Teori. Upaya Hukumwajib Pajak Badan Terhadap Hasil Pemeriksaan Pajak

16 dibahas. Oleh karena itu secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi.

1. Teori.

Menurut M. Solly Lubis yang menyatakan konsep teori merupakan: “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan problem yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya merupakan masukan eksternal bagi peneliti”. 23 Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi. 24 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas. 25 Oleh sebab itu, teori atau kerangka teori mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut: 26 a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya; b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi; c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti; 23 M. Solly Lubis I, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : CV. Mandar Maju, 1994, hal 80 24 Satjipto Rahardjo, llmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal 254 25 Ibid., hal. 253 26 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal 121 Universitas Sumatera Utara 17 d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang; e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti. Menurut Mukti Fajar, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum. 27 Sedangkan suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu 28 . Oleh karena itu teori yang digunakan sebaagai Grand Theory dalam penelitian ini adalah Teori Keadilan Hukum, selain Teori Keadilan Hukum dalam penelitian ini juga digunakan teori pendukung yaitu Teori Tujuan Hukum, Teori Kepatuhan dan Teori Demokrasi Deliberatif. Suatu hukum atau peraturan perundang-undangan yang baik adalah adil, berkaitan dengan hal ini peraturan yang mendasari pemungutan pajak hendaknya harus sesuai dengan syarat-syarat keadilan. Keadilan dalam kebijakan perpajakan dapat dilihat dari : 1. keadilan dalam hubungan antara pemerintah dan wajib pajak, 2. keadilan dari alokasi beban pajak pada berbagai golongan masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata adil mempunyai arti: 27 Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2010, hal 134 28 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal 19 Universitas Sumatera Utara 18 1. Tidak berat sebelah tidak memihak; 2. Sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Sedangkan kata keadilan mempunyai arti sifat perbuatan, perlakuan, dan sebagainya yang adil, misalnya mempertahankan hak dan keadilan, keadilan masyarakat, keadaan yang adil bagi kehidupan dalam masyarakat. 29 Sementara menurut Filsafat Hukum, hakekat keadilan adalah kesamaan Gleichheit, sedangkan bentuknya berupa keumuman Allgemeinheit, antara keduanya senantiasa terdapat hubungan ketegangan Spannung. Adil adalah sikap hati dan perbuatan yang berwujud susila jujur honeste vivere, tidak merugikan orang lain secara sewenang-wenang Alterum non laedere, dan memberi kepada masing-masing pihak bagiannya menurut haknya. Keadilan adalah keseimbangan lahiriah dan batiniah yang memberi kemungkinan dan perlindungan atas kehadiran dan perkembangan kebenaran, yang beriklim toleransi dan kebebasan. 30 Pengertian “adil” sangat relatif, namun hukum pajak harus membuat keadilan dalam pemungutan pajak. Adil dalam pemungutan pajak bukan berarti bahwa setiap orang harus membayar pajak dalam jumlah yang sama, tetapi harus diusahakan agar pemungutan pajak diselenggarakan secara umum dan merata. Arti dari “umum dan merata” yaitu bahwa pemungutan pajak harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga setiap orang mendapat beban atau tekanan yang sama. Bila pemungutan pajak telah dilakukan secara adil, maka kesadaran rakyat untuk membayar pajak akan 29 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hal 16. 30 Soehardjo Sastrosoehardjo, Filsafat Hukum, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1991, hal 5. Universitas Sumatera Utara 19 semakin tebal karena mereka yakin bahwa semua orang mendapat beban pajak sesuai kemampuannya. 31 Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, Teori Keadilan menganut 2 macam Prinsip Keadilan dalam pemungutan pajak yaitu Benefit Principle Approach dan Ability to Pay Principle Approach. Suatu sistem pemungutan pajak dikatakan adil menurut pendekatan Benefit Principle Approach apabila jumlah pajak yang dibayar oleh setiap Wajib Pajak sebanding dengan manfaat yang diterimanya dari kegiatan pemerintah. Informasi mengenai nilai manfaat yang dinikmati oleh Wajib Pajak atas fasilitas yang diberikan pemerintah yang dibiayai dari penerimaan pajak merupakan syarat mutlak untuk dapat menerapkan pembebanan pajak melalui pendekatan ini. contoh, setiap pengguna fasilitas jalan tol wajib membayar retribusi dengan tarif tertentu tergantung klasifikasi kendaraan yang dipakai untuk dapat menggunakan jalan tol. Jelas bahwa pemakai jalan bebas hambatan mengorbankan sejumlah pengeluaran untuk manfaat sepadan menggunkan jalan bebas hambatan langsung disediakan oleh pemerintah sedangkan pendekatan Ability to Pay Principle Approach terlihat lebih relevan untuk menjadi latar belakang sistem pemungutan pajak di Indonesia, karena prinsip ini menyarankan agar pajak itu dibebankan pada para pembayar pajak berdasarkan kemampuan untuk membayar masing-masing. Penerapan prinsip ability to pay di Indonesia terkait dengan penggunaan tarif 31 Slamet Munawir, et,al., Perpajakan, Yogyakarta: BPFE, 1990, hal 9. Universitas Sumatera Utara 20 progresif dalam menentukan pajak penghasilan terutang. Tarif progresif ini diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan 32 . Teori keadilan ini menjawab permasalahan dalam penelitian ini bahwa hasil dari pemeriksaan pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak harus mencerminkan nilai-nilai keadilan baik bagi Wajib Pajak maupun aparat pemerintah Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam pemungutan pajak. Tujuan hukum menurut ajaran Yuridis Dogmatis, bahwa: “Tujuan Hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian. Menurut aliran ini meskipun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan tidak memberikan manfaat yang besar bagi mayoritas warga masyarakat, hal itu tidak menjadi soal asalkan kepastian hukum dapat terwujud. Hukum identik dengan kepastian.” 33 Menurut pendapat Gustav Radbruch, tujuan hukum itu harus memenuhi 3 tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. 34 Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisebel terhadap tindakan sewenang-wenang, masyarakat mengharapkan adanya kepastian 32 Ramona Gitta Poluan, “Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2008 jo.Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2009Terhadap Laba Bersih Perusahaan Jasa Konstruksi Studi Kasus Perusahaan Jasa Konstruksi yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia”, Tesis, Ilmu Ekonomi, Pasca Sarjana, UI, 2010, hlm. 16 33 Achmad Ali, Menguak Hukum suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: Gunung Agung, 2002, hal 83. 34 Artikel Politik Hukum, “Tujuan Hukum Menurut Gustav Radbruch,” http:bolmerhutasoit.wordpress.com20111007artikel-politik-hukum-tujuan-hukum-menurut-gustav- radbruch, diakses tanggal 07 Mei 2013. Universitas Sumatera Utara 21 hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum. 35 Teori kepastian hukum yang dikemukakan Aristoteles bahwa “hukum harus membuat Allgemeine Rechtslehre peraturanketentuan umum”. Dimana peraturanketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum. “ Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat.” 36 Selanjutnya Van Kan mengatakan bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. Bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. 37 Kepentingan antara WP dengan Direktorat Jenderal Pajak harus mendapat perlindungan hukum, supaya hak-hak WP dan Direktorat Jenderal Pajak tidak terlanggar dan tujuan hukum yang meliputi keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan dapat terwujud. Berdasarkan teori kepatuhan compliance theory yang dikemukakan oleh Tyler, terdapat dua perspektif mengenai kepatuhan hukum, yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perilaku. 35 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 2003, hal 160. 36 Yahya Ahmad Zein, Keadilan Dan Kepastian Hukum, http:yahyazein.blogspot.com200807keadilan-dan-kepastian -hukum.html, diakses tanggal 18 April 2013. 37 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hal 44. Universitas Sumatera Utara 22 Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal normative commitment through morality berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi normative commitment through legitimacy berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku. 38 Teori demokrasi deliberatif menyatakan bahwa penyusunan suatu hukum peraturan yang demokratis menjamin semua kepentingan masyarakat, bila dalam proses penyusunannya memberi akses dan membuka komunikasi dengan semua masyarakat 39 . Teori ini digunakan untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan materi perundang-undangan perpajakan khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa pajak. Pajak meskipun dijadikan sebagai sumber penerimaan utama negara tetapi dalam pemungutannya tidak boleh sewenang-wenang dan mengorbankan kepentingan yang lain.

2. Konsepsi.