Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 2
BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD
3 .1
Capaian Kinerja SKPD
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 201
6
dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja
masing-
masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini
:
Tabel Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 201
6
No
Indikator Kinerja Capaian
20 15
Tahun 2016 Target
Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 .
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Keter sed iaan 70 ,3 1
85 ,6 75 ,0 8
87 ,7 1 96 ,3 2
77 ,9 5
2 .
Persentase Penurunan
Jumlah Penduduk Rawan
Pangan
th 0 ,68
1 0 ,43
43 1
43
3 .
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat produsen RpKg
≥ HPP Rp.
4 .10 0
≥ HPP Rp. 3.700
≥ HPP Rp. 3.776
10 0
≥ HPP
HPP
tahun 2019
belum
d iketahui 4 .
Coefisien Variasi pangan beras di
tingkat konsumen CV : 6
CV10
CV : 2
10 0
CV 10
10 0
5 .
Skor Pola Pangan Harapan
PPH
Kon sumsi 79 ,3
85 ,0 78 ,0
91 ,7 6 92 ,5
84 ,3 2
6 .
Jumlah Konsumsi
energikkal kap hr
1 .84 1,5 2 .01 9
1 .85 6,7 91 ,9 6
2 .15 0 86 ,3 6
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 3 7 .
Jumlah Konsumsi
Pr otein gr kap h r
49 ,6 56 ,3
50 ,3 89 ,3 4
57 88 ,2 5
8 .
Persentase Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
3 ,1 6 10
7 ,33 73 ,3
10 73 ,3
9 .
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
91 ,3 9 80
83 ,7 8 10 4,73
80 10 4,73
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator
menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, 1 indikator kinerja memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan
capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator
menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian
tinggi
, 1 indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian
sangat rendah.
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 201
6
Sangat Tinggi 55,56
Tinggi 22,22
Sangat Rendah 11,11
Sedang 11,11
Tingkat Capaian IKU Tahun 2016
Sangat Tinggi 55,56 Tinggi 22,22
Sedang 11,11 Sangat Rendah 11,11
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 4
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana
dan
realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabe l
. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 201
6
per Triwulan
No
Sasaran Strategi Indikator Kinerja
Satuan Tar ge
t
Tahu nan
Tr iwulan Tar ge
t Realisasi
1.
Peningkatan ketersediaan
pangan yang
ber agam
Skor pola pangan harapan
PPH
ketersediaan -
85,6
Triwulan I
85,6 79,3
92,64
Triwulan II
85,6 79,3
92,64
Triwulan III
85,6 79,3
92,64
Triwulan IV
85,6 75,08
87,71 2.
Penurunan jumlah penduduk rawan
pangan
Pesentase Penurunan jumlah
penduduk rawan
pangan 1
Triwulan I
1 0,68
68
Triwulan II
1 0,68
68
Triwulan III
1 0,68
68
Triwulan IV
1 0,43
43 3.
Stabilnya harga pangan pokok di
tingkat produsen dan
konsumen
Harga Gabah Kering Panen GKP di
Tingkat produsen
Rp kg
3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤
3.915 100
Triwulan II 3.700 ≤
3.577 99
Triwulan III 3.700 ≤
3.822 100
Triwulan IV 3.700 ≤
3.776 100
Coefisien Variasi
pangan beras di tingkat konsumen
10 Triwulan I 10
6 100
Triwulan II 10
6 100
Triwulan III 10
6 100
Triwulan IV 10
2 100
4.
Peningkatan keragaman
konsumsi pangan yang sehat dan
aman
Skor Pola Pangan Harapan
PPH
Konsumsi -
85,0 Tr iwulan
I 85,0
79,3 93,29
Triwulan II
85,0 79,3
93,29
Triwulan III
85,0 79,3
93,29
Triwulan IV
85,0 78,0
91,76 5.
Peningkatan konsumsi pangan
yan sesuai angka kecukupan
gizi
AKG
Jumlah Konsumsi
Ener gi Kkal kap hr
2.019
Triwulan I
2.019 1.841,5
91,21
Triwulan II
2.019 1.841,5
91,21
Triwulan III
2.019 1.841,5
91,21
Triwulan IV
2.019 1.856,7
91,96
Jumlah Konsumsi
Pr otein Gr am kap h
r 56,3
Triwulan I
56,3 49,6
88,10
Triwulan II
56,3 49,6
88,10
Triwulan III
56,3 49,6
88,10
Triwulan IV
56,3 50,3
89,34 6.
Tercapainya keamanan pangan
segar
Persentase Peningkatan Produk
Pangan Segar yang Tersertifikasi
- 10
Triwulan I
10 7,4
74
Triwulan II
10 7,4
74
Triwulan III
10 7,4
74
Triwulan
IV 10
7,33 73,3
Persentase Tingkat Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
80
Triwulan I
80 91,39
114,24
Triwulan II
80 91,39
114,24
Triwulan III
80 91,39
114,24
Triwulan IV
80 83,78
104,73
Catatan menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni
2016
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter
indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy
indikator adalah sebagai berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 5
1.
Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi
pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan.
2.
Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang
bias
anya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan PPH
konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.
Tabe l
Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017
No
Sasaran
Str ategi
Indikator
Kin er ja Satuan
Tahun 2016 Tahun 2017
Tar get Cap aian
Realisasi
Target
RPJMD PK
1.
Peningkatan ketersediaan
pangan yang
ber agam
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Keter sediaan -
85,6 75,08
87,71 88,0
88,0 2.
Penurunan jumlah
penduduk rawan pangan
Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan Pangan
Tahun 1
0,43 43
1 1
3.
Stabilnya harga pangan
pokok di
tingkat produsen dan
konsumen
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat produsen
Rp Kg
HPP≤ 3.700≤
3.776 100
3.700 3.700
Coefisien Variasi pangan beras di
tingkat konsumen
10 2
100
10 10
4.
Peningkatan keragaman
konsumsi pangan yang
sehat dan
aman
Skor Pola Pangan Harapan
PPH
Konsumsi -
85,0 78,0
91,76 85,9
85,9 5.
Peningkatan konsumsi
pangan yan
sesuai angka kecukupan gizi
AKG
Jumlah Konsumsi Energi
Kkal kap hr 2.019
1.856,7 91,96
2.034 2.034
Jumlah Konsumsi Protein
Gr am kap hr
56,3 50,3
89,34 56,5
56,5 6.
Tercapainya keamanan
pangan segar Persentase
Peningkatan Produk
Pangan Segar
yang Tersertifikasi
10 7,33
73,3 10
10
Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji
80 dibawah
ambang
batas 83,78
104,73
80 80
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 6
3 .2
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerj
a
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam
sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu :
1.
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam
2.
Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3.
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
4.
Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5.
Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi AKG
6.
Tercapainya keamanan pangan segar yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :
1.
Skor pola pangan harapan PPH ketersediaan
2.
Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3.
Harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen
4.
Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen
5.
Skor pola pangan harapan PPH konsumsi
6.
Jumlah konsumsi energi
7.
Jumlah konsumsi protein
8.
Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
9.
Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator
yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Capaian kinerja tahun 201
6
merupakan capaian kinerja tahun
kedua
dari periode 5 lima tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun
2016
adalah sebagai berikut:
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 7
Tabe l
. Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016
N O
Sasaran
Srate gis
Indikatir Kinerja
Satuan 2 0 1 6
2 0 1 9 Targe t
Re alisasi
Target
RPJMD
1.
