Potensi Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

(1)

LAMPIRAN


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hadinoto, Kusudianto 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta : Universitas Indonesia

Marpaung, Happy 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta

Pendit, Nyoman Suwardi 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita

Soekadijo, R G 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta : Gramedia

Suwantoro, Gamal 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

http//:hukum.unsrat.ac.id/wisata/wisata.htm

http//:www.scribd.com/doc/204036160/peraturan-pemerintah-no-50-tahun-2012-tentang-rencana-induk-pembangunan-kepariwisataan-nasional-tahun-2010-2025#scribd


(6)

BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGAKALAN SUSU 3.4 Sejarah Kecamatan Pangkalan Susu

Bahwa secara terperinci dan mendetail. Sejarah kelahiran dan pertumbuhan maupun perkembangan Kecamatan pangkalan Susu tidak di peroleh dengan pasti, namun berdasarkan keterangan yang di kumpul di peroleh dari para orang tua (M.Jali Hg dan Ramli) dapat di kumpulkan keterangan-keterangan yang di anggap cukup memadai untuk menjadi catatan. Lebih kurang dari 1890 dalam suatu suasana masih hutan semak belukar dan kegiatan pemerentahan tunduk sultan Langkat di Tanjung Pura, seorang yang bernama Tengku Nyak Pekan, telah membuka hutan di kampung Sei Bemban (sekarang Pulau Kampai), selain menanam lada dan menanam potensi pertanian lainnya. Merasa perlu memperluas areal pertaniannya maka Tengku Nyak Pekan bersama keluaganya membuka hutan pula di Pangkalan Soesoe, sehingga akhirnya area pertanian diwarnai dengan tumbuhnya pohon lada yang cukup banyak.

Pada tahun 1917, oleh Sultan Langkat maka salah satu anak Tengku Nyak Pekan yang bernama Kobat, diangkat menjadi Petua dan mengepalai daerah Pangkalan Soesoe. Dalam Perkembangannya, maka Pangkalan Soesoe mulai didatangi para pendatang dari pesisir/luar untuk mencoba berusaha dibidang pertanian. Pada saat itu belum ada perhubungan darat sehinga para pendatang menyelusuri laut dan pantai untuk membuka hutan yang masih belum di jamah. Perahu-perahu dan sagor (sampan) mereka ikatkan di sebuah pohon yang rindang ditepi pantai, selanjutnya lokasi penambatan perahu ini mereka sebut dengan PANGKALAN dan pohon rindang tempat diikatnya dan ditambatkanya sagor trsebut mereka namakan


(7)

SOERSOER. Dari hari kehari pertambahan jumlah pendatang semakin banyak untuk mebuka hutan sebagai lahan pertanian.

Hari demi hari jumlah pendatang semakin banyak untuk membuka hutan sebagai lahan pertanian. Menurut cerita baik oleh Pemerintah Belanda maupun masyarakat setempat sendiri, menyebut SOERSOER merasa agak sulit sehingga sering terucap menjadi SOESOE. Pada

akhirnya oleh Pemerintah Belanda ditetapkan menjadi

saat sekarang ini. Pada bagian lain di Pangkalan Brandan pada saat itu berkedudukan seorang Controlleur yang membawahi 4 (empat) orang Datuk beserta daerahnya Yaitu :

 datuk Pekan Pangkalan Brandan  Datuk Lepan

 Datuk Besitang/Pangkalan Susu  Datuk Pulau Kampai

Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945,di hapuskanlah Pemerentahan Swa Praja atau Zeltbestuur yang diperrintah oleh Sultan/Raja-Raja di Kerisidenan Sumatera Timur, termasuk di Pangkalan Susu. Disusunlah pemerintahan sipil di Wilayah Kerisidenan Sumatera Timur yang terdiri dari 6 (enam) Kabupaten Langkat dengan Bupatinya bernama Bapak Alm. Adnan Noer Lubis, di resmikan tepatnya tanggal 12 April 1946. dengan di bentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dihapuslah Kerisidenan Sumatera timur dan menetapkan penjabat Pimpinan pemerentahan disemua Kabupaten temasuk kabupaten langkat yang berkedudukan di Binjai dengan membawahi 3 (tiga) Kewedanan termasuk didalamnya Kecamatan Pangkalan Susu sebagai bahagian dari kecamatan dikewedanaan Teluk Haru


(8)

sehingga dengan demikian dapatlah dianggap bahwa kehadiran dan tumbuhnya Kecamatan Pangkalan Susu dimulai pada saat tersebut diatas.

Pulau kampai pernah jadi pusat perniagaan sriwijaya, pulau Kampai yang terletak di Kabupaten Langkat, Sumut diyakini pernah maju dan berkembang pada periode akhir Kerajaan Sriwijaya dalam upaya pengembangan perniagaan antara daerah-daerah di Sumatera. Arkeolog dari Balai Arkeologi Medan (Balar), Ery Soedewo mengatakan Pulau Kampai sangat besar kemungkinannya pernah sebagai jalur dan bandar niaga dari abad ke-8 hingga 10 Masehi. Dugaan itu ditandai oleh posisinya yang berhadapan langsung dengan “jalur maritim Sutra” di Selat Malaka yang diperkuat oleh sebaran artefak yang banyak ditemui dipermukaan, hingga saat ini juga belum dapat dipastikan apakah di Pulau Kampai terdapat kerajaan secara politik kecuali sebagai bandar ataupun jalur perniagaan.

Untuk itu potensi penelitian arkeologi ataupun sejarah, sangat penting dilakukan untuk menemukan sejarah yang terpendam di pulau itu. Keberadaan Pulau Kampai sendiri telah dicatat oleh John Anderson dalam misi perjalanannnya ke Pesisir Timur Sumatera Utara tahun 1823 yang merupakan bagian dari penjajakan kemungkinan perniagaan Inggris di daerah itu. Sumber-sumber lain dari Tiongkok yakni pada era Hsin Tang Shu, Pulau Kampai dikenal dengan Kompe, ketika pengiriman misi Tang pada tahun 662 AD yang disebutkan bahwa sekitar 2.000 pasukan di utus ke Kampai.

