PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG.

(1)

PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9

BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

oleh :

Melania Nurma Lita Sari 1005437

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9

BANDUNG

Oleh

Melania Nurma Lita Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Studi Pendidikan Sosiologi

 Melania Nurma Lita Sari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia


(3)

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Cecep Darmawan, M. Si NIP. 196909291994021001

Pembimbing II

Mirna Nur Alia A, S. Sos, M. Si NIP.198303122010122008

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Dra. Hj. Siti Komariah, M. Si., Ph. D NIP. 196804031991032002


(4)

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Struktur Organisasi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 10

2. Perilaku Sosial ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 28

D. Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 32

B. Desain Penelitian ... 35

C. Metode Penelitian ... 38


(6)

E. Instrumen Penelitian ... 41

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Rancangan Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

2. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 66

3. Analisis Koefisiensi Korelasi dan Pengujian Hipotesis ... 85

4. Analisis Koefisien Determinasi ... 86

B. Pembahasan ... 87

1. Gambaran Umum Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung ... 87

2. Gambaran Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IIS SMAN 9 Bandung ... 93

3. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IIS SMAN 9 Bandung ... 97

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 102

A. Simpulan ... 102

B. Rekomendasi ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 109 RIWAYAT HIDUP


(7)

ABSTRAK

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG

Pembimbing 1 : Dr. Cecep Darmawan, M. Si Pembimbing 2 : Mirna Nur Alia A, S. Sos, M. Si

Melania Nurma Lita Sari 1005437

Skripsi ini memaparkan pengaruh dari kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa khususnya siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung, dengan menggunakan sampel 100 orang siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) bagaimana gambaran umum kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung; (2) bagaimana gambaran umum perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung; dan (3) seberapa besar pengaruh kegiatan ektrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode peneltian deskriptif ex post facto dengan pendekatan komparatif, serta menggunakan teknik pengumpulan data yaitu melalui kuesioner (angket), observasi (pengamatan), studi dokumentasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara umum kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung tergolong kedalam kategori sangat baik, karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut dilaksanakan setiap jam pulang sekolah serta kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor; (2) secara umum perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung dari sampel 100 siswa tergolong kedalam kategori baik, yakni yang dimana dilihat dari perilaku perannya, perilaku dalam hubungan sosialnya, dan perilaku ekspresifnya; (3) kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung sebesar 14% serta kegiatan ekstrakurikuler dan perilaku sosial memiliki korelasi yang positif. Rekomendasi penelitian ini ditujukan bagi (1) SMA Negeri 9 Bandung untuk meningkatkan kembali fasilitas untuk setiap kegiatan ekstrakurikuler; (2) Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung agar lebih rutin untuk hadir dalam setiap kegiatannya, sehingga perkembangan kegiatan tersebut dapat lebih terpantau.


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), karena dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi SDM yang handal dan terampil atau berkualitas di bidangnya. Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Tanpa adanya pendidikan maka akan mustahil kualitas negara Indonesia akan sejajar dengan negara-negara maju. Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, yang dimaksud dengan pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, guna menghasilkan SDM yang berkualitas. Selaras pula dengan tujuan pendidikan yang tercantum pada Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sekolah sebagai salah satu pendidikan formal yang memiliki peran penting dalam membimbing, membina, mengarahkan perkembangan dan pendayagunaan


(10)

potensi tertentu yang dimiliki siswa. Kegiatan di sekolah tidak hanya memberikan keterampilan dan pengetahuan saja, tetapi juga sebagai tempat pengembangan kepribadian peserta didik. Hal tersebut tercantum pula pada tujuan pembinaan kesiswaan dalam Permendiknas RI No.39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, sebagai berikut:

Tujuan pembinaan kesiswaan, yaitu mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu dan meliputi bakat, minat, dan kreatifitas; memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan; mengaktualisasikan potensi siswa dalam mencapai presentasi unggulan sesuai dengan bakat dan minat; dan menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa di sekolah siswa tidak hanya dituntut untuk menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas di luar bidang akademik guna dapat mengambangkan potensinya. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan pembinaan kesiswaan dengan memberikan bekal dan kemampuan pada siswa. Kemampuan ini dapat diperoleh siswa secara tatap muka di kelas yang sudah teratur, jelas, dan terjadwal dengan sistematik serta dapat pula melalui kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Seperti SMA Negeri 9 yang dimana memiliki atau menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Yang dimana mempunyai pendamping/pelatih masing-masing di setiap kegiatan ekstrakurikulernya. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 memiliki jadwal masing-masing, ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan setelah jam pelajaran selesai, yakni mulai pukul 15.30 sampai 17.30. Namun ada pula satu hari yang hanya dikhususkan untuk kegiatan ekstrakurikuler saja, yakni pada hari sabtu. Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 yakni sebagai berikut:


(11)

Tabel 1.1

Kegiatan-Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung

NO EKSTRAKURIKULER NO EKSTRAKURIKULER

1 Niners Breakin Crew ( NBC ) 6 NEC (Niners English Club)

2 Basket Ball 7 NDC (Niners Deutch Club )

a. Putri 8 Futsal

b. Putra 9 Bola Tangan

3 Pencinta Alam Shawaraga (P.A) 10 Chearleaders

4 Keagamaan 11 Taekwondo

a. Prisman 12 Tarung derajat

b. Keputrian 13 Akustik

5 Kepribadian 14 Perkusi

a. Pramuka 15 Multi Media (ICT)/Fotografi

b. PMR 16 Mekopera (Media Komunikasi

c. Paskibra dan Penyiaran Radio)

Di SMA Negeri 9, kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu alat pengenalan siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat pendidikan pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain pemahaman materi pelajaran. Hal ini ditegaskan pula oleh Lunnenburg dalam artikel Massoni yang berjudul “The Positive Effects of Extra Curricular Activities on Students” (2011, hlm. 84) bahwa “Extracurricular activities serve the same goals and functions as

the required and elective course in the curriculum. .... They allow students to apply the knowledge that they have learned in other classes and acquire concepts of democratic life ”. Oleh sebab itu, antara kegiatan intra dan ekstra kedua-duanya tidak dapat dipisahkan.

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa pengaruh mempengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi tersebut maka timbullah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak hanya


(12)

bermanfaat bagi siswa dalam mengisi waktu luang tetapi juga ditujukan untuk pembentukan perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap tidak mementingkan diri sendiri, sikap ramah, memimpin dan mempertahankan diri. Sebab perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Kemudian lingkungan tersebut akan turut membentuk perilaku seseorang. Seorang tokoh bernama Lewin mengemukakan formulasi mengenai perilaku dengan bentuk B = F (E – O) dengan pengertian B adalah

behavior; E adalah environment; dan O adalah organism. Formulasi tersebut

mengandung pengertian bahwa perilaku (behavior) merupakan fungsi atau bergantung kepada lingkungan (environment) dan individu (organism) yang saling berinteraksi. Berdasarkan hal ini jelas bahwa seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial (social skills). Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Salah satu bagian dari keterampilan sosial adalah perilaku sosial, perilaku sosial ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah-tengah berbagai masalah sosial yang kerap kali terjadi di lingkungan sosial. Lingkungan SMA Negeri 9 yang merupakan salah satu sekolah yang berada di lingkup Kota Bandung menjadi hal yang perlu dikhawatirkan bagi perkembangan perilaku siswa-siswi ini.