Peningkatan ketersediaan
pangan yang
ber agam 1.
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Keter sediaan -
85,6 75,08
87,71 96,32
77,95
2.
Penurunan jumlah
penduduk rawan
pangan 2.
Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan Pangan
Tahun 1
0,43 43
1 43
3.
Stabilnya harga pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen
3.
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat produsen
Rp Kg
HPP≤
3.700 3.776
100
HPP≤ Belum
diketahui HPP nya
4.
Coefisien Variasi pangan beras di
tingkat konsumen
10 2
100 10
100 4.
Peningkatan keragaman
konsumsi pangan
yang sehat dan aman
5.
Skor Pola Pangan Harapan
PPH
Konsumsi -
85,0 78,0
91,76 92,5
84,32
5.
Peningkatan konsumsi
pangan yan
sesuai angka
kecukupan gizi
AKG 6.
Jumlah Konsumsi
E
nergi
Kkal kap hr 2.019
1.856,7 91,96
2.150 86,36
7.
Jumlah Konsumsi Protein
Gr am kap h r
56,3 50,30
89,34 57
88,25 6.
Tercapainya keamanan
pangan segar
8.
Persentase Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
10 7,33
73,3 10
73,3
9.
Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji
80 dibawah
ambang
batas 83,78
104,73
80
104,73
Catatan Angka sementara Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut
dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan
Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran
realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 8
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai
bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka
mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja
dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun
2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :
S
KOR
P
OLA
P
ANGAN
H
ARAPAN
PPH K
ETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki
dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan
sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi
volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan
pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan,
disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
1 9
atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
3 .
Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan
No
Indikator
Kin er ja
Capaian
20 15
Tahun 2016 Target
Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 .
Skor Pola Pangan Harapan
Keter sed iaan 70 ,3 1
85 ,6 0 75 ,0 8
87 ,7 1 88 ,7 0
84 ,6 4
Pada indikator skor pola pangan harapan PPH Ketersediaan pada tahun 201
6
ini ditargetkan 8
5,6
dan terealisasi 7
5,08
atau 8
7,71
, meskipun pencapaian kinerjanya belum mencapai 100 tetapi pencapaian kinerjanya sudah
tergolong tinggi yaitu mencapai 8
7,71 .
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan PPH ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan di Provinsi
Lampung 201
2 –
2 0 1 6
Kelompok Pangan Skor
Maks
Skor Pola Pangan Harapan PPH Ketersediaan
2012 2013
2014 2015
2016 Padi-Padian
Umbi-Umbian
Pangan Hewani Minyak dan
Lemak
BuahBiji
Berminyak Kacang-Kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-Lain 25
2,5 24
5 1
10 2,5
30 -
25 2,5
7,08 5,0
1,55 2,5
30,0 -
25 1,97
10,06 2,36
- 1,97
2,5 30
- 25
2,00 9,87
2,82 -
1,72 2,50
30,00 -
25 1,65
9,40 1,03
- 0,73
2,50 30.00
- 25
1,0 10,7
3,2 1,0
1,6 2,5
30,0 -
T O T A L
100 73,63
73,86 73,92
70,31 75,08
Sumber : Badan Ketahanan Pangan
D
aerah Prov.
Lam pung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 0 Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar2
. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 201
2 –
2016
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi Lampung sejak tahun 201
2
sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada
beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi
-
padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk
kelompok pangan umbi
-
umbian, hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, dan kacang
-
kacangan ketersediaannya masih di bawah skor maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung
belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum beragamberimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan
harapan PPH ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun mengalami peningkatan di tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan
bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragamseimbang karena belum mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
73,63 73,86
73,92
70,31 75,08
67 68
69 70
71 72
73 74
75 76
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 1
Tabel SurplusMinus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 201
2 –
2 0 1 6
No. Komoditas
Surplus +Minus
-
ton
2012 2013
2014 2015
2016
I
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11.
Pangan Nabati
Beras
Jagung Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau
Ubi Kayu Ubi Jalar
Sayur Buah
Minyak Goreng Gula Pasir
889.523 1.508.442
-87.733 1.671
-2.796 6.810.249
11.125 -340.047
1.230.602 49.240
650.819 952.622
1.506.991 -91.857
1.442 -3.469
6.752.862 8.367
-360.415 1.609.894
-48.954 722.018
780.725 1.557.589
-85.814 274
-77 8.122.537
19.889 -444.243
1.481.576 -63.528
628.267 873.967
1.509.246 -80.588
7.257 -9
6.657.508 14.042
- 20.764.046
- -
1.020.287 1.315.733
- 87.702
2.440 -
1 6.101.486
1.337 -
- 16.613
531.241
II.
1. 2.
3. 4.
Pangan Hewani
Daging Telur
Susu Ikan
-4.528 87.443
-341.961 248.798
19.134 98.106
-350.308 491.323
5.927 3.176
-362.463 367.435
- -15.943
- 7.913
6.897 2.231
- 362.707
-
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan NBM menunjukkan bahwa ketersediaan bahan
pangan di Provinsi Lampung
telah
cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG. Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.
T
abel Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi
Lampung Tahun 201
2 –
2 0 1 6 .
No. Uraian
Standar WNPG
Tahun 201
2
ATAP 201
1
Tahun 201
3
ATAP 201
2
Tahun 201
4
ATAP 201
3
Tahun 201
5
ATAP 201
4
Tahun 201
6
ATAP 201
5
1
Energi
kal kap hr 2.200
2.870,04 2.911,84
2.987,84 2.735,29
2.819
a. Nabati
2.791,68 2.800,13
2.877,91 2.630,63
2.686
b. Hewani
78,36 111,71
109,93 104,66
133
2
Protein
gram kap hr 57
58,31 68,23
55,90 67,93
68,67
a. Nabati
49,36 55,47
43,57 55,65
51,82
b.
Hewani 8,95
12,76 12,33
12,28 16,85
Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov.
Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 2
Gambar
3
. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 201
2 -
2016
Gambar
4
. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 201
2 –
2016
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan NBM.Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan
pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan NBM
78,36 111,71
109,93 104,66
133,00 2.791,68
2.800,13 2.877,91
2.630,63 2.686,00
2.870,04 2.911,84
2.987,84 2.735,29
2.819,00
- 500,00
1.000,00 1.500,00
2.000,00 2.500,00
3.000,00 3.500,00
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016 Sumber Hew ani
Sumber Nabati Total Energi
10 20
30 40
50 60
70
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 8,95
12,76 12,33
12,28 16,85
51,19 49,36
55,47 43,57
51,82 66,41
58,31 68,23
55,9 68,67
Sumber Hew ani Sumber Nabati
Total Protein
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 3
digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan
berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau
pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam perencanaan produksipegadaan pangan serta sebagai bahan
dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.
Pada tahun 201
6
ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan PPH ketersediaan sebesar 8
5,6
tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi Lampung baru mencapai 7
5,08
, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi
Lampung belum beragamseimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan NBM
menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi
-
padian 66,54, kelompok gula 7,96, kelompok sayurbuahan 10,97, pangan hewani 4,55, minyak dan lemak
5,51, kelompok umbi
-
umbian 1,73, serta diikuti kelompok kacang
- kac
angan dengan kontribusi energi sebesar 0,69. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena
Komposisi skor PPH untuk masing
-
masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan
yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi
-
umbian sebesar 1,0 skor maksimal 2,5, kelompok pangan hewani sebesar 10,7 skor
maksimal 24 kelompok kacang
-
kacangan sebesar 1,6 skor maksimal 10 dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 skor maksimal 5. Hal ini
mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor
maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang.
Untu
k pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah kelompok
umbi-
umbian,
kacang-kacangan,
kelompok pangan hewani, kelompok
minyak
dan
lemak
agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 4
lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beb
e
rapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat
dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna
sebagai masukan bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka
kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein.
Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata
-
rata individu memperoleh bahan pangan. Pada tahun 201
6
ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di targetkan 2.
4
00
K
kalkapitahari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 201
6
angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai 2.819 Kkalkapitahari 1
17,45
dari target angka kecukupan energi di tingkat ketersediaan sebesar 2.
4
00
Kkal kapita hari
. Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.6
86
kkalkapitahari atau 9
5,28
dan sisanya
4,72
yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabe l
Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi
Ketersediaan Protein
Kkal kapita hari Gram kap hari
Nabati 2.686
95,28 51,82
75,46 Hewani
133 4,72
16,85 24,54
Total 2.819
100 68,67
100
Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 201
6
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 5
Gambar
5
. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 201
6
Gambar
6
. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 201
6
Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gramkapitahari atau lebih besar 9 dari angka yang dianjurkan yakni 63 gramkapitahari. Jika dilihat
sumbangannya menurut masing
-
masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi
-
padian yaitu sebesar 1.876 kkalkapitahari atau 66,55, kemudian diikuti kelompok buah
-
buahan 10,03, gula 7,95, makanan berpati 1,74, daging 1,06, minyak dan lemak
5,36, ikan 2,66, sayuran 0,99, telur 0,92, dan buahbiji berminyak 2,69. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah
NABATI; 95,28
HEWANI; 4,72
KETERSEDIAAN ENERGI
75,46 24,54
Ketersediaan Protein
Nabati Hew ani
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 6
kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1 per 1000 kkalkapitahari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar
7
. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 201
6
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan PPH Provinsi
Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :
Tabe l
Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th.
2 0 1 6
Kelompok
Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH
Kalori AKE
Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Skor
PPH Padi-padian
1.876 66,54
78,2 0,50
33,27 39,09
25,00 2 5 ,0 0
Umbi-umbian 49
1,73 2,0
0,50 0,87
1,02 2,50
1 ,0
Pangan Hewani
128 4,55
5,4 2,00
9,11 10,70
24,00 1 0 ,7
Minyak
Lemak 155
5,51 6,5
0,50 2,75
3,23 5,00
3 ,2
BuahBiji
Berminyak 58
2,04 2,4
0,50 1,02
1,20 1,00
1 ,0
Kacang- kacangan
20 0,69
0,8 2,00
1,39 1,63
10,00 1 ,6
Gula 224
7,96 9,3
0,50 3,98
4,67 2,50
2 ,5 0
Sayur dan Buah
309 10,97
12,9 5,00
54,85 64,44
30,00 3 0 ,0 0
Lain-lain -
- -
- -
- -
-
Total
2 .8 1 9 1 0 0
1 1 7 ,5 1 0 7 ,2 4
1 2 5 ,9 8 1 0 0
7 5 ,0 8
KONTRIBUSI KELOM POK PANGAN
Padi-Padian 66,55 Buah-Buahan 10,03
Gula 7,95 M inyak dan Lemak 5,36
Buah Biji Beminyak 2,69 Ikan 2,66
M akanan Berpati 1,74 Daging 1,06
Sayuran 0,99 Telur 0,92
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 7
Gambar
8
. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok
Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola pangan harapan Kualitas di Provinsi Lampung pada tahun
2016
memiliki ketersediaan energi sebesar 2.
819
kkalkapitahari atau lebih
17,45
dari angka kecukupan gizi 2.
4
00 kkalkapitahari dengan skor PPH
75,08
yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragamseimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kuantitas telah mencapai 2.
819
kkalkapitahari atau surplus sebesar
17,45
dari angka kecukupan gizi 2.
4
00 kkalkapitahari namun secara kualitas skor PPH
75,08
belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :
1.
Komposisi skor PPH untuk masing
-
masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak
seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2.
Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
Skor M aksimum 0,00
10,00 20,00
30,00 25,00
2,50 24,00
5,00 1,00
10,00 2,50
30,00
0,00 25,00
1,00 10,70
3,20 1,00 1,60 2,50
30,00
0,00 Skor M aksimum
Skor PPH
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 8
3.
Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu
pangan hewani
4,55
, minyak dan lemak
5,51
, kelompok umbi
-
umbian
1,73
, serta diikuti kelompok kacang
-
kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,
69
. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk
masing-
masing kelompok pangan tersebut relatif masih r
endah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 201
6
Atap 201
5
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus
1.020.287
ton, Jagung surplus 1.
315.733
ton, Kacang Tanah surplus
2.440
ton, Ubi Kayu surplus 6.
101.486
ton, Ubi Jalar surplus 1
.337
ton, cabe merah 4.122
,
daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur 2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng
16.613
ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau, bawang merah, dan susu
ketersediaannya mengalami kekuranganminus. Untuk kedelai minus 8
7.702
ton, kacang hijau minus
1
ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung tahun 2016 atap 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
2 9
Tabel
1 9
. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 201
6
Atap Tahun 201
5
No. Komoditas
Produksi
Ton Benih Pakan Ter cecer
Ketersediaan
Ton
Jumlah Penduduk
Jiwa Kon sumsi kap i
ta KgKapTh Total
Konsumsi
Ton Surp lus Min
us Keter sed ia
an Konsu
msi
Skor Ton
Pad i 3 .64 1.8 95
7 ,3 26 5.858
3 .37 6.0 37 1 .
Beras 2 .13 3.6 55
3 ,3 70 .4 11
2 .06 3.2 45 9 .89 0.5 38
10 5,45 1 .04 2.9 57
1 .02 0.2 87 19 7,83
1 2 .
Jagun g 1 .50 2.8 00
11 16 5.308
1 .33 7.4 92 9 .89 0.5 38
2 ,20 21 .7 59
1 .31 5.7 33 6 .14 6,7 9
1 3 .
Kedelai 9 .81 5
5 49 1
9 .32 4 9 .89 0.5 38
9 ,81 97 .0 26
- 8 7.702
9 ,61 4
4 .
Kacang Tanah
4 .96 3 5
24 8 4 .71 5
9 .89 0.5 38 0 ,23
2 .27 5 2 .44 0
20 7,26 1
5 .
Kacang Hijau
2 .44 5 7
17 1 2 .27 4
9 .89 0.5 38 0 ,23
2 .27 5 -
1 99 ,9 6
3 6 .
Ubi Kayu
7 .38 7.0 84 15
1 .10 8.0 63 6 .27 9.0 21
9 .89 0.5 38 17 ,9 5
17 7.535 6 .10 1.4 86
3 .53 7 1
7 .
Ubi Jalar
28 .4 94 12
3 .41 9 25 .0 75
9 .89 0.5 38 2 ,40
23 .7 37 1 .33 7
10 5,63 1
8 .
Bawang Merah
1 .98 7 1 .98 7
9 .89 0.5 38 33 ,1 8
31 7.207 -
3 15 .220 0 ,63
4
Cabe Merah
31 .2 73 31 .2 73
9 .89 0.5 38 2 ,84
27 .1 51 4 .12 2
11 5,18 1
9 .
Daging Sapi
12 .3 37 12 .3 37
9 .89 0.5 38 0 ,55
5 .44 0 6 .89 7
22 6,79 1
10 .
Daging ayam ras dan buras
57 .2 03 57 .2 03
9 .89 0.5 38 5 ,06
50 .0 46 7 .15 7
11 4,30 1
Susu 78 ,1 9
78 9 .89 0.5 38
36 ,6 8 36 2.785
- 3 62 .707
0 ,02 4
11 .
Telur
ayam,itik 79 .3 77
79 .3 77 9 .89 0.5 38
7 ,80 77 .1 46
2 .23 1 10 2,89
1
Gula Pasir
72 3.711 72 3.711
9 .89 0.5 38 19 ,4 6
19 2.470 53 1.241
37 6,01 1
12 .
Minyak Goreng
12 9.167 12 9.167
9 .89 0.5 38 11 ,3 8
11 2.554 16 .6 13
11 4,76 1
Keterangan : Skor 1 : Surplus rasio 114 Skor 2 : Swasembada rasio 100
– 114
Skor 3 : Cukup rasio 95
– 100
Skor 4 : Defisit rasio 95
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 0
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan PPH ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015
skor pola pangan harapan PPH ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok
pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbi
-
umbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacang
- kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan juga di bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah
target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71 dari target
renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, antara lain :
1.
Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya
program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.
Solusi 1.
Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju
alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2.
Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan
potensi wilayah
3.
Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat
tergantung pasokan dari luar
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 1
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, sebagai berikut :
Tabe l
Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No
Indikator
Kin er ja
Capaian
20 15
Tahun 2016 Target
Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 .
Persentase Penurunan
Jumlah Penduduk
Rawan Pangan
0 ,68 1
0 ,43 43
1 43
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase p
enurunan
jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 201
6
sebesar 1 hanya bisa dicapai 0,
43
atau terealisasi
43
. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 201
6
sebesar 1 tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah
,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1 ini sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang
mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua
dimensi: a.
Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b.
Jangka waktuperiode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan transien untuk jangka pendekfluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran,
kare
na terkait dengan pendapatan penduduk faktor ekonomi dan daya beli masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 2
jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 201
1 –
2016
cenderung turun :
Tabe l
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 201
2 –
2 01 6
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin Ribu
Jiw a
Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa
Jumlah Kota
Desa Jumlah
2012 Maret 2012 Sept
2013 Maret 2013 Sept
2014 Maret 2014 Sept
2015 Maret 2015 Sept
2016 Maret 2016 Sept
24 1,10 24 0,11
23 5,47 22 4,81
23 0,63 22 4,21
23 3,27 19 7,94
23 3,39 22 7,44
1 .02 3,3 9 99 0,05
93 9,88 91 9,95
91 2,28 91 9,73
93 0,22 90 2,74
93 6.21 91 2,34
1 .26 4,4 8 1 .23 0,1 6
1 .17 5,3 5 1 .14 4,7 6
1 .14 2,9 2 1 .14 3,9 3
1 .16 3,4 9 1 .10 0,6 8
1 .16 9,6 0 1 .13 9,7 8
12 ,0 0 11 ,8 8
11 ,5 9 10 ,8 9
11 ,0 8 10 ,6 8
10 ,9 4 9 ,25
10 ,5 3 10 ,1 5
17 ,6 3 16 ,9 6
15 ,9 9 15 ,6 2
15 ,4 1 15 ,4 6
15 ,5 6 15 ,0 5
15 ,6 9 15 ,2 4
16 ,1 8 15 ,6 5
14 ,8 6 14 ,3 9
14 ,2 8 14 ,2 1
14 ,3 5 13 ,5 3
14 ,2 9 13 ,8 6
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar
9
.
Pe r
sentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 201
2 -
2 0 1 6
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 201
2 -
2016
, bahwa jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 201
6
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016 11,88
10,89 10,68
9,25 10,15
16,96 15,62
15,46 15,05
15,24 15,65
14,39 14,21
13,53 13,86
Kota Desa
Jumlah
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 3
penurunan penduduk miskin sebesar 0,
43
sementara target nasional dan target Rencana Strategis RENSTRA Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Pada tahun 201
6
dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung
tahun 201
6
dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1
per
tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata
-
rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung
selama
lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.
Tabe l
Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 201
2 -
2 0 1 6
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Tahun
2016
Target Nasional
1 1
1 1
1
Target Renstra
1 1
1 1
1
Realisasi Capaian
Kinerja 0,92
1,26 0,18
0,68 0,43
Gambar 1
0.
Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan
Pangan
0,92 1,26
0,18 0,68
0,43 1
1 1
1 1
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
1,20 1,40
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Realisasi Kinerja
Target Renstra Target Nasional
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 4
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu
: a.
Pengembangan desa mandiri pangan
b.
Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c.
Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d.
Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e.
Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f.
Akses Pangan
g.
Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan
pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil
pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain :
• meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga
Keuangan Desa LKD namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa
TPD
• Menurunkan tingkat kemiskinan
• Menurunkan kerawanan pangan
• Meningkatkan tahan pangan
• Meningkatkan pola pikir
Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan,
Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini
dampaknya belum terlihat karena
rata-
rata pemberian bantuan modal dari anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb
.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG situasi pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 5
penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi
waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat,
sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan
Metro
. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan
pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung
. S
edangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15
Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator
pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan
pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator Komposit yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada
yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan
jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan FSVA di
2.632 desa
di bagi dalam
4
kelompok prioritas, yaitu : 130 desapekon pada prioritas 1, 358 desapekon pada prioritas 2, 719 desapekon prioritas 3, 1.425
desapekon prioritas 4.
Faktor yang menyebabkan desapekon tersebut menjadi rawan terhadap kerentanan pangan disebabkan oleh :
a.
Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah rata
-
rata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2
–
4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
b.
Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan rata
-
rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7
–
8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 6
c.
Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan
rata-
rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3
–
4 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.
d. Ting
ginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan rata
-
rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3
–
4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor 38408010082015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang
perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD
- 19
9DK000072015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan
cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog nomor : 38408010082015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang
perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD
-
199DK000072015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena
belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan
pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD
-
P tahun 2016 kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah.
Dal
am rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di
masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang
-
undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 7
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat di musim paceklik. Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan
alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata
mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP
-
LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya
adaptasi yang lebih tinggi dari jenis
-
jenis lembaga alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani
kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi
salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan
dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat 1 keberadaan lumbung pangan pada akhir
-
akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan
berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; 2 terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik cadangan pangan di pedesaan dan perkotaan; dan 3 terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangandefisit pangan
di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan padi pada saat panen raya di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
sejak tahun
201 1
melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat
untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing
-
masing
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 8
lumbung mendapat anggaran Rp. 20.000.000,
-
untuk pengisian lumbung.Pada tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang
berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu :
No.
Nama Kelompok Alamat Lumbung
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22.
23. 24.
25. 26.
27. 28.
29. 30.
31. 32.
33. 34.
35. 36.
37. 38.
Bangun Karya I Jaya Lestari
Karya Maju Margo Seto
Mekar Jaya Rejosari II
Subur Makmur Suka Maju
Sumber Rejeki Harapan Tani II
Baru Muncul Mugi lestari
Rukun Sentosa
Sido Dadi Sido Makmur
Sido Dadi Trimo Maju
Tunas Baru I Tunas Remaja
Untung Jaya Ngudi Makmur
Tani Maju Setia Bakti
Tirta Waru
Flamboyan
Harapan Jaya
Sederhana
Sumber Nabati Tri Kencana
Tani Maju Muda Karya
Sumber Makmur Ngudi Agung
Ngudi Santoso Ngudi Luhur
Mekar Sari Margo Mukti II
Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat
Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat
Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat
Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang B
arat
Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat
Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat
Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat
Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat
Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba
Barat
Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat
Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
3 9
Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada
panen, maka rata
-
rata kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu antara Rp. 4.500
–
Rp. 5.000, tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan
pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat.
HARGA GABAH KERING PANEN
GKP
DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN
BERAS DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan, permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar
internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli
masyarakat
, kesejahteraan petaniprodusen, dsb. Dengan menganalisis informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan
-
kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabe l
Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen
No
Indikator Kinerja Capaian
20 14
Tahun
2015
Target Akhir
Ren str a
Capaian sd 2015
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 .
2 .
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat
p rod usen
Koefisien Variasi Pangan beras di
tingkat konsumen
3 .55 7
HPP :
3 .30 0
CV : 6 ≥ HPP
3.700
CV10
≥
HPP 4.000
CV =
2 10 0
10 0
≥ HPP
CV10
HPP tahun 2019
belum
d iketahui 10 0
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 0
Harga Gabah Kering Panen GKP di Tingkat Produsen Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data. Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi
yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi
beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya
beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan
menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 201
6
pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung sebagai berikut :
Tabel Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 201
6
Nama Bahan Pangan Harga Rata
-
Rata per Kg
Produsen Grosir
Eceran
Pad i.Gabah -
GKP -
GKPG -
GKG 3 .77 6
4 .04 9 4 .60 3
- -
- -
- -
Beras -
Premium -
Med ium -
Asalan 8 .71 9
8 .03 4 -
9 .93 7 8 .79 7
7 .98 2 10 .5 58
9 .37 4 8 .50 5
Kacang kedelai
- Ker in g
6 .26 8 8 .64 8
9 .96 2
Jagung pipilan
kering
- Ker in g
3 .05 2 4 .37 1
5 .36 3 Cabe
-
Merah Keriting
26 .0 81 34 .7 50
39 .4 15
Bawang Merah
-
Bawang Merah
28 .5 20 31 .6 04
36 .1 10 Dagin g
-
Sapi di
tingkat
- 10 3.661
-
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 1 p emoton g
-
Sapi hidup
tingkat
p etern ak -
Daging sapi murni
-
Ayam broilerpotong
- -
- 45 .4 40
- 27 .1 94
- 11 6.755
30 .8 08
Telur -
Ayam ras
- 19 .1 53
21 .1 83
Gula Pasir
-
Dalam NegeriLokal
- 12 .8 89
14 .2 01
Minyak Goreng
- -
12 .2 79
Tepung Terigu
- -
7 .45 1
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen GKP di Tingkat Produsen dilihat dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari
harga pembelian pemerintah HPP. Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 201
6
untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen
di produsen pada tahun 201
6
di Provinsi Lampung mencapai Rp.
3.776
kg atau
leb
ih tinggi
2,05
dari harga pembelian pemerintah HPP. Koefisien Variasi Pangan Beras di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi CV merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang
berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata
-
rata yang dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan
untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV,
maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabe l
Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 201
6
di Provinsi Lampung
No. Komoditas
Tahun 2016 Target CV
Realisasi CV
Ket. 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering
Beras Premium Beras Medium
Beras Termurah Bawang merah
Cabai Merah Keriting
5 5
5 5
5 25
25 2
3 2
2 2
7 35
S S
S S
S S
TS
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 2
8. 9.
10. 11.
12. 13.
Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras
Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni
Tepung Terigu Minyak
goring 10
10 10
10 10
10 6
4 5
2 2
4 S
S S
S S
S
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S :
Stabil
TS : Tidak Stabil
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan Beras di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV 10. Dari
Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 201
6
harga beras baik yang
kualitas
premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV 10.
Tabe l
Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 201
2 –
2 0 1 6
Tahun
20 12
Tahun
20 13
Tahun
20 14
Tahun
20 15
Tahun
20 16
Target Nasional
HPP
Rp. 3.300 Rp. 3.300
Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Target Renstra
HPP
Rp. 3.300
Rp .3 .30 0
Rp. 3.300 Rp. 3.700 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.453
Rp. 3.350 Rp. 3.557
Rp. 4.067 Rp. 3.776
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dari tahun 2012
–
2016 sudah diatas harga pembelian pemerintah HPP. Dan pencapaian koefisien variasi pangan beras di tingkat
konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan
dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 201
2 -
2 0 16
Tahun
20 12
Tahun
20 13
Tahun
20 14
Tahun
20 15
Tahun
20 16
Target
Nasional
CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 Target Renstra
CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 CV 10 Capaian Kinerja
CV : 2 CV : 2
CV : 6 CV : 6
CV : 2
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 3
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung
sektor tersebut produksi, pengolahan, dan penyimpanan bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa
wilayah
, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu
dihadapkan pada berbagai masalah :
- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan,
penyimpanan, pendistrib
usian pemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan
dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang pedagang perantara
- Keterbatasan akses pangan beras saat paceklik yang disebabkan karena
tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikanmemasarkan hasil produksinya dapat
menyebabkan :
- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat
terjadi panen raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui
Kementeria
n pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan
gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat Penguatan
-PLDPM.
Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap
gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan beras di
tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan a.
Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 4
b. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di
tingk
at produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di
tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh
Gapktan ataupun poktan antara lain :
1.
Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusianpemasaran;
2.
Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya
dengan harga rendah;
3.
Keterbatasan akses pangan beras saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan pendistribusikanmemasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
1.
Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen
raya 2.
Kekurangan pangan pada saat musim paceklik. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petaniGapoktan di daerah sentra
produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq. Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN
untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
Masyarakat Penguatan LDPM. Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113
gapoktan yang tersebar di 9 KabupatenKota yaitu Kabupaten Lampung
Ten
gah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus, Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah
masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi
PLDPM tahap mandiri PLDPM tahun 2009
-
2012 pada tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 5
dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 KabupatenKota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
1.
Perkembangan Unit DistribusiPemasaran Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P
-
LDPM sebanyak 25 gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17
Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang mendapat dana P
-
LDPM dari tahun 2009
–
2012 sebanyak 83 Gapoktan. Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8 untuk
Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11, Gapoktan Tahun 2011 naik sebesar 10,7 dan perkembangan dana bansos
gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5.
2.
Perkembangan Unit Cadangan Pangan Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini
dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan
pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5
– 10 .
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan
-
permasalahan yang dihadapi, antara lain :
1.
Jaringan pemasaran gapoktan belumkurang luas, masih sebatas antar
desa kecamatan 2.
Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal untuk saprodi
3.