Kemudian Chau Ju-kuas (Chu-fan-chi) pada tahun 1225 dengan nama Chien-pi atau Kien-pi. Dari naskah tersebut diketahui bahwa pulau tersebut sangat potensial untuk dilakukan penelitian arkeologi karena banyaknya artefak yang ditemukan di permukaan seperti keramik, manik-manik (beads), gemstones, glass, bricks and stone. Keramik-keramik


(9)

yang ditemukan itu hampir semuanya berasal dari Tiongkok dengan karakteristik green glazed Lung Chuan (celadon) yang diimport pada akhir dinasti Sung, Yuan dan awal dinasti Ming.

Berdasarkan catatan-catatan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pulau Kampai memiliki peranan penting di masa silam dalam jalur perniagaan di Sumatera Utara dan Aceh. Namun demikian, potensi arkeologi maupun historisnya belum terdata dengan baik. Peneliti Pusat Studi Ilmu Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed), Erond L. Damanik mengatakan Pulau Kampai berada di sebelah utara Teluk Aru (Aru Bay) yang bersebelahan dengan Pulau Sembilan. Di sebelah utara dan barat pulau Kampai, terdapat sungai Serangjaya yang ditumbuhi oleh hutan Mangrove dan di sebelah tenggara terdapat Sungai Besitang yang terhubung langsung dengan Teluk Aru.

Di sebelah selatan pulau itu, terdapat selat Malaka yang memiliki peran penting dalam sejarah perniagaan di Sumatera. Jika merujuk dari tulisan McKinnon, seorang arkeolog berkebangsaan Inggris, nama pulau Kampai atau Kompei kemungkinan besar diambil dari nama tumbuhan dalam bahasa Melayu yakni Kumpai atau rumput kumpai. Terdapat kompleks makam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan “Makam Keramat Panjang”. Di dalam kompleks makam tersebut terdapat dua makam, yang satu berukuran normal (1,5-2 meter) dan satu lagi berukuran antara 6-8 meter. Kedua makam tersebut dilengkapi dengan batu nisan bercorak Islam yang mirip dengan nisan yang terdapat di Aceh. Diduga, nisan tersebut didatangkan dari Aceh pasca pendudukan Aceh di Pulau Kampai pada awal abad 17. Kedua makam tersebut adalah tokoh yang dihormati atau orang yang berpengaruh pada saat itu, sehingga makamnya dibuat berbeda dari biasanya.


(10)

Keindahan pulau kampai dituangkan dalam lagu melayu dengan judul “Mak Inang Pulau Kampai,yang sering dinyanyikan dan ditarikan oleh anak dara melayu. Tari Mak Inang Pulau Kampai merupakan tarian dasar dalam tradisi melayu. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini telah mengalami perubahan, naun beberapa gerakan dasar tarian masih dipertahankan. Hal ni demi menjaga maksud dan pesan yang ingin disampaikan. Tari Mak Inang Pulau Kampai menggunakan tempo sedang, yaitu 2/4. Tempo ini disebut tempo rumba atau mambo yang di kalangan orang-orang Melayu disebut tempo Mak Inang. Tari Mak Inang Pulau Kampai terdiri dari empat ragam dimana setiap ragam terdiri dari 8x8. Tiap-tiap ragam dibagi menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian 4x8. Bagian kedua dari ragam-ragam tersebut merupakan pengulangan bagian pertama.

Masyarakat Melayu biasanya mementaskan tarian ini di dalam berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Bagi masyarakat Melayu menyelenggarakan kenduri besar atau pesta panen setelah menuai padi menjadi suatu budaya yang berkesinambungan. Acara ini menjadi ajang berkumpul semua orang kampong, termasuk juga lajang dan dara yang sedang dalam proses mencari pasangan hidup (Tengku Mira Sinar, ed. 2009: 15). Proses pencarian jodoh dalam bingkai kearifan Melayu tersebut kemudian menjadi inspirasi dalam gerakan-gerakan Tari Mak Inang Pulau Kampai.

3.5 Letak Geografis Kecamatan Pangkalan Susu

Kota Pangkalan Susu termasuk kedalam wilayah kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Berada pada Lintang Utara : 03.14'.00" - 04.13'.00". Bujur Timur : 97.52'.00" - 98.45'.00". Pangkalan Susu merupakan satu dari 23 Kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Luas Kecamatan Pangkalan Susu mencapai 272,31 km2 dengan jumlah penduduk 52.287 jiwa,


(11)

sehingga kepadatan penduduk mencapai 192 jiwa/km2. Kota Pangkalan susu meliputi 11 desa atau kelurahan. Pulau Kampai merupakan sebuah desa dengan luas wilayah 7.000 hektar yang terdiri dari tujuh dusun. Pulau ini dihuni oleh sekitar 1.200 Kepala keluarga (KK). Saat ini, jumlah penduduknya kurang lebih ada 4.200 jiwa dari beragam etnis, ada Jawa, Aceh, Melayu, perantau dari Malaysia dan Karo. Pulau Kampai pernah populer ke mancanegara karena komoditas perkebunan seperti lada, karet, kayu arang dan olahan hasil laut berupa belacan yang amat terkenal. Produk-produk ini terkenal karena kualitasnya. Selain itu, dengan potensi sawah 800 hektar Pulau Kampai menjadi lumbung pangan Kabupaten Langkat.

c. Batas-batas wilayah Kecamatan Pangkalan Susu  Sebelah Utara : Selat Malaka

 Sebelah Selatan : Kecamatan Besitang  Sebelah Barat : Daerah Istimewa Aceh  Sebelah Timur : Kecematan Berandan Barat d. Kecamatan di Pangkalan Susu

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Pangkalan Susu di Kota/Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

 Kelurahan/Desa Alur Cempedak (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Beras Basah (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Bukit Jengkol (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Pangkalan Siata (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Paya Tampak (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Pintu Air (Kodepos : 20858)


(12)

 Kelurahan/Desa Pulau Kampai (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Pulau Sembilan (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Sei/Sungai Meran (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Sei/Sungai Siur (Kodepos : 20858)  Kelurahan/Desa Tanjung Pasir (Kodepos : 20858)

3.6 Objek wisata di Kecamatan Pangakalan Susu

Kecamatan Pangakalan Susu memiliki beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat, diantaranya :

1. Pantai Berawe

Pantai Berawe di Pangkalan Susu Tujuan Wisata di Langkat. Salah satu pesisir pantai Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Desa Pulau Kampai memiliki panorama yang indah dan nyaman untuk di kunjungi pariwisata lokal maupun manca negara. Pantai Berawi memiliki hamparan pasir putih lebih kurang 7000 meter (7Km) membentang sejauh mata memandang.

