73 SD Negeri Bangirejo 1 Yogyakarta dari tahap siklus I ke siklus II dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7. Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Tahap Siklus I dan Siklus II
No Tahap
Nilai Rata-rata Kelas
Ketuntasan Persentase
Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum Tuntas
1 Siklus I
69,03 15
10 60
40 2
Siklus II 88,19
25 100
Berdasarkan data tabel 7 dapat dilihat nilai rata-rata kelas siklus II meningkat sebanyak 19,16 88,19-69,03 dari tahap siklus I. Persentase siswa
yang mencapai KKM pada tahap siklus II juga mengalami peningkatan sebanyak 40 100-60 dari tahap siklus I. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan
bahwa pemahaman konsep siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I
d. Refleksi
Data hasil observasi dalam pembelajaran materi pengurangan pada pecahan menggunakan alat peraga teropong pecahan yang telah diuraikan di atas
digunakan oleh pelaksana dan pengamat tindakan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi tersebut memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan
penggunaan alat peraga teropong pecahan tentang pengurangan pada pecahan yang dideskripsikan di atas telah diterapkan secara optimal dan sudah tidak terjadi
hambatan-hambatan sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa kelas IVB Sekolah Dasar Negeri Bangirejo 1 Yogyakarta terhadap konsep pengurangan pada
pecahan. Hal itu dibuktikan oleh hasil post-test pada akhir siklus II, persentase siswa yang sudah mencapai KKM sudah memenuhi indikator keberhasilan
74 penelitian yaitu 100, sedangkan pencapaian nilai rata-rata kelas adalah 88,19
yang berarti mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu ≥
70. Berdasarkan hasil nilai post-test di atas maka pembelajaran dikatakan berhasil dan penelitian dihentikan.
B. Pembahasan
Pembahasan ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai peningkatan pemahaman konsep pengurangan pada pecahan melalui alat peraga
teropong pecahan di kelas IV SD Negeri Bangirejo 1. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan alat peraga teropong pecahan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa dalam mengurangkan pecahan. Hal tersebut sesuai pendapat Pitadjeng 2006: 141-142 bahwa alat peraga teropong pecahan
digunakan untuk membantu anak memahami konsep pecahan, membandingkan dua pecahan relasi , =, dan , penjumlahan dan pengurangan pecahan. Hal itu
dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dari tahap pra siklus ke siklus I, dan siklus II.
Peningkatan pemahaman konsep siswa dalam mengurangkan pecahan dapat dilihat melalui hasil peningkatan rata-rata kelas dalam tahapan-tahapan
penelitian, yaitu pada tahap pra siklus nilai rata-rata pre-test sebanyak 54, pada akhir siklus I nilai rata-rata post-test 69,03, dan pada akhir siklus II nilai rata-rata
post test 88,19, sehingga pada siklus II nilai rata-rata kelas telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu
≥70 dari skor maksimum ideal 100. Pembandingan nilai rata-rata pre-test, akhir siklus I, akhir siklus II
disajikan pada gambar 5.