SDM gapoktan yang belum memadai
4.
Masih rendahnya mutukualitas gabahjagung anggota gapoktanpetani
5.
Sarana transportasi yang kurang mendukung jalan rusak, jarak jauh, dll sehingga biaya angkut jadi tinggi
6.
Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
7.
Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 6
8.
Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan
kesibukan diluar tugas sebagai PPL.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya
bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga
tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah HPP, harga tidak lagi
dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan
diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok tanikelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan pada alam musim dan antisipasi pemasaran . Dengan
ketergantungan yang tinggi pada ketersedi
aa
n air hujan dan pemasaran menghadapi hari
-
hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen
serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen
yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah
ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah HPP dan harga panen asal temakikan di tingkat petani kadang
-
kadang berada di bawah harga biaya produksi.
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen petani sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman
fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani. Lemahnya daya Tawar petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan teknologi pasca panen,
ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, Cash Flow, petani pada umumnya
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 7
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses
pe
ngolahan dan penyimpanan terlebih dahulu. Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil
pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem tunda jual yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal
sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala
besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran
untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerahrumah tangga dapat terealisasi
.
Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen
secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka
stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk
mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way
Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu gabahberas, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur
ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan pasokan komoditas pangan di KabupatenKota yang berupa jembatan timbang
gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan
sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus,
Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.
Pencapaian indikator harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dan koefisien variasi harga pangan beras di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini
telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 8
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen GKP di tingkat Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan beras di tingkat
konsumen menemui beberapa masalah di antaranya :
1.
Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil
-
hasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik
dan hari
-
hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste pemasaran yang adil dan
bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan
teknis petugas dan pelaku pem
asaran. 2.
Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta terjadinya bencana alam
3.
Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing dengan para tengkulak
4.
Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5.
Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan
usahanya 6.
Kualitas SDM yang masih kurang
7.
Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata
-
rata administrasi masih berantakan
Solusi 1.
Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana
umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran
masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompokkoperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang
jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus di tinngk
atkan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
4 9
2.
Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses
pangan.
3.
Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan agar usahanya lebih berkembang
4.
Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui pelatihan dan pendampingan
5.
Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
SKOR POLA PANGAN HARAPAN PPH
KONSUMSI
,
JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan PPH konsumsi, Indikator Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu,
karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut
sama.
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi,
identifikasi,
pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan
ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan pelatihan bagi petugasaparat KabupatenKota, Lomba cipta menu
tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan P2KP, Promosi P2KP, Pengembangan
usaha pangan lokal.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 0
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH Konsumsi, Jumlah K
onsum
si Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 201
6
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada
Tahun 201
6
No
Indikator Kinerja Capaian
20 15
Tahun 2016 Target
Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016 terhadap
2019
Tar get Cap aian
1 .
2 . 3 .
Skor Pola
Pangan Harapan PPH Konsumsi
Jumlah Konsumsi
En er gikkal kap hr
Jumlah Konsumsi
Protein
Gr kap hr 79 ,3
1 .84 1,5 49 ,6
85 ,0
2 .01 9 56 ,3
78 ,0
1 .85 6,7
50 ,3 91 ,7
6
91 ,9 6
89 ,3 4
87 ,7
2 .06 4 57
88 ,9 4
89 ,9 6 88 ,2 5
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan Angka Sementara
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi Pengertian Pola Pangan Harapan PPH atau Desirable Dietary Pattern adalah
susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama baik secara absolut maupun relative dari suatu pola
ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO
–
RAPA 1989 mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi
keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi
daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan dietary score dan dikenalnya
sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 1
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut
mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buahbiji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor
PPH di nilai dengan angka 100.Kegunaan PPH merupakan instrummen
seder
hana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor
PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan
penduduk, baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada
tahun 201
6
ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 201
6
tercapai yaitu
78,0
Angka Sementara, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabe l
Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 201
6
Kelompok
Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan PPH
Kalori AKE
Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Skor
PPH Padi-padian
1.038,4 55,9
51,9 0,5
28,0 26,0
25,0 2 5 ,0
Umbi-umbian 25,9
1,4 1,3
0,5 0,7
0,6 2,5
0 ,6
Pangan Hewani
160,5 8,6
8,0 2,0
17,3 16,0
24,0 1 6 ,0
Minyak
Lemak 284,4
15,3 14,2
0,5 7,7
7,1 5,0
5 ,0
BuahBiji
Berminyak 59,8
3,2 3,0
0,5 1,6
1,5 1,0
1 ,0
Kacang- kacangan
75,5 4,1
3,8 2,0
8,1 7,6
10,0 7 ,6
Gula 100,7
5,4 5,0
0,5 2,7
2,5 2,5
2 ,5
Sayur dan Buah
81,1 4,4
4,1 5,0
21,8 20,3
30,0 2 0 ,3
Lain-lain 30,5
1,6 1,5
0,0 0,0
0,0 0,0
0 ,0
Total
1 .8 5 6 ,7 1 0 0
9 2 ,8 8 7 ,9
8 1 ,6 1 0 0
7 8 ,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan PPH konsumsi tahun 201
6
yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan angka sementara ASEM karena angka tetapnya
baru akan keluar sekitar bulan Juni 201
7.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 2
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beraspadi
-
padian, sementara konsumsi umbi
-
umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan
pangan dari umb
i-
umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung
merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting
lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah
pangan lestari KRPL di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh
memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari
-
hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang
cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses
dalam tubuh. Zat
-
zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan
memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya
akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan
memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan. Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman
konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman yang dimulai dari masing
-
masing rumah tangga.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 3
Tabe l
Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi
2012 2013
2014 2015
2016
Target Nasional
89,8 91,5
93,3 84,10
86,2
Target Renstra
89,8 91,5
93,3 84,10
85,0
Realisasi Kinerja
86,5 84,3
83,4 79,3
78,0
Gambar
11
. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan PPH Konsumsi Tahun 201
2 -
2016
Jumlah Konsumsi Energi kkalkapitahari; Jumlah Konsumsi Protein
gr kapita hari
Pada tahun 201
6
untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi
1.856,7
kkal kapitahari dari target 2.0
19
kkalkapitahari atau
91,96
, sedangkan untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 5
0,3
gramkapitahari dari yang ditargetkan sebesar 56,
3
atau
89,34
. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk
tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤
90
. Secara rinci pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
70 75
80 85
90 95
2012 2013
2014 2015
2016 89,8
91,5 93,3
84,1 86,2
89,8 91,5
93,3
84,1 85
86,5 84,3
83,4 79,3
78 Target Nasional
Target Renstra Realisasi Kinerja
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 4
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 201
6
No
Indikator
Kin er ja
Capaian
20 15 Tah
un 2016 Target Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 . 2 .