Apabila anda bersama keluarga atau pacar ingin merasakan hembusan angin dan deburan ombak Selat Malaka secara langsung. Di tempat ini para wisatawan tak perlu ragu terkena sengatan panas matahari sebab di sepanjang pantai tersebut di tumbuhi pohon alami berdaun rindang. sambil mendatangi warung-warung yang tersedia dan menikmati hidanganya. Objek wisata ini berjarak ± 96 km dari Medan atau sekitar 53 km dari Stabat ibukota Kabupaten Langkat. Pengunjung dapat melalui perjalanan dengan menggunakan bus umum jurusan Medan-Pangkalan Susu dari terminal pinang


(13)

baris, Mereka dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan boat menuju pantai tersebut, Waktu tempuh dari pelabuhan Pangkalan Susu menuju Lokasi ini ±45 menit. Selanjutnya anda dapat menikmati pantai ini sepuasnya.

Di samping Pantai Berawe ini di kenal sebagai penghasil terasi (belacan) berkualitas bagus yang sangat terkenal di Sumatera Utara. Terasi (belacan) ini merupakan produk industri rumah tangga (home industry) masyarakat setempat. Para pengunjung Pulau Kampai juga tidak pulang dengan tangan kosong. Mereka dapat membeli souvenir berupa barang kerajinan tangan yang terbuat dari kerang laut.

2. Hutan Mangrove

Mangrove merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan yang penting. Salah satu fungsi sosial hutan mangrove adalah memungkinkannya berfungsi sebagai tujuan wisata. Mangrove merupakan alat atau tameng daerah pesisir yang juga mempunyai banyak manfaat. Namun yang terjadi dewasa ini semakin membuat kita pesimis akan kemungkinan untuk tetap merasakan manfaatnya di tahun-tahun mendatang. Tekanan yang berlebihan terhadap kawasan hutan mangrove untuk berbagai kepentingan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian alam telah mengakibatkan terjadinya penurunan luas hutan mangrove yang cukup drastis. Sebagian manusia dalam memenuhi

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, Sumatera Utara terdapat kawasan hutan bakau (mangroove) yang akan dijadikan objek wisata. Gagasan menjadikan hutan bakau (mangroove) ini sebagai objek wisata, karena di Indonesia sekarang ini sedang


(14)

dikembangkan sebagai objek wisata yang mulai diminati wisatawan lokal maupun luar negeri, seperti wisata Anyar Mangrove di daerah Gunung Anyar Rungkut, Jawa Timur.

Langkah awal akan menata kembali kawasan mangrove yang sudah ada, tetapi selama ini sudah rusak dan berkurang, akibat dirambah dan dijarah, dan ini harus ditata agar hutan mangrove tetap lestari. Untuk lokasi pengembangan mangrove dipilih kawasan Kelurahan Beras Basah di Kecamatan Pangkalan Susu yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjung Pasir yang sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sehingga menambah daya tarik untuk kunjungan wisata.

Rencana terpadu yang akan dilakukan adalah membuat zona pembibitan dan pengembang biakan flora dan fauna, budidaya bakau, tengar, mata buaya, budidaya biota laut ikan, kepiting, udang. Juga pemamfaatan budidaya tiram mutiara, ternak lebah madu, rumput laut, lokasi memancing ikan denga tanaman bira, dan berbagai potensi lainnya guna mendukung hutan mangrove sebagai objek wisata pantai.

3. Makam Keramat Panjang

Makam keramat panjang memiliki ukuran sekitar 6 meter dan 8 meter. Di kedua nisan tersebut tidak ada satu pun identitas yang bisa dijadikan bukti kuburan siapa sebenarnya. Nama asli dari Teuku Keramat Panjang adalah Teuku Sulthan Muhammad. Ia berasal dari Pakistan dan seorang ulama besar. Saat tiba di Pulau Kampai, ia berusia 13 tahun dan menetap di Pulau Kampai sampai akhir hayatnya. Di samping sebagai pedagang, ia juga membuka perpustakaan seraya menulis buku-buku


(15)

agama, bahan-bahannya beliau ambil dari Mesir. Mengingat ilmu agama beliau sangat luas, beliau juga berdakwah di Pulau Kampai. Yang terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1

Keterangan : Makam Keramat Panjang Teuku Sulthan Muhammad

Gambar 3.2


(16)

4.

Kuburan Salam (Mas Merah)

Selain Kuburan Keramat Panjang, di pulau ini Anda juga bisa melihat kuburan lain yang memiliki nilai budaya. Kuburan tersebut adalah Mas Merah. kuburan ini adalah kuburan Salam, lelaki yang tinggal di Serawak Malaysia dan lahir sekitar tahun 1890. Salam memiliki abang bernama Amran. Pada saat itu, Salam menjalin hubungan diam-diam dengan gadis bernama Rukiah. Hubungan ini tidak diketahui oleh orangtua Salam. Rukiah adalah seorang gadis baik dan berparas cantik, yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya dengan abangnya. Dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam putus asa. Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di tanah Serawak sebelum ia pergi. “Kalau timbul tiga buah batu yang ku lempar di tanah Serawak ini, barulah aku akan pulang,” ujar Abu Bakar menirukan ucapan Salam.

Saat pergi, Salam bertemu dengan Salmah. Salmah adalah kembang di Medan Labuhan-Belawan. Ayah Salmah bernama H Kasim. Ibu Salmah berutang pada seorang keturunan India bernama Tambi. Namun ia tidak mampu membayar utangnya. Oleh orangtuanya, Salmah dikawinkan dengan Tambi. Di saat acara perkawinan Salmah dengan Tambi.Salam yang dijuluki pendekar biola memainkan biolanya sambil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”.Mendengar lag ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan.Singkat cerita, saat ia dan seorang temannya Husein berkelana di lautan. Salam mendengar teriakan seorang wanita.Salam hendak


(17)

menolong namun dihalangi oleh Husein. Husein berkata pada Salam, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang”.

