3.7. Analisis data
Dari tabel hasil pengukuran dilakukan uji normalitas data, uji homogenitas varians, analisis uji
beda dua rata‐rata, dan uji Pearson Correlation
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar secara
normal atau tidak untuk semua sampel. Dalam penelitian ini teknik yang dipakai dalam uji normalitas
data adalah metode Andersen Darling.
Uji homogenitas varians bertujuan untuk menguji apakah varians data homogen atau tidak. Untuk
menguji homogenitas varians, hipotesis yang dibangun adalah H0 : varians homogeny ; H1 : varians tidak
homogen. Pengujian homogenitas varians dilakukan menggunakan statistic uji F asumsi data menyebar
normal, dan leven test asumsi data tidak menyebar normal.
Analisis uji beda dua rata‐rata bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaanperubahan
sebelum dan sesudah yang diakibatkan oleh retraksi anterior. Hipotesis yang dibangun adalah H0 : tidak
ada perubahanperbedaan dan H1 : ada perubahan perbedaan.
Uji Pearson Correlation bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan prominen bibir atas
dengan perubahan jarak insisif atas dan sudut insisif atas setelah retraksi anterior.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
UJI NORMALITAS
Pengujian normalitas untuk jarak prominen bibir atas, jarak puncak insisif atas dan besar sudut
insisif
atas dilakukan dengan menggunakan metode Anderson Darling. Jarak
Prominen Bibir Atas
Pengujian normalitas untuk jarak prominen bibir atas diperoleh kesimpulan yaitu data menyebar
normal.
Jarak Puncak Insisif Atas
Pengujian normalitas untuk jarak puncak insisif atas diperoleh kesimpulan yaitu data menyebar
normal.
Besar Sudut Insisif Atas
Pengujian normalitas untuk besar sudut insisif atas diperoleh kesimpulan yaitu data menyebar
normal.
UJI HOMOGENITAS VARIANS
Uji homogenitas varians bertujuan untuk menguji apakah varians data homogen atau tidak.
Jarak Prominen Bibir Atas
Universitas Sumatera Utara
Pengujian homogenitas varians dilakukan menggunakan statistic uji F asumsi data menyebar
normal, dan leven test asumsi data tidak menyebar normal. Hasil yang diperoleh disimpulkan data
mempunyai varians yang homogen.
Jarak Puncak Insisal Atas
Pengujian homogenitas varians dilakukan menggunakan statistic uji F asumsi data menyebar
normal, dan leven test asumsi data tidak menyebar normal. Hasil yang diperoleh disimpulkan data
mempunyai varians yang homogen.
Besar Sudut Insisal Atas
Pengujian homogenitas varians dilakukan menggunakan statistic uji F asumsi data menyebar
normal, dan leven test asumsi data tidak menyebar normal. Hasil yang diperoleh disimpulkan data
mempunyai varians yang homogen.
PERUBAHAN SETELAH RETRAKSI ANTERIOR
Analisis uji beda dua rata‐rata bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaanperubahan
sebelum dan sesudah yang diakibatkan oleh retraksi anterior.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Perubahan jarak prominen bibir atas, jarak insisif atas dan besar sudut insisif atas setelah
retraksi anterior
N Sebelum
Setelah Perubahan
Standar deviasi
p
Jarak prominen
bibir atas
9 74.03
72.20 1.83
0.62 .000
Jarak insisif atas
9 65.51
60.09 5.42
3.37 .003
Besar sudut insisif
atas 9
127.75 123.54
4.21 2.59
.001
Rata ‐rata jarak prominens bibir atas adalah 1,83 dengan standar deviasi 0,62. p 0.005 artinya
ada perubahan perbedaan jarak prominens yang signifikan sesudah retraksi anterior. Sedangkan rata‐
rata jarak puncak insisal atas adalah 5,42 dengan standar deviasi 3,37 p 0.005 maka keputusan yang
diambil adalah tolak H0, artinya ada perubahan perbedaan jarak puncak insisif yang signifikan sesudah
retraksi anterior. Rata‐rata besar sudut insisif atas yang diperoleh adalah 4,21 dengan standar deviasi
2,59 p 0.005 maka keputusan yang diambil adalah tolak H0, artinya ada perubahan perbedaan
besar sudut insisif atas yang signifikan sesudah retraksi anterior.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Korelasi antara jarak prominen bibir atas, jarak insisal atas dan besar sudut insisal atas
setelah retraksi gigi anterior.
r p
Jarak prominen bibir atas dengan
jarak insisal atas
0,41 0,314
Jarak insisif atas dengan besar sudut
insisif atas 0,071
0,856
Besar sudut insisif atas dan jarak
prominen bibir atas
0,26 0,534
Dari uji Pearson Correlation, perubahan prominen bibir atas setelah retraksi anterior
mempunyai korelasi yang lemah dengan perubahan jarak insisif atas r = 0,41 dan korelasi perubahan
jarak insisif atas dengan sudut insisif atas mempunyai hubungan yang sangat lemah r = 0,071 serta
korelasi perubahan sudut insisif atas mempunyai hubungan yang sangat lemah dengan prominen bibir
atas r = 0,26 .
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapat hasil bahwa ada perubahan bermakna pada prominen bibir atas
setelah retraksi anterior. Menurut Tadic Woods perawatan ortodonti dengan pencabutan premolar
atas dan diikuti dengan retraksi anterior juga akan menyebaban perubahan bermakna pada prominens
bibir atas sebesar 0,33 mm ± 0,70 p0,5. Penelitian mereka juga mendapat perubahan pada jarak
insisivus sebesar ‐ 0,12 mm ± 0,86 p0,5 sedangkan penelitian ini terlihat adanya perubahan
bermakna. Untuk perubahan pada besar sudut angulasi insisivus atas penelitian Tadic Woods
diperoleh hasil sebesar – 0,04 ± 1,68 p0,5 dimana perubahan tersebut tidak bermakna sedangkan
penelitian ini hasilnya perubahan adalah bermakna.
Penelitian Conley dan Jernigan menyatakan bahwa setelah retraksi anterior maka
mengakibatkan perubahan bermakna pada prominen bibir atas sebesar – 1,90 mm ± 1,41 p0,001,
perubahan bermakna pada jarak insisivus atas sebesar – 5,27 mm ± 3,54 p0,001, dan perubahan
bermakna pada angulasi insisivus atas sebesar 5,52
± 7,82 p0,001. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Kasai menyatakan bahwa setelah retraksi anterior mengakibatkan perubahan yang bermakna
pada prominen bibir atas sebesar 0,4 mm ± 1,3 dan jarak insisivus atas sebesar – 0,3 mm ± 1,2.
Perubahan prominen bibir atas mempunyai hubungan yang kecil terhadap perubahan insisivus
atas, pada penelitian ini didapat korelasi sebesar 0,41. Menurut Conley dan Jernigan korelasi perubahan
prominen bibir atas dengan perubahan insisivus atas adalah sebesar 0,75 dan menurut Kasai korelasi
perubahan prominen bibir atas dengan perubahan insisivus atas adalah sebesar 0,80.
Universitas Sumatera Utara
Retraksi anterior setelah pencabutan premolar akan menyebabkan perubahan prominen bibir
atas. Menurut
Conley dan Jernigan untuk mengurangi prominen bibir atas sebesar 1 mm maka insisivus harus
di retraksi sebesar 2,6 mm, sedangan menurut Talass,Talass dan Baker retraksi insisivus atas sebesar
6,7 mm akan menyebabkan bibir atas mundur sebesar 4,3 mm. Seperti
diketahui bahwa hampir seluruh penelitian yang telah dilakukan tujuannya adalah untuk menilai
perubahan yang terjadi pada profil jaringan lunak setelah perawatan ortodonti dan menetapkan rasio
perubahan yang terjadi baik pada jaringan lunak, dental maupun skeletal. Perbandingan yang didapat
misalnya adalah untuk perubahan pada retraksi anterior atas dan prominen bibir atas. Retraksi anterior
atas bisa sangat mempengaruhi prominen bibir atas tetapi juga bisa tidak, ini karena ada faktor‐ faktor
lain yang mempengaruhi respons bibir atas seperti anatomi keseluruhan dari bibir dan hidung yang
tidak dapat diukur hanya dengan ukuran sefalometri, dan pengaruh tension pada bibir pada saat pengambilan
radiografi. Cara
untuk mengetahui perubahan pada prominen bibir atas sebenarnya adalah dengan menghubungkan
besarnya retraksi anterior atas yang terjadi selama perawatan ortodonti. Dan perbandingan
yang diperoleh dari berbagai penelitian sangatlah bervariasi. Penelitian ini juga mendapatkan
sebuah perbandingan, namun angka perbandingan ini tidaklah menjadi suatu hal kepastian
pada setiap pasien karena adanya faktor‐faktor berpengaruh lainnya yang beberapa diantaranya
bahkan tidak dapat diketahui. Hasil
penelitian ini bisa sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu tertentu namun juga ada yang
tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin juga disebabkan kurangnya jumlah sampel
yang digunakan, teknik retraksi yang dipakai sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan menghilangkan
kelemahan dari penelitian ini. Kelemahan dari penelitian ini salah satunya juga adalah pengambilan
data pengukuran akhir dengan keadaan braket belum dilepas. Hal ini disebabkan pada saat
Universitas Sumatera Utara
penelitian dilakukan belum ada sampel yang telah selesai perawatan dan cukup jumlahnya. Kelemahan
ini sudah dicoba ditutupi dengan melakukan uji signifikansi.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan