a.
Pengelolaan DAS berupa pemanf aat an, pemberdayaan, pengembangan, perlindungan dan pengendalian sumber daya dalam DAS.
b.
Pengelolaan DAS berlandaskan pada asas ket erpaduan, kelest arian, kemanf aat an, keadilan, kemandirian kelayakan usaha sert a akunt abilit as.
c.
Pengelolaan DAS diselenggarakan secara t erpadu, menyeluruh, berkelanj ut an dan berwawasan lingkungan.
d.
Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekat an ekosist em yang dilaksanakan berdasarkan prinsip “ sat u sungai, sat u rencana, sat u pengelolaan” dengan memperhat ikan sist em
pemerint ahan yang desent ralist is sesuai j i wa ot onomi yang luas, nyat a dan bert anggung j awab.
1.
Sat u sungai dalam art i DAS merupakan kesat uan wilayah hidrologi yang dapat mencakup beberapa wilayah administ rat if yang dit et apkan sebagai sat u kesat uan
wilayah pengelolaan yang t idak dapat diipisah-pisahkan;
2.
Dalam sat u sungai hanya berlaku Sat u Rencana Kerj a yang t erpadu, menyeluruh, berkelanj ut an dan berwawasan lingkungan;
3.
Dalam sat u sungai dit erapkan Sat u Si st em Pengelolaan yang dapat menj amin ket erpaduan kebij akan, st rat egi perencanaan sert a operasionalisasi kegiat an dari
hulu sampai hilir.
Ket erpaduan t ersebut diperlukan karena :
4.
Terdapat ket erkait an ant ara berbagai kegiat an mult i sekt or dalam pengelolaan sumbar daya alam dan pembinaan akt ivit as manusia dalam penggunaannya;
5.
Melibat kan berbagai disiplin ilmu yang mendasari bersif at mult i disiplin dan mencakup berbagai kegiat an;
6.
Meliput i daerah hulu sampai hilir.
Pengelolaan DAS terpadu mempunyai ciri pokok sebagai berikut : 7.
Sasaran yang j elas, yait u suat u pencapai an hasil yang t elah direncanakan dan diharapkan akan t erj adi pada masa dat ang;
8.
St rat egi wakt u, yait u penj adwalan unt uk mengkoordinasikan dan mengint egrasikan set iap kegiat an dalam mewuj udkan sasaran;
9.
Melibat kan berbagai sekt or dan disiplin ilmu t erkait , yait u upaya melibat kan dan mengkoordinasikan peran sert a sekt or dan disiplin ilmu menuj u sasaran secara
bersama;
10.
Tumbuhnya mot ivasi set iap sekt or, dengan mengacu kepada ket erlibat an berbagai sekt or dalam proses penet apan sasaran akan merangsang keinginan at au
t ekad unt uk mencapai hasil.
2. 3 Kebij akan Dasar
a.
Pengelolaan DAS dilakukan secara holist ik, t erencana dan berkelanj ut an guna memenuhi kebut uhan baik unt uk kehidupan maupun penghidupan dan menj aga kelest arian
lingkungan unt uk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33 ayat 3.
b.
Pengelolaan DAS dilakukan secara desent ralisasi dengan pendekat an DAS sebagai sat uan wilayah pengelolaaan.
c.
Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasar prinsip part isipasi dan konsult asi masyarakat pada t iap t ingkat unt uk mendorong t umbuhnya komit men bersama ant ar pihak
berkepent ingan
st akehol ders
.
d.
Pengelolaan DAS memerlukan kondisi yang memungkinkan part isipasi masyarakat guna mengurangi secara bert ahap beban Pemerint ah dalam pengelolaan DAS.
e.
Masyarakat yang memperoleh manf aat at as pengelolaan DAS secara bert ahap baik secara langsung maupun t ak langsung waj i b menanggung biaya pengelolaan berdasar
prinsip kecukupan dana –
cost recovery
.
f.
Sasaran wilayah Pengelolaan DAS adalah wilayah DAS secara ut uh sebagai sat u kesat uan ekosist em. Penent uan sasaran DAS secara ut uh ini dimaksudkan agar upaya penanganan
kegiat an yang direncanakan dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan t erpadu berdasarkan sat u kesat uan perencanaan yang ut uh, sekaligus berkait an dengan kegiat an
monit oring dan evaluasi DAS yang di t inj au dari aspek penggunaan lahan, t at a air, dan sosial ekonomi. Lingkup kegiat an pengelol aan DAS dapat digolongkan menj adi empat
sasaran, yait u : i pengelolaan sumber daya air permukaan dan air t anah; ii pengelolaan lahan t anah; iii pengelolaan veget asi, hut an dan t anaman; dan iv
pengelolaan akt if it as manusia.
2. 4 Pengelolaan DAS dan Otonomi Daerah
Penyelenggaraan pengelolaan DAS dalam kait annya dengan penat aan ruang wilayah dan penat agunaan t anah dalam rangka ot onomi daerah haruslah disesuaikan dengan Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah sebagai berikut :
a.
Bahwa kebij akan penat agunaan t anah di t ingkat Pusat masih diperlukan keberadaannya j ika t erdapat kewenangan yang berkait an dengan kebij akan-kebi j akan yang meliput i
perencanaan nasional, pengendalian pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sist em administ rasi negara, lembaga perekonomian negara, pendayagunaan
sumber daya alam, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, kebij akan t eknologi t inggi yang st rat egis, konservasi dan kebij akan st andarisasi nasional.
b.
Kebij akan penat agunaan t anah dit ingkat propinsi sebagai daerah ot onom diperlukan keberadaannya j ika t erdapat adanya kewenangan yang berkait an dengan : i kebij akan
di bidang pemerint ahan yang bersif at lint as kabupat en dan kot a, sert a ii kewenangan bidang t ert ent u lainnya, yait u : perencanaan dan pengendalian pembangunan regional
secara makro; pelat ihan bidang t ert ent u, al okasi sumber daya manusia pot ensial, dan penelit ian yang mencakup wilayah propinsi ; pengendalian lingkungan hidup; promosi
dagang dan budaya pariwisat a; dan perencanaan t at a ruang propinsi. Di samping it u j uga diperlukan keberadaan kebij akan penat agunaan t anah di t ingkat pr opinsi dalam rangka
pelaksanaan dekonsent rasi, dimana t erdapat kewenangan pemerint ah Pusat yang di limpahkan kepada Gubernur.
c.
Selanj ut nya diperlukan kebij akan penat agunaan t anah di t ingkat kabupat en dan kot a yang mencakup semua kewenangan pemerint ahan selain kewenangan yang dikecualikan
dalam kedua but ir di at as.
Dengan kat a lain Pemerint ah Pusat mempunyai wewenang pengat uran, pengarahan melalui penerbit an berbagai pedoman, sert a pengawasan dan pengendalian berskala makro;
pemerint ah propinsi mempunyai wewenang bersif at lint as kabupat en kot a, pemberian perij inan t ert ent u, penyusunan rencana t ert ent u sert a pengawasan dan pengendalian
berskala meso; sedang pemerint ah kabupat en mempunyai wewenang yang bersif at pemberian perij inan t ert ent u, perencanaan, pelaksanaan, sert a pengawasan dan
pengendalian berskala mikro.
DAS dan Wilayah Sungai t idaklah pernah mempunyai bat as yang bert epat an
co-incided
dengan bat as-bat as wilayah administ rasi. Oleh karena it u DAS perlu diklasif ikasi menurut hamparan
wilayahnya dan f ungsi st rat egisnya sebagai berikut : a.
DAS lokal : t erlet ak secara ut uh berada di sat u Daerah Kabupat en Kot a, dan at au DAS yang secara pot ensial hanya dimanf aat kan oleh sat u Daerah Kabupat en Kot a.
b. DAS Regional : let aknya secara geograf is melewat i lebih dari sat u Daerah
Kabupat en Kot a; dan at au DAS yang secara pot ensial dimanf aat kan oleh lebih dari sat u Daerah Kabupat en Kot a; dan at au DAS lokal yang at as usulan Pemerint ah
Kabupat en Kot a yang bersangkut an, dan hasi l penilaian dit et apkan unt uk didayagunakan dikembangkan dan dikelola oleh Pemerint ah Propinsi, dan at au DAS yang secara
pot ensial bersif at st rat egis bagi pembangunan regional.
c. DAS Nasional : let aknya secara geograf is melewat i lebih dari sat u Daerah propinsi,
dan at au DAS yang secara pot ensial dimanf aat kan oleh lebih dari sat u Daerah Propinsi, dan at au DAS Regional yang at as usulan Pemerint ah Propinsi yang bersangkut an, dan
hasil penilaian dit et apkan unt uk didayagunakan dikembangkan dan dikelola oleh Pemerint ah Pusat , dan at au DAS yang secara pot ensial bersif at st rat egis bagi
pembangunan nasional.
III. PERENCANAAN 3. 1