PENGARUH PERSEPSI TENTANG PERAN ORANG TUA, PEER GROUP DAN FINANCIAL LITERACY TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWA KELAS X IIS DAN XI IIS DI SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

(1)

DI SMA NEGERI 7 SEMARANG

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Oktavia Nurfarika 7101411081

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 25 Juni 2015

Mengetahui, Menyetujui,


(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Senin

Tanggal : 10 Agustus 2015

Penguji I Penguji II Penguji III

Agung Yulianto, S.Pd., M.Si. NIP.197407072003121002


(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juni 2015

Oktavia Nurfarika 7101411081


(5)

v Motto

 Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al- Insyirah: 6-8)

 Where there is a will there is a way. Di mana ada kemauan, di situlah ada

jalan (Phil Ochs)

Persembahan

1. Ibu Munasikah dan Alm. Bapak Suparman yang senantiasa memberikan doa, bimbingan dan curahan kasih sayang.

2. Mas Ivan yang menggantikan figur bapak. 3. Alm. Mbah Muhtarom, Mimih, Abah, Mbah

Su, Mamak Ti, Mbak Tun, Om, Bulek, Pakde, Bude, Bibi dan sepupu-sepupu.

4. Mas Hafidz Mahmudi dan keluarga yang sudah mendukung, menginspirasi dan mengingatkan banyak hal.


(6)

vi

melimpahkan segala rahmat dan karunianya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Persepsi Tentang Peran Orang Tua, Peer Group, Financial Literacy terhadap Perilaku Konsumtif pada Pada Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 . Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah mengijinkan penyusun menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penyusun.

4. Agung Yulianto, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penyusun dalam menyusun skripsi ini.


(7)

vii

yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

7. S. Panca Mulyadi, S.Pd, M.Pd., Kepala sekolah SMA Negeri 7 Semarang yang telah bersedia memberikan ijin kepada penyusun untuk melakukan penelitian. 8. Musrifah, S.Pd., M.Si., Nur Hidayah, S.Pd., M.Pd dan Rahayu S. Utami, S.Pd.,

Guru mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi serta data yang dibutuhkan oleh penyusun.

9. Siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang atas kerjasama dan kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Ika Yulianti, Fathia P.W., Sifa Farida, Arina Tri Astuti, Laeli Mafudah dan Eriana Sylvia yang selalu memberikan bantuan dan dukungannya.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi 2011.

12. Teman-teman sebimbingan, teman-teman KKN dan teman-teman PPL.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga, skripsi yang telah tersusun ini dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu serta wawasan bagi pembaca.

Semarang, Juni 2015


(8)

viii

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Agung Yulianto, S.Pd., M.Si. 241 hal.

Kata Kunci: perilaku konsumtif, persepsi peran orang tua, peer group, financial literacy.

Perilaku konsumtif merupakan tindakan mengkonsumsi barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan sehingga menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat guna. Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa perilaku konsumtif pada siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang relatif tinggi. Hal ini didasarkan oleh penggunaan uang saku yang relatif defisit sebesar 66% dari 80 siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh peran orang tua, peer group dan financial literacyterhadap perilaku konsumtif siswa, baik secara simultan maupun parsial.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS dan XI IIS SMA Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 166 anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa angket. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini adalah (1) ada pengaruh negatif persepsi peran orang tua secara parsial sebesar 2,65%, (2) ada pengaruh positif peer group secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 40,70%, dan (3) ada pengaruh financial literacysecara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 3,17%. Peran orang tua, peer group dan financial literacy secara simultan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa sebesar 43,3%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, terdapat pengaruh negatif peran orang tua terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila peran orang tua mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif mengalami penurunan. Pengaruh positif peer group terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila peer group mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif juga akan mengalami kenaikan. Pengaruh negatif financial literacy terhadap perilaku konsumtif, di mana apabila financial literacy mengalami kenaikan maka perilaku konsumtif mengalami penurunan. Saran yang dapat disampaikan antara lain: sebaiknya Orang Tua lebih meningkatkan komunikasi dengan anak dalam hal konsumsi, Siswa hendaknya mampu mengontrol keterikatan mereka pada teman sebayanya, Guru ekonomi sebaiknya memberikan tugas yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


(9)

ix

Education. Semarang State University. Supervisor Agung Yulianto, S.Pd., M.Si. 241 pages.

Keywords : Consumptive Behavior, perception role of parent, Peer Group, Financial Literacy

Consumptive behavior is anact of goods consuming that have a purpose not to satisfied the human needs but to satisfied the desire that make an improvidence and an unappropriate expense. Based on the results of the beginning observations step indicated that consumptive behavior in X IIS and XI IIS grade student of SMAN 7 Semarang are high relatively. It is based on the used of oin money always deficit about 66 % of 80 students. This research aims to describe the effect of parent s role, peer group and financial literacy on student s consumptive behavior, either simultaneously and partially.

The subjects in this research were X IIS and XI IIS grade students of SMAN 7 Semarang at 2014/2015 s academic year, were about 166 children. This research use quantitative approach with questionnaire as data collecting method. The analysis method were used descriptive statistical analysis and multiple linear regression analysis.

The results of this study are: (1) the influence of perception role of parent to the students consumptive behavior readiness level is 2,65%, (2) the influence of peer group to the students consumptive behavior readiness level is 40,70%, (3) and the influence of financial literacy to the students consumptive behavior readiness level is 3,17%. Role of parent, peer group and financial literacy and simultaneously influence to the students consumptive behavior readiness level is 43,3%. Based on that results, it can be concluded that the negative influence of parents on the role of consumer behavior, which is when the role of parents increases then the consumer behavior has decreased. The positive influence of peer group on consumer behavior, which is if the peer group experienced an increase in the consumer behavior will also increase. Negative influence on the behavior of consumer financial literacy, if a financial literacy increases then the consumer behavior has decreased. Suggestions that can be submitted are: Parents should further improve communication with children in terms of consumption, students should be able to control their attachment to their peers, teachers should provide tasks that can be applied in everyday life.


(10)

x

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA... vi

SARI... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 17

1.3. Tujuan Penelitian ... 17

1.4. Manfaat Penelitian ... 18

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 18

1.4.2. Manfaat Praktis ... 19

BAB II TELAAH TEORI 2.1.Grand Theory... 20

2.1.1.Behaviorisme Theory(Perilaku)... .. 20

2.1.2.Consumer Behavior Theory... ... 23

2.2. Perilaku Konsumtif... ... 26

2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumtif ... 26

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ... 27


(11)

xi

2.4.Peer Group... 38

2.4.1. PengertianPeer Group... 38

2.4.2. Latar Belakang TimbulnyaPeer Group... 41

2.4.3. Ciri-ciriPeer Group... ... 42

2.4.4. Remaja danPeer Group... ... 43

2.5.Financial Literacy... 46

2.5.1. PengertianFinancial Literacy... 46

2.6. Penelitian Terdahulu ... 50

2.7. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis... 52

2.7.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... ... 52

2.7.2. Pengembangan Hipotesis ... 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Desain Penelitian... 59

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 60

3.3. Variabel Penelitian... 61

3.3.1. Variabel Dependen ... 61

3.3.2. Variabel Independen ... 62

3.4. Metode Pengumpulan Data... 66

3.5. Metode Analisis Uji Instrumen ... 66

3.5.1. Reliabilitas... 67

3.5.2. Validitas ... 68

3.6. Metode Analisis Data... 72

3.7. Uji Asumsi Klasik... 82

3.7.1. Uji Normalitas ... 82

3.7.2. Uji Linearitas... 83

3.7.3. Multikolinearitas ... 83

3.7.4. Heteroskedastisitas ... 83

3.8. Uji Hipotesis ... 84


(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 88

4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif ... 88

4.1.2. Analisis Statistik Deskriptif Persepsi tentang Peran Orang Tua ... 95

4.1.3. Analisis Statistik DeskriptifPeer Group... 102

4.1.4. Analisis Statistik DeskriptifFinancial Literacy... 107

4.2. Uji Asumsi Klasik... 114

4.2.1. Uji Normalitas ... 114

4.2.2. Uji Linearitas... 115

4.2.3. Uji Multikolonieritas ... 117

4.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 118

4.3. Pengujian Hipotesis ... 119

4.3.1. Uji Signifikansi Simultan ... 119

4.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual... 120

4.4. Analisis Regresi Linear Berganda... 121

4.5. Koefisien Determinasi secara Simultan dan Parsial ... 123

4.5.1. Analisis Koefisien Determinasi Simultan ... 123

4.5.2. Analisis Koefisien Determinasi Parsial... 124

4.6. Pembahasan... 125

4.6.1. Pengaruh Peran Orang Tua Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ... 125

4.6.2. Pengaruh Peer Group Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang... 129

4.6.3. Pengaruh Financial Literacy Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang ... 132

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 136

5.2. Saran ... 136


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal Hal

1.1. Alokasi Uang Saku Siswa Per Bulan ... 5

1.2. Jenis Alat Transportasi ke Sekolah... ... 6

1.3. Jenis Pekerjaan Orang Tua... 9

1.4. Tingkat Pendapatan Orang Tua... ... 10

1.5. Data Awal Variabel Pengaruh Peran Orang Tua... ... 11

1.6. Data Awal VariabelPeer Group... 12

1.7. Data Awal VariabelFinancial Literacy... 15

2.1. Peran atau Perlakuan Orang Tua... 37

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu... 50

3.1. Daftar Penyebaran Anggota Populasi ... 60

3.2. Sampel Penelitian... 61

3.3. Definisi Operasional Variabel... 64

3.4. Skala Likert ... 66

3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 67

3.6. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumtif ... 68

3.7. Hasil Uji Validitas Variabel Peran Orang Tua... 69

3.8. Hasil Uji Validitas VariabelPeer Group... 70

3.9. Hasil Uji Validitas VariabelFinancial Literacy... 71

3.10. Kriteria Variabel Perilaku Konsumtif ... 73

3.11. Kriteria Variabel Peran Orang Tua ... 74

3.12. Kriteria VariabelPeer Group... 74

3.13. Kriteria VariabelFinancial Literacy... 75

3.14. Kriteria Indikator Tidak Mempertimbangkan Fungsi dan Kegunaan Saat Membeli Barang... 75


(14)

xiv

Tabel Hal

3.18. Kriteria Indikator Cenderung memberi yang diminta anak daripada

menerima... 77

3.19. Kriteria Indikator Bersikap respek terhadap anak... 78

3.20. Kriteria Indikator Mengawasi anak secara berlebihan... 78

3.21. Kriteria Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau mendengarkan.. 79

3.22. Kriteria IndikatorSocial cognition... .... 79

3.23. Kriteria Indikator Konformitas... . 80

3.24. Kriteria Indikator Uang dan transaksi... 80

3.25. Kriteria Indikator Perencanaan dan pengelolaan keuangan... 81

3.26. Kriteria IndikatorFinancial Landscape... 81

3.27. Kriteria Indikator Risiko dan keuntungan... 82

4.1. Statistik Deskriptif Perilaku Konsumtif... 88

4.2. Analisis Deskriptif Perilaku Konsumtif... 89

4.3. Tanggapan Responden Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan kegunaan ketika membeli barang... 90

4.4. Analisis Deskriptif Indikator Tidak mempertimbangkan fungsi dan kegunaan ketika membeli barang... 91

4.5. Tanggapan Responden Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan... 92

4.6. Analisis Deskriptif Indikator Mengonsumsi barang dan jasa secara berlebihan... 92

4.7. Tanggapan Responden Indikator Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan... ... 93

4.8. Analisis Deskriptif Indikator Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan... ... 94

4.9. Tanggapan Responden Indikator Tidak ada skala prioritas ... 94


(15)

xv

diminta anak daripada menerima... 97

4.14. Analisis Deskriptif Indikator cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima... 98

4.15. Tanggapan Responden Indikator bersikap respek terhadap anak... 98

4.16. Analisis Deskriptif Indikator bersikap respek terhadap anak... 99

4.17. Tanggapan Responden Indikator mengawasi kegiatan anak secara berlebihan... 99

4.18. Analisis Deskriptif Indikator mengawasi kegiatan anak secara berlebihan... 100

4.19. Tanggapan Responden Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau mendengarkan... 101

4.20. Analisis Deskriptif Indikator Berkomunikasi dengan anak dan mau mendengarkan... 101

4.21. Statistik DeskriptifPeer Group... 102

4.22. Analisis DeskriptifPeer Group... 103

4.23. Tanggapan Responden IndikatorSocial Cognition... .. 104

4.24. Analisis Deskriptif IndikatorSocial Cognition... 105

4.25. Tanggapan Responden IndikatorKonformitas... .. 106

4.26. Analisis Deskriptif IndikatorKonformitas... 107

4.27. Statistik DeskriptifFinancial Literacy... .... 107

4.28. Analisis DeskriptifFinancial Literacy... .... 108

4.29. Tanggapan Responden Indikator uang dan transaksi... 109

4.30. Analisis Deskriptif Indikator uang dan transaksi... ... 110

4.31. Tanggapan Responden Indikator perencanaan dan pengelolaan keuangan... 110

4.32. Analisis Deskriptif Indikator perencanaan dan pengelolaan keuangan.. 111

4.33. Tanggapan Responden Indikatorfinancial landscape... 112


(16)

xvi

4.38. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan Peran Orang

Tua.. ... 116

4.39. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif danPeer Group... 116

4.40. Hasil Uji Linearitas Variabel Perilaku Konsumtif dan Financial Literacy. ... 117

4.41. Hasil Uji Multikolinearitas... 118

4.42. Hasil Uji Heteroskedastisitas... ... 119

4.43. Hasil Uji F... 120

4.44. Hasil Uji t... ... 120

4.45. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda... ... 122

4.46. Koefisien determinasi Peran Orang Tua, Peer Group dan Financial Literacyterhadap perilaku konsumtif... ... 124

4.47. Koefisien determinasi Parsial Peran Orang Tua, Peer Group dan Financial Literacyterhadap perilaku konsumtif... 124


(17)

(18)

xviii

1. Tabulasi Data Awal ... 145

2. Angket Data Awal Pekerjaan Orang Tua, Tabulasi Pekerjaan Orang Tua, Data Penghasilan Orang Tua dan Data Alat Transportasi Siswa ke sekolah... 148

3. Hasil Wawancara dengan guru... 158

4. Hasil Wawancara dengan murid... 161

5. Angket Data Awal ... 163

6. Tabulasi Hasil Angket Data Awal... 165

7. Daftar Nama Siswa (Populasi) ... 169

8. Kisi-kisi instrumen Uji Coba... 173

9. Angket Uji Coba Instrumen ... 174

10. Daftar Nama Siswa (Uji Coba) ... 180

11. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Y ... 182

12. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X1 ... 185

13. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X2 ... 188

14. Tabulasi Hasil Uji Coba Instrumen Variabel X3 ... 191

15. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y... 194

16. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1... 195

17. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2... 196

18. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X3... 197

19. Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 198

20. Hasil Uji Validitas Variabel X1 ... 201

21. Hasil Uji Validitas Variabel X2 ... 203

22. Hasil Uji Validitas Variabel X3 ... 205

23. Tabel Kisi-kisi Penelitian ... 208


(19)

xix

28. Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel X2... 232

29. Tabulasi Data Hasil Penelitian Variabel X3... 239

30. Output Statistik Deskriptif Variabel Y ... 246

31. Output Statistik Deskriptif Variabel X1 ... 249

32. Output Statistik Deskriptif Variabel X2 ... 251

33. Output Statistik Deskriptif Variabel X3 ... 253


(20)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki kebutuhan yang beragam, tidak terbatas, dan harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, kegiatan konsumsi dapat menimbulkan permasalahan ketika seseorang lebih mendahulukan keinginan dibandingkan dengan kebutuhan. Sehingga sering kali mereka mengkonsumi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan, atau dapat dikatakan sebagai perilaku konsumtif (Sembiring 2008:2).

Perilaku konsumtif tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab dapat mempengaruhi kondisi perekonomian seseorang, bahkan perekonomian negara. Selain itu banyak masyarakat Indonesia yang memiliki kecenderungan yang mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, hal ini apabila tidak ada kontrol maka akan menjadi pola perilaku konsumtif yang akan menjadi budaya. Selanjutnya budaya konsumtif dan kemajuan era globalisasi ini akan menjadi satu dalam membentuk sebuah gaya hidup.

Gaya hidup seseorang mampu mempengaruhi perilaku, termasuk dalam menentukan pilihan akan barang dan jasa yang akan menjadi konsumsinya. Dalam memilih produk yang akan dikonsumsi, seseorang akan mengasosiasikannya dengan gaya hidup yang menjadi pilihannya. Setiap hari akan selalu ada produk-produk baru yang muncul di pasaran baik itu peralatan elektronik, kosmetik,


(21)

pakaian, dll. Untuk mendapatkan barang-barang tersebut manusia konsumtif akan rela melakukan dan mengorbankan berbagai hal agar dapat memilikinya. Fenomena ini akan menjadi lebih buruk ketika tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga terjadi pada orang di usia remaja.

Banyak orang menyatakan bahwa masa remaja merupakan periode / masa peralihan. Dalam setiap periode peralihan tersebut, status individu seseorang menjadi semu dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja, para remaja tidak lagi dapat disebut sebagai seorang anak kecil dan mereka juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Namun di lain pihak status remaja yang tidak jelas ini mampu menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang dianggap paling sesuai bagi dirinya. Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah perilaku yang tidak sesuai, contohnya akan muncul perilaku konsumtif.

Pendapat mengenai perilaku konsumtif telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Perilaku konsumtif menggambarkan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001). Perilaku konsumtif yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa pada saat ini adalah suatu realita.


(22)

Penelitian ini mengkaji perilaku konsumtif pada remaja, dikarenakan begitu pentingnya periode remaja yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan mereka pada periode dewasa. Khususnya siswa di SMA Negeri 7 Semarang pada kelas X IIS dan XI IIS. Peneliti memilih kelas X IIS dan XI IIS dengan pertimbangan, siswa jurusan IIS mendapatkan porsi pembelajaran ekonomi-akuntansi yang lebih banyak dibandingkan kelas lainnya (tidak termasuk kelas XII IIS yang sedang difokuskan untuk UN). Idealnya setelah siswa menerima pengetahuan tentang konsep ekonomi-akuntansi, siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya penerapan pola hidup hemat dan bijaksana dalam mengelola keuangan dan sumber daya yang ada.

Surendra (2014) menyatakan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki kecenderungan sifat egoisme diri, pencarian jati diri dan eksistensi diri. Remaja yang kini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan, dalam keseharianya remaja menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan, dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang pamer dan mengikuti gengsi. Seperti diketahui bahwa masa remaja merupakan fase di mana mereka masih dalam situasi dan dianalogikan seperti rumput yang ketika tertiup angin ia akan mengikuti kemana arah angin itu berhembus, remaja yang dalam pergaulanya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berperilaku konsumtif maka dia akan mengikuti gaya dan penampilan agar tidak kalah dari


(23)

teman sebayanya. Jika keinginannya tidak terpenuhi akan timbul rasa kecewa, frustasi, marah, dan tingkah laku lain yang dapat merugikan diri sendiri serta orang lain. Bahkan remaja akan melakukan cara yang terkesan sembarangan dalam upaya pemenuhan konsumsinya. Misalnya, terdapat kasus remaja yang mencuri barang atau uang, bahkan tidak segan untuk menyelewengkan uang pembayaran sekolah untuk membeli barang yang diinginkannya.

Kasus-kasus dan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan dan timbul akibat dari adanya perilaku konsumtif di kalangan para remaja Indonesia. Kejadian-kejadian tersebut dapat ditemukan pula pada siswa di lingkungan SMA Negeri 7 Semarang. SMA Negeri 7 Semarang merupakan satuan pendidikan yang berada di daerah administratif Kota Semarang dan dapat dikatakan berada di wilayah perkotaan dengan perkembangan teknologi, informasi, dan pergaulan yang cukup pesat sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku para siswanya.

Masalah yang terjadi di SMA Negeri 7 Semarang tersebut ditemukan melalui observasi secara langsung. Hasil observasi untuk penelitian ini dapat tergambarkan dengan jelas dari data rata-rata pengeluaran siswa berdasarkan uang saku yang diperolehnya selama satu bulan. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.


(24)

Tabel 1.1

Alokasi Uang Saku Per Bulan Siswa Kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang

No.

Kegunaan Uang

Saku Jumlah Defisit Impas Surplus

1 Transport Rp 83.475

53 Siswa (66%)

6 Siswa

(8%)

21 Siswa (26%)

2 Kebutuhan Belajar Rp 52.319

3 Jajan Rp 189.688

4 Kebutuhan Lain-lain Rp 78.688 Total uang saku Rp 366.100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 1

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pengeluaran konsumsi siswa SMA kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 untuk kebutuhan jajan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan pengeluaran siswa untuk kebutuhan belajar yang merupakan investasi bagi masa depan. Selain itu kecenderungan siswa mengalami defisit sebesar 66% atau sebanyak 53 siswa. Dengan demikian dapat mengindikasikan bahwa siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 cenderung berperilaku konsumtif.

Disamping itu, untuk mengetahui perilaku siswa yang berkaitan dengan perilaku konsumtif dalam menggunakan fasilitas yang diperolehnya, di bawah ini diketahui data mengenai alat transportasi siswa yang digunakan untuk menuju ke sekolah, data tersebut tersaji dalam Tabel 1.2


(25)

Tabel 1.2

Jenis alat transportasi ke Sekolah

No. Alat transportasi Jumlah %

1 Mobil 2 2,5%

2 Motor 72 90%

3 Angkutan Umum 6 7,5%

TOTAL 80 100%

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui sebanyak 72 siswa atau 90% responden menggunakan alat transportasi motor untuk menuju ke sekolah. Dengan diberikannya fasilitas kendaraan oleh orang tua kepada anaknya diharapkan akan lebih memudahkan siswa dalam menunjang kegiatan sekolah, karena dengan siswa membawa kendaraan sendiri ke sekolah tidak akan terjadi keterlambatan dan proses belajar akan berjalan dengan lancar. Namun tidak semua siswa memanfaatkan fasilitas kendaraan pribadi yang diberikan orang tua untuk kepentingan sekolah namun akan ada dampak negatif yang dihasilkan dari hal tersebut, misalnya pergi dari rumah dengan orang tua pamit untuk berangkat menuju ke sekolah ternyata siswa membolos. Contoh lain, ketika pulang sekolah tidak lantas menuju rumah, namun terlebih dahulu bersama teman-teman hingga menjelang sore. Kegiatan bersama teman-teman itu pun tidak hanya sekedar duduk dan bercengkerama, namun di tempat

tersebut tentu saja tersedia makanan atau jajanan yang lainnya, dengan demikian akan dapat memunculkan keinginan siswa untuk lebih konsumtif ketika terdapat sisa uang saku yang sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain atau menabung.


(26)

Tambunan (2001) menyatakan bahwa perilaku konsumtif pada remaja muncul karena remaja ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar, ikut-ikutan teman, ingin tampak berbeda dengan orang lain dan cenderung tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Perilaku konsumtif oleh kalangan remaja ataupun dewasa merupakan suatu fenomena yang terjadi pada saat ini.

Untuk memahami perilaku konsumtif, terlebih dahulu harus memahami tentang istilah perilaku konsumen. Ada dua kekuatan dari faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu kekuatan sosial budaya dan kekuatan psikologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton, 1981 (Mangkunegara, 2002:

5) yang menyatakan:

buying behavior . Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan (small referensce group), dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, serta gambaran diri (self-concept).

Sebagai dugaan awal penyebab perilaku konsumtif siswa, terlebih dahulu mengumpulkan informasi awal melalui tahap wawancara kepada satu guru mata pelajaran Ekonomi / Akuntansi di SMA Negeri 7 Semarang dan 4 siswa kelas X IIS serta 4 siswa kelas XI IIS SMA Negeri 7 Semarang. Dari hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Siswa SMA Negeri 7 Semarang berperilaku konsumtif. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif siswa SMA Negeri 7 Semarang, yaitu faktor


(27)

lingkungan tempat tinggal, pendapatan orang tua, status ekonomi keluarga, pola perlakuan orang tua, peran orang tua, sifat dari anak itu sendiri, pendidikan mata pelajaran ekonomi, pengetahuan mengenai keuangan dan teman sebaya

(Lampiran 3 dan 4).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan serta dari pendapat ahli, diperoleh faktor yang diduga berpengaruh kuat terhadap perilaku konsumtif pada siswa SMA Negeri 7 Semarang. Diantaranya persepsi tentang peran orang tua, teman sebaya (peer group) dan pengetahuan tentang keuangan (financial literacy). Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi-kondisi yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif sebagai variabel dependen masih tinggi. Secara logis memang sudah terbukti apabila persepsi tentang peran orang tua dan financial literacy tinggi, maka perilaku konsumtif rendah serta apabilapeer group tinggi, maka perilaku konsumtif tinggi. Namun dari teori para ahli dan hasil wawancara belum cukup menguatkan bahwa peran orang tua, peer group danfinancial literacy berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa. Jadi perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Sehingga benar-benar terbukti bukan hanya secara logis tetapi juga didasarkan pada hasil dari penelitian.

Adiwikarta, 1988 dan Sigelman & Shaffer, 1995 (Yusuf, 2009: 36) berpendapat bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial yang


(28)

terpancang dalam sistem sosial yang lebih besar. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku. Keluarga menjadi tempat pertama individu memperoleh pendidikan. Latar belakang keluarga akan mempengaruhi proses yang terjadi di dalam kehidupan anggota keluarganya, misalnya: pendidikan orang tua, status sosial-ekonomi, peran orang tua, pola perlakuan orang tua, dapat berpengaruh terhadap perilaku anaknya. Data pekerjaan dan pendapatan orang tua yang diperoleh dari hasil angket dapat di lihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3

Jenis Pekerjaan Orang Tua

Jenis Pekerjaan F Persentase

(%)

Ayah Ibu

Pegawai Negeri 22 8 37,50%

Wiraswata 29 17 57,50%

Guru Non PNS 2 1 3,75%

Lain-lain 27 54 101,25%

TOTAL 80 80

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Tabel 1.3 menunjukkan jenis pekerjaan orang tua responden. Jenis pekerjaan orang tua responden terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, Guru Non PNS dan Lain-lain.

Tabel 1.4 berikut menunjukkan tingkat pendapatan orang tua responden. Rata-rata pendapatan orang tua responden sudah cukup tinggi, dengan demikian turut serta mempengaruhi perilaku anak jika uang saku yang dialokasikan untuk anaknya tidak terkelola dengan baik.


(29)

Tabel 1.4

Tingkat Pendapatan Orang Tua Responden

Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase

(%)

< Rp 1.200.000 7 8,75%

Antara Rp 1.200.000 s/d Rp 3.200.000 27 33,75% Antara Rp 3.200.000 s/d Rp 5.200.000 26 32,50%

> Rp 5.200.000 20 25%

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 2

Keluarga merupakan tempat terjadinya proses sosialisasi yang akan menjadi pedoman bagi anak untuk bermasyarakat dengan baik dan benar. Apabila proses sosialisasi itu berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh dengan perilaku yang baik pula di masyarakat, jika yang terjadi adalah sebaliknya maka tidak jarang anak akan berperilaku buruk kepada lingkungan masyarakat. Dari keluarga pula individu memahami tingkah laku apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh kelompok sosial sehingga menjadi latar belakang terbentuknya pola tingkah laku. Dimensi dari lingkungan sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif adalah peran orang tua terhadap anak. Peran orang tua terhadap anak merupakan perilaku yang diupayakan orang tua dalam menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral ekonomi pada anak kaitannya dengan kehidupannya sehari-hari. Orang tua dapat bertindak sebagai pengatur peluang kontak sosial remaja dengan kawan-kawan sebaya, kawan-kawan lain, dan orang-orang dewasa (Santrock, 2007:13).


(30)

Hasil pendugaan variabel persepsi tentang peran orang tua melalui angket menunjukkan data awal pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua terhadap siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.5 berikut.

Tabel 1.5

Data Awal Variabel Pengaruh Persepsi tentang Peran Orang Tua

No. Interval Skor F % Kategori

Rerata Skor

1 19 21 7 8,75 Sangat Tinggi

15,3 (Tinggi)

2 16 18 34 42,5 Tinggi

3 13 15 26 32,5 Rendah

4 10 12 13 16,25 Sangat Rendah

80 100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Tabel 1.5 menunjukkan rata-rata siswa dengan persepsi tentang peran orang tua pada kategori tinggi atau diartikan bahwa orang tua berperan aktif dalam mengawasi penggunaan uang saku anak sehingga siswa tidak berperilaku konsumtif. Peneliti tertarik untuk menemukan jawaban mengapa dapat terjadi perbedaan antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.

Berdasarkan hasil penelitian Rahayu (2013) mengenai Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas XI IS di SMA Ksatrian 1 Semarang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Peran Orang Tua terhadap Perilaku Konsumtif, dibuktikan dengan koefisien determinasi parsial variabel peran orang tua terhadap perilaku konsumtif sebesar 2% dengan tingkat signifikansi < 5%. Relevansi penelitian tersebut dalam penelitian ini yaitu


(31)

penggunaan variabel peran orang tua, namun penggunaan indikator dalam mengukur variabel peran orang tua dan tempat penelitian yang berbeda.

Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi mempengaruhi perilaku konsumtif seseorang berasal dari lingkungan, dalam penelitian ini aspek yang digunakan adalah kelompok teman sebaya. Menurut Santrock (2007:55), teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Selanjutnya, hasil pendugaan variabel peer group melalui angket menunjukkan data awal pengaruh Peer Groupterhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan kelas XI di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.6 berikut.

Tabel 1.6

Data Awal Variabel Peer Group

No. Interval Skor F % Kategori Rerata Skor

1 16 19 8 10 Sangat Tinggi

11,8 (Rendah)

2 13 15 11 13,75 Tinggi

3 10 12 56 70 Rendah

4 7 9 5 6,25 Sangat Rendah

80 100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Tabel 1.6 menunjukkan siswa terpengaruh oleh teman sebaya (peer group) pada kategori Rendah sehingga siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku konsumtif siswa rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa berada pada pengaruh peer group kategori rendah, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya gap tersebut menjadikan topik perilaku konsumtif siswa menarik untuk dikaji secara


(32)

lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.

Berdasarkan penelitian Nurasyiah dan Budiwati (2008) mengenai An Analysis of the Influence of Social Economy Environment for Student consumptive Attitude menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kelompok teman sebaya terhadap perilaku konsumtif. Dimana seseorang yang berada dalam kelompok teman sebaya yang cenderung untuk konsumtif maka individu tersebut juga mengikuti perilaku konsumtif teman mereka walaupun mereka memiliki orientasi akademik yang baik dan usia yang sudah dewasa. Relevansi penelitian ini adalah penggunaan variabel peer group. Namun perbedaannya penggunaan indikator dalam mengukur variabelpeer groupdan tempat penelitian.

Faktor selanjutnya yang diduga cukup tinggi menyebabkan perilaku konsumtif adalah pengetahuan keuangan (funancial literacy). Financial literacy ini dikaitkan dengan faktor kekuatan psikologis yaitu pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, serta gambaran diri (self-concept). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku akibat pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumtif dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan untuk membeli. Dalam hal ini pengalaman belajar diarahkan pada pemahaman terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan keuangan yang disebutfinancial literacy.


(33)

Financial literacy ini menjadi wujud dari hasil pembelajaran dan proses masuknya informasi mengenai pengetahuan Ekonomi-Akuntansi yang diperoleh siswa dari mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran ekonomi pada dasarnya mengajarkan siswa mengenai bagaimana manusia memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Melalui pembelajaran akuntansi siswa dapat menghitung rata-rata jumlah biaya sekolahnya selama satu bulan, siswa dapat pula menghitung jumlah uang yang dapat disisihkan dari uang jajannya untuk menabung di bank, serta siswa mampu menghitung total biaya yang telah dikeluarkan oleh orang tuanya dalam membiayai sekolahnya sampai lulus SMA.

Berdasarkan penelitian Imawati (2013) mengenai Pengaruh Financial Literacy terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada Program IPS SMA Negeri 1 Surakarta menyatakan bahwa financial literacy berpengaruh terhadap perilaku konsumtif remaja dengan signifikansi negatif, artinya ketika financial literacy meningkat maka perilaku konsumtif akan menurun. Pemberian financial literacy dari aspek kognitif telah dilakukan di SMA Negeri 7 Semarang melalui pembelajaran ekonomi. Relevansi dengan penelitian ini penggunaan variabel financial literacy,namun tempat penelitian yang berbeda.

Berbagai lembaga mengemukakan definisi tentang financial literacy, menurut ProgramInternational for Student Assesment (PISA, 2012:144), financial literacy adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep keuangan dan risiko, keahlian, motivasi dan kepercayaan diri untuk menerapakan


(34)

pengetahuan dan pemahaman untuk membuat keputusan atas berbagai aspek keuangan, untuk memperbaiki kesejahteraan finansial seseorang atau kelompok dan untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi yang diajukan oleh PISA tersebut terdapat dua hal yang ada dalam financial literacy yaitu pemikiran dan perilaku seseorang serta tujuan seseorang untuk mengembangkan setiap aspek keuangan, sehingga perilaku konsumtif seseorang dapat dicegah dan dikontrol olehfinancial literacyyang tinggi.

Tabel 1.7

Data Awal Variabel ! "# $%& !'

No. % Interval Skor F % Kategori

Rerata Skor

1 17 19 5 6,25 Sangat Tinggi

13,35 (Tinggi)

2 14 16 34 42,5 Tinggi

3 11 13 33 41,25 Rendah

4 8 10 8 10 Sangat Rendah

80 100

Sumber: Data observasi yang diolah, 2015 pada lampiran 6

Selanjutnya, hasil pendugaan variabel financial literacy melalui angket menunjukkan data awal financial literacy siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS di SMAN 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015 yang tersaji dalam Tabel 1.7.

Tabel 1.7 menunjukkan rata-rata siswa berada pada financial literacy kategori tinggi sehingga idealnya siswa tidak berperilaku konsumtif atau perilaku konsumtif siswa menjadi rendah. Namun, meskipun rata-rata siswa memiliki financial literacy tinggi, perilaku konsumtif siswa masih tinggi. Adanya gap tersebut menjadikan topik perilaku konsumtif siswa menarik untuk dikaji secara


(35)

lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengkaji mengapa dapat terjadi perbedaan antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada salah satu variabel independen yang digunakan yaitu variabel persepsi peran orang tua. Perbedaan yang lain adalah pada subjek penelitiannya. Subjek pada penelitian ini merupakan siswa SMA Negeri 7 Semarang yang dapat dikatakan letak geografisnya berada diwilayah padat penduduk atau di wilayah perkotaan, sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji subjek pada remaja di wilayah pedesaan. Perilaku konsumtif siswa juga menjadi salah satu cerminan hasil pembelajaran ekonomi-akuntansi dan memiliki dampak jangka panjang bagi siswa, sehingga menarik untuk dikaji. Perbedaan lainnya terdapat pada teknik sampling, penelitian sebelumnya menggunakan sensus sedangkan penelitian ini menggunakanrandom sampling.

Berdasarkan temuan awal yang menunjukkan adanya gap antara fakta di lapangan dengan kondisi ideal secara teoretis maupun empiris, maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara lebih lanjut topik perilaku konsumtif siswa beserta faktor-faktor yang diprediksikan sebagai penyebabnya. Faktor-faktor yang diprediksikan cukup berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa adalah persepsi peran orang tua, peer group, dan financial literacy. Guna memperoleh solusi dari permasalahan konsumtif tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai Pengaruh Persepsi Peran Orang Tua, ())* +* ,- . dan /01 21 3024


(36)

567 89 :;<terhadap Perilaku Konsumtif Siswa Kelas X IIS dan Kelas XI IIS di

SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. 1.2. Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas menjadi acuan untuk mengambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh negatif persepsi tentang peran orang tua secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Apakah ada pengaruh positif peer group secara positif parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Apakah ada pengaruh negatif financial literacy secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif persepsi tentang peran orang tua secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.


(37)

2. Untuk menganalisis adanya pengaruh positif peer group secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Untuk menganalisis adanya pengaruh negatif financial literacy secara parsial terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan XI IIS di SMA Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perilaku konsumtif remaja (siswa SMA) beserta faktor yang mempengaruhinya yaitu persepsi tentang peran orang tua,peer groupdanfinancial literacy.

a. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Hidayah (2014). Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa peer group dan financial berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa.

b. Penelitian ini merupakan pengembangan dari teori Stanton bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif siswa adalah keluarga yang dikaitkan dengan persepsi tentang peran orang tua

c. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Murisal (2007). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan salah satu hasilnya menyatakan bahwa peer group berpengaruh


(38)

terhadap perilaku konsumtif siswa. Sedangkan penelitian Murisal menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa peer group mempengaruhi perilaku konsumtif remaja dikarenakan remaja tidak ingin mendapat penolakan dari kelompoknya.

d. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2013) bahwa sesuai dengan teori, peran orang tua berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif siswa. Sedangkan dalam penelitian Rahayu, peran orang tua berpengaruh linier terhadap perilaku konsumtif siswa.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi siswa sehingga dapat mengontrol perilaku konsumtif.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi guru dalam mengarahkan siswa agar menghindari perilaku konsumtif melalui pembelajaran ekonomi-akuntansi.

c. Bagi pembaca

Dapat memberikan informasi dan pengatahuan mengenai pengaruh persepsi tentang peran orang tua, peer group dan financial literacy terhadap perilaku konsumtif siswa, juga diharapkan dapat menjadi referensi penelitian lebih lanjut.


(39)

20

2.1. Grand Theory

FGHGHG Behaviorisme TheoryIJ KLMNOKMN P QR S T

Uehaviorisme VWXYZ[ (VXYZ\ ]XZ\^ _`a) bXc d_cdd_] e _Wf _ gX ba _ [_c d h\^_`a` _c Y^XW YZd_c\gbX VXZ b_ga` V \ch_` _ci ] \` \Z _c _V_a ]XZ _g __c W _Za g

h\_cdd _] gXe_d_\ ] XZ \^_`a [_ cd e XZh_g_Z ]_h_ ] ZY]YZg \ h_^_b j\^ Y gY j\ ] g\ `Y^ Yd\. kXYZ \ \ c\h_] _V h\d_be _Z ` _c gX l_Z _\^ b \_W V _c] _W _Za g bX^ \W _VgXea _W ]XZ \ gV \f_ / `Xm _h\ _cgX l _Z_j\g \Y^ Yd\ g\cVXZc_^_V _a] \` \Z _cn

o` \ ccXZ, 1958 (p\ j_ i dan Anni, 2010:106) mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perilaku dalam belajar mempunyai arti yang luas, yang sifatnya bisa berwujud perilaku yang tidak tampak qinnert b

eh a vio

r ) atau perilaku yang tampak (overt behavior ). Memahami perilaku individu dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan psikoanalisis, pendekatan behavioral dan pendekatan humanisme.

QG OKr sKR QtQru vN RL QrQPN vNv

Psikoanalisis merupakan satu pendekatan dalam memahami suatu perilaku, dimana teori ini memandang bahwa ketidaksadaran (unconscious mind ) lebih memerankan peranan dalam suatu perilaku dibandingkan kesadaran (conscious

m in

d ). Ketidaksadaran pada teori psikoanalisis tercermin melalui beberapa perilaku seperti: kekeliruan, lupa, keseleo lidah, dan mimpi.


(40)

w. xyz { y| }~}zw y}€ ‚ƒ}„

Behavioral merupakan suatu pendekatan dalam memahami suatu perilaku menekankan pada suatu kondisi stimulus respon, dimana perilaku yang ditampilkan oleh seseorang merupakan hasil kejadian masa lampau. Sikap dan perilaku yang ditampilkan ini diartikan sebagai hasil belajar dan stimulus dari kondisi belajar seseorang pada masa lampau, seperti pengalaman belajar.

…† xyz {y| }~}z ‡ ˆ}z ‰ˆy

Humanisme merupakan suatu pendekatan yang menggunakan prinsip u

n co n d ito n a

l positive regard atau dengan kata lain pendekatan ini memandang manusia sebagai individu yang rasional, baik, dapat dipercaya, sehat, mandiri dan otonom.

Ferrinadewi (2008:71) menyatakan bahwa pada dasarnya teori behavioral merupakan proses belajar yang terjadi sebagai hasil respon konsumen terhadap peristiwa-peristiwa eksternal. Respon terhadap stimuli eksternal merupakan hasil proses belajar yang terjadi dalam benak konsumen, terdiri dari 2 (dua) pendekatan, yaitu:

Š† ‹lŒ Ž Œ‹ ‘’ditioning,

Pendekatan ini berpendapat bahwa organisme termasuk manusia adalah bentuk yang pasif yang dapat dipertunjukkan sejumlah stimuli secara berulang-ulang. Hingga akhirnya stimulus tersebut terkondisikan dan manusia pasti akan menunjukkan respon yang sama untuk stimuli tersebut.


(41)

“” • –strumental Conditioning

Pendekatan ini terjadi ketika konsumen belajar untuk menghubungkan antara stimulus dengan respon tertentu ketika ada dorongan untuk melakukan hal tersebut. Artinya konsumen hanya akan menghubungkan stimulus dengan respon bila terdapat sesuatu yang mendorongnya atau insentif misalkan rasa puas, atau apa saja yang merupakan penghargaan atau hadiah baginya.

Pendekatan behaviorisme dicetuskan oleh John B. Watson yang berpendapat bahwa manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar (stimulus —respons ). Aliran behaviorisme

Watson memiliki dua prinsip dasar (Chaer 2009:88) yaitu:

1. Prinsip Kebaruan ˜™ecency principle š› yang menyatakan manusia akan memberikan respon yang kuat apabila baru saja menerima stimulus, apabila stimulus sudah lama diberikan maka pengaruhnya akan lebih lemah.

2. Prinsip Frekuensi ˜œžquency principle š› yang menyatakan manusia akan memberikan respon yang kuat apabila sering / banyak menerima stimulus, apabila stimulus itu jarang diberikan maka responnya akan lemah.

Tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar (Dalyono, 2005: 30). Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah (Desmita, 2009: 44). Teori behaviorisme relevan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif. Perilaku


(42)

konsumtif dapat dikaitkan dengan perilaku individu dalam bentuk pengambilan keputusan, pemilihan merk dan penolakan terhadap suatu produk (Suryani, 2008: 28).

Teori behaviorisme dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral produsen (pengajar) dengan stimulan konsumen (peserta didik). Teori ini jika diterapkan akan membantu siswa dalam mengontrol perilaku konsumtif. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespon secara positif. Orang tua ikut serta berperan dalam memberikan penguatan kepada siswa. Apalagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).

Ÿ ¡ Ÿ  ¢£¤sumer Behavior Theory¥¦§¨©ª«§ © ª¬ ­® ¯°¨± ² ¯ ³§± ´

µonsumer behavior theory (teori perilaku konsumen) menganggap bahwa semua yang dilakukan oleh konsumen termasuk motivasi, persepsi pembelajaran, keyakinan, sikap, dll dianggap sebagai perilaku yang berdasar pada proporsi dalam filosofi psikologi (Demirdjian 2014). Teori ini dapat digunakan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembelian (Howard 1963; Howard and Sheth 1969 dalam Demirdjian, 2014).

Solomon (2006: 7) mendefinisikan bahwa consumer behaviour is the study of the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products, services, ideas or experiences to satisfy needs and desires. Definisi perilaku konsumen merupakan studi tentang individu atau kelompok


(43)

dalam memilih, membeli atau menggunakan barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Bray (2008) berpendapat bahwa mempelajari pendekatan perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti persepsi sosial, pengaruh sosial, penghargaan sosial, teman sebaya, sanksi sosial, dll. Memahami perilaku konsumen dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu Economic Man, Psychodynamic, Behaviourist, Cognitive dan Humanistic.

¶· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¾¿Àº À Á ¿Ã¶º

Economic Man merupakan satu pendekatan dalam memahami perilaku konsumen untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi, pendekatan ini memberikan saran kepada konsumen, konsumen harus menyadari semua pilihan konsumsi yang tersedia, baik tindakan alternatif dan tindakan yang optimal.

Ä · ¸¹º » ¹¼ ¶½¶º¸Å Æ¿Ç À» ƺ¶Á ¿

Psychodynamic merupakan suatu pendekatan yang memandang bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor biologis melalui kekuatan naluri yang bertindak di luar pikiran sadar. Prinsip utama dari pendekatan ini adalah biologis, individu, atau rangsangan lingkungan.

¿· ¸¹º » ¹¼ ¶½¶ºÈ¹ Ç ¶É ÀÊ Ë Š½

Behaviourist merupakan pendekatan yang memandang bahwa perilaku manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Prinsip dari pendekatan ini adalah prinsip kebaruan (recency principleÌ dan prinsip frekuensi (frequency principle ).


(44)

Í. ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÔÕÖ Ð × Ó×ØÏ

Cognitive merupakan pendekatan yang mengamati tindakan (perilaku) untuk kognisi intrapersonal. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman sosial.

ÏÙ ÎÏÐ Í ÏÑ ÒÓÒÐÚÛ ÜÒÐ ×Ý Ó×Þ

Humanistic merupakan pendekatan yang berusaha untuk mengeksplorasi konsep instropektif konsumen. Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen dipengaruhi oleh peran emosi dalam pengambilan keputusan.

Teori consumer behavior dalam penelitian ini mengimplikasikan bahwa siswa (konsumen) dalam memilih, membeli, menggunakan barang dan jasa harus berdasarkan kebutuhan bukan berdasar keinginan. Teori ini jika diterapkan akan membantu siswa dalam mencegah perilaku konsumtif. Pendekatan economic man dalam consumer beha vior theory dapat membantu siswa untuk berperilaku rasional dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat dari pendidikan ekonomi adalah mendidik para siswa agar bersikap bijak menggunakan sumber daya yang terbatas dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan kurikulum nasional untuk mata pelajaran ekonomi yang diterapkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada pembelajaran ekonomi diajarkan mengenai hakekat manusia sebagai makhluk ekonomi dengan pembelajaran mengenai tindakan ekonomi yang rasional, motif dan prinsip ekonomi serta kegiatan/tindakan ekonomi sehari-hari yang berdasarkan motif dan prinsip ekonomi. Selanjutnya dalam pembelajaran ekonomi juga membahas masalah konsumsi. Dengan demikian, maka seharusnya pendidikan ekonomi dapat menghasilkan manusia-manusia yang bijak dalam


(45)

melakukan konsumsi termasuk para remaja yang berstatus sebagai siswa dengan asumsi lebih baik pengetahuannya dibandingkan dengan para remaja lainnya. Sedangkan pendekatan behaviorist dalam consumer behavior thryeo dapat membantu siswa dalam mengontrol keterikatan peer group dengan teman sebayanya, dan dapat membantu orang tua dalam memberikan penguatan kepada anak karena dalam pendekatan ini perilaku berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar.

ßàßà áâ ãä åæç èéêë ìèíîä ï

ßàßàðà áâ ëñâ ã îä æ ëáâãäåæçèéê ë ìèíîäï

Terdapat beberapa pendapat mengenai perilaku konsumtif. Dikutip dari situs resmi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), konsumtivisme merupakan paham hidup konsumtif. Sifat konsumtif dalam diri seseorang tidak akan berhenti begitu saja, sifat ini akan bergerak untuk kepuasan nafsu (Zuly 2013). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Sembiring (2008: 2) yang menyatakan konsumtif adalah sebuah perilaku berkonsumsi yang boros, berlebihan, dan dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan konsumsi impulsif òimpulsive co

n su m p tio n

ó . Konsumsi impulsif merupakan pembelanjaan yang berulang-ulang,

sering berlebihan, sebagai penawar ketegangan, kecemasan, depresi, kebosanan, dan terjadi akibat dorongan keinginan (Solomon, 2004: 31).

Berdasarkan pendapat mengenai perilaku konsumtif di atas, yang dimaksud perilaku konsumtif dalam penelitian ini yaitu tindakan siswa dalam mengkonsumsi barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi


(46)

keinginan sehingga menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat guna. Dalam hal ini remaja, sering kali tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Solomon (2004: 23) menyatakan, kebutuhan adalah dorongan biologis dasar yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, sedangkan keinginan menggambarkan hasrat manusia yang berkaitan dengan kepuasaan sementara.

Sembiring (2008: 5) menyatakan, keinginan ini cenderung menjadi kebutuhan semu, dalam memenuhi kebutuhan semu biasanya orang tidak tahu mengapa ia membutuhkannya. Dorongan untuk membeli dan menggunakannya tidak sungguh-sungguh timbul dari dalam dirinya sendiri, melainkan hanya sekedar melihat orang lain melakukan hal tersebut.

ôõôõôõ ö÷øùúû-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Konsumtif merupakan perilaku yang dilakukan manusia pada umumnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya saja usia, pendidikan, tingkat kebutuhan, dan lain-lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif menurut Ferrinadewi (2008: 100) yaitu iklan yang disukai, atmosfer tempat pertukaran yang nyaman, atau stimuli lainnya. Sementara Khan (2006: 27) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang konsumtif yaitu:

1) Faktor Internal/ individual

a. Motivasi, yaitu dorongan internal yang menimbulkan kebutuhan dan

menjadi arahan bagi manusia dalam bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.


(47)

b. Sikap, yaitu bagaimana seseorang merespon terhadap stimulus yang

diberikan. Sikap seseorang banyak dipengaruhi oleh pembelajaran terhadap lingkungan sekitar.

c. Kepribadian dan konsep diri, yaitu kualitas mental, fisik, moral dan

karakteristik manusia yang menggambarkan siapa mereka sebenarnya.

d. Pembelajaran dan memori, tiap hari manusia mendapatkan informasi, dan

manusia berusaha mengingat informasi tersebut dalam memorinya untuk kepentingan tertentu.

e. Pemrosesan informasi, manusia menganalisis dan mengolah informasi

yang diperolehnya dan akan menyeleksi informasi yang menurutnya bermanfaat.

üý þÿ ÿ

a. Budaya, yaitu pengetahuan, kepercayaan, tradisi, kebiasaan, seni, aturan

moral atau perilaku lainnya yang dianut oleh anggota masyarakat.

b. Sub-budaya, tiap budaya memiliki sub-budaya yang unik dan berbeda

antar kelompok masyarakat.

c. Kelas sosial, yaitu kelompok yang memiliki status yang sama di

masyarakat, seperti pendapatan, pendidikan, jabatan, tempat tinggal, dan sebagainya.

d. Kelompok sosial (social group ), yaitu kelompok yang terdiri dari

hubungan, sikap dan ketertarikan yang sama. Kelompok ini akan menjadi sangat kuat pengaruhnya, jika memiliki intensitas interaksi yang tinggi.


(48)

e. Keluarga, yaitu kelompok primer yang paling penting dan sumber yang

kuat dalam mempengaruhi perilaku seseorang.

f. Individu, individu memiliki pandangan, dan pendirian yang berbeda

dengan orang lain, dan terkadang menolak pandangan dari kelompoknya.

g. Pengaruh lain, misalnya peristiwa nasional atau regional seperti

Olimpiade orldup , perang dan peristiwa lainnya.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut diduga mempengaruhi perilaku konsumtif manusia. Faktor yang relevan dalam penelitian ini yaitu:

1) Faktor keluarga yang dikaitkan dengan peran orang tua. Keluarga, merupakan faktor dari luar individu yang mempengaruhi perilaku konsumtif. Keluarga yang dikaitkan dengan peran orang tua memainkan dalam pembentukan sikap dan perilaku anak dalam melakukan pembelian barang dan jasa.

2) Faktor sosial kelompok acuan yang dikaitkan dengan peer group yang didasari konformitas. Kelompok sosial dan kelompok referensi, merupakan faktor dari luar individu yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif. Kelompok sosial terbagi lagi menjadi kelompok teman sebaya (peer group ) yang didasari adanya kesamaan satu dengan yang lain, seperti usia, kebutuhan dan tujuan.

3) Faktor internal pembelajaran dan memori (poin d) dan pemrosesan informasi (poin e) yang dikaitkan dengan pembelajaran ekonomi-akuntansi siswa di sekolah. Pembelajaran merupakan salah satu bentuk stimulus yang dapat merangsang respon siswa. Siswa akan memproses informasi yang diperoleh


(49)

dari pembelajaran tersebut kemudian akan menyimpannya dalam memori. Pengetahuan ekonomi-akuntansi mengenai pendidikan keuangan (financial

litera

cy ) yang sudah tersimpan dapat digunakan ketika siswa akan mengambil tindakan terkait kegiatan konsumsi dan keuangannya.

Pemilihan faktor-faktor tersebut berlandaskan pada teori behaviorisme yang menyatakan perilaku manusia hanya dapat diamati dan diukur melalui stimulus yang tampak dari luar, karena faktor dari dalam individu seperti motivasi dan kepribadian sulit diamati secara langsung (Chaer, 2009: 87). Hasil wawancara dan angket yang telah dikemukakan pada latar belakang, memberikan informasi yang mengarah pada dugaan faktor yang cukup tinggi berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa kelas X IIS dan kelas XI IIS SMANegeri 7 Semarang adalah peran orang tua, teman sebaya (peer group ) dan pengetahuan keuangan (financial literacy ).

Ciri-ciri Perilaku Konsumtif

Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Perilaku konsumtif tidak lepas dari masalah proses keputusan pembelian dalam kehidupan sehari-hari. Solomon (2004: 31) menyatakan perilaku negatif / boros dari konsumen adalah sebagai berikut:


(50)

1) Perilaku pembelian tidak dilandasi pertimbangan yang matang.

Dalam melakukan pembelian tidak menggunakan skala prioritas, melainkan karena tergiur dengan produk tersebut. Misalnya karena iming-iming hadiah, kemasan yang menarik, teman (konformitas), dan keinginan mencoba produk baru.

2) Kepuasan yang diperoleh dari pembelian tersebut bersifat sementara.

Pembelian dilakukan bukan karena untuk memenuhi kebutuhan namun untuk memenuhi keinginan. Misalnya karena gengsi atau status sosial, tren, harga yang mahal (mewah), dan rasa percaya diri.

3) Konsumen mengalami penyesalan atau merasa bersalah setelah pembelian. Konsumen sudah terlanjur membelanjakan uangnya dan baru menyadari bahwa barang yang sudah dibelinya tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Ciri-ciri perilaku konsumtif menurut Khan (2006: 133) diantaranya:

1) Konsumen melakukan pembelian hanya berdasar keinginan. 2) Konsumen tidak melakukan perencanaan pembelian

3) Konsumen melakukan pembelian tanpa didasari rasionalitas akan nilai suatu produk.

Sembiring (2008: 2) menyatakan ciri-ciri konsumen yang konsumtif adalah sebagai berikut:

1) Tidak mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang, hanya mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut

2) Mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan 3) Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan


(51)

4) Tidak ada skala prioritas

Perilaku konsumtif konsumen dapat dilihat dari berbagai ciri-ciri di atas. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumtif mengambil dari ciri-ciri konsumen yang konsumtif menurut Sembiring (2008: 2). Hal ini dipilih karena indikator tersebut lebih rinci dan cakupannya lebih luas.

Slameto (2010:102) berpendapat bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Persepsi mempunyai sifat subjektf, bergantung pada kemampuan dan keadaan masing-masing individu, sehingga antara individu satu dengan individu lainnya berbeda.

Peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial (Rifa i & Anni, 2010:89). Peranan role! merupakan proses dinamis kedudukan, apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat. Peranan ditentukan oleh norma dalam masyarakat, yang berarti bahwa individu diwajibkan untuk melakukan hal yang diharapkan masyarakat dalam segala kegiatan masyarakat baik di dalam pekerjaan, keluarga, dan dalam peranan lain.


(52)

Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu lain. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk suatu keluarga. Astrida (2013) mendefinisikan tugas dan peran orang tua sebagai berikut:

Setiap orang tua dalam menjalani kebutuhan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, adapun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya, antara lain: (1). Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju kepda kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang .

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.Orang tua mejalankan peranan yang sangat menentukan dalam perkembangan anak. Bila orangtua berhasil mendidik dan membimbing anaknya di rumah, tentu saja pendidikan di sekolah akan berhasil dengan baik. Namun sebaliknya, apabila orangtua gagal mendidik anaknya di rumah, tentu saja akan lahir generasi yang rusak, bahkan perilaku-perilaku yang bermasalah lainnya.

Parke & Buriel, 1998, 2006 (Santrock, 2012:13), mendefinisikan peran orang tua sebagai manager terhadap peluang-peluang yang dimiliki remaja, mengawasi relasi sosial remaja, dan sebagai inisiator dan pengatur dalam kehidupan sosial. Salah satu peran orang tua yang penting adalah menjadi manajer


(53)

yang aktif, yang menemukan informasi, membuat kontak, membantu penyusunan pilihan-pilihan, dan memberikan bimbingan.

Menurut Gratz (2006) dalam jurnal internasional yang berjudul "he

#mpact of $%& 'nts (% )kg odnuron their *hildrens + ,-)ation (diakses pada http://www.macalester.edu/educationreform/publicintellectualessay/gratz.pdf) berpendapat bahwa $%& 'nts have an ens inuormofluence on their childrens for

severa

l reason . / but most imtly bnrtaopecause they are their childrens first tea

ch e

&.0 Hal ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya, namun yang paling utama adalah orang tua merupakan guru pertama untuk anak-anaknya. Duncan (2010: 1) menyebutkan bahwa peran orang tua merupakan faktor utama yang akan menentukan keberhasilan anak. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Menurut Kagan (1999) dalam jurnal internasional yang berjudul "he 123e o

f $%& 'nts in *hildrens $ . 4glooch ical 5evelopment (diakses pada http://pediatrics.aappublications.org/content/104/Supplement_1/164.full.pdf) berpendapat bahwa $%&ent can affect their ch threnildrou ght at least three

d ifferen

t mechanism.0 Hal ini menunjukkan bahwa orang tua dalam

mempengaruhi anak setidaknya telah melewati tiga mekanisme yang berbeda. Namun, yang paling mudah untuk mengukur keterlibatan anak dilihat dari


(54)

interaksinya terhadap orang tua. Lebih lanjut menurut Gratz (2006) menyatakan bahwa peran orang tua dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

1) Latar belakang pendidikan Orang Tua.

Pendidikan yang diterima anak sangat tergantung pada pendidikan yang diterima orang tua saat masih anak-anak. Latar belakang pendidikan sangat berpengaruh terhadap kesiapan orang tua untuk mempersiapkan pendidikan anak.

2) Latar belakang ekonomi.

Status ekonomi memainkan peran yang penting dalam pendidikan anak. Orang tua yang bekerja dengan gaji yang rendah harus lebih giat lagi dalam bekerja sehingga orang tua tersebut harus mengorbankan waktunya untuk tidak menemani anak-anaknya dalam belajar.

678767 9:; <-tipe Pola Peran Orang Tua

Peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tipe-tipe pola peran orang tua antara lain:

Anthie (2012), mengelompokkan pola asuh yang digunakan dalam membina dan mendidik anak-anak antara lain:

1) Keras

Anak-anak yang terbiasa mendapatkan perlakuan keras dan kasar dari orang tuanya akan cenderung bersikap agresif, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang agresif, mudah tersulut emosinya dan sering kali tidak dapat mengendalikan amarahnya.


(55)

2) Penuh cinta, toleransi dan kasih sayang

Hubungan orang tua-anak yang diwarnai kehangatan memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan lingkungan sosialnya.

Tipe pola asuh menurut Vera (2012), terdiri dari tiga tipe yaitu: 1) Otoriter

Orang tua biasanya memaksakan kehendak kepada anak. Hal ini bisa membuat anak depresi dan melakukan pemberontakan di luar rumah. Contohnya dengan melakukanbully kepada teman.

2) Permisif

Pola asuh ini, orang tua memiliki kebiasaan menuruti keinginan anak, serta cenderung membiarkan anak jika melakukan kesalahan. Dampaknya, anak tidak akan pernah mau belajar dari kesalahan.

3) Demokratis

Pola ini merupakan pola yang paling ideal diterapkan kepada anak. Dalam pola asuh ini, tetap ada batasan-batasan yang jelas yang diterapkan kepada anak. Akan tetapi, anak juga diberikan keleluasaan untuk memilih apa yang ingin dilakukan, sehingga mereka bisa belajar arti sebuah konsekuensi.

Pola hubungan Orang tua Anak (Sikap atau Perlakuan Orang tua terhadap Anak) menurut Yusuf (2009: 49), dapat dilihat pada tabel berikut.


(56)

= >?@ AB.C

DE FGHG IGJDEFKGL J GHMFGHNIJ G DMA>D@OA>PQ>R

MO>R S=Q>

D@O>R /D@OTA>PQMO>RS=Q> 1. Uverprotection (terlalu

melindungi)

1. Kontak yang berlebihan dengan anak

2. Perawatan/pemberian bantuan kepada anak yang terus-menerus, meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri

3. Mengawasi kegiatan anak secara berlebihan 4. Memecahkan masalah anak

2. VWrmissiveness

(Pembolehan)

1. Memberikan kebebasan untuk berpikir atau berusaha

2. Menerima gagasan/pendapat

3. Membuat anak merasa diterima dan merasa kuat 4. Toleran dan memahami kelemahan anak

5. Cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima

3. XWjection (Penolakan) 1. Bersikap masa bodoh 2. Bersikap kaku

3. Kurang memperdulikam kesejahteraan anak 4. Menampilkan sikap permusuhan atau dominasi

terhadap anak

4. YZceptance (penerimaan) 1. Memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak

2. Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah

3. Mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak

4. Bersikap respek terhadap anak

5. Mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau pendapatnya

6. Berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

5. [omination (Dominasi) Mendominasi anak 6. \]^_ission

(Penyerahan)

1. Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak

2. Membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah

7. V]`ativeneb bc Uverdiscipline

1. Mudah memberikan hukuman

2. Menanamkan kedisiplinan secara keras \]_bede fusuf ghiijekjl

Orang tua sangat berpengaruh terhadap anak dalam hal mengajarkan konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang tua menanamkan


(57)

nilai-nilai tentang konsumsi kepada anak, selain itu orang tua juga menentukan sejauh mana anak-anaknya memperoleh sumber informasi berkonsumsi, seperti iklan televisi, penjual maupun teman sebayanya. Anak-anak belajar berkonsumsi dengan melihat dan meniru perilaku orang tuanya (Solomonet al . 2004: 408).

Peran orang tua dikatakan berhasil apabila umpan balik belajar berupa persepsi/tanggapan dari anaknya menuai hal positif. Hal tersebut terlihat dari perilaku anaknya, terutama perilaku konsumtif terkait dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini pengukuran peran orang tua akan dilakukan melalui pola hubungan orang tua - anak menurut Yusuf (2009:49) sebagai indikatornya, namun hanya 4 indikator saja yang digunakan. Indikator-indikator tersebut antara lain mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima, bersikap respek terhadap anak dan berkomunikasi dengan anak secara terbuka. Pemilihan indikator tersebut karena indikator tersebut lebih sesuai dengan kharakteristik orang tua yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pemilihan indikator tersebut cenderung sesuai dengan penelitian ini.

mnon pqersr tu vwxyz { |}{~ y€‚ƒ

mnon„n …y† ‡ yˆ‰Š †pqersr tu vwxyz{|}{~y€‚ƒ

Definisi peer group banyak dikemukakan oleh banyak ahli psikologi.

‹eer group merupakan kelompok yang terdiri dari anak yang berada pada usia, status atau kedudukan yang relatif sama (Howe, 2010: 2). Myers (2010: 216) mendefinisikan, peer group adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih, saling berinteraksi dalam waktu yang lama dan mempengaruhi satu sama


(58)

lain. Kelompok teman sebaya menurut Suryani (2008: 248) merupakan lingkungan sosial, tempat berinteraksi yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Lebih lanjut Hurlock (1993: 213) kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya karena lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat dimengerti pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.

Yusuf (2009: 59) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa) mempunyai peranan penting bagi perkembangan kepribadiannya. Aspek kepribadian remaja yang menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebayanya, adalah sebagai berikut:

a. ŒŽial cognition : kemampuan untuk memikirkan tentang ide, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain.

b. Konformitas: motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya.

Konformitas menurut Ali dan Asrori (2009: 173) merupakan penyesuaian diri remaja terhadap norma yang menunjukkan bahwa individu mendapat tekanan kuat untuk selalu mengikuti norma kelompoknya untuk menghindari penolakan dar kelompoknya.

Mappiare (1982: 158) membagi kelompok-kelompok yang terbentuk dalam masa remaja. Kelompok-kelompok tersebut adalah:

1) ‘ ’ “”’• Chums –—˜™ ˜š˜› •˜œ š ž, yaitu kelompok dalam masa remaja


(59)

sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang mirip.

2) Ÿ ¡ ¢ £¤¢¥ Cliques ¦¥¢£¤¡ ¢§¨© ª¨ «¨ ¬¨ §­, biasanya terdiri dari 4-5 remaja

yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama.

®liques biasanya terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua ®hums yang terjadi pada tahun-tahun pertama masa remaja awal. Dalam ®liques inilah remaja pada mulanya banyak melakukan kegiatan-kegiatan bersama; menonton bersama, rekreasi, pesta, saling menelpon, dan sebagainya.

3) Ÿ ¡ ¢ £¤¢¥ Crowds ¦¥ ¡¢£¤¢¥ ¬¨©yak remaja), biasanya terdiri dari

banyak remaja, lebih besar dibanding dengan ®liques . Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang. Dalam

®rowds terdapat jenis kelamin yang berbeda serta terdapat keragaman kemampuan, minat dan kemauan di antara para anggota ®rowds . Hal yang sama dimiliki mereka adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh teman-teman dalam ®rowds -nya. Dengan kata lain, remaja ini sangat membutuhkan penerimaanpeer ¯group nya.

4) Kelompok yang Diorganisir, merupakan kelompok yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga tertentu. Anggota kelompok ini terdiri dari remaja-remaja, baik yang telah memiliki sahabat dalam kelompok tersebut terdahulu maupun (terutama) remaja yang belum mempunyai kelompok.


(60)

5) °±² ³ ´µ³¶ Gangs , merupakan kelompok yang terbentuk dengan

sendirinya yang pada umumnya merupakan akibat pelarian dari empat jenis kelompok tersebut di atas. Anggota gangs dapat berlainan jenis kelamin dan dapat pula sama. ·angs dibagi menjadi dua, gangs yang kalem dan gangs yang agresif yang bertingkah laku mengganggu.

¸¹º¹¸¹ »¼½¼¾

¿±²¼¶¼À ÁÂÃ´Ä Å²ÀyaPeer Group

Dalam kehidupan sehari-hari, individu hidup dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.Dalam lingkungan tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang menimbulkan latar belakangpeer group , yaitu :

1) Perbedaan dasar

Dalam dunia orang dewasa, anak selalu dalam posisi subordinat status (status bawahan) dengan kata lain status dunia dewasa selalu di atas anak. Sedangkan dalam dunia sebayanya, anak mempunyai status yang sama di antara yang lain. Jadipeer group selalu berada di bawah orang dewasa, maka kemudian anak-anak dalam peer ini biasanya membutuhkan kelompok sendiri, karena ada kesamaan dalam pembicaraan di segala bidang.

2) Perbedaan pengaruh

Perbedaanpeer group ini makin lama makin penting fungsinya, sehingga membuat pengaruh keluarga makin kecil.

Dari uraian tersebut, timbullah latar belakang daripeer group yaitu : a. Adanya perkembangan proses sosialisasi

Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial


(1)

[\]^ _ `\abc de_fg ` ]\h_ i\j

klemSnoppqroposoorov mSo trnouqv st

vnstwndwrdized

Residual

N 166

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation 2,90892126

Most Extreme Differences

Absolute ,054

Positive ,054

Negative -,042

Kolmogorov-Smirnov Z ,696

Asymp. Sig. (2-tailed) ,718

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

xy

6

z{|}| ~| €| ‚ƒ

„… †‡A ˆ‰Š‹Œ

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku_Konsumtif * Peran_OrangTua

Between Groups (Combined) 215,831 18 11,991 ,769 ,733

Linearity 73,388 1 73,388 4,708 ,032

Deviation from

Linearity 142,443 17 8,379 ,538 ,930


(3)

‘’“” •–’ — ˜ •’ ™ ’ š›’ –œ

žŸ  ¡A ¢£¤¥¦

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku_Konsumtif * Peer_Group

Between Groups (Combined) 1325,846 18 73,658 9,167 ,000

Linearity 1031,948 1 1031,948 128,429 ,000

Deviation from Linearity

293,898 17 17,288 2,152 ,008

Within Groups 1181,166 147 8,035

Total 2507,012 165

AŸ  ¡A ¢£¤¥¦

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku_Konsumtif * Financial_Literacy

Between Groups (Combined) 204,450 14 14,604 ,958 ,499

Linearity 68,609 1 68,609 4,499 ,036

Deviation from Linearity

135,841 13 10,449 ,685 ,775

Within Groups 2302,562 151 15,249

Total 2507,012 165

Co¦§§¨©¨¦nts ª Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 37,714 2,811 13,415 ,000

Peran_OrangTua -,112 ,053 -,124 -2,108 ,037 ,988 1,012

Peer_Group ,676 ,064 ,622 10,552 ,000 ,988 1,012

Financial_Literacy -,154 ,067 -,136 -2,305 ,022 ,992 1,008


(4)

«¬

8

­®¯°±²±³´µ¶ ±· ¸ µ²¯ µ¯ ²¸ µ

­®¯¹¸³¶

º»e¼¼½¾½ ¿ÀÁ Ã

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,906 2,202 ,411 ,681

Peran_OrangTua ,016 ,049 ,025 ,325 ,745

Peer_Group ,029 ,047 ,049 ,620 ,536

Financial_Literacy -,094 ,053 -,140 -1,779 ,077

a. Dependent Variable: LnRes2


(5)

ÏÐ ÑÒÓ ÔÓÔÕÖ×ØÖ ÔÓÙÖ Ø×ÑÐ Ú Ñ

ÛÜeÝÝÞß Þàá âã ä

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 37,714 2,811 13,415 ,000

Peran_OrangTua -,112 ,053 -,124 -2,108 ,037

Peer_Group ,676 ,064 ,622 10,552 ,000

Financial_Literacy -,154 ,067 -,136 -2,305 ,022

a. Dependent Variable: Perilaku_Konsumtif

åæÓÕ

çÜ èà é Suêêëry ì

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,666a ,443 ,433 2,93573

a. Predictors: (Constant), Financial_Literacy, Peer_Group, Peran_OrangTua b. Dependent Variable: Perilaku_Konsumtif

åæÓí

Aî ïðA ì

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1110,811 3 370,270 42,962 ,000a

Residual 1396,201 162 8,619

Total 2507,012 165

a. Predictors: (Constant), Financial_Literacy, Peer_Group, Peran_OrangTua b. Dependent Variable: Perilaku_Konsumtif

åæÓñ

Coà ÝÝÞ ßÞànts ä Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 37,714 2,811 13,415 ,000

Peran_OrangTua -,112 ,053 -,124 -2,108 ,037

Peer_Group ,676 ,064 ,622 10,552 ,000

Financial_Literacy -,154 ,067 -,136 -2,305 ,022


(6)

ò

60

óôõö

÷øeùùúûú üýþÿ

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 37,714 2,811 13,415 ,000

Peran_OrangTua -,112 ,053 -,124 -2,108 ,037 -,171 -,163 -,124

Peer_Group ,676 ,064 ,622 10,552 ,000 ,642 ,638 ,619

Financial_Literacy -,154 ,067 -,136 -2,305 ,022 -,165 -,178 -,135


Dokumen yang terkait

PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IIS SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

0 7 188

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISON (STAD) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI INDEKS HARGA KELAS XI IIS DI SMA Negeri 7 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

0 13 160

PENGARUH PERAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG

0 11 111

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KONSENTRASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 33

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG.

0 4 53

Perbedaan hasil belajar siswa berdasarkan minat baca dan status sosial ekonomi orang tua siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Setu Bekasi ajaran 2015/2016.

0 0 143

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA KELAS X IIS SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 19

PENGARUH PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI METAKOGNITIF SISWA KELAS XI-IIS SMA NEGERI DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 15

PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, MANAJEMEN WAKTU, DAN SELF-EFFICACY TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 1 KARANGANOM KLATEN.

0 4 193

PENGARUH SELF EFFICACY , LINGKUNGAN BELAJAR, DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIKSISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

1 7 173