Ternyata wanita itu adalah Salmah. Terjadilah perkelahian antara Pendekar Nayan dengan Salam. Akhirnya Pendekar Nayan yang menculik Salmah kalah dan bertemulah Salam dengan Salmah. Mereka pun menikah selama sepuluh tahun dan tidak mempunyai keturunan. Suatu hari keduanya terkena penyakit cacar. Pada tahun 1920 tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salam meninggal, dan disusul oleh Salmah pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam berpesan kepada Husein, temannya, “Kalau nanti aku meninggal tolong kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan kami berdua,”. Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai. Hal itu kemudian diceritakan Husein kepada teman-temannya, dan cerita ini secara turun-temurun dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai sejarah terjadinya Pulau Kampai. Mengingat ilmu agama beliau sangat luas, beliau juga berdakwah di Pulau Kampai. Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini :

4.1 Kuburan Salam (Mas Merah) dan Istri


(18)

4.2 Kuburan Salam

4.3 Kuburan Salmah


(19)

BAB IV

POTENSI OBJEK WISATA PULAU KAMPAI DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU

4.1 Potensi Objek Wisata Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Pulau Kampai adalah suatu desa pulau yang terletak di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumateran Utara. Pulau Kampai selain dikenal menyimpan nilai-nilai budaya peninggalan sejarah seperti bangunan peninggalan zaman belanda, makam Keramat Datuk Panjang dan kisah romantis kehidupan Mas Merah, juga dikenal sebagai desa penghasil terasi/belacan terbaik. Pulau Kampai juga merupakan kawasan wisata bahari di Kabupaten Langkat, yaitu Pantai Berawe. Dari Kota Medan, Pulau Kampai dapat ditempuh sekitar 4 jam perjalanan darat sampai Pangkalan Susu. Makam Keramat Panjang juga dapat dijadikan wisata ziarah yang dapat memberdayakan masyarakat setempat sehingga dapat memberikan income/pemasukan bagi masyarakat, dan masyarakat juga dapat diberdayakan untuk dijadikan sebagai juru kunci dan membentuk kepengurusan agar kelestarian makam tetap dapat terjaga.

Pulau Kampai merupakan pulau mungil yang terletak pada posisi berhadapan langsung dengan ‘jalur maritim Sutra’ di Selat Malaka. Berkunjung ke Desa Pulau Kampai butuh waktu sekira 45 menit menumpang perahu bermesin (boat tambang). Jika kita membawa sepeda motor, maka dikenakan biaya tambahan sebesar ongkos satu orang. Pulau Kampai berada di sebelah utara Teluk Aru yang menawarkan selain potensi keindahan alam juga peninggalan sejarah berupa makam dan situs bangunan tua. Letaknya yang strategis di gerbang Selat Malaka dan adanya sejumlah peninggalan sejarah, menguatkan keyakinan pulau itu pernah maju dan


(20)

berkembang sebagai jalur niaga di kawasan Sumatera. Dapat menjadikan Pulau Kampai sebagai tempat penelitian peradaban yang pernah ada di Pangakalan Susu dan menjadikan Pulau Kampai sebagai objek wisata edukasi bagi wisatawan yang berkunjung.

Potensi pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata di kabupaten langakat kecamatan pangkalan susu sangat besar. Selain Pulau kampai juga terdapat beberapa objek wisata yang bisa dijadikan daya tarik wisata untuk di kunjungi dan juga memiliki komuditi penghasil belacan terbaik di kabupaten langkat yang juga dapat dijadikan target industri yang menunjang potensi pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata di kabupaten langkat. Pulau kampai bisa dijadikan daerah tujuan wisata yang layak bagi wiasatawan untuk mengenal dan belajar mengenai wisata sejarah dan wisata pendidikan untuk hutan mangrove di pulau kampai. Potensi bahari juga bisa menjadi daya tarik untuk wisata di pulau kampai

Dengan dijadikannya pulau kampai sebagai dearah tujuan wisata di Kecamatan Pangaklan Susu, masyarakat setempat pun dapat diberdayakan sehingga dapat memberikan income bagi masyarakat setempat. Masyarakat diperdayakan untuk menjadi masyarakat yang sadar wisata, sehingga dapat memberikan pelayanan dan jasa dengan baik kepada setiap wisatawan yang datang, menjadi wirausaha di pengelolaan belacan sehingga dapat menjadi produk wisata yang dapat dinikmati wisatawan selama berada disana dan juga menjadikan sebagai salah satu buah tangan dari pulau kampai. Menjadi juru kunci dan pengurus untuk makam kemarat sehingga makam keramat dapat terjaga dan terurus dan menjadi salah satu daya tarik wisata di pulau kampai. Dan dapat memanfaatkan hutan mangrove sebagai daya tarik wisata bahari dan juga wisata pendidikan di pulau kampai.


(21)

4.2 Pengelolaan Objek Wisata Pulau Kamapi sebagai Daerah Tujuan Wisata

Seiring tahun, jumlah wisatawan yang datang ke pulau kampai mengalami peningkatan yang signifikan meskipun belum tinggi. Dengan ini tentu saja pemerintah dan masyarakat harus saling mendukung dalam pengelolan Objek wisata pulau kampai dan juga beberapa objek lain yang ada di pulau kampai. Dan kenyaman pengunjung adalah hal yang paling utama.

Oleh sebab itu, masyarakat setempat setiap minggunya selalu rutin melakuakn kegiatan gotong royong untuk membersihkan dan merapikan wilayah pantai maupun beberapa objek wisata lain seperti makam keramat. Dan untuk makam keramat telah beberapa kali di renovasi dengan mengganti kemarik-kemarik yang ada di sekeliling makam. Dan dana yang digunakan untuk merenovasi makam didapat melalui iuran khusus warga untuk makam. Dan juga didapat melalui sumbangan dari pengunjung yang datang ke makam.

Selain kesadaran warga setempat dalam menjaga dan melestarikan pulau kampai dan juga beberapa objek lainnya, setiap pengunjung juga harus memiliki kesadaran yang sama untuk menajaga dan juga membantu merawat dan melestarikan pulau kampai dan objek wsiata yang ada di pulai kampai dengan cara menjaga sikap selama berkunjung, tidak membuang sampah sembarangan dan juga mengikuti peraturan yang berlakum di pulai kampai.

Dukungan dari pemerintah baik pemerintah setempat, pemerintah di Kecamatan Pangkalan Susu maupun Kabupaten Langkat juga harus ada dalam menjadikan pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata di kabupaten Langkat. Karena kurangnya dukungan pemerintah, kurangnya sentuhan dan keberpihakan pemerintah setempat membenahi dan menata secara profesional, ditambah kurangnya partisipasi dan kesadaran beberapa warga masyarakat sekitar,


(22)

akhirnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui wisatawan akhirnya juga tidak berkembang. Salah satu faktor yang kurang mendukung lainnya adalah infrastuktur yang kurang baik dan kurangnya fasilitas akomodasi yang ada di pulau kampai.

Untuk itu kerjasama dari setiap masyarakat pulau kampai, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menajdikan pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata yang baik dan wajib di kunjungi di Kecamatan Pangakalan Susu, Kabupaten Langkat. Agar kedepannya Pulau Kampai Menjadi salah satu Objek wisata dan Dearah Tujuan Unggulan di Provinsi Sumatera Utara.


(23)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Pulau Kampai, merupakan salah satu pulau dan objek wisata yang ada si Kecamatan Pangakalan Susu, Kabupaten Langkat. Selain Pulau Kampai yang menajdi potensi besar untuk dijadikan daerah tujuan wisata, beberapa daya tarik lainnya di pulau ini adalah adanya bangunan tua zaman belanda, adanya makam keramat panjang yang dapat dijadikan daya tarik wisata ziarah dan mengenal lebih jauh tentang sejarah yang terjadi di Pangkalan Susu. Kawasan Hutan Mangrove yang dijadikan daya tarik pendidikan bagi wisatawan yang berkunjung maupun dijadikan tempat penelitian di Kecamatan Pangkalan Susu. Pantai Berawe yang dijadikan daya tarik wisata untuk keluarga di akhir pekan maupun libur nasional dan pulau kampai menjadi penghasil terasi terbaik yang juga dapat dijadikan industri produk wisata oleh masyakarat setempat yang dijadikan salah satu buah tangan dari pulai kampai.

Seiring dengan banyaknya wisatawan yang datang baik wisatawan lokal maupun daerah, tentunya Pulau Kampai harus dikelola dengan baik oleh masyarakat dan pemerintah baik dari segi pengelolaan objek wisata, pengelolaan infrastuktur, dan juga pengelolaan pelayana dan jasa, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung dan juga mensejahterakan masyarakat setempat dan juga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dan khusunya menjadikan Pulau Kampai sebagai objek wisata unggulan dan juga daerah tujuan wisata terbaik di Kecematan Pangakalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dan meningkatkan Pendapatan Daerah dibidang pariwisata dan Devisa untuk Indonesia.


(24)

5.2 Saran

Berdasarkan Kesimpulan yang telah di rangkum dan dari beberapa pemersalahan yang ditemukan, maka penulis menyarankan agar :

1. Harus adanya koordinasi yang baik dan jelas antara masyarakat pulai kampai dan pemerintah mengenai pengelolaan pulau kampai dan objek wisata yang ada di Pulau Kampai.

2. Dengan adanya koordinasi yang baik dan jelas antara pemerintah dengan masyarakat pulau kampai dapat membentuk struktur yang jelas mengenai pengelolaan pulau kampai dan objek wisata di Pulau kampai.

3. Pemerintah daerah harus memberikan bantuan dan subsidi serta bekerjasama dengan masyarakat di pulau kampai mengenai pengelolaan, pemeliharaan dan pelestarian objek wisata di pulau kampai.

4. Melalui Kegiatan Wisata yang terjadi di pulau kampai, diharapkan masyarakat harus kritis dan selektif dan dapat mampu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai kearifan masyarakat pulau kampai.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata

Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu :“pari”dan“wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan. Pariwisata dapat didefenisikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.

Istilah Pariwisata konon untuk pertama kali digunakan oleh mendiang Presiden Soekarno dalam sutau percakapan sebagai padanan dari istilah asing tourism. Sementara itu apa yang di sebut tourism/pariwisata itu harus di simpulkan dari cara orang menggunakan istilah itu. Maka dapat dikatakan bahwa yang disebut pariwisata itu ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan pembangunan hotel, pemugaran budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pecan pariwisata, penyediaan angkutan, dan sebgainya-semua itu dapat disebut kegiatan kepariwisataan sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan berdatangan.


(26)

Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk memperoleh penghasilan dan untuk menikmati perjalanan sebagai rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker dan Kraff (dalam Yoeti; 1996: 115) menyatakan : “Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala pariwisata yang timbul dari adanya perjalanannya tidak untuk menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan mencari nafkah”.

Sedangkan menurut Meyers (2009) pariwisata adalah “aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan seseorang maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat asal ke tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah ataupun untuk menetap di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan, rekreasi dan untuk memenuhi keinginanan yang beragam tanpa adanya unsur paksaan.

Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh sesorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.


(27)

Adapun Undang- Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha. 5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.


(28)

8. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

10. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

11. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Seiring dengan petambahan populasi penduduk dunia yang cukup pesat, mengakibatkan bertambahnya kecenderungan pasar potensial yang akan melakukan perjalanan. Terlebih lagi, perjalanan yang dilakukan bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi mempunyai tujuan tertentu yang akan membawa pengaruh yang cukup besar terhadap pribadi, keluarga, maupun, lingkunganya dalam dekade terakhir ini. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat wisata.

2.2 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata atau destinasi wisata merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung. Kata “destinasi” dapat membingungkan juga karena digunakan untuk suatu kawasan terencanayang sebagian atau semuanya dilengkapi (self-contained) dengan


(29)

fasilitas penunjang dan pelayanan produk wisata, fasilitas rekreasi, restoran, hotel, atraksi, liburan, dan toko-toko yang menjual kebutuhan pengunjung. Kawasan dapat merupakan suatu provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan suatu desa. Di tempat-tempat objek wisata harus ada fasilitas pelayanan yang cukup untuk pengunjung, dan paling penting suatu destinasi harus mempunyai daya tarik atau atraksi baik psikologis maupun nyata, untuk menarik wisatawan.

Atraksi wisata adalah atraksi yang diidentifikasi dalam suatu penelitian, dan telah diekmbangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas dan memiliki asesibilitas baik. Wisatawan perlu suasana atraksi si sepanjang rute perjalanan, yang berlomba menunjukkan ciri khas lokal dari suatu deaerah untuk dinikmati dalam perjalanan.

2.3 Daerah Tujuan Wisata

Yang dimaksud dengan perwilayahan dalam dunia pariwisata adalah pembagian wilayah-wilayah pariwisata yang dapat dipandang memiliki potensi, selanjutnya dapat dijadikan tujuan yang pasti. Dalam pengertian ilmiyahnya wilayah ini disebut daerah tujuan wisata atau dalam bahasa asingnya tourist destination area, yang batasannya adalah sebagai berikut : “yang dimaksud dengan wilayah pariwisata adalah tempat atau daerah yang karena atraksinya, situasinya, dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas-fasilitas kepariwisataanya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan”.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata :

a. Objek dan daya tarik wisata b. Prasarana wisata


(30)

c. Sarana wisata

d. Tata laksana/infra Stuktur e. Masyarakat/lingkungan

1. Objek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam : 1) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam,

2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, 3) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.

Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik harus dirancang dan di bangun/dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

b. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada :

1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

2) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3) Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.

4) Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.


(31)

5) Objek wisata alama mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

6) Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

c. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.

1) Kelayakan finansial

Kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wista tersebut.

2) Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan/ berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa Negara, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan sektor lainnya.

3) Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Daya tarik suatu objek akan berkurang bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.


(32)

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Membangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukan untuk meruka lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia, kualitas hidup manusia, menjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia, dan lingkungan.

2. Prasarana Wisata

Adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalananya di daerah tujuan wisata. Seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Pembangunan prasarana yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata, dan akan meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri.

3. Sarana Wisata

Merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wista di daerah tujuan wisata maupun objek wisata harus sesuai dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif dan kualitatif, lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud.

Sarana wisata secara kuantitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang harus diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.


(33)

Adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan, maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah, seperti :

a. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan/restoran.

b. Sumber listrik dan energi serta jaringan ditribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselengaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.

c. Sistem jalur angkut dan terminal yang memadai.

d. Sistem komunikasi yang baik untuk memudahkan parawistawan selama berada di daerah objek wisata maupun objek wisata.

e. Sistem pengamana dan pengawasan yang memberikan kemudahan diberbagai sektor bagi para wisatawan. Keamanan terminal, di perjalanan, maupun di objek-objek dan daerah tujuan wisata.

5. Masyarakat/Lingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan mengundang kehadiran wisatawan.

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran wisatawan dan sekaligus akan memberikan layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbgaia jenis dan kualitas layanan yang akan diberikan dan yang dibutuhkan oleh wiasatawan.


(34)

Selain masyarakat di sekita objek wista, lingkungan alam sekitar objek wisata juga harus diperhatikan dengan seksama agar tidak rusak, tercemar, rusaknya ekosistem dari fauna dan flora. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan pengelolaan suatu objek wisata.

2.4 Sistem Daerah Tujuan Wisata

Suatu DTW atau Daerah Tujuan Wisata terdiri dari 5 jenis komponen, diantaranya ialah : 1. Gateway atau pintu masuk, pintu gerbang, dan jumlahnya adalah satu atau lebih, berupa

Bandar Udara, Pelabuhan Laut, Pelabuhan ferry, Terminal Kereta Api dan Terminal Bus.

2. Tourist Center, ataun pusat pengembangan pariwisata (PPP), yang dapat berupa suatu

atau beberapa kawasan wisata (resort) atau suatu bagian kota yang ada.

3. Attraction atau atraksi, yang berkelompok satu atau lebih. Makin banyak kelompok

atraksi yang bervariasi, akan dapat menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama dalam DTW.

4. Tourist Corridor, atau pintu masuk wisata, yan menghubungkan gateway dengan tourist center ke attractions.

5. Hinterland atau tanah yang tidak digunakan untuk 4 komponen tersebut. Seperti Trekking (berjalan kaki dan menginap) yang dapat dilakukan di Hinterland. Dan untuk melakukan kegiatan ini harus mempunyai syarat utama yaitu keamanan bagi wisatwan.

2.5 Upaya Pelestarian Objek wisata

Kelestarian daerah tujuan wisata maupun objek wisata sangat berperan penting dalam menjaga kelestarian alam, ekosistem flora maupun fauna, dan kehidupan manusia.


(35)

Pemerintah sangat konsisten dalam upaya pelestarian objek wsiata maupun daerah tujuan wisata, salah satunya dengan adanya peraturan dan undang-undang yang di kelurakan pemerintah mengenai kebijakan pelestarian. Adapun peraturan dan undang-undang tersebut diantaranya yaitu :

a. Undang-Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

c. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

d. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

e. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati produk rekayasa genetik

f. Peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010-2025

g. Perpres

(Persetujuan Pariwisata ASEAN)

h. Instruksi Preside

Kebudayaan dan Pariwisata.

i. Peraturan Menbudpar


(36)

j. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KEP-012/MKP/IV/2001, 2-4-2001, tentang Pedoman Umum Usaha Pariwisata, mengatur perizinan usaha pariwisata bagi Daerah Kabupaten/Kota dengan pengelompokan :

1. Usaha Jasa yang terdiri dari atas : a. Jasa Biro Perjalanan Wisata b. Jasa Agen Perjalanan wisata c. Jasa Pramuwisata

d. Jasa Konvensi, Perjalanan Isentif dan Pameran e. Jasa Impresariat

f. Jasa Konsultan Pariwisata g. Jasa Informasi Pariwisata

2. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikelompokkan dalam: a. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Alam

b. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Budaya c. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Minat Khusus 3. Usaha Sarana Pariwisata yang terdiri dari :

a. Penyediaan Akomodasi : Beberap

b. Penyediaan Makan dan Minum : Beberapa

c. Penyediaan Angkutan Wisata d. Penyediaan Sarana Wisata Tirta e. Kawasan Pariwisata.


(37)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia adalah negara kepulauan yang disebut juga sebagai Nusantara. Secara geografis terletak pada 6º LU-11º LS dan 95º BT-141ºBT. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau yang besar dan pulau yang kecil. Ada 5 pulau besar yang terletak di Indonesia yaitu pulau Jawa, pulau Sumatera, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi dan pulau Papua.

Di Indonesia Kegiataan Pariwisata adalah salah satu sumber devisa Negara yang bisa menghasilkan keuntungan selain dari hasil migas dan non migas, selain itu Indonesia juga sebagai negara kepulauan yang terletak digaris khatulistiwa Indonesia beriklim tropis. Indonesia memiliki potensi alam yang sangat indah, nilai budaya, peninggalan sejarah yang diminati wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Salah satu daerah yang mungkin bisa dikunjungi di Propinsi Sumatera Utara adalah di daerah Kabupaten Langkat.