Jumlah Konsumsi
En er gikkal kap hr
Jumlah Konsumsi
Protein
gr kap hr 1 .84 1,5
49 ,6 2 .01 6
56 ,3 1 .85 6,7
50 ,3 92 ,1 0
89 ,3 4 2 .06 4
57 89 ,9 6
88 ,2 5
Sumber Data BKPD Prov. Lampung Keterangan Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan KkalKapHari atau GramKapHari. Penilaian aspek ini ditinjau
dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi
pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi AKG yang direkomendasikan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WNPG. Untuk menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi
TKE dan Tingkat Konsumsi Protein TKP. Beberapa kajian menunjukkan bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma
atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat
-
zat lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya
beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 5
Tabel Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 201
6
PPH
Jumlah Konsumsi
En er gi
Jumlah Konsumsi
Pr otein
Target Nasional Target Renstra
Capaian Kinerja
86 ,2 85 ,0
78 ,0 2 .04 0
2 .01 9 1 .85 6,7
56 ,4 56 ,3
50 ,3 0 Keterangan Data
Sem entar a
Gambar
12
. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein
Tahun 201
6
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, jumlah konsumsi protein
dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di renstra.
Perkembangan skor pola pangan harapan PPH konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012
–
2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
86,2 56,4
2.040
85,0 56,3
2.019
78,0 50,3
1.856,7
500 1000
1500 2000
2500
PPH Konsumsi Protein
Konsumsi Energi Target Nasional
Target Renstra Realisasi Kinerja
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 6
Tabe l
Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012
- 2 0 1 6
Uraian T
h.
2012 T
h.
2013 Th.
2014 T
h.
2015
Th. 2016 Skor PPH
Konsumsi 86,5
84,3 83,4
79,3 78,0
Jumlah Konsumsi
Energi 2.228
2.156 2.067
1.841,5 1.856,7
Jumlah Konsumsi
Protein 59,5
57,2 54,8
49,6 50,3
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Angka Sementara
Grafik
13
. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 201
2 –
2016
86,5 84,3
83,4 79,3
78,0
72 74
76 78
80 82
84 86
88
Tahun 2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016
SKOR PPH KONSUM SI
PPH
2.228,0 2.156,0
2.067,0 1.841,5
1.856,7
0,0 500,0
1.000,0 1.500,0
2.000,0 2.500,0
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 7
G
rafik
14
. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012
- 2016
Grafik
15
. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012
- 2016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan PPH konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada
beragam, bergizi, Seimbang dan Aman B2SA, PPH konsumsi dari tahun 2012
–
2016 terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan
dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini yaitu melalui beberapa kegiatan
diantaranya terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan sehat, pameran dan
penyuluhan-
penyuluhan melalui PPL dan PKK. upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi AKE dan aspek kualitas
konsumsi mutu Konsumsi : Skor PPH. Mutu pangan atau kualitas pangan
59,5 57,2
54,8 49,6
50,3
44 46
48 50
52 54
56 58
60 62
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 8
dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologiaspek keaman
a
n pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi. Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada
aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman
konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak
ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan
Pola Pangan Harapan PPH. Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin
beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat
perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya
melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SDusia dini, petugas KabupatenKota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan
kelompok wanita tani di 3 KabupatenKota yaitu Kabupaten Lampung Utara, Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak
-
anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan
aman B2SA.Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras. Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan
sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA kepada tim penggerak PKK,
karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra
yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan P2KP dan
konsumsi pangan B2SA. TP
-
PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
5 9
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA, maka Badan Ketahanan Pangan Daerah
harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi
pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang
diikuti oleh perwakilan dari KabupatenKota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10
Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK KabupatenKota. Adapun 2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan
oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung,
karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM tingkat Provinsi.
Lomba
cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman B2SA ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu
-
ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan
diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju
ketahanan pangan nasional. Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber
daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin
sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk
-
produk makanan produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 201
6
, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat
penepung kepada kelompok wanita di
7
Kabupaten, yaitu
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 0
No
Nama Kelompok Ketua Kelompok
Ke cam atan Kabupate n
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7.
Tlawung Sari Tresno Maju
Dewi Sri Kuntum Berseri
Serunai
Karya Sejahtera
Permata Bunda
Samitri
Hindun Muasoma Dewi Novita Sari
Suparni
Titik Sadarsih
Darsilah
Tri Handayani Gunung Sugih
Way Kenanga Tanjung Raya
Sumberejo
Gading Rejo Tanjung Sari
Bengkunat
Lampung Tengah Tlg. Bawang
Barat Mesuji
Tanggamus Pringsewu
Lampung Selatan Pesisir Barat
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan PPH konsumsi, jumlah konsumsi energ
i
dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :
Masalah 1.
Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat
disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan
masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya
ko
nsumsi protein hewani, umbi
-
umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
2.
Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3.
Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih
relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta
masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 1
Solusi 1.
Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
2.
Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.
3.
Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha
dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal MP3L
P
ENINGKATAN
P
RODUK
P
ANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 201
6
sebesar 10 dan terealisasi
7,33
atau
73,3
. Secara rinci di sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
No
Indikator Kinerja Tahun 2016
Target Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 ..
Persentase Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Ter ser tifikasi 10
7 ,33 73 ,3
10 73 ,3
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi baru mencapai
7,33
dari yang ditargetkan. Target renstra dan
tar
get nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi ad
a
lah 10, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 2
indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister sudah
Te rs e rtiifikas i
Tahun
Jumlah Kebun dan lahan usaha
yang sudah
Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah
tersertifikasi Presentase
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016
360 430
468 42
76 117
11,67 17,67
25,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dari tahun 201
5
sampai tahun 201
6
baru mencapai
7,33
atau
73,30
dari yang ditargetkan yaitu 10. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang
tersertifik
asi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan
domestik dan internasional, penerapan sistem jaminanmanajemen mutu dan keamanan pangan produk food safety agribisnis terutama untuk produk segar
adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petanipelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada
penerapan Hazard analysis critical control point HACCP, selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar
diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan
mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia SNI
atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan, petanipelaku usaha harus menerapkan system jaminan
mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah OKKP
-
D yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 3
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi sebesar 10 ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa
faktor, yaitu :
1.
Dari segi pelaku usaha Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami
tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas
produk yang sudah bersertifikatteregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP
-
D untuk mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikatregistrasi dan merubah pola pikir petanipelaku usaha untuk
menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami dan kurang diperhatikan
2.
Dari segi konsumen Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi
sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang
dihasilkannya. 3.
Dari segi pasar Pasar belum menghargai sertifikatregistrasi yang dimiliki oleh
petanipelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal
ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang d
ihasilkannya.
Menghadapi kendala
–
kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan
bebe
rapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk
yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan
sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan
registr
asi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai
jualnya.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 4
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi, antara lain :
1.
Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang
teregister 2.
Petanipelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas produk yang telah bersertifikatteregister
3.
Sistem pemasaran belum menghargai mutu sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh petanipelaku usaha
4.
Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikatteregistrasi Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1.
Melakukan edukasi konsumen retailer, supplier, dan konsumen akhir untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai
media massa secara intensif
2.
Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal pemasaran produk segar bersertifikatteregistrasi
3.
Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasiregistrasi
4.
Meningkatkan kepedulian
stakeholder tentang
pentingnya
sertifika
siregistrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura
PERSENTASE MENINGKATNYA
K
EAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung No. G564II.06HK2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor
G744II.05HK2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan
menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 5
disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji
No
Indikator
Kin er ja
Capaian
20 15
Tahun 2016 Target Akhir
Ren str a
Capaian sd 2016
terhadap 2019
Tar get Cap aian
1 .
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar Uji Lab
91 ,3 9 114 ,24
80 dibawah
ambang
batas 83 ,7 8
10 4,73
80 dibawah
ambang
batas 10 4,73
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun 201
6
tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan inspeksi mendadak SIDAK ke pasar tradisional dan pasar modern.
Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 143
7
H serta menjelang hari raya natal tahun 201
6.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai
83,78
dari target 80. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti
Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar uji lab pada tahun 201
6
Badan Ketahanan Pangan Daerah menargetkan 80 dan terealisasi
83,78
. Upaya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan
pangan segar antara lain melalui kegiatan
a.
Peningkatan, penerapan standar mutu BMR Batas Maksimum Residu
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 6
b.
Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan
segar c.
Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat
d.
Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja,
tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring kerja Networking yang berjalan secara efektif dan efisien.
Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin
tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada tahun 201
6
ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan,
masih rendahnya
kesadaran masyarakat
produsenpetanipedagangkonsumen tentang keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. Dari
permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas
pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring
keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci
kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi
-
fungsi
jejari
ng keamanan pangan daerah JKPD dan mengintegrasikan program yang ada di daerah.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 7
TABEL
REKAP HASIL UJI CEPAT FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 201
6 No.
Kabupate n
Jenis uji Jumlah
Sampel yang
Diuji
Hasil Uji
Jumlah Komoditi
Asal Komoditi
Ne gatif
Positif
Te rde te ksi
Aman
dikonsumsi
1
Lampung Barat
Form alin 6
4 2
4
Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Ham
tebiu Pestisida
4 4
4 Sayur
Pasar Liwa dan Pasar Ham
tebiu 2
Pringsewu Form alin
1 1
1 Bua
h jeruk
m adu Pa
sar Sukoharjo, Gading Rejo Rhodamin B
3 3
Kolkan dadu, cendol aci pink,
m erah
Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Pestisida 18
15 3
15
Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading
Rejo 3
Tanggam us Form alin
6 4
2 4
Buah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Pestisida 15
11 4
11
Buah dan Sayur Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
Rhodamin B
1 1
Cendol merah Pasar Talang Padang, Pasar Gisting
4 Pesawaran
Form alin 3
3 3
Buah Pasar Sukaraja, Gedong Tataan
Pestisida 19
18 1
18
Buah dan Sayur Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan
5
Tulang Bawang
Form alin 5
5 5
Buah Pasar Unit II
Pestisida 5
5 5
Sayur
Pasar Unit II
6 Metr o
Form alin 9
7 2
7
Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih
Pestisida 12
11 1
11
Buah dan Sayur Pasar Margorejo, cendrawasih
7
Bandar Lampung
Form alin 17
10 7
10
Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar
Lam pung Pestisida
Buah dan sayur Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung
8
Lampung Timur
Form alin 7
7 7
Buah dan Sayur Pasar Pekalongan
Pestisida 14
12 2
12
Buah dan Sayur Pasar Pekalongan
9
Lampung Selatan
Form alin 10
10 10
Buah dan Sayur Pasar
Natar Pestisida
19 17
2 17
Buah dan Sayur
Pasar Natar
10
Lampung Tengah
Form alin 7
4 3
4
Buah Pasar Wates
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 8
Pestisida 13
10 3
10
Sayuran dan Buah Pasar Wates
11
Lampung Utara
Pestisida 15
15 15
Buah dan Sayur Pasar
Im pres Form alin
8 7
1 7
Buah
Pasar
Im pres 12
Way Kanan
Form alin 5
4 1
4 Buah
Pasar Baradatu
Pestisida 5
5 5
Sayur
Pasar Baradatu
13
Tulang Bawang
Barat Pestisida
4 4
4
Buah dan Sayur Pasar Mulya Asri
Form alin 6
4 2
4 Buah
Pasar Mulya Asri
14 Mesuji
Pestisida 5
5 5
Sayur
Pasar Brabasan dan Gedung Ram
Form alin 7
6 1
6 Buah
Pasar Brabasan dan Gedung Ram
15
Pesisir Barat
Pestisida 5
5 5
Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Form alin 5
4 1
4
Sayuran dan Buah Pasar Pesisir Barat
Jum lah 259
217 42
217
Persentase
1 0 0 8 3 ,7 8
1 6 ,2 2 8 3 ,7 8
Ket;
Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu BMR Masih aman
untuk dikonsumsi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
6 9
Permasalahan :
1.
Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat produsenpetanipedagangkonsumen tentang keamanan pangan
3.
Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4.
Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan p
angan
Solusi : Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di
Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1.
Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2.
Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan pangan segar
3.
Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4.
Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan
dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5.
Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung
seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
3 .3 Re a
lisasi Anggaran Kinerja Tahun 201
6
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 201
6
sebesar
98,83
dari total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola pangan harapan PPH ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi
energi, dan Jumlah konsumsi protein
99,47
. Sedangkan penyerapan terkecil
pada
kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan 97,24 .
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber dayainput
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
7 0
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai
sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas
dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja
sesuai dengan anggaran yang dianggarkan.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
yang realisasi anggarannya mencapai 97,24 namun realisasi kinerjanya baru mencapai 43, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor
apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk
menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus
melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan
dalam tabel berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
7 1
Tabel
Pencapaian Kinerja dan anggaran
Sasaran Indikator
Kinerja Anggaran
Target Realisasi
Realisasi Target
Realisasi Realisasi
1.
Peningkatan ketersediaam
pangan yang
beragam 2.
Peningkatan keragaman
konsumsi pangan yanng
sehat dan aman
3.
Peningkatan konsumsi
pangan yang
sesuai angka
kecukupan gizi
AKG 1.
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Ketersediaan 2.
Skor Pola Pangan Harapan PPH
Konsumsi
3.
Jumlah Konsumsi
Energi 4.
Jumlah Konsumsi
Protein 85,6
85,0
2.019 56,3
75,08
78,0
1.856,7 50,30
87,71
91,76
91,96 89,34
637.165.750 633.781.000
99,47
4. Penurunan jumlah
penduduk rawan pangan
5.
Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan
Pangan 1
0,43 43
397.000.000 386.025.000
97,24
5. Stabilnya hasil pangan pokok di
tingkat produsen dan
konsumen 6.
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat
Produsen
HPP ≤ HPP :
3.700 3.776
100 196.312.000
192.648.800 98,13
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
7 2
7.
Coefisien Variasi Pangan beras di
Tingkat
Konsumen CV10
2
100
6.
Tercapainya keamanan
pangan segar
8.
Persentase Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
10 7,33
73,3
2.813.839.000. 2.789.545.300
99,14
9.
Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji
80 83,78
104,73 331.150.000
328.028.000 99,06
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
7 3
3 .4
Analisis Efisiensi
Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100, terlihat bahwa dari 9
indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100, yaitu sebanyak 3 indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator
harga gabah kering panen GKP di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar 98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100, Indikator persentase tingkat
keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06 telah mencapai kinerja 104,73.
Ta
bel Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sasaran Strategis
Indikator
Capaian
Kinerja
Penyerapan
Anggaran
Tingkat
Efisiensi 1.
Stabilnya harga
pangan pokok di tingkat produsen dan
konsumen
2.
Tercapainya keamanan
pangan segar
1.
Harga Gabah
Kering Panen
GKP di Tingkat
2.
Coefisien Variasi Pangan beras di
Tingkat
Konsumen 3.
Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uj
i 100
100
104,73 98,13
98,13
99,06 1,87
1,87
0,94
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page
7 4
BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA