistan dan seorang ulama besar. Saat tiba di Pulau Kampai, ia berusia 13 tahun dan menetap di Pulau Kampai sampai akhir hayatnya. Di samping sebagai pedagang, ia juga membuka perpustakaan seraya menulis buku-buku 26 agama, bahan-bahannya beliau ambil dari Mesir. Mengingat ilmu agama beliau sangat luas, beliau juga berdakwah di Pulau Kampai. Yang terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 3.1 Keterangan : Makam Keramat Panjang Teuku Sulthan Muhammad Gambar 3.2 Keterangan : Makam Keramat Panjang Siti Bahara Silalahi 27 4. Kuburan Salam Mas Merah Selain Kuburan Keramat Panjang, di pulau ini Anda juga bisa melihat kuburan lain yang memiliki nilai budaya. Kuburan tersebut adalah Mas Merah. kuburan ini adalah kuburan Salam, lelaki yang tinggal di Serawak Malaysia dan lahir sekitar tahun 1890. Salam memiliki abang bernama Amran. Pada saat itu, Salam menjalin hubungan diam-diam dengan gadis bernama Rukiah. Hubungan ini tidak diketahui oleh orangtua Salam. Rukiah adalah seorang gadis baik dan berparas cantik, yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya dengan abangnya. Dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam putus asa. Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di tanah Serawak sebelum ia pergi. “Kalau timbul tiga buah batu yang ku lempar di tanah Serawak ini, barulah aku akan pulang,” ujar Abu Bakar menirukan ucapan Salam. Saat pergi, Salam bertemu dengan Salmah. Salmah adalah kembang di Medan Labuhan-Belawan. Ayah Salmah bernama H Kasim. Ibu Salmah berutang pada seorang keturunan India bernama Tambi. Namun ia tidak mampu membayar utangnya. Oleh orangtuanya, Salmah dikawinkan dengan Tambi. Di saat acara perkawinan Salmah dengan Tambi.Salam yang dijuluki pendekar biola memainkan biolanya sambil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”.Mendengar lag ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan.Singkat cerita, saat ia dan seorang temannya Husein berkelana di lautan. Salam mendengar teriakan seorang wanita.Salam hendak 28 menolong namun dihalangi oleh Husein. Husein berkata pada Salam, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang”. Ternyata wanita itu adalah Salmah. Terjadilah perkelahian antara Pendekar Nayan dengan Salam. Akhirnya Pendekar Nayan yang menculik Salmah kalah dan bertemulah Salam dengan Salmah. Mereka pun menikah selama sepuluh tahun dan tidak mempunyai keturunan. Suatu hari keduanya terkena penyakit cacar. Pada tahun 1920 tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salam meninggal, dan disusul oleh Salmah pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam berpesan kepada Husein, temannya, “Kalau nanti aku meninggal tolong kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan kami berdua,”. Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai. Hal itu kemudian diceritakan Husein kepada teman-temannya, dan cerita ini secara turun-temurun dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai sejarah terjadinya Pulau Kampai. Mengingat ilmu agama beliau sangat luas, beliau juga berdakwah di Pulau Kampai. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini :

4.1 Kuburan Salam Mas Merah dan Istri