Kabupaten Langkat adalah salah satu kabupaten terbesar di Propinsi Sumatera Utara yang dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku, agama, bahasa yang hidup berdampingan. Di Kabupaten Langkat juga memiliki banyak objek wisata, salah satunya adalah pulau kampai yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal yang terletak di beberapa daerah di Kabupaten Langkat maupun wisatawan mancanegara.

Selain Pulau Kampainya, di Pulau ini juga terdapat makam panjang yang panjangnya mencapai 8 meter dan sampai saat ini keadaan makam masih terjaga dengan baik, juga terdapat beberapa pantai dan hutan mangrove. Pulau Kampai juga merupakan salah satu penghasil terasi atau belacan terbaik di Kabupaten Langkat


(38)

Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengambil lokasi penelitian di Pulau Kampai, Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu. Karena penulis ingin mengetahui potensi yang ada dan penelitian tersebut juga digunakan untuk membantu membuat kertas karya. Judul kertas karya tersebut adalah ”POTENSI PULAU KAMPAI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT ”.

1.2 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Bagamaimana potensi pulau kampai sebagai daya tarik dearah tujuan wisata di Kecamtan Pangkalan Susu.

2. Bagaimana Pengelolaan Pulau Kampai sebagai daerah tujuan wisata di Kecamatan Pangkalan Susu.

3. Kegiatan yang dapat dilakukan selama berada di pulau kampai di Kecamatan Pangkalan Susu.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya program pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui sejauh mana potensi Pulau Kampai sebagai destinasi objek wisata di desa Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu.


(39)

1.4 Metode Penelitian

Dengan menyusun kertas karya ini penulis mengumpulkan data dengan dua cara, yaitu : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data/teori secara teoritis dari pustaka berupa buku, referensi dan data internet yang berkaitan dengan pembahasan judul kertas karya.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengunjungi secara langsung objek wisata yang akan dibahas didalam kertas karya untuk mendapatkan data yang lebih akurat melalu wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi pokok pembahasan dalam 5 (lima) bab, dan pembahasan di bagi ke dalam beberapa sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan dalam kertas karya yang meliputi pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penulisan dan sistematika peulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang urairan teoritis yang mencakup tentang pengertian pariwisata, pengertian objek wisata, daerah tujuan wisata, sistem daerah tujuan wisata dan upaya pelestarian.

BAB III : GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGAKALAN SUSU

Bab ini membahas tentang gambaran umum, sejarah, letak geografis dan objek wisata di Kecamatan Pangakalan Susu.


(40)

BAB IV : POTENSI OBJEK WISATA PULAU KAMPAI

Bab ini membahas tentang potensi pulau kampai sebagai daerah tujuan wisata, dan pengelolaan objek wisata Pulau Kampai di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.

BAB V : PENUTUP

Bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(41)

ABSTRAK

Kabupaten Langkat memiliki potensi wisata yang potensial untuk dikembangkan. Dengan pengelolaan yang baik tentunya dapat mendatangkan keuntungan bagi pemerintahan daerah maupun masyarakat umum. Mendatangkan pendapatkan negara dan terciptanya kesempatan kerja yang dapat mengurangi pengangguran. Penyerapan tenaga kerja yang langsung dapat terlihat di perhotelan biro-biro perjalanan, pramuwisata atau pemandu wisata (guides), pusat-pusat rekreasi dan instansi pemerintahan. Kabupaten Langkat memiliki banyak objek yang berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Sumatera Utara. Salah satu objek wisata yang berpotensi adalah Pulau Kampai yang terletak di Kecamatan Pangakan Susu Kabupaten Langkat, dapat dilihat dari potensi alam yang dimiliki dan keadaan alam yang alami ditunjung dengan situs-situs makam keramat dan juga hutan mangrove. Jika dikelola dengan baik dan benar dapat meningkatkan arus kunjungan wisata dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(42)

POTENSI PULAU KAMPAI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

KERTAS KARYA

OLEH ASMAUL HUSNA

122204004

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(43)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI PULAU KAMPAI SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

OLEH

ASMAUL HUSNA

122204004

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Drs. Gustanto, M.Hum

NIP. 19630805 198903 1 004 19640821 199802 2 001


(44)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI PULAU KAMPAI

SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA

DI PANGKALAN SUSU

KABUPATEN LANGKAT

Oleh : ASMAUL HUSNA

NIM : 122204004

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001

Dr. Syahron Lubis, M.A.

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

NIP 19640821 199802 2 001

Arwina Sufika, S.E., M.Si


(45)

ABSTRAK

Kabupaten Langkat memiliki potensi wisata yang potensial untuk dikembangkan. Dengan pengelolaan yang baik tentunya dapat mendatangkan keuntungan bagi pemerintahan daerah maupun masyarakat umum. Mendatangkan pendapatkan negara dan terciptanya kesempatan kerja yang dapat mengurangi pengangguran. Penyerapan tenaga kerja yang langsung dapat terlihat di perhotelan biro-biro perjalanan, pramuwisata atau pemandu wisata (guides), pusat-pusat rekreasi dan instansi pemerintahan. Kabupaten Langkat memiliki banyak objek yang berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Sumatera Utara. Salah satu objek wisata yang berpotensi adalah Pulau Kampai yang terletak di Kecamatan Pangakan Susu Kabupaten Langkat, dapat dilihat dari potensi alam yang dimiliki dan keadaan alam yang alami ditunjung dengan situs-situs makam keramat dan juga hutan mangrove. Jika dikelola dengan baik dan benar dapat meningkatkan arus kunjungan wisata dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(46)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim.

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmad dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Dan Salawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau yang membawa peradapan umat manusia jauh lebih baik. Adapun judul kertas karya ini adalah ‘‘Potensi Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat’’.

Dalam penulisan kertas karya ini, dilakukan berdasarkan pengetahuan ydan pengalaman penulis selama masa perkuliahan dan praktek lapangan. Penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan baik dari segi moril, doa dan materi yang penulis peroleh dari berbagai pihak selama menjalankan perkuliahan sampai selesainya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Nelwin dan Ibunda Dewi yang selama ini telah membesarkan, menjaga, mendidik dan memberikan segenap kasih sayang yang tulus dan murni kepada penulis.

Dalam kesempatan yang berharga ini, penulis tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara


(47)

3. Bapak Drs. Gustanto M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi kertas karya ini.

4. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku dosen pembaca yang telah membantu penulis dalam memperlancar dan penyempurnaan kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.S.P., selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Seluruh Dosen program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Karyawan PT. ANGKASA PURA II Bandara Internasional Minangkabau dan para pembimbing di Bagian Infomasi Bandara yang telah membimbing penulis selama praktek kerja lapangan.

8. Seluruh karyawan PT. Patuholing Tour And Travel yang telah memberikan izin dan membimbing selama praktek kerja lapangan.

9. Teruntuk adik-adik penulis yang terkasih, Muhammad Ikhwan, Aprilliani, Putri Nuraliyah. Semoga kedepannya bisa sukses dan terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.

10. Terima Kasih untuk teman-teman seperjuangan Pariwisata 2012, terutama Adelina Arevi Hasibuan, Eva Fransiska Sianipar, Jemmy Nova Sormin, Humaira Radhiatul Mardiah dan Silvia Novita atas dukungan dan motivasi selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan kertas karya ini.


(48)

11. Terima Kasih untuk sahabat-sahabat penulis, Desi Ekawati, Mia Medina Ardho Hidayat, Nanda Syahputri, Sri Rahmayani Lubis, Rabiatul Adawwiyah atas dukungan dan doa selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan kertas karya ini, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan, materi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.

Demikian harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khusunya bagi penulis.

Medan, Januari 2016 Penulis

NIM 122204004


(49)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

LAMPIRAN GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Alasan pemilihan judul... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan... 3

1.4 Metode Penelitian... 3

1.5 Sistematika Penulisan... 4

BAB II : URAIAN TEORITIS... 5

2.1 Pengertian Pariwisata... 5

2.2 Pengertian Objek Wisata... 9

2.3 Daerah Tujuan Wisata... 10

2.4 Sistem Daerah Tujuan Wisata... 15

2.5 Upaya Pelestarian... 16

BAB III : GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGKALAN SUSU... 19

3.1 Sejarah Kecamatan Pangkalan Susu... 19


(50)

3.3 Objek wisata di Kecamatan Pangakalan Susu... 26

BAB IV : POTENSI OBJEK WISATA PULAU KAMPAI... 34

4.1 Potensi Objek Wisata Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata... 34 4.2 Pengelolaan Objek Wisata Pulau Kamapi Sebagai Daerah Tujuan Wisata... 36

BAB V : PENUTUP... 38

5.1 Kesimpulan... 38

5.2 Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA


(51)

LAMPIRAN GAMBAR... 29

Gambar 3.1... 29

Gambar 3.2... 30

Gambar 4.1... 32

Gambar 4.2... 33


(1)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim.

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmad dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Dan Salawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliau yang membawa peradapan umat manusia jauh lebih baik. Adapun judul kertas karya ini adalah ‘‘Potensi Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata Di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat’’.

Dalam penulisan kertas karya ini, dilakukan berdasarkan pengetahuan ydan pengalaman penulis selama masa perkuliahan dan praktek lapangan. Penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan baik dari segi moril, doa dan materi yang penulis peroleh dari berbagai pihak selama menjalankan perkuliahan sampai selesainya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Nelwin dan Ibunda Dewi yang selama ini telah membesarkan, menjaga, mendidik dan memberikan segenap kasih sayang yang tulus dan murni kepada penulis.

Dalam kesempatan yang berharga ini, penulis tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara


(2)

iii

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi kertas karya ini.

4. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku dosen pembaca yang telah membantu penulis dalam memperlancar dan penyempurnaan kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.S.P., selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Seluruh Dosen program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Karyawan PT. ANGKASA PURA II Bandara Internasional Minangkabau dan para pembimbing di Bagian Infomasi Bandara yang telah membimbing penulis selama praktek kerja lapangan.

8. Seluruh karyawan PT. Patuholing Tour And Travel yang telah memberikan izin dan membimbing selama praktek kerja lapangan.

9. Teruntuk adik-adik penulis yang terkasih, Muhammad Ikhwan, Aprilliani, Putri Nuraliyah. Semoga kedepannya bisa sukses dan terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.

10. Terima Kasih untuk teman-teman seperjuangan Pariwisata 2012, terutama Adelina Arevi Hasibuan, Eva Fransiska Sianipar, Jemmy Nova Sormin, Humaira Radhiatul Mardiah dan Silvia Novita atas dukungan dan motivasi selama ini sehingga penulis bisa menyelesaikan kertas karya ini.


(3)

iv

11. Terima Kasih untuk sahabat-sahabat penulis, Desi Ekawati, Mia Medina Ardho Hidayat, Nanda Syahputri, Sri Rahmayani Lubis, Rabiatul Adawwiyah atas dukungan dan doa selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan kertas karya ini, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan, materi maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.

Demikian harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khusunya bagi penulis.

Medan, Januari 2016 Penulis

NIM 122204004


(4)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

LAMPIRAN GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Alasan pemilihan judul... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penulisan... 3

1.4 Metode Penelitian... 3

1.5 Sistematika Penulisan... 4

BAB II : URAIAN TEORITIS... 5

2.1 Pengertian Pariwisata... 5

2.2 Pengertian Objek Wisata... 9

2.3 Daerah Tujuan Wisata... 10

2.4 Sistem Daerah Tujuan Wisata... 15

2.5 Upaya Pelestarian... 16

BAB III : GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGKALAN SUSU... 19

3.1 Sejarah Kecamatan Pangkalan Susu... 19


(5)

vi

3.3 Objek wisata di Kecamatan Pangakalan Susu... 26

BAB IV : POTENSI OBJEK WISATA PULAU KAMPAI... 34

4.1 Potensi Objek Wisata Pulau Kampai Sebagai Daerah Tujuan Wisata... 34 4.2 Pengelolaan Objek Wisata Pulau Kamapi Sebagai Daerah Tujuan Wisata... 36

BAB V : PENUTUP... 38

5.1 Kesimpulan... 38

5.2 Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA


(6)

vii

LAMPIRAN GAMBAR... 29

Gambar 3.1... 29

Gambar 3.2... 30

Gambar 4.1... 32

Gambar 4.2... 33