Dalam artikelnya Massoni (2011, hlm. 84) mengatakan: “The first effect

that extracurricular activities have on education is behavior. Students that participate in extracurricular activities have reduced behavior problems”. Sedangkan menurut Yusuf (dalam Khodijah, 2013, hlm. 1) “remaja (siswa SMP dan SMA) adalah peserta didik yang sedang berada dalam proses perkembangan ke arah kematangan”. Dalam menjalani proses perkembangan ini, tidak semua remaja dapat mencapai tugas perkembangannya. Hurlock (dalam Khodijah, 2013, hlm. 2) mengatakan “Tugas perkembangan yang berhubungan dengan penyesuaian sosial merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja”. Kemudian menurut Syamsuddin (dalam Khodijah, 2013, hlm. 2)


(13)

Salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, seperti keterikatan hidup dalam gang apabila tidak terbimbing menimbulkan kenakalan remaja berbentuk perkelahian, atau bentuk perilaku antisosial.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa proses perkembangan perilaku sosial remaja khususnya remaja SMA dibentuk di dalam lingkungan sekitarnya, yang dimana nantinya apakah remaja tersebut akan membentuk perilaku sosial yang positif atau negatif. Holloway (dalam Massoni, 2011, hlm. 85) mengatakan “The most dangerous time for bad behavior is the time

after school and before parents get home, which is usually the time between three

o’clock and seven o’clock”. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa waktu yang paling berbahaya atau ‘riskan’ dalam proses perkembangan perilaku sosial remaja yakni saat mereka pulang sekolah. Bagi siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.

Menurut pantauan Riau24.com pada hari Rabu, 18 Desember 2013 bahwa dibeberapa ruas jalan di Pekanbaru, Riau terlihat beberapa pelajar kebut-kebutan di jalan raya sepulang sekolah dan beberapa orang pelajar juga terlihat merokok

dengan santainya dipinggir jalan (tersedia :

http://www.riau24.com/berita/baca/14674-kenakalan-remaja-saat-ini-sangat-meresahkan/). Kemudian, berdasarkan koran Merdeka.com pada hari Senin, 17 Juni 2013 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru menggrebek arena permainan Billiard Holly Wood dan ditemuka sejumlah pelajar SMP dan SMA, tidak hanya laki-laki saja tetapi terdapat tiga pelajar wanita yang tengah asik bermain biliar. Berdasarkan keterangan salah seorang pelajar, bahwa mereka sering main biliar bersama teman-temannya setiap pulang sekolah ataupun bolos dari sekolah (tersedia : http://www.merdeka.com/peristiwa/bolos-sekolah-lalu-main-biliar-43-pelajar-diciduk-satpol-pp.html). Hal ini terlihat bahwa pada waktu-waktu siswa pulang sekolah mereka memanfaatkannya dengan hal-hal yang negatif. Tidak hanya di luar Kota Bandung, tapi khusus di Kota Bandung pun banyak siswa-siswi yang memanfaatkan waktu pulang sekolah untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.


(14)

Menurut poskotanews.com pada hari Selasa, 18 Februari 2014 (tersedia : http://poskotanews.com/2014/02/18/tak-punya-uang-main-game-dua-abg-jambret-tas/), di Bandung banyak ABG yang gemar main game online usai pulang sekolah, atau sengaja tidak sekolah untuk memenuhi hasrat permainan dunia maya tersebut. Kemudian menurut detiknews.com pada hari Kamis, 03 April 2008 memaparkan bahwa beberapa siswa SMU di Kota Bandung berkumpul sepulang sekolah untuk minum-minum.

Berdasarkan artikelnya, Massoni (2011, hlm. 85) memaparkan bahwa “Students that don’t like school won’t do as well as the students that do like school because they are not motivated to succeed”. Kemudian mengatakan pula bahwa

Between the ages of nine and seventeen are when kids learn to make their own decisions and control their behavior. This is a Crucial time for student to be in extracurricular activities because they are under supervision, guidance, and the are in engaged and enriched learning experiences. They are then better able to resist unsafe behaviors such as drug and alcohol use, gang involvement, and criminal activities. (Massoni, 2011, hlm. 85).

Apabila siswa/i memutuskan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, ini dapat membantu mereka untuk menemukan bakat atau karirnya/job yang dimilikinya. Sehingga mereka tidak akan terjerumus ke dalam perilaku-perilaku yang tidak baik. “By participating in extracurricular activities students learn in leadership, teamwork, organization, analytical thinking, problem solving, time management, learning to juggle many tasks at once and it allows them to discover

their talents” (Massoni, 2011, hlm. 85).

Oleh sebab itu berdasarkan beberapa penjelasan-penjelasan di atas, peneliti memusatkan kepada perilaku sosial yang merupakan hubungan antara individu dan lingkungannya. Yang apabila dilihat dari pokok persoalan sosiologi yakni tingkah individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku siswa. Sehingga peneliti melihat bahwa ada kemungkinan kegiatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi perilaku sosial siswa, sehingga penulis ingin melakukan penelitian, dengan judul


(15)

“Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan tingkah laku tertentu, sehingga akan terjadi pengaruh mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling mempengaruhi tersebut maka timbullah perilaku sosial tertentu yang akan mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Menurut Baron & Byrne (dalam Ibrahim, 2001) perilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat, yang pada dasarnya sebagai respons terhadap apa yang dianggap dapat diterima atau tidak dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang. Perilaku sosial dikatakan memadai, apabila menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal seperti: yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; serta tidak mudah terpengaruh oleh orang lain dalam pergaulan. Namun, apabila hal yang terjadi adalah kebalikannya, itu merupakan hasil atau pengaruh dari faktor-faktor pertumbuhan serta perkembangan individu itu sendiri di dalam lingkungan sosial tertentu. Sehingga, faktor lingkungan khususnya pada saat siswa pulang sekolah dapat memberi pengaruh yang positif atau negatif bagi perilaku sosial remaja. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara kegiatan ekstrakurikuler dengan perilaku sosial siswa di sekolah.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu:


(16)

1. Bagaimana gambaran umum kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung?

2. Bagaimana gambaran umum perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung?

3. Seberapa besar pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dirumuskan sebagai pedoman tentang apa yang harus dicapai dalam penelitian tersebut. Secara umum, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar Kegiatan Ekstrakurikuler berpengaruh terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh gambaran umum kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 9 Bandung.

2. Untuk memperoleh gambaran umum perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam kajian Sosiologi.

b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan


(17)

penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian ini.

c. Menambah wawasan bagi praktisi ilmu sosial, psikologi dan pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pelajar dan siswa, bahwa perilaku sosial adalah perilaku yang diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan orang lain. Dan perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya.

b. Dapat menjadi masukan bagi orang tua hendaknya lebih memperhatikan waktu yang dipakai anaknya setelah pulang sekolah.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian mengenai Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung terdiri dari lima BAB, yakni BAB I Pendahuluan membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian Pustaka merupakan konsep-konsep atau teori-teori utama serta turunannya dalam bidang yang dikaji. Konsep atau teori yang dikaji berupa konsep kegiatan ekstrakurikuler dan teori perilaku sosial. Serta kerangka pemikiran yang merupakan tahapan yang harus ditempuh peneliti untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antarvariabel penelitian. BAB III Metode Penelitian berisi penjabaran mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, yakni lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik analisis data dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menguraikan tentang pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan. BAB


(18)

V Simpulan dan Saran berisi tentang simpulan yang harus menjawab pertanyaan penelitian serta saran-saran.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Kota Bandung, yakni SMA Negeri 9 Bandung yang bertempat di Jl. LMU I Suparmin No 1A Bandung. Peneliti mengambil SMA Negeri 9 Bandung sebagai lokasi penelitian karena SMA Negeri 9 Bandung merupakan salah satu sekolah di Kota Bandung yang memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler dan setiap kegiatan ekstrakurikulernya berjalan dengan baik, serta siswa-siswi ikut berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada. Oleh sebab itu, penulis memilih SMA Negeri 9 Bandung sebagai lokasi penelitian karena dinilai tepat untuk meneliti masalah yang akan diteliti.

2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Penentuan Populasi Penelitian

Menurut Hadjar (dalam Purwanto, 2012, hlm. 241) populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Sudjana (dalam Purwanto, 2012, hlm. 241) mengatakan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan menurut Arikunto (dalam Pratiwi, 2008, hlm. 51), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sesuai dengan pengertian-pengertian di atas dan permasalahan penelitian, yang menjadi populasi


(20)

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

Siswa kelas XI IIS di SMA Negeri 9 Bandung ada 4 kelas yang berjumlah 140 siswa-siswi, yaitu:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Populasi

1 XI IIS 1 40 orang

2 XI IIS 2 40 orang

3 XI IIS 3 37 orang

4 XI IIS 4 23 orang

Jumlah 140 orang

b. Penentuan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 116) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Purwanto (2012, hlm. 214) sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai sifat dan ciri yang sama dengan populasi karena ditarik dari populasi yang menggunakan teknik sampling tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Soenarto (dalam Purwanto, 2012, hlm. 242), yang mengatakan sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10% (Sugiyono, 2012, hlm. 99). Semakin besar taraf kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Maka peneliti mengambil perhitungan ukuran sampel yang didasarkan atas kesalahan


(21)

5%. Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi (Sugiyono, 2012, hlm. 101). Dari pernyataan di atas, maka populasi dengan jumlah 140 siswa dipakai sampel sebesar 100 siswa.

Tabel 3.2

Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, dan 10%

N s

N s

1% 5% 10% 1% 5% 10%

10 10 10 10 100 87 78 73

15 15 14 14 110 94 84 78

20 19 19 19 120 102 89 83

25 24 23 23 130 109 95 88

30 29 28 27 140 116 100 92

35 33 32 31 150 122 105 97

40 38 36 35 160 129 110 101

45 42 40 39 170 135 114 105

50 47 44 42 180 142 119 108

55 51 48 46 190 148 123 112

60 55 51 49 200 154 127 115

65 59 55 53 210 160 131 118

70 63 58 56 220 165 135 122

75 67 62 59 230 171 139 125

80 71 65 62 240 176 142 127

85 75 68 65 250 182 146 130

90 79 72 68 260 187 149 133


(22)

Adapun sebaran sampel secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel

1 XI IIS 1 40 40 : 140 x 100 = 28,57 / 29 2 XI IIS 2 40 40 : 140 x 100 = 28,57 / 29 3 XI IIS 3 37 37 : 140 x 100 = 26,42 / 27 4 XI IIS 4 23 23 : 140 x 100 = 14,42 / 15

Jumlah 140 100

B. Desain Penelitian

Menurut Bungin (2005, hlm. 87) desain penelitian adalah rancangan, pedoman, ataupun acuan penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (Umar, 2008, hlm. 6). Menurut Umar pula (2008, hlm. 7) desain penelitian merupakan metode, yaitu cetak biru yang berupa prosedur-prosedur secara garis besar mulai dari hipotesis sampai kepada analisis data. Menurut Kerlinger (dalam Noor, 2013, hlm. 108) desain penelitian diklasifikasikan sebagai rencana dan struktur investigasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Adapun menurut Philips (dalam Noor, 2013, hlm. 108) desain penelitian untuk membantu penelitian dalam pengalokasian sumber daya yang terbatas dengan menempatkan pilihan penting dalam metodologi.

Umar (2008, hlm. 10-12) memaparkan bahwa desain dalam pelaksanaan suatu penelitian dapat dibagi atas empat macam kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Menetapkan teori

2. Menetapkan data dan instrumen 3. Menetapkan alat analisis


(23)

4. Menetapkan pelaporan

Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah suatu rencana, rancangan, ataupun acuan penelitian mulai dari hipotesis sampai analisis data. Dari pemaparan diatas, terlihat bahwa dengan adanya desain penelitian maka akan mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Jenis desain penelitian ini termasuk dalam ex post facto, yang dimana dalam penelitian ini hanya mengungkap gejala-gejala yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini diungkapkan apa adanya dari data yang terkumpul. Dengan demikian penelitian ini dapat mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel yang telah ditentukan. Studi Pendahuluan Latar Belakang Masalah Fakta-Fakta Lapangan secara Makro Fakta-Fakta Lapangan secara Mikro Rumusan Masalah Studi Literatur Perumusan Hipotesis Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan dan Saran Pengujian Hipotesis Populasi dan Sampel Pengembangan Instrumen Pengujian Kerangka Pemikiran


(24)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan gambar di atas, penulis mencoba menggambarkan desain penelitian yang akan dilakukan. Setiap penelitian selalu berangkat dari suatu masalah, masalah itu sendiri didapatkan setelah melalui studi pendahuluan terhadap fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Kemudian setelah mendapatkan masalah dan fakta/fenomena yang jelas, disusunlah latar belakang yang terdiri dari gambaran fakta-fakta makro dan mikro yang terjadi di masyarakat. Pada dasarnya, latar belakang penelitian ini lahir dari hasil studi pendahuluan peneliti terhadap masalah penelitian.

Setelah masalah tersebut diidentifikasi dan dibatasi, kemudian masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat memudahkan atau memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya dalam proses penelitian khususnya penelitian kuantitatif adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, maupun generalisasi-generalisasi hasil penelitian sebelumnya. Adanya teori-teori ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Setelah mendapatkan teori-teori tersebut, kemudian disusun menjadi model konseptual yakni kerangka pemikiran yang akan memaparkan bagaimana teori tersebut berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi. Sehingga melalui kerangka pemikiran ini, akan tergambar dengan jelas hubungan antara variabel independen dan dependen. Kemudian, berdasarkan kerangka pemikiran tersebut selanjutnya disusunlah hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Hipotesis yang masih berupa jawaban sementara akan dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan data-data dari lapangan. Untuk itu, peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi


(25)

dan sampel yang telah peneliti tentukan. Dalam proses pengumpulan data, juga dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah diuji kelayakannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Data-data yang telah terkumpul kemudian di analisis, guna menjawab rumusan masalah serta hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data menggunakan statistik. Hasil analisis data selanjutnya disajikan dan diberi pembahasan. Pembahasan atau analisis temuan tersebut merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi data-data yang telah disajikan.

Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, selanjutnya adalah merumuskan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi jawaban-jawaban singkat terhadap setiap pertanyaan atau rumusan masalah yang telah diajukan. Kemudian saran atau rekomendasi diajukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, ataupun kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yakni suatu teknik ataupun cara yang digunakan dalam sebuah penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif ex post facto dengan pendekatan komparatif. Menurut Sukmadinata (2005, hlm. 54) penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Mohammad Ali (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 89) menyebutkan bahwa:

‘Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan klasifikasi dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi’.

Menurut Sukmadinata (dalam Riduwan, 2008, hlm. 8) menyatakan bahwa: ‘Penelitian ex post facto (ex post facto research) yaitu untuk meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Selanjutnya dikatakan bahwa


(26)

penelitian ex post facto dilakukan terhadap program, kegiatan yang telah berlangsung atau telah terjadi. Penelitian ex post facto tidak ada pengontrolan variabel dan biasanya tidak ada pra tes’.

Sedangkan penelitian komparatif menurut Sugiyono (2012, hlm. 92) yakni penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Adapun variabel yang mempengaruhi (independent) dalam penelitian ini kegiatan ekstrakurikuler (X) dan variabel yang dipengaruhi (dependent) adalah perilaku sosial (Y).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif ex post facto untuk menggambarkan masing-masing variabel yang akan diteliti secara empiris, yakni gambaran empiris pada variabel X (kegiatan ekstrakurikuler) dan gambaran empiris variabel Y (perilaku sosial) serta pengaruh kegiatan ekstrakurikuler (X) terhadap perilaku sosial (Y). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yakni “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Perilaku Sosial”. Persoalan pertama yang harus diketahui yaitu gambaran tentang kegiatan ekstrakurikuler, kemudian yang kedua yakni gambaran tentang perilaku sosial. Apabila telah diperoleh hasil gambaran dari masing-masing variabel, maka selanjutnya dipakai untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berikutnya, yakni apakah terdapat pengaruh antara kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator dapat berupa: perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik (Sekaran, 2006:97).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel utama, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dan perilaku sosial. Secara lengkap definisi operrasional variabel dapat dilihat pada tabel berikut:


(27)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Sub. Variabel Indikator Skala

Data Kegiatan

Ekstrakurikuler (X)

Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum (Suryosubroto, 2002:271). Partisipasi siswa 1.Sukarela

2.Mengisi waktu luang 3.Rekreatif

4.Tingkat kehadiran dalam pertemuan Ordinal Memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan

1.Minat dan bakat 2.Belajar bersosialisasi 3.Sistem nilai

4.Persaudaraan

Ordinal

Perilaku Sosial (Y)

Perilaku sosial seseorang itu nampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal

Perilaku peran 1. Menampilkan keyakinan diri

2. Berkuasa atau mudah menyerah

3. Inisiatif atau bersikap pasif


(28)

balik antar pribadi. {Krech, Crutchfield dan Ballachey (dalam Ibrahim, 2001)}

4. Mandiri atau tergantung Perilaku dalam

hubungan sosial

1. Sikap diterima atau tidak diterima

2. Mampu bersosialisasi 3. Sikap terbuka atau

tidak terhadap orang lain

4. Sikap simpati atau tidak simpati

Ordinal

Perilaku ekspresif

1. Mampu bersaing 2. Menunjukkan sikap

agresif

3. Memahami atau memiliki kesadaran diri

4. Mampu

memperlihatkan diri

Ordinal

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Dalam suatu penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data serta sebagai alat ukur yang baik dalam suatu penelitian. Menurut Purwanto (2010, hlm. 183) instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Sedangkan menurut Sugiyono (2013, hlm. 146) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Berdasarkan pengertian ahli di atas bahwa secara garis besar instrumen penelitian adalah alat guna membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas suatu instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul.


(29)

Menurut S. Margono (dalam Purwanto, 2010, hlm. 168) bahwa pada umumnya penelitian akan berhasil dengan baik apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen penelitian. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011, hlm. 199). Menurut Danial (dalam Nopiyanti, 2012, hlm. 51) kuesioner ialah alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup, yakni angket yang telah disediakan alternatif jawabannya oleh peneliti. Menurut Sukardi (2013, hlm. 77) kuesioner dikatakan menggunakan item tertutub, apabila peneliti dalam hal ini menyediakan beberapa alternatif jawaban, yang cocok bagi responden. Sementara itu, responden tinggal memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden. Instrumen penelitian yang diberikan kepada responden haruslah mempunyai skala pengukuran yang akurat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran Likert. Yang dimana dalam skala Likert ini, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Karena penelitian ini akan mengukur perilaku sosial siswa maka skala pengukuran yang sesuai yakni menggunakan skala Likert.

1. Variabel Penelitian dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel X (kegiatan ekstrakurikuler) dan variabel Y (perilaku sosial). Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 9 Bandung yang dipilih untuk menjadi sampel penelitian sesuai dengan perhitungan yang telah dipaparkan dalam pembahasan populasi dan sampel yakni sebanyak 70 orang siswa yang tersebat di enam kelas XI IIS


(30)

di SMA Negeri 9 Bandung. Siswa dipilih sebagai responden yang akan memberikan gambaran-gambaran terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti.

2. Teknik Pengukuran Instrumen

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur (Sugiyono, 2011, hlm. 133). Sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran mengasilkan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, teknik pengukuran instrumen yang digunakan yaitu menggunakan skala Likert. Dalam skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011, hlm. 134-135). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda, adapun kata-kata yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Skala Likert

Alternatif Jawaban Variabel Bobot

Sangat Setuju/Selalu/Sangat Positif 5

Setuju/Sering/Positif 4

Ragu-Ragu/Kadang-Kadang/Netral 3

Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah/Negatif 2 Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat Negatif 1

3. Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen sangat diperlukan dalam penelitian karena akan menjadi titik tolak dalam penyusunan instrumen itu sendiri serta


(31)

mempermudah peneliti. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel-variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Adapun kisi-kisi dari variabel X dan variabel Y diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel X (Kegiatan Ekstrakurikuler)

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Instrumen Kegiatan

Ekstrakurikuler (X)

Partisipasi siswa Sukarela 1,2

Mengisi waktu

luang 22,23

Rekreatif 9,10

Tingkat kehadiran

dalam pertemuan 11,12,13,14 Memperkaya dan

memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan

Minat dan bakat 15,16,17,18 Belajar

bersosialisasi 19,20,21

Sistem Nilai 3,4,5

Persaudaraan 6,7,8

Tabel 3.7


(32)

(Perilaku Sosial)

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Instrumen Perilaku Sosial

(Y)

Perilaku peran Menampilkan

keyakinan diri dalam bergaul

1,2 Berkuasa atau mudah

menyerah 3,4

Inisiatif atau bersikap

pasif 5,6,7

Mandiri atau

tergantung 8,9,10

Perilaku dalam hubungan sosial

Sikap diterima atau

tidak diterima 11,12,13,14 Mampu bersosialisasi 15,16,17 Sikap terbuka atau

tidak terhadap orang lain

18,19 Sikap simpati atau

tidak simpati 20,21,22

Perilaku ekspresif

Mampu bersaing 23,24

Menunjukkan sikap

agresif 25,26

Memahami atau memiliki kesadaran diri

27,28 Mampu

memperlihatkan diri 29,30

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Sebelum disebarkan langsung kepada objek penelitian, instrumen ini di uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat akurasi terhadap responden yang


(33)

memiliki karakteristik yang sama dengan objek penelitian yang sebenarnya. Yang terpenting dalam uji coba angket ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas dari instrumen tersebut. Instrumen yang disusun adalah untuk mengungkapkan dua variabel, yakni Kegiatan Ekstrakurikuler dan Perilaku Sosial dari populasi dan sampel yang telah ditentukan.

Adapun uji coba validitas dan realibilitas instrumen penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 4 September 2014 terhadap 35 siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 9 Bandung. Berikut ikhtisar penyebaran angket uji coba:

Tabel 3.8

Jumlah Data Hasil Uji Coba yang Terkumpul dan Dapat Diolah Sampel Data yang Terkumpul Data yang dapat diolah

35 35 30

Data yang dapat diolah sebanyak 30 karena sisanya tidak memenuhi aturan pengisian instrumen yang telah diuraikan dalam petunjuk pengisian instrumen penelitian.

1. Uji Validitas

Hasil penelitian itu dinyatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Menurut Noor (2013, hlm. 132) validitas/kesahihan adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas ini menyangkut akurasi suatu instrumen. Menurut Arikunto (2006, hlm. 168) bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.


(34)

r

xy =

Oleh sebab itu, untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut itu valid/sahih, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun langkah-langkah perhitungan validitas butir yakni sebagai berikut (Thalib, 2010, hlm. 298-302):

a. Menghitung skor faktor dari skor butir b. Menghitung korelasi momen tangkar c. Menghitung korelasi bagian-total d. Menguji taraf signifikansi

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni teknik korelasi Pearson Product Moment menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm. 80) yaitu:

Keterangan:

r

xy = Koefisien korelasi product moment

Nxy = Jumlah perkalian x dan y x2 = Kuadrat dari x

y2 = Kuadrat dari y

N = Jumlah responden

Setelah

r

xy diperoleh kemudian dilanjutkan valid atau tidaknya soal tersebut dengan taraf signifikasi koefisien dengan menggunakan rumus menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm. 81), sebagai berikut:

Nxy – (x) (y)

Nx2– (x)2 Ny2– (y)2


(35)

Keterangan:

t = nilai t

hitung

n = jumlah responden

r = keofisien korelasi hasil t hitung

Distribusi (t tabel) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2) dengan kaidah keputusan sebagai berikut:

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) seperti menurut Riduwan dan Sunarto (2012, hlm. 83) diantaranya sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,199 : sangat rendah (tidak valid) Berdasarkan rumus perhitungan uji validitas yaitu korelasi pearson

product moment, maka diperoleh hasil perhitungan uji validitas item

pernyataan (angket) Kegiatan Ekstrakurikuler dan item pernyataan (angket) Perilaku Sosial siswa sebagai berikut:

a. Validitas variabel X (Kegiatan Ekstrkurikuler)

Hasil perhitungan variabel X yaitu mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler diperoleh hasil 20 item pernyataan valid dan 3 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.9 Jika thitung > ttabel berarti valid


(36)

No Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Kegiatan Ekstrakurikuler

Validitas No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14,

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23. 20

Tidak Valid 8, 13, 16. 3

Tabel 3.10

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Kegiatan Ekstrakurikuler

No Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,77 Valid

2 0,54 Valid

3 0,48 Valid

4 0,44 Valid

5 0,39 Valid

6 0,39 Valid

7 0,48 Valid

8 0,23 Tidak Valid

9 0,36 Valid

10 0,57 Valid

11 0,62 Valid

12 0,47 Valid

13 0,27 Tidak Valid

14 0,67 Valid

15 0,41 Valid

16 0,18 Tidak Valid

17 0,80 Valid


(37)

19 0,78 Valid

20 0,74 Valid

21 0,79 Valid

22 0,58 Valid

23 0,45 Valid

b. Validitas variabel Y (Perilaku Sosial)

Hasil perhitungan variabel Y yaitu Perilaku Sosial siswa diperoleh hasil 25 item pernyataan valid dan 5 item pernyataan yang tidak valid, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11

No Item Valid dan Tidak Valid Instrumen Perilaku Sosial Siswa

Validitas No Item Jumlah

Valid

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30.

25

Tidak Valid 7, 9, 13, 15, 21. 5

Tabel 3.12

Rekapitulasi Besarnya Nilai r (Validitas) Instrumen Perilaku Sosial Siswa

No Besarnya Nilai r Hasil Uji

1 0,36 Valid

2 0,41 Valid

3 0,38 Valid

4 0,44 Valid


(38)

6 0,37 Valid

7 0,25 Tidak Valid

8 0,51 Valid

9 0,3 Tidak Valid

10 0,37 Valid

11 0,47 Valid

12 0,43 Valid

13 0,58 Tidak Valid

14 0,52 Valid

15 0,32 Tidak Valid

16 0,61 Valid

17 0,36 Valid

18 0,39 Valid

19 0,41 Valid

20 0,39 Valid

21 0,15 Tidak Valid

22 0,43 Valid

23 0,49 Valid

24 0,45 Valid

25 0,38 Valid

26 0,39 Valid

27 0,4 Valid

28 0,47 Valid

29 0,5 Valid

30 0,39 Valid

2. Uji Reliabilitas

Apabila instrumen telah teruji validitasnya, maka yang dilakukan selanjutnya adalah menguji reliabilitas instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai relisbilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Menurut Noor (2013, hlm. 131) bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan atau konsistensi dari hasil pengukuran. Semakin reliabel suatu tes


(39)

memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali (Sukardi, 2008, hlm. 127-128).

Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengujian realibilitas dengan internal

consistency, yakni dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali

saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Dalam pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha. Metode Alpha berguna untuk mencari reliabilitas instrumen penelitian dengan skala Likert. Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas yakni sebagai berikut :

Keterangan :

r

11 : Koefisien realibilitas internal seluruh item Si : Jumlah varian skor tiap-tiap item

St : Varian total

k : Jumlah item

Indeks reliabilitas yang telah diperoleh dari hasil perhitunga mempunyai arti untuk memaknai reliabilitas instrumen apabila dihubungkan dengan kriteria uji coba. Menurut Aiken (dalam Purwanto, 2010, hlm. 196-197) instrumen reliabel bila hasil perhitungan reliabilitasnya menunjukkan angka minimal 0,65 apabila menggunakan rumus Alpha Cronbach. Berikut adalah hasil uji reliabilitas variabel X dan Y yang peneliti uji menggunakan program Statistical Packages for Social

Science (SPSS) versi 20 :

Tabel 3.13

r

11 = . 1 –

k k - 1

Si St


(40)

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Kegiatan Ekstrakurikuler) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,885 20

Tabel 3.14

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Perilaku Sosial) Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,712 25

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, reliabilitas instrumen variabel X memiliki nilai 0,885 dan reliabilitas variabel Y memiliki nilai 0,712. Jika melihat angka minimal yang dikemukakan Aiken (dalam Purwanto, 2010, hlm. 196-197), maka keduanya memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar, yakni di atas 0,65. Dengan demikian, kedua instrumen penelitian variabel X (kegiatan ekstrakurikuler) dan variabel Y (perilaku sosial) adalah reliabel dan dapat digunakan serta telah teruji.

G. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (dalam Azwar, 2009, hlm. 109) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Kemudian Sugiyono (2011, hlm. 187) dalam bukunya menjelaskan mengenai teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan


(41)

yaitu melalui kuesioner (angket), observasi (pengamatan), studi dokumentasi, dan studi literatur.

1. Kuesioner (angket)

Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden (Bungin, 2005, hlm. 123). Sedangkan Danial (dalam Nopiyanti, 2012, hlm. 51) menjelaskan bahwa kuesioner ialah alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian secara tertulis berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang dijelaskan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian. Hal yang sama dikemukakan oleh Sugiyono (2011, hlm. 192) yakni kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Dalam penelitian ini, kuesioner atau angket yang digunakan dan disebarkan merupakan angket tertutup yang dimana peneliti sudah menyediakan alternatif jawabannya. Sementara itu responden tinggal memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden. Dengan menggunakan angket tertutub sebagai teknik pengumpulan data, maka akan mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data dari seluruh angket sehingga menghemat waktu.

2. Observasi (pengamatan)

Menurut S. Margono (dalam Purwanto, 2010, hlm. 173) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti pada saat responden mengisi kuesioner (angket), sehingga dapat terlihat apakah responden mengisi angket sesuai dengan gambaran dirinya atau tidak. Serta mengamati kegiatan-kegiatan ektrakurikuler yang berlangsung di sekolah. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 203)


(42)

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperanserta) dan

non participant observation. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan non participant observation (observasi partisipan) yakni dimana peneliti

tidak terlibat dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati dan hanya sebagai pengamat independen.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2005, hlm. 82) studi dokumentasi adalah dokumen yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian dari kuesioner dan observasi akan semakin baik bila dilengkapi pula dengan dokumen-dokumen/surat-surat penting serta foto-foto, agar hasil dari penelitian tersebut semakin berkualitas. Oleh karena itu peneliti juga menggunakan studi dokumentasi dalam penelitian ini.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi, mempelajari, dan mengkaji teori-teori, buku-buku, jurnal, artikel, dan bacaan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah variabel yang diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Endang Danial dan Nanan Warsiah (dalam Nopiyanti, 2012, hlm. 54), studi kepustakaan (literature) adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liftlet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Hal ini sengaja dilakukan untuk mendapatkan teori-teori konsep-konsep yang


(43)

berkaitan dengan masalah penelitian dan dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran dari kegiatan ekstrakurikuler dan perilaku sosial.

H. Rancangan Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Data-data mentah yang telah dikumpulkan kemudian dikelompok-kelompokkan, mentabulasikan data, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan kemudian melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket disusun oleh peneliti berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam suatu penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Setelah data terkumpul, perlu segera diolah oleh peneliti atau sering disebut dengan pengolahan data. Menurut Arikunto (2010, hlm. 278-282) secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah yaitu :

1) Persiapan

Memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tertinggal.

2) Tabulasi

Memberikan skor (scoring) terhadap item-item dan memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data.

3) Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau atutan –aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.

1. Analisis Data Deskriptif

Untuk memperoleh jawaban terhadap rumusan masalah yang bersifat deskriptif, peneliti menggunakan teknik analisis data Weighted Mean

Score (WMS). Teknik analisis data WMS digunakan untuk menghitung

rata-rata skor responden untuk memperoleh gambaran umum dari setiap indikator. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan cara penentuan kelompok berdasarkan perbandingan nilai


(44)

skor responden dengan nilai ideal. Adapun langkah-langkahnya yaitu (Septiyuni, 2014, hlm.80-81):

a. Menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban;

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih; c. Mencari jumlah nilai yang dipilih responden pada tiap pernyataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian kalikan dengan alternatif jawaban itu sendiri;

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap butir pernyataan dalam bagian angket;

e. Menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.15

Skala Pengukuran dengan Weighted Mean Score (WMS)

Rentang Nilai Kategori Penafsiran

4,01 – 5,00 Selalu Sangat Baik

3,01 – 4,00 Sering Baik

2,01 – 3,00 Kadang-Kadang Cukup

1,01 – 2,00 Hampir Tidak Pernah Rendah 0,01 – 1,00 Tidak Pernah Sangat Rendah

2. Analisis Data Korelasi dan Pengujian Hipotesis

Untuk memperoleh jawaban terhadap rumusan masalah yang ketiga yaitu mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan melakuan pengujian terhadap hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis data korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment dan koefisien determinasi.

a. Koefisien Korelasi

Menurut Suharyadi (dalam Septiyuni, 2014, hlm. 82), analisis korelasi adalah suatu teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua variabel.


(45)

r

xy =

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan:

r

xy = Koefisien korelasi product moment

Nxy = Jumlah perkalian x dan y x2 = Kuadrat dari x

y2 = Kuadrat dari y

N = Jumlah responden

Untuk melihat besarnya koefisien korelasi, peneliti memberikan interpretasi terhadap kuatnya suatu pengaruh tersebut. Berikut merupakan pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi :

Tabel 3.16

Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2013, hlm. 250)

Nxy – (x) (y)


(46)

Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi, langkah selanjutnya yakni menguji keberartian atau signifikansi koefisien korelasi. Perumusan hipotesis untuk menguji keberartian koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

H0 : ρ = 0, tidak ada hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. Ha : ρ ≠ 0, ada hubungan kegiatan ekstrakurikuler dengan perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

b. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat dihitung dengan rumusan koefisien determinasi yang diambil dari koefisien korelasi yang telah diketahui. Koefisien determinasi merupakan proposi untuk menentukan terjadinya presentase variansi bersama antara variabel X dengan variabel Y jika dikalikan dengan 100% (Susetyo, 2010, hlm. 122). Adapun perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

KD = Nilai Koefisien Determinan r2 = Nilai Koefisien Korelasi


(47)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Merujuk pada hasil temuan serta pembahasan penelitian yang telah dijelaskan pada Bab IV, maka dirumuskan beberapa simpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Pertama, secara umum kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9

Bandung tergolong kedalam kategori sangat baik. Kegiatan ekstrakurikuler secara rutin dilaksanakan setiap jam pulang sekolah, kecuali pada hari sabtu yang dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai dengan 14.00. Selain itu, berdasarkan jawaban responden yang terdiri dari siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung diperoleh gambaran bahwa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan, baik dari aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotor.

Kedua, secara umum perilaku sosial peserta didik kelas XI IIS SMA Negeri

9 Bandung menggambarkan bahwa perilaku sosial siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung tergolong kedalam kategori baik. Pada kecenderungan peranan atau perilaku peran, siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung mampu menampilkan keyakinan diri; memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya atau mampu menguasai orang lain; memiliki inisiatif; dan mandiri. Pada kecenderungan sosiometrik atau perilaku dalam hubungan sosial, siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung merupakan individu yang mampu menerima orang lain; mampu bersosialisasi; menunjukkan sikap terbuka/ramah dan bersahabat; dan mampu menunjukkan simpati. Pada kecenderungan ekspresi atau perilaku ekspresif, siswa/siswi kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi; dapat berlaku jujur saat ujian/ulangan di kelas; mampu bersaing dengan sehat dalam perlombaan; mampu mengendalikan emosi dan sikap agresif di kelas.


(48)

Ketiga, berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa korelasi antara

kegiatan ekstrakurikuler dan perilaku sosial adalah positif. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan masukan atau pertimbangan sebagai berikut:

1. Bagi SMA Negeri 9 Bandung agar mempertahankan kebijakan mengenai setiap peserta didik diwajibkan memilih minimal satu kegiatan ekstrakurikuler. Dan meningkatkan kembali fasilitas untuk setiap kegiatan ekstrakurikuler.

2. Bagi Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung agar lebih rutin untuk dapat hadir dalam setiap kegiatannya, sehingga perkembangan kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat lebih terpantau. 3. Bagi Penelitian selanjutnya, semoga penelitian ini dapat berguna dan dapat


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Arikunto, S. (2006). PROSEDUR PENELITIAN (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). PROSEDUR PENELITIAN (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitaif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran

Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan

Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Riduwan dan Sunarto. (2012). Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan,

Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Edisi 4. Jakarta: Salembada Empat.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung. Alfabeta Sugiyono. (2011). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi: Dilengkapi dengan Metode R


(50)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V. W. dan Endrayanto, P. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Sukardi. (2013). METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (Kompetensi dan

Praktiknya). Jakarta: PT Bumi Aksara

Sukmadinata, Nana S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Susetyo, B. (2010). STATISTIKA UNTUK ANALISIS DATA PENELITIAN

(Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Exel. Bandung:

PT Refika Aditama

Thalib, Syamsul B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma

Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Skripsi dan Tesis

Azwar, I. (2009). Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic

Culture) melalui Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Pengembangan Sikap Patriotisme (Studi Deskriptif Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Rangka Pengembangan Budaya Kewarganegaraan di SMA Negeri di Kota Pontianak). Thesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Khodijah, N. (2013). Program Hipotetik Bimbingan dan Konseling untuk

Meningkatkan Perilaku Sosial Peserta Didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Akademik

2012/2013). Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Nopiyanti. (2012). Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Pengembangan

Sikap Demokratis Siswa. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.


(51)

Nugroho, C. (2011). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga terhadap

Harga Diri (Self Esteem) Siswa. Thesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Pratiwi, Yunita.S. (2008). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku

Menyimpang Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung

Rohmah, O. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas dengan Perilaku Sosial Siswa

(Studi deskriptif pada siswa SDN Raya Barat Kodya Bandung). Thesis,

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Septiyuni, Dara A. (2014). Pengaruh Kelompok Tean Sebaya (Peer Group)

terhadap Perilaku Bullying Siswa di Sekolah (Studi terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Bandung). Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung

Jurnal dan Artikel

Bayler, A., & Gunduz, Y. (2012). Effect of Structured Extracurricular Facilities on Students’ Academic and Social Development. Social and Behavioral Science, 46, hlm. 4803-4807.

Hapsari, U.R. (2010). Hubungan antara Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Intensi Delinkuensi Remaja Pada Siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di Kota Semarang. Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro , hlm. 1-24.

Krech, Crutchfield dan Ballachey. (1962). Individual in Society: A textbook of

Social Psychology. New York: McGraw-Hill.

Kusumawati, M. (2009). Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga terhadap Perilaku Sosial. Jurnal Kependidikan, 1 (3), hlm. 13-25.

Massoni, E. (2011). The Positive Effects of Extra Curricular Activities on Students.

Essai, 9, hlm. 84-87

Dokumen, Peraturan, dan Perundang-Undangan


(52)

Bandung: UPI PRESS

Hekmatyar, G. (2011). Perilaku Sosial. Jakarta Depdiknas : (Renstra Depdiknas Tahun 2005 -2009)

Depdikbud. (1964). Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964. Jakarta: Depdikbud

Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Daar dan

Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor: 226/C/Kep/0/1992. Jakarta: Depdikbud

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Dokumen Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Web

Budiman, Didin. (2008). Perilaku Sosial. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/fpok/jur._pend._olahraga/197409072001121 didin_budiman. 1 September 2014

Ibrahim, Rusli. (2001). Perilak Sosial. [Online]. Tersedia: http://www.peutua 1 h.com. 3 September 2014.

Kamal. (2012). Pengertian Kurikulum dan Jenis Kegiatan Kurikuler. [Online]. Tersedia: http://sawfadise.blogspot.com/2012/07/pengertian-kurikulum-dan-jenis-kegiatan.html. 20 Agustus 2014.


(53)

http://www.riau24.com/berita/baca/14674-kenakalan-remaja-saat-ini-sangat-meresahkan/

http://www.merdeka.com/peristiwa/bolos-sekolah-lalu-main-biliar-43-pelajar-diciduk-satpol-pp.html

http://poskotanews.com/2014/02/18/tak-punya-uang-main-game-dua-abg-jambret-tas/

http://downloadcontohmakalah.blogspot.com/2013/05/makalah-kenakalan-remaja.html


(1)

103

Melania Nurma Lita Sari, 2015

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketiga, berdasarkan hasil penelitian ini didapati bahwa korelasi antara kegiatan ekstrakurikuler dan perilaku sosial adalah positif. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap perilaku sosial siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan masukan atau pertimbangan sebagai berikut:

1. Bagi SMA Negeri 9 Bandung agar mempertahankan kebijakan mengenai setiap peserta didik diwajibkan memilih minimal satu kegiatan ekstrakurikuler. Dan meningkatkan kembali fasilitas untuk setiap kegiatan ekstrakurikuler.

2. Bagi Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 9 Bandung agar lebih rutin untuk dapat hadir dalam setiap kegiatannya, sehingga perkembangan kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat lebih terpantau. 3. Bagi Penelitian selanjutnya, semoga penelitian ini dapat berguna dan dapat


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Arikunto, S. (2006). PROSEDUR PENELITIAN (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, S. (2010). PROSEDUR PENELITIAN (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungin, B. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitaif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Makmun, A. S. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Riduwan dan Sunarto. (2012). Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business. Edisi 4. Jakarta: Salembada Empat.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung. Alfabeta Sugiyono. (2011). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi: Dilengkapi dengan Metode R & D. Bandung: Alfabeta


(3)

105

Melania Nurma Lita Sari, 2015

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V. W. dan Endrayanto, P. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Sukardi. (2013). METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (Kompetensi dan

Praktiknya). Jakarta: PT Bumi Aksara

Sukmadinata, Nana S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Susetyo, B. (2010). STATISTIKA UNTUK ANALISIS DATA PENELITIAN

(Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Exel. Bandung: PT Refika Aditama

Thalib, Syamsul B. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Umar, H. (2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan: Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Skripsi dan Tesis

Azwar, I. (2009). Pengaruh Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) melalui Kegiatan Ekstrakurikuler terhadap Pengembangan Sikap Patriotisme (Studi Deskriptif Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Rangka Pengembangan Budaya Kewarganegaraan di SMA Negeri di Kota Pontianak). Thesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Khodijah, N. (2013). Program Hipotetik Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Perilaku Sosial Peserta Didik (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Akademik

2012/2013). Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Nopiyanti. (2012). Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Pengembangan

Sikap Demokratis Siswa. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung


(4)

Nugroho, C. (2011). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga terhadap Harga Diri (Self Esteem) Siswa. Thesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Pratiwi, Yunita.S. (2008). Pengaruh Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku Menyimpang Siswa di Sekolah. Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Rohmah, O. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas dengan Perilaku Sosial Siswa (Studi deskriptif pada siswa SDN Raya Barat Kodya Bandung). Thesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Septiyuni, Dara A. (2014). Pengaruh Kelompok Tean Sebaya (Peer Group)

terhadap Perilaku Bullying Siswa di Sekolah (Studi terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Bandung). Skripsi Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Jurnal dan Artikel

Bayler, A., & Gunduz, Y. (2012). Effect of Structured Extracurricular Facilities on Students’ Academic and Social Development. Social and Behavioral Science, 46, hlm. 4803-4807.

Hapsari, U.R. (2010). Hubungan antara Minat Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Intensi Delinkuensi Remaja Pada Siswa Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di Kota Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro , hlm. 1-24.

Krech, Crutchfield dan Ballachey. (1962). Individual in Society: A textbook of Social Psychology. New York: McGraw-Hill.

Kusumawati, M. (2009). Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga terhadap Perilaku Sosial. Jurnal Kependidikan, 1 (3), hlm. 13-25.

Massoni, E. (2011). The Positive Effects of Extra Curricular Activities on Students. Essai, 9, hlm. 84-87

Dokumen, Peraturan, dan Perundang-Undangan


(5)

107

Melania Nurma Lita Sari, 2015

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung: UPI PRESS

Hekmatyar, G. (2011). Perilaku Sosial. Jakarta Depdiknas : (Renstra Depdiknas Tahun 2005 -2009)

Depdikbud. (1964). Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964. Jakarta: Depdikbud

Depdikbud. (1992). Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Daar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor: 226/C/Kep/0/1992. Jakarta: Depdikbud Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Dokumen Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Web

Budiman, Didin. (2008). Perilaku Sosial. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/fpok/jur._pend._olahraga/197409072001121 didin_budiman. 1 September 2014

Ibrahim, Rusli. (2001). Perilak Sosial. [Online]. Tersedia: http://www.peutua 1 h.com. 3 September 2014.

Kamal. (2012). Pengertian Kurikulum dan Jenis Kegiatan Kurikuler. [Online]. Tersedia: http://sawfadise.blogspot.com/2012/07/pengertian-kurikulum-dan-jenis-kegiatan.html. 20 Agustus 2014.


(6)

http://www.riau24.com/berita/baca/14674-kenakalan-remaja-saat-ini-sangat-meresahkan/

http://www.merdeka.com/peristiwa/bolos-sekolah-lalu-main-biliar-43-pelajar-diciduk-satpol-pp.html

http://poskotanews.com/2014/02/18/tak-punya-uang-main-game-dua-abg-jambret-tas/

http://downloadcontohmakalah.blogspot.com/2013/05/makalah-kenakalan-remaja.html


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEAKTIFAN SISWA DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN PERILAKU BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IS SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

0 2 1

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

0 8 126

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DAN PERILAKU BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IS DI SMA NEGERI 7 SEMARANG

1 10 71

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 21

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DENGAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROYEK DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI TOLERANSI PADA KONSEP KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

0 0 39

PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG.

0 3 46

Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Unit Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Beregu dan Individual Di SMA Negeri Sekota Cimahi.

0 2 5

PENGARUH PEMBELAJARAN SEPAKBOLA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA :Studi Expost Facto Ekstrakurikuler Sepakbola di SMA Negeri 9 Cirebon.

0 0 33

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS XI IIS SMA NEGERI 9 BANDUNG - repository UPI S SOS 1005437 Title

0 0 4