2.4. Perubahan anteroposterior jaringan lunak wajah setelah retraksi anterior
Para peneliti juga banyak meneliti peranan ketiga faktor di atas dalam perawatan ortodonti
dengan pencabutan premolar. Salah satu perubahan jaringan lunak yang penting dinilai untuk perbaikan
estetis
wajah adalah perubahan bibir dalam arah anteroposterior setelah retraksi anterior Gambar 4.
Hasil laporan peneliti adalah perbandingan retraksi bibir atas dengan retraksi anterior adalah sekitar 1:
3, sedangkan untuk bibir bawah terhadap anterior bawah adalah kira‐kira 1 : 0,4 dan 1 : 0,59
20
Banyak peneliti
saat ini yang mulai meneliti ketebalan dan bentuk bibir serta peranannya pada persepsi menyeluruh
dari profil lateral wajah. Para peneliti mengatakan bahwa dengan adanya variasi yang besar pada
perubahan bentuk bibir maka pencabutan premolar tidak berpengaruh langsung atau tidak bisa dipakai
sebagai prediksi perubahan kedalaman bibir. Disimpulkan bahwa hal‐hal yang dapat mempengaruhi
bentuk bibir dan profil pasien ortodonti adalah kombinasi dari berbagai perubahan pada gigi,
skeletal dan penanganan ruang pencabutan yang baik dan benar.
1,7,8,12,15
Gambar 5. Perubahan anteroposterior jaringan lunak wajah setelah retraksi anterior
17
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif .
3.2. Lokasi
dan waktu penelitian
3.2.1. Lokasi
penelitian di Klinik RSGMP FKG Universitas Sumatera Utara 3.2.2
Waktu penelitian 4 bulan
3.3. Populasi
dan Sampel 3.3.1.
Populasi
Pasien perawatan ortodonti di Klinik RSGMP FKG USU tahun 2006 ‐ 2009.
3.3.2. Sampel penelitian
Pasien perawatan ortodonti di Klinik RSGMP FKG USU dengan kriteria :
1. Perawatan
dengan pencabutan premolar atas 2.
Maloklusi Klas I dan Klas II
3. Perawatan
dilakukan dengan teknik edgewise
Universitas Sumatera Utara
4. Usia
pasien lebih dari 16 tahun 5.
Perawatan telah selesai retraksi anterior
3.3.3. Besar
sampel
Jumlah pasien yang masuk dalam kriteria sampel masih terbatas membuat jumlah sampel
yang diambil melalui kriteria purposif. Dari hasil pendataan terhadap semua pasien maka diperoleh
jumlah sembilan pasien yang dapat digunakan sebagai besar sampel.
3.4. Variabel
dan Defenisi operasional 3.4.1
Variabel Penelitian 3.4.1.1
Variabel Bebas :
a. Jarak prominen bibir atas yang diukur dari puncak prominen bibir atas ke
garis referensi PM Line sumbu Y b.
Jarak puncak insisif atas yang diukur dari titik puncak insisif atas ke garis
referensi PM Line sumbu Y c.
Angulasi insisif atas yang diukur dari sudut yang dibentuk perpotongan aksis insisif atas terhadap garis Se Perpendicular sumbu X
3.4.1.2 Variabel
Tergantung
a. Perawatan
ortodonti dengan pencabutan premolar pertama atas b.
Perawatan telah selesai retraksi anterior
c. Usia
lebih dari 16 tahun
3.4.1.3 Variabel Terkendali
Universitas Sumatera Utara
a. Maloklusi
Klas I, II b.
Perawatan dengan pencabutan premolar pertama atas
c. Teknik
edgewise
3.4.1.4. Variabel tak terkendali a. Teknik dan alat radiografi
b. Teknik retraksi c. Tension dari otot‐otot bibir atas
3.4.2 Defenisi operasional
a. Maloklusi Klas I dan Klas II adalah kategori berdasarkan hubungan skeletal.
b. Teknik edgewise adalah teknik pada perawatan ortodonti di klinik RSGMP FKG USU dengan menggunakan braket standard edgewise
c. PM
Line adalah garis yang dibentuk oleh titik Pterygoidmaxillary inferior tegak lurus terhadap garis sphenoid‐ethmoidale sebagai sumbu Y
d. Jarak prominen bibir atas adalah jarak titik puncak bibir atas tegak lurus dengan PM Line sumbu Y
e. Jarak puncak insisif atas adalah jarak titik puncak insisif atas tegak lurus dengan PM line sumbu Y
f. Angulasi insisif atas adalah sudut yang dibentuk dari perpotongan garis axis insisal
Universitas Sumatera Utara
atas terhadap garis Se Perpendicular sumbu X
Gambar 6. Titik‐Titik dan garis‐garis yang digunakan dalam penelitian
10
3.5. Bahan