30
2. Sumber DataBahan Hukum.
Penelitian ini menggunakan bahan dari hasil penelitian kepustakaan yakni dengan pengumpulan data sekunder yang meliputi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu berbagai dokumen peraturan nasional yang tertulis,
sifatnya mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini antara lain Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak,
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa. b.
Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum Primer, dan dapat digunakan untuk menganalisa dan memahami bahan
hukum primer yang ada. Semua dokumen yang merupakan hasil informasi atau hasil kajian tentang “Upaya Hukum Wajib Pajak Badan Terhadap Hasil
Pemeriksaan Pajak” seperti hasil seminar atau makalah, dan juga sumber-sumber dari internet yang tentunya memiliki kaitan erat dengan persoalan yang akan
dibahas. c.
Bahan Hukum Tersier, atau penunjang yang mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa
beberapa literatur asing.
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif,
59
yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. Metode ini akan
59
Miles and Hubberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1992, hal 15-20
Universitas Sumatera Utara
31
menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti.
60
Lexy J. Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif, menjelaskan bahwa penelitian yang menggunakan
metode ini memakai logika berpikir induktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah khusus ke kaidah yang bersifat umum.
Dengan demikian rangkaian kegiatan analisis data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : semua data yang telah diperoleh terlebih dahulu
diolah agar dapat memberikan gambaran yang sesuai kebutuhan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dimana data-data yang diperlukan
guna menjawab permasalahan, baik data primer maupun data sekunder, dikumpulkan untuk kemudian diseleksi, dipilah-pilah berdasarkan kualitas dan relevansinya untuk
kemudian ditentukan antara data yang penting dan data yang tidak penting untuk menjawab permasalahan. Dipilih dan disistematisasi berdasar kualitas kebenaran
sesuai dengan materi penelitian, untuk kemudian dikaji melalui pemikiran yang logis induktif, sehingga akan menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif, yaitu uraian
yang menggambarkan permasalahan serta pemecahannya secara jelas dan lengkap berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian sehingga hasil analisis tersebut
diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diajukan.
61
60
Ibid., hal 15
61
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hal 32
Universitas Sumatera Utara
32
BAB II PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK BADAN
A. Alasan Filosofis Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak Badan
Sejak diberlakukannya sistem Self Asessment System di Indonesia, wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan dan membayar
sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan demikian penentuan besarnya pajak yang terutang berada pada
Wajib Pajak sendiri.
62
Fiskus, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak,
dalam rangka pelaksanaan sistem perpajakan tersebut diatas, sehingga wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diupayakan agar tetap berada pada ruang
lingkup peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
63
Sekalipun pejabat pajak hanya memberi bimbingan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan haknya, kalau terjadi pelanggaran dalam
pemenuhan kewajiban dan hak, pejabat pajak berwenang mengenakan sanksi hukum berdasarkan tingkat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Pejabat
pajak tidak terlibat dalam penentuan jumlah pajak yang terutang sebagai beban yang dipikul oleh Wajib Pajak, melainkan hanya mengarahkan cara bagaimana Wajib
62
Djamaluddin Gede, Hukum Pajak, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 2002, hal 32.
63
Hanantha Bwoga, et.al., Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta:PT. Grasindo, 2005, hal 1.
32
Universitas Sumatera Utara
33
Pajak memenuhi kewajiban dan menjalankan hak agar tidak terjadi pelanggaran hukum.
64
Di dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan, fungsi pengawasan sekaligus pembinaan merupakan konsekuensi dari pemberian kepercayaan itu kepada
wajib pajak. Oleh karena itu, selain fungsi pengawasan dan pembinaan yang harus dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak, perlu juga dibarengi dengan upaya
penegakan hukum yang diwujudkan dalam pengenaan sanksi di bidang perpajakan, tujuannya untuk mencapai suatu tingkat keadilan yang diharapkan dalam pemungutan
pajak. Penegakan hukum dalam pemungutan pajak meliputi:
1. Pemeriksaan 2. Penyidikan
3. Penagihan Penegakan hukum dalam arti khusus berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 17PMK.032013 tentang tata cara pemeriksaan pajak, yang bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum,keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pemeriksaan merupakan salah satu pilar utama dalam penegakan hukum selain penyidikan dan penagihan.
64
Muhammad Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007, hal 201.
Universitas Sumatera Utara
34
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, danatau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
65
Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan yang terjadi, serta menemukan tersangkanya. Penyidikan pajak dilakukan oleh pejabat pegawai negeri di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
66
Penyidikan pajak dilakukan sebagai akibat tindak lanjut dari pemeriksaan bukti permulaan. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
67
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak
dan biaya
penagihan pajak
dengan menegur
atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
65
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.032013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1 angka 2.
66
Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia: Konsep, Aplikasi dan Kasus Pembahasan Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, Bogor: EsiaMedia, 2009, hal 119.
67
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 47PJ2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Bukti Permulaan terhadap Wajib Pajak Yang Diduga Melakukan Tindak Pidana Di
Bidang Perpajakan, Pasal 1 angka 8.
Universitas Sumatera Utara
35
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
68
Dengan adanya penegakan hukum, diharapkan sistem self assessment tidak diselewengkan oleh wajib pajak, Fiskus hanya melakukan pengawasan melalui
prosedur pemeriksaan. Sistem self assessment menuntut ke ikut sertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya yang membutuhkan kepatuhan wajib
pajak yang tinggi. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela valuntary of comlience merupakan tulang punggung self assessment system, dimana
wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajaknya
tersebut. Demikian halnya Y.Sri Pudyatmoko mengatakan bahwa sistem Self Asessment
ini umumnya diterapkan pada jenis pajak yang memandang Wajib Pajaknya cukup mampu untuk diserahi tanggung jawab untuk menghitung dan menetapkan utang
pajaknya sendiri.
69
Self assessment system memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke negara, bukan berarti
68
Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Pasal 1 angka 9.
69
Y.Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Pajak, Yogyakarta: Lembaga Penerbit Andi, 2009, hal 145.
Universitas Sumatera Utara
36
pemerintah tidak boleh memeriksa wajib pajak. Oleh karena segala sesuatu yang dilaporkan oleh wajib pajak baru sebatas dianggap benar, bukan pasti benar.
70
Setelah melaksanakan pencatatan atau pembukuan sebagai dasar pelaksanaan menghitung pajak yang terutang, menyetor pajak ke kantor pos atau bank persepsi,
serta melaporkan penghitungan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak KPP tempat Wajib Pajak tersebut terdaftar dengan menggunakan SPT baik SPT Masa maupun SPT
Tahunan, maka secara formal Wajib Pajak tersebut telah melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai sistem Self Assesment.
71
Ciri-ciri self assessment sistem: a. Wewenang menghitung dan menentukan jumlah utang pajak ada pada pihak
Wajib Pajak dan hasilnya dituangkan dalam Surat Pemberitahuan. b. Wajib Pajak harus aktif melaporkan, membayar, dan menyetor jumlah pajak yang
terutang ke Direktorat Jenderal Pajak. c. Pemerintah sebagai pihak pemungut pajak tidak ikut campur dalam menghitung
dan menentukan
jumlah pajak,
tetapi hanya
bertugas melaksanakan
pengawasan.
72
Tidak tertutup kemungkinan, kepercayaan penuh yang diberikan undang- undang tidak dilaksanakan dengan benar oleh wajib pajak. Ada kemungkinan jumlah
pajak yang harus dibayar tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
70
Pardiat, Op.Cit., hal 25.
71
Rudy Suhartono dan Wirawan B.Ilyas, Panduan Komprehensif dan Praktis Ketetntuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP , Jakarta:Salemba Empat, 2010, Hal 81.
72
Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: Andi, 2000, hal 8.
Universitas Sumatera Utara
37
undangan perpajakan. Jika demikian adanya, maka pemerintah bisa melakukan pemeriksaan sesuai perintah undang-undang. Apalagi pemerintah mendapatkan bukti
bahwa jumlah pajak yang terutang atau harus dibayar wajib pajak diketahui tidak benar menurut surat pemberitahuan , maka Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan
jumlah pajak yang terutang dengan surat pemberitahuan sebagai sarana formulir yang digunakan untuk melaporkan pajak yang terutang.
73
Berdasarkan alasan filosofis ini, pemberian kepercayaan dengan sistem self assessment dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
Wajib Pajak yang tidak patuh terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Apabila Wajib Pajak yang tidak patuh tidak diperiksa, Wajib Pajak lain akan
mengikuti modus penggelapan pajak yang sama untuk menghindari pajak, maka sistem self Assessment tidak dapat berjalan sehingga mengakibatkan kerugian bagi
negara, mengingat pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak akan digunakan untuk pembangunan nasional.
Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations yang dikutip Rochmat Soemitro memberikan pedoman bahwa supaya peraturan pajak itu memenuhi rasa
keadilan, harus memenuhi empat syarat sebagai berikut: 1.
Equality dan Equity kesamaan dan kepatuhan Equality atau kesamaan mengandung arti bahwa keadaan yang sama atau
orang yang berada dalam keadaan yang sama harus dikenakan pajak yang sama.
73
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 12 Ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
38
Equity dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan kata “keadilan” tetapi sebenarnya ini kurang tepat sebab dalam bahasa Jerman ada pengertian gerechtigkeit
dan billigkeit. Rochmat Soemitro membedakan arti untuk kedua istilah itu dengan menggunakan kata keadilan untuk gerechtigkeit dan kata kepatutan untuk billigkeit.
74
2. Certainty kepastian hukum
Certainty atau kepastian hukum, dalam membuat undang-undang dan peraturan-peraturan yang mengikat umum harus diupayakan supaya ketentuan yang
dimuat dalam undang-undang adalah jelas, tegas dan tidak mengandung arti ganda atau memberikan peluang untuk ditafsirkan lain.
3. Convenience of payment kemudahan dalam membayar
Convenience of payment maksudnya pajak harus dipungut pada saat yang tepat yaitu pada saat wajib pajak mempunyai uang.
4. Economics of collection biaya pemungutan
Economics of collection maksudnya biaya pemungutan harus relatif kecil dibandingkan dengan uang pajak yang masuk.
75
Adam Smith seorang ilmuwan dari negara Inggris dengan sistem hukum Anglo Saxon yang sering disebut Common Law dengan sistem unwritten Law hukum
tidak tertulis. Sistem penemuan hukum adalah otonom, dimana peranan hakim sangat luas dalam menafsirkan peraturan hukum yang berlaku bahkan menciptakan
prinsip-prinsip hukum baru untuk pegangan hakim-hakim lain dalam perkara yang
74
Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti, Asas dan Dasar Perpajakan I, Bandung: Refika Aditama, 2004, hal 14.
75
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2007, hal 45.
Universitas Sumatera Utara
39
sama. Hakim berikutnya harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya.
Sedangkan negara Indonesia menganut sistem hukum Eropa Continental yang sering disebut Civil Law dengan peraturan atau undang-undang yang tersusun secara
tertulis, sistematis dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu. Sistem penemuan hukumnya adalah heteronom dimana hakim tidak bisa bebas dalam menafsirkan
undang-undang atau peraturan hukum yang berlaku. Kemudian dalam perkembangannya, kedua sistem hukum itu saling
mempengaruhi sehingga dalam penemuan hukum pun tidak lagi murni otonom dan murni heteronom. Antara penemuan hukum yang heteronom dan otonom tidak ada
batas yang tajam. Hukum di Indonesia mengenal penemuan hukum heteronom, sepanjang hakim terikat pada undang-undang, tetapi mempunyai unsur otonom yang
kuat karena hakim sering kali harus menjelaskan atau melengkapi undang-undang menurut pandangannya sendiri.
76
Prinsip keadilan dibidang perpajakan juga dibedakan antara keadilan horizontal dan keadilan vertikal. Suatu pemungutan pajak dikatakan adil secara
horizontal, apabila beban pajaknya adalah sama atas semua Wajib Pajak yang mendapatkan penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan yang sama tanpa
membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan atau biasa disebut equal treatment for the equals.
77
Sedangkan pemungutan pajak dikatakan adil secara
76
Ibid.
77
R. Mansury, Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia: Perubahan Undang- Undang Dalam Tahun 1994, Jakarta: Bina Rena Pariwara Jilid Tiga, 1996, hal 10.
Universitas Sumatera Utara
40
vertikal apabila orang-orang dengan tambahan kemampuan ekonomis yang berbeda dikenakan Pajak Penghasilan yang berbeda setara dengan perbedaannya atau biasa
disebut dengan unequal treatment for the unequals.
78
Oleh karena itu apabila ada Wajib Pajak yang membayar pajak dan ada wajib pajak yang tidak membayar pajak
dengan perolehan penghasilan yang sama maka akan menimbulkan ketidakadilan. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai
falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi
dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
79
B. Alasan Yuridis Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak Badan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
Pemeriksaan pajak menekankan pada pemeriksaan bukti yang berupa buku- buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif oleh Pemeriksa Pajak
yang professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Pemeriksaan pajak tidak mencari-cari kesalahan Wajib Pajak tetapi untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan.
80
Pemeriksaan terhadap wajib pajak merupakan hal yang lazim dilakukan sepanjang pemerintah memperoleh bukti ketidakbenaran laporan pajak berdasarkan
data yang dimiliki pemerintah dari berbagai sumber pemilik data.
78
Ibid.
79
Djoko Slamet Surjoputro, Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, Jakarta : Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas, 2009, hal 3.
80
Pardiat, Pemeriksaan Pajak, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008, hal 11
Universitas Sumatera Utara
41
Kriteria yang merupakan alasan atau dasar dilakukannya pemeriksaan pajak, meliputi :
1. Pemeriksaan Rutin, adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan
dengan pemenuhan
hak danatau
pelaksanaan kewajiban
perpajakannya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang. Adapun kriteria dilakukan Pemeriksaan Rutin adalah sebagai berikut :
a. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan lebih bayar restitusi SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi. Pemeriksaan Rutin
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1
Dilakukan melalui jenis pemeriksaan kantor apabila : a SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi disampaikan oleh Wajib
Pajak badan yang pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan efektif oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan go
public dan menyampaikan SPT Tahunan dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Kententuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. b SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi disampaikan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, atau melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
tetapi memilih menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
Universitas Sumatera Utara
42
2
Dilakukan melalui jenis Pemeriksaan Lapangan apabila : a SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi disampaikan oleh Wajib
Pajak Badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan.
b SPT Tahunan PPh Lebih Bayar Restitusi disampaikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyelenggarakan pembukuan.
3
Ruang lingkup pemeriksaan terhadap SPT Tahunan Lebih Bayar Restitusi meliputi seluruh jenis pajak All Taxes.
b. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar restitusi SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi. Pemeriksaan Rutin
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Dapat dilakukan melalui jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan
Lapangan tergantung pada hasil analisis risiko dalam rangka pemeriksaan atas SPT Masa PPN Lebih Bayar.
2 Dalam hal pemeriksaan dilakukan terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi terdapat kompensasi dari masa pajak-masa pajak sebelumnya,
maka pemeriksaan harus mencakup seluruh Masa Pajak yang menyatakan Lebih Bayar Kompensasi tersebut dengan menerbitkan Surat Perintah
Pemeriksaan untuk Masa Pajak yang menyatakan Lebih Bayar Restitusi dan
Surat Perintah
Pemeriksaan untuk
Masa Pajak
lainnya yang menyatakan Lebih Bayar Kompensasi.
Universitas Sumatera Utara
43
3 Dalam hal masa pajak lainnya yang menyatakan Lebih Bayar Kompensasi mencakup lebih dari 1 satu Tahun Pajak, maka Surat Perintah
Pemeriksaan yang diterbitkan adalah 1 satu Surat Perintah Pemeriksaan untuk setiap Tahun Pajak.
4 Mengingat hanya Pengusaha Kena Pajak PKP tertentu saja yang dapat mengajukan restitusi pada setiap Masa Pajak, maka pengusulan dan
penugasan Pemeriksaan
Rutin harus
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 4a dan ayat 4b Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM.
c. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi. Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Dapat dilakukan melalui jenis Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan tergantung pada hasil analisis risiko dalam rangka pemeriksaan
atas SPT Masa PPN Lebih Bayar; 2 Terhadap SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi, pemeriksaannya
ditunda sampai dengan kompensasi tersebut direstitusi, atau apabila Wajib Pajak tetap tidak mengajukan restitusi maka pemeriksaannya sudah harus
dilakukan sebelum jatuh tempo daluwarsa penetapan pajaknya. 3
Dalam hal SPT Masa PPN yang diperiksa mencakup lebih dari 1 satu Tahun Pajak, maka Surat Perintah Pemeriksaan yang diterbitkan adalah 1
satu Surat Perintah Pemeriksaan untuk tiap-tiap Tahun Pajak.
Universitas Sumatera Utara
44
d. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar. Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih Bayar yang kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto
pada SPT Tahunan PPh tahun-tahun pajak berikutnya; 2 Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih
Bayar paling sedikit selama 3 tiga tahun berturut-turut. 3 Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh Rugi Tidak Lebih
Bayar, yang berdasarkan SPT Tahunan PPh tersebut terdapat transaksi signifikan dengan pihak lain yang memiliki hubungan istimewa.
e. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sebagai akibat adanya perubahan tahun buku atau metode
pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak. Pemeriksaan Rutin
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Pemeriksaan dilakukan melalui Pemeriksaan Lapangan, kecuali terhadap
Wajib Pajak badan yang pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan efektif oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan go
public dan menyampaikan SPT Tahunan dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Kantor.
Universitas Sumatera Utara
45
2 Dalam hal pemeriksaan dilakukan karena Wajib Pajak mengajukan permohonan perubahan tahun buku, maka pemeriksaannya dilakukan atas
Bagian Tahun Pajak sampai dengan perubahan tahun buku dilakukan. Misalnya, tahun buku Wajib Pajak adalah bulan Januari sampai dengan
bulan Desember tahun 2012 diubah menjadi bulan Oktober tahun 2012 sampai dengan bulan September tahun 2013, maka pemeriksaannya
dilakukan untuk Bagian Tahun Pajak bulan Januari sampai dengan bulan September tahun 2012.
3 Pemeriksaan dilakukan dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak All Taxes.
f. Wajib Pajak Badan melakukan penggabungan usaha, peleburan usaha,
pemekaran usaha, pemecahan
usaha, likuidasipenutupan
usaha, pengambilalihan usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi akan meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya. Pemeriksaan Rutin dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Pemeriksaan dilakukan berdasarkan informasi dari media massa atau pihak lain, atau karena Wajib Pajak mengajukan permohonan sehubungan
dengan penggabungan usaha,
peleburan usaha,
pemekaran usaha,
pemecahan usaha, likuidasipenutupan usaha, pengambilalihan usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya.
Universitas Sumatera Utara
46
2 Pemeriksaan dilakukan untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dilakukannya penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha,
pemecahan usaha, likuidasipenutupan usaha, pengambilalihan usaha, atau Wajib Pajak orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya. 3 Terhadap tahun-tahun pajak sebelumnya dapat dilakukan pemeriksaan
sepanjang :
a
Terdapat potensi berdasarkan hasil analisis risiko Wajib Pajak.
b
Wajib Pajak belum pernah dilakukan pemeriksaan untuk tahun-tahun tersebut.
4 Pemeriksaan terhadap tahun-tahun pajak sebelumnya dilakukan dengan prosedur Pemeriksaan Khusus.
5 Pemeriksaan dilakukan melalui Pemeriksaan Lapangan, kecuali terhadap Wajib Pajak badan yang pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan
efektif oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Go Public dan menyampaikan SPT Tahunan dengan dilampiri laporan
keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian, dapat dilakukan melalui Pemeriksaan Kantor.
6 Pemeriksaan dilakukan dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak All Taxes.
2. Pemeriksaan Khusus, Merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan sebab-sebab khusus pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan hasil analisis
Universitas Sumatera Utara
47
risiko terhadap ketidakpatuhan
Wajib Pajak.
Pemeriksaan Khusus
dapat dilakukan berdasarkan:
a. Adanya analisis risiko yang dibuat oleh Account Representative AR secara manual atas persetujuan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak.
b. Terdapat hasil analisis dan pengembangan atas informasi, data laporan, dan pengaduan IDLP yang dilakukan oleh Direktorat Intelijen dan
Penyidikan yang perlu ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Khusus. c. Adanya analisis risiko secara manual yang dibuat oleh Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan. d. Terdapat hasil analisis risiko secara komputerisasi yang berupa skor
risiko ketidakpatuhan dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu serta adanya data dan informasi
.
81
Pemeriksaan terhadap wajib pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pemungutan pajak yang dianut dalam undang-undang perpajakan.
Pemeriksaan pajak pada dasarnya dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain terkait dengan berbagai kewajiban
perpajakan yang diperlukan dalam rangka tertib administrasi perpajakan. Oleh karenanya, pemeriksaan pajak merupakan hal yang wajar sebagai wujud transparansi
kebenaran pembayaran pajak sesuai aturan perundang-undangan perpajakan.
82
81
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 85PJ2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
82
Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Op.Cit., hal 24.
Universitas Sumatera Utara
48
Berdasarkan alasan yuridis dalam pemeriksaan pajak diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.032013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 8PMK.032013 tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi dan Pengurangan
atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak. 6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 34PJ2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
7.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 85PJ2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan. Berdasarkan
alasan yuridis
diatas, tujuan
untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
49
a. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan Lebih Bayar b. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan Rugi
c. Wajib Pajak tidak menyampaikan menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran.
d. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya.
e. menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko.
Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan Lebih Bayar, setiap SPT yang menunjukkan lebih bayar wajib hukumnya untuk diperiksa 12 dua belas bulan
sejak SPT lebih bayar diterima oleh kantor pajak. Kemudian Kantor Pajak melakukan pemeriksaan untuk mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahkan SPT Lebih Bayar
langsung diasingkan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk diproses pemeriksaan. Adapun maksud SPT yang menyatakan Lebih Bayar adalah perhitungan akhir Surat
Pemberitahuan yang menunjukan Pajak yang telah dibayar lebih besar daripada PPh terhutang. Contoh : PT. AAA telah membayar angsuran PPh Bulan Januari Tahun
2012 sampai dengan Bulan Desember Tahun 2012 sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, memiliki kredit pajak berupa PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 sebesar
Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dan berdasarkan akhir perhitungan SPT Tahunan Tahun 2012 PPh terutang PT. AAA sebesar Rp.120.000.000,- seratus dua
puluh juta rupiah maka status pajak PT. AAA adalah SPT Lebih bayar sebesar Rp. 180.000.000,- seratus delapan puluh juta rupiah dengan perhitungan PPh terutang –
Universitas Sumatera Utara
50
Kredit Pajak-PPh yang telah dibayar yaitu 120.000.000-200.000.000-100.000.000. Atas kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp. 180.000.000,- seratus delapan puluh
juta ini Direktur Jenderal Pajak memeriksamenelusuri apakah
PT. AAA telah melaporkan SPT Tahunan Tahun 2012 sudah sesuai keadaan sebenarnya ? Apabila
setelah diperiksa dan telah sesuai dengan keadaan sebenarnya oleh Dirjen Pajak, ternyata hasil pemeriksaan menunjukan bahwa PT. AAA hanya kelebihan
pembayaran pajak Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah maka keluarlah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebesar Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta
rupiah. Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan Rugi, setiap SPT yang
menunjukkan lebih bayar wajib hukumnya untuk diperiksa 12 dua belas bulan sejak SPT rugi diterima oleh kantor pajak, bahkan SPT Rugi langsung diasingkan oleh
Kantor Pelayanan Pajak untuk diproses pemeriksaan. Adapun maksud SPT yang menyatakan Rugi adalah perhitungan akhir SPT yang menunjukan kerugian Fiskal,
maksud kerugian Fiskal adalah perhitungan laporan keuangan rugi secara Fiskal. Contoh : PT. AAA melaporkan perhitungan akhir SPT Tahunan Badan Tahun 2012
dengan status Rugi sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah untuk dikompensasikan ke tahun berikutnya atas laporan PT. AAA tersebut Dirjen Pajak
melakukan pemeriksaan sesuai keadaan sebenarnya, ternyata hasil pemeriksaan menunjukan bahwa PT. AAA hanya mengalami kerugian sebesar Rp. 125.000.000,-
seratus dua puluh lima juta rupiah maka kompensasi kerugian fiskal yang diakui
Universitas Sumatera Utara
51
oleh Dirjen Pajak untuk tahun berikutnya sebesar Rp. 125.000.000,- seratus dua puluh lima juta rupiah.
Wajib Pajak tidak menyampaikan menyampaikan SPT tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran. Alasan pemeriksaan ini
juga tidak otomatis artinya, banyak wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT tetapi tidak diperiksa kecuali jika telah diberikan Surat Teguran oleh Dirjen Pajak namun
tidak ditanggapi oleh Wajib Pajak maka dalam hal tersebut Wajib Pajak tersebut dapat diperiksa. Contoh : PT. AAA terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak XYZ,
berdasarkan data informasi perpajakan yang ada bahwa PT. AAA belum menyampaikan SPT Tahunan selama 3 Tahun berturut-turut maka KPP XYZ
memberikan Surat Teguran kepada PT. AAA untuk segera menyampaikan SPT Tahunan. Apabila Surat Teguran ini tidak ditanggapidipenuhi oleh PT.AAA maka
KPP XYZ memeriksa PT.AAA untuk menguji tingkat kepatuhannya. Apabila PT. AAA
tersebut tidak
diperiksa oleh
KPP XYZ
maka timbulah
ketidakadilanketidakpastian hukum karena PT. AAA tersebut telah melanggar aturan-aturan perpajakan yang ada sehingga dapat menyebabkan Wajib Pajak lain
juga tidak melaporkan SPT Tahunan. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran atau akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya. Dalam hal wajib pajak yang melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran
atau akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya merupakan salah satu analisis terhadap kriteria seleksi Wajib Pajak tertentu atau pengelompokkan wajib pajak
Universitas Sumatera Utara
52
menurut risiko ketidakpatuhannya yaitu risiko bahwa ada pajak yang tidak dibayar karena wajib pajak tidak patuh,sehingga dapat digunakan untuk memprediksi
kecenderungan wajib pajak sesuai dengan risiko ketidakpatuhan rendah, menengah dan tinggi. Contoh : PT. AAA melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak XYZ
dimana dia terdaftar, bahwa perusahaan tersebut akan dibubarkanditutup selama- lamanya maka PT. AAA langsung diperiksa oleh KPP XYZ. Adapun pemeriksaan
pajak terhadap PT. AAA untuk menguji kebenaran dan penelitian terhadap penutupan usahanya, apakah alasan yang menyebabkan PT. AAA tersebut ditutup? Apakah
memang PT. AAA mengalami kerugian yang terus-menerus sehingga PT. AAA enggan meneruskan usahanya? Apakah ada sesuatu hal yang menyebabkan tutupnya
usaha tersebut? Atau apakah ada penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT. AAA sehingga menutup usahanya? Untuk mengetahui kebenaran dan kepastian hukum
yang ada maka PT. AAA harus diperiksa, jika tidak Wajib Pajak lain akan mengikuti modus penggelapan pajak yang sama dan langsung menutup usahanya, hal ini dapat
menyebabkan kerugian negara yang sangat besar dan menggangu penerimaan negara. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis
risiko, mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perpajakan. Contoh : PT. AAA menyampaikan SPT Tahunan
2012 dengan pembayaran pajak yang sangat kecil dan tidak masuk akal, maka berdasarkan analisis risiko dari Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. AAA terdaftar
bahwa ada pelanggaran penggelapan pajak yang telah diatur maka Dirjen Pajak dapat memeriksa PT. AAA tanpa Surat Teguran. Apabila PT. AAA tidak diperiksa
sudah tentu sangat tidak adil bagi Wajib Pajak lain yang telah membayar pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
53
Berdasarkan uraian diatas, maka ketentuan perpajakan yang mengatur tentang Pemeriksaan Wajib Pajak Badan
tidak bertentangan dengan peraturan diatasnya, karena apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum danTata Cara Perpajakan Pasal 17B ayat 1 yang menyebutkan bahwa Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan
atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 dua belas bulan sejak surat permohonan diterima
secara lengkap diadopsi kedalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.032013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 60 ayat 4 yang
menyebutkan bahwa : Dalam hal Pemeriksaan yang dilanjutkan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat 1 Undang-Undang KUP, Pemeriksaan dilanjutkan
dengan penerbitan: a. Surat Ketetapan Pajak sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
apabila jangka waktu 12 dua belas bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat 1 Undang-Undang KUP belum terlewati; atau
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila jangka waktu 12 dua belas bulan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17B ayat 1 Undang- Undang KUP terlewati.
C. Alasan Sosiologis Pemeriksaan
Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Badan.
Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak, namun karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat
Universitas Sumatera Utara
54
Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak.
Pemeriksaan hanya akan dilakukan terutama terhadap Wajib Pajak yang SPT- nya menyatakan Lebih Bayar Rugi karena hal ini telah diatur dalam UU KUP.
Disamping itu pemeriksaan dilakukan juga terhadap Wajib Pajak tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah.
Untuk menguji
kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan,
fiskus melakukan pemeriksaan. Wajib Pajak yang diperiksa adalah Wajib Pajak yang tidak
patuh terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dan secara sengaja melakukan pelanggaranpenggelapan pajak.
Menurut Deviano dan Rahayu mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan ada terdapat 2 macam kepatuhan yaitu: 1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.
83
83
Deviano dan
Rahayu, “Kepatuhan
Perpajakan,” http:elib.unikom.ac.iddownload.php?id=42331, diakses tanggal 30 Mei 2013.
Universitas Sumatera Utara
55
Kepatuhan Wajib Pajak dalam tertib administrasi perpajakan diwujudkan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan SPT. SPT merupakan sarana untuk
melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Penghitungan dan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut dapat
sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. UU KUP memberikan wewenang kepada Dirjen Pajak untuk melakukan pengawasan kepada
Wajib Pajak agar kewajiban formal dan material perpajakan sesuai dengan ketetentuan perpajakan.
84
Kepatuhan formal dan kepatuhan material perpajakan diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak.
Tidak semua Wajib Pajak diperiksa, Wajib pajak yang diperiksa adalah Wajib Pajak yang tidak patuh dan melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.
Berdasarkan teori kepatuhan compliance theory yang dikemukakan oleh Tyler, terdapat dua perspektif mengenai kepatuhan hukum, yang disebut instrumental
dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh
kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perilaku.
Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral
dan berlawanan
dengan kepentingan
pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan
84
Rudy Suhartono dan Wirawan B. Ilyas, Op.Cit., hal 12.
Universitas Sumatera Utara
56
konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal normative commitment through morality berarti mematuhi
hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan
komitmen normatif melalui legitimasi normative commitment through legitimacy berarti mematuhi peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak
untuk mendikte perilaku.
85
Berdasarkan alasan sosiologis terhadap pemeriksaan pajak, bahwa baik kepatuhan formal maupun material sangat penting, mengingat pembayaran pajak
adalah untuk kesejahteraan rakyat. Ketidakpatuhan masyarakat akan pembayaran pajak dapat menimbulkan masyarakat yang lain juga tidak patuh akan pajak yang
berdampak pada kerugian negara yang sangat besar, sehingga terjadilah sengketa pajak antara wajib pajak dengan fiskus.
85
R. Saleh, Pengertian Teori Kepatuhan Menurut Para Ahli Complience Theory, diakses tanggal 27 Juli 2013.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB III UPAYA HUKUM WAJIB PAJAK BADAN ATAS DITERBITKANNYA
SURAT KETETAPAN PAJAK TANPA SURAT PEMBERITAHUAN HASIL PEMERIKSAAN SPHP ATAU PEMBAHASAN AKHIR HASIL
PEMERIKSAAN CLOSING CONFERENCE
Dalam hal terjadi suatu sengketa pajak, wajib pajak berhak mendapat perlindungan hukum yang bertujuan menyelesaikan sengketa atas terbitnya Surat
Ketetapan Pajak. Adapun upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak terhadap surat ketetapan pajak yang dikeluarkan tanpa Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan SPHP atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Closing Conference adalah wajib pajak dapat mengajukan upaya hukum pembatalan atas
surat ketetapan pajak. Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
untuk menguji
kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan
dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
A. Pemeriksaan Wajib Pajak
Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dapat dilakukan dengan cara menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak, pembukuan atau
pencatatan dan pemenuhan kewajiban lainnya dibanding dengan keadaan atau kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya.
57
Universitas Sumatera Utara
58
Berdasarkan tujuan pemungutan pajak, pemeriksaan dibagi 2 dua yaitu pemeriksaan untuk tujuan lain dan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib
Pajak. Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan dalam rangka :
1. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak danatau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
2. Penghapusan NPWP danatau pencabutan pengukuhan PKP 3. Wajib Pajak mengajukan keberatan
4. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto 5. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
6. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai 7. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
8. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
danatau memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
86
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak, dapat digolongkan menjadi 2 dua yaitu :
1. pemeriksaan lapangan
86
Kenali hak dan kewajiban anda jika diperiksa pajak, http:www.pajak.go.idcontentkenali- hak-dan-kewajiban-anda-jika-diperiksa-pajak, diakses tanggal 28 Juli 2013.
Universitas Sumatera Utara
59
Pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 empat bulan dan dapat diperpanjang 4 empat bulan lagi sehingga
menjadi paling lama 8 delapan bulan yang dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan
kepada Wajib Pajak danatau kuasanya sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan lapangan, yaitu :
a. Tim Pemeriksa Pajak menerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan kepada Wajib Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak bagian Seksi Pemeriksaan Fungsional.
b. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan: 1 Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan yang ditujukan
kepada Wajib Pajak disampaikan oleh Tim Pemeriksa Pajak pada saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan.
2 Apabila menolak diperiksa, Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan Pajak. Dalam hal Wajib
Pajak menolak untuk menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan Pajak, Tim Pemeriksa Pajak harus membuat dan
menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan Pajak, kemudian menyampaikan konsep berita acara tersebut kepada
Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk ditandatangani. 3 Dalam hal Wajib Pajak tidak berada di tempat, pemeriksaan tetap
dilaksanakan dengan terlebih dahulu meminta pegawai yang ada
Universitas Sumatera Utara
60
untuk mewakili Wajib Pajak dan mendampingi Tim Pemeriksa Pajak guna membantu kelancaran pemeriksaan. Apabila menolak
untuk membantu kelancaran pemeriksaan, pegawai Wajib Pajak harus menandatangani Surat Pernyataan penolakan kelancaran
pemeriksaan pajak.
Dalam hal
terjadi penolakan
untuk menandatangani
Surat Pernyataan
penolakan kelancaran
Pemeriksaan Pajak, Tim Pemeriksa Pajak harus membuat dan menandatangani Berita Acara Penolakan membantu Kelancaran
Pemeriksaan Pajak, kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan selanjutnya dapat melakukan
penyegelan terhadap
ruangan‐ruangan tertentu. Berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal Pajak, terhadap Wajib Pajak yang menolak diperika dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
c. Peminjaman buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen: 1 Wajib Pajak yang diperiksa harus meminjamkan buku
‐buku, catatan
‐catatan, dan dokumen‐dokumen yang berkaitan dengan kegiatan usaha kepada Tim Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan
aslinya apabila
buku ‐buku,
catatan ‐catatan,
dan dokumen
‐dokumen tersebut berupa fotokopi dan atau hasil pengolahan data elektronik.
Universitas Sumatera Utara
61
2 Atas buku‐buku, catatan‐catatan dan dokumen‐dokumen yang dipinjam pada saat pelaksanaan pemeriksaan lapangan, Tim
Pemeriksa Pajak membuat Bukti PeminjamanPengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen
.
3 Wajib Pajak yang tidak memenuhi jangka waktu penyerahan buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen, akan dikirim
Surat Peringatan I pada hari berikutnya setelah batas waktu penyerahan buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen
terlampaui. 4 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Surat
Peringatan I terlewati dan Wajib Pajak masih belum juga menyerahkan buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen
yang diminta, kepada Wajib Pajak dikirim Surat Peringatan II pada hari berikutnya.
5 Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi permintaan peminjaman buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen dalam jangka
waktu yang ditentukan dalam Surat Peringatan II, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.
2. Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga
bulan dan dapat diperpanjang 3 tiga bulan lagi sehingga menjadi 6
Universitas Sumatera Utara
62
enam bulan, terhitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan
Hasil Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan kantor, yaitu : 1. Berdasarkan SP3 Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, Tim Pemeriksa
Pajak membuat konsep surat panggilan dalam rangka pemeriksaan pajak yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, dan
dikirimkan kepada Wajib Pajak. 2. Wajib Pajak memenuhi panggilan sesuai dengan waktu dan tempat
yang telah ditentukan dalam surat panggilan dengan membawa buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan oleh Tim Pemeriksa Pajak dan
dibuatkan bukti peminjamanpengembalian dengan rinci dan jelas oleh Tim Pemeriksa Pajak.
3. Pada saat memulai pemeriksaan, Tim Pemeriksa Pajak harus memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
Apabila buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen yang dipinjam berupa fotokopi, maka harus dinyatakan sesuai dengan
aslinya dengan surat pernyataan Wajib Pajak. 4. Terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi panggilan, Tim
Pemeriksa Pajak membuat surat panggilan ke dua. Apabila panggilan ke dua tidak dipenuhi, Tim Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara
Universitas Sumatera Utara
63
tidak dipenuhinya panggilan pemeriksaan untuk ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Kepala
Kantor Pelayanan Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak danatau Surat Tagihan Pajak secara jabatan.
5. Setelah pemeriksaan diselesaikan Laporan Pemeriksaan Pajak telah tersusun, Tim Pemeriksa Pajak membuat Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan SPHP
yang dilampiri
dengan Daftar
Temuan Pemeriksaan Pajak yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, dan dikirimkan kepada Wajib Pajak. 6. Wajib Pajak memberikan tanggapan tertulis baik setuju maupun tidak
setuju atas temuan hasil pemeriksaan dengan menggunakan formulir Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak yang menyetujui
seluruh hasil pemeriksaan kemudian menandatangani Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan beserta Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil
Pemeriksaan dan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Wajib Pajak
yang tidak
setuju atas
sebagian atau
seluruh hasil
pemeriksaan kemudian mengisi, menandatangani dan menyampaikan Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan dilampiri dengan bukti‐bukti
pendukung sanggahan serta penjelasan. 7. Berdasarkan surat tanggapan dari Wajib Pajak, Tim Pemeriksa Pajak
melakukan pembahasan dengan Wajib Pajak.
Universitas Sumatera Utara
64
8. Tim Pemeriksa
Pajak membuat
Risalah Pembahasan
yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.
9. Berdasarkan Risalah Pembahasan atau Risalah Tim Pembahas, Tim Pemeriksa Pajak mengirimkan Surat Panggilan kepada Wajib Pajak
untuk Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Closing Conference
.
10. Hasil pembahasan akhir dituangkan dalam suatu Berita Acara Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya berupa Ikhtisar Hasil Pembahasan
Akhir yang ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Wajib Pajak menolak untuk
menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan, Tim Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam Berita
Acara Hasil Pemeriksaan. 11. Apabila Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan danatau tidak
menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, maka dibuatkan Berita Acara dan surat ketetapan pajak danatau Surat Tagihan Pajak
diterbitkan berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang disampaikan kepada Wajib Pajak atau berdasarkan tanggapan tertulis
Wajib Pajak yang disetujui oleh Tim PemeriksaPajak. 12. Setelah menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan
atau Berita
Acara Hasil
Pemeriksaan, Wajib
Pajak dapat
Universitas Sumatera Utara
65
menyampaikan formulir kuesioner yang telah diisi oleh Wajib Pajak kepada Direktur Pemeriksaan Penyidikan dan Penagihan Pajak.
13. Buku‐buku, catatan‐catatan, dan dokumen‐dokumen yang dipinjam dari Wajib Pajak dikembalikan secara lengkap dan utuh kepada Wajib
Pajak paling lama 7 tujuh hari sejak selesainya pemeriksaan dan dibuatkan Bukti PeminjamanPengembalian Buku, Catatan dan
Dokumen oleh Tim Pemeriksa Pajak. 14. Dalam rangka pemeriksaan, pemeriksa pajak dilarang memberitahukan
segala sesuatu yang diketahui kepada pihak lain yang tidak berhak atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak.
87
B. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP
Surat Pemberitahuan
Hasil Pemeriksaan
SPHP adalah
surat yang
berisi tentang temuan Pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara dari jumlah pokok pajak terutang dan
perhitungan sementara dari sanksi administrasi.
88
Hasil Pemeriksaan
untuk menguji
kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak dengan memberikan hak kepada
Wajib Pajak
untuk hadir
dalam pembahasan
akhir. Pemberitahuan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak tidak dilakukan apabila
Pemeriksaan dilanjutkan
dengan Pemeriksaan
Bukti Permulaan.
87
Hanantha Bwoga, et.al, Op.Cit., hal 73
88
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.032013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1 angka 16.
Universitas Sumatera Utara
66
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya disampaikan oleh Pemeriksa Pajak melalui kurir, faksimili, pos, atau jasa pengiriman lainnya.
Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan berhak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan paling
lama : 1. 3 tiga hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima oleh
Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Kantor. 2. 7 tujuh hari kerja sejak Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan diterima
oleh Wajib Pajak untuk Pemeriksaan Lapangan. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan merupakan batas awal penghitungan
jangka waktu pembahasan, apabila jangka waktu pengujian telah berakhir. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan wajib disampaikan oleh pemeriksa pajak. Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan hanya diberikan 1 satu kali saja. Prinsip pemeriksaan pajak yaitu 1 satu Surat Perintah Pemeriksaan, 1 satu Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan, dan 1 satu Laporan Hasil Pemeriksaan. Jika pemeriksaan tanpa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan sungguh tidak adil bagi
Wajib Pajak yang diperiksa, padahal menurut Teori Tujuan Hukum harus mencerminkan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan, berdasarkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pepajakan Pasal 36 ayat 1 huruf d.
C. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Closing Conference
Closing Conference adalah istilah lain yang sering dipergunakan dalam pemeriksaan pajak untuk Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas
Universitas Sumatera Utara
67
temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam berita acara pembahasan akhir hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi
pokok pajak terutang baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui dan perhitungan sanksi administrasi.
89
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan merupakan salah satu prosedur pemeriksaan yang wajib dilakukan oleh pemeriksa pajak. Bahkan jika pemeriksaan
pajak dilakukan tanpa Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan maka produk dari pemeriksaan tersebut dapat dibatalkan berdasarkan Pasal 36 ayat 1 huruf d Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wajib Pajak hanya dapat mengajukan permohonan pembatalan hasil
pemeriksaan pajak atas Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan dari hasil pemeriksaan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir
hasil pemeriksaan sebanyak 2 dua kali ke Direktorat Jenderal Pajak. Namun, dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan, permohonan wajib pajak tidak dapat dipertimbangkan. Setelah tanggapan Wajib Pajak diterima oleh KPP, atau jangka waktu 7
tujuh hari kerja sudah habis dan Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan, maka 3 tiga hari kerja kemudian akan ada undangan untuk melakukan pembahasan akhir
hasil pemeriksaan. Apapun yang terjadi dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib membuat risalah pembahasan. Jika Wajib Pajak tidak hadir, maka
89
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.032013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, Pasal 1 angka 17.
Universitas Sumatera Utara
68
selain risalah pembahasan, juga ditambah dengan berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak. Jika tanggapan Wajib Pajak setuju atas hasil pemeriksaan, baik persetujuan
tersebut disebutkan dalam surat tanggapan maupun persetujuan tersebut setelah ada pembahasan, maka dibuat berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang
ditandatangani oleh pemeriksa dan Wajib Pajak. Namun Undang-Undang KUP tidak mensyaratkan adanya tanggapan SPHP
atas kehadiran Wajib Pajak. Artinya, menurut UU KUP, ada atau tidak ada tanggapan atas SPHP maka pemeriksa tetap berkewajiban untuk memberikan kesempatan bagi
Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan. Wajib Pajak diharapkan memberikan tanggapan. Jika setuju, sudah disediakan
formulir persetujuan. Jika tidak setuju sebagian atau seluruhnya maka harus dijelaskan apa dan kenapa tidak setuju. Poin ketidaksetujuan inilah sebenarnya yang
menjadi pokok pembahasan di closing conference. Sehingga jika Wajib Pajak menuangkan ketidaksetujuan secara tertulis, maka akan membantu pemeriksa pajak
untuk membuat risalah pembahasan. Jika tanpa Closing Conference maka atas Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan akan batal demi hukum karena pihak fiskus secara
sepihak menentukan Surat Ketetapan Pajak.
D. Surat Ketetapan Pajak SKP
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB, Surat
Ketetapan Pajak Nihil SKPN dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT. Surat ketetapan tersebut dihasilkan dari proses pemeriksaan pajak yang
Universitas Sumatera Utara
69
dilaksanakan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak maupun penyidik pajak atau hasil penelitian dari petugas pengawasan dan konsultasi pajak. Surat ketetapan
administrasi lainnya dapat berupa Surat Tagihan Pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak.
Surat Ketetapan Pajak dalam pemungutan pajak terdiri dari: 1. Surat Tagihan Pajak STP
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administrasi berupa bunga danatau denda.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar. 3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. Timbulnya pajak lebih bayar ini disebabkan karena kredit pajak yang lebih
besar daripada pajak yang seharusnya dibayar. 4. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN
Universitas Sumatera Utara
70
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Timbulnya ketetapan ini biasanya dikarenakan adanya data baru yang belum terungkap pada saat pemeriksaan sebelumnya pada tahun pajak yang
bersangkutan. Adapun fungsi Surat Ketetapan Pajak adalah sebagai berikut:
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak yang nyata- nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal
danatau material dalam memenuhi ketentuan perpajakan. 2. Sarana untuk mengenakan sanksi perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak. 4. Sarana mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
5. Sarana memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
90
E. Kewajiban dan Kewenangan Pemeriksa Pajak 1.
Kewajiban Pemeriksa Pajak
Dalam melakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak wajib:
90
Billy Ivan Tansuria, Pokok-Pokok Ketentuan Umum Perpajakan, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2010, hal 210.
Universitas Sumatera Utara
71
a. memenyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Wajib
Pajak dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor dalam hal Pemeriksaan
dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor;
b. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak
pada waktu melakukan Pemeriksaan; c.
memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak kepada Wajib Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
d. melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak dalam rangka memberikan penjelasan
mengenai: 1 alasan dan tujuan Pemeriksaan;
2 hak dan kewajiban Wajib Pajak selama dan setelah pelaksanaan Pemeriksaan; 3 hak Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan Wajib
Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan 4 kewajiban dari Wajib Pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan,
danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari Wajib Pajak;
e. menuangkan hasil pertemuan sebagaimana dimaksud pada huruf d dalam berita
acara pertemuan dengan Wajib Pajak; f.
menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak; g.
memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
h. menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada Wajib Pajak;
i. melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menyampaikan saran secara tertulis;
j. mengembalikan buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak; dan
k. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan.
91
2. Kewenangan Pemeriksa Pajak