Pada RSUD DR.Sutomo Surabaya misal nya Perhitungan biaya untuk kondisi ini adalah sebagai berikut:
Lama rawat inap rata-rata = 5 hari Tipe ruangan kelas II Rp. 11.700 per hari = Rp. 58.500,00
• Biaya obat sebesar 80 dari biaya rawat inap= Rp. 46.800,00
• Biaya obat rawat jalan seumur hidup= Rp. 3.850,00 x 365 hari per tahun =
Rp. 1.405.250,00 •
Biaya rawat inap selama sekali operasi= Rp. 11.700,00 x 10 hari = Rp. 117.000,00
• Biaya obat setelah operasi 80 dari biaya rawat inap = Rp. 93.600,00
• Biaya 1 kali operasi =Rp.23.250.000,00
Mengingat sangat mahalnya biaya terapi pada sindroma koroner akut, pencegahan adalah yang paling utama dan baik. Upaya pencegahan paling utama
adalah stop merokok, kontrol diabetes dan kolesterol darah. Setelah itu di dukung dengan kontrol berat badan, hipertensi, olah raga rutin, pola makan makanan yang
sehat, budaya hidup psikis yang sehat, tidur yang optimal dan masih banyak lagi. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut penelitian ini di lakukan untuk
memberi informasi tentang jenis obat yang digunakan pada pasien sindroma koroner akut yang di rawat inap dan biaya yang di habiskan untuk obat tersebut.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas, dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas adalah:
1. Apakah jenis obat yang di pakai dalam mengatasi sindroma koroner akut
selama rawat inap ? 2.
Berapa biaya obat untuk sindroma koroner akut selama rawat inap ?
1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Penelitian dilakukan untuk mengetahui jenis dan biaya obat pada pasien rawat inap dengan sindroma koroner akut pada tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui karakteristik penderita Sindroma Koroner Akut 2.
Mengetahui jenis Sindroma koroner akut yang paling banyak diderita oleh pasien.
3. Mengetahui jenis obat yang di gunakan dalam penatalaksanaan pasien
rawat inap dengan Sindroma Koroner Akut. 4.
Mengetahui besar biaya obat pada pasien rawat inap dengan sindroma koroner akut.
5. Mengetahui komplikasi pasien setelah menderita Sindroma Koroner Akut.
6. Mengetahui jenis obat yang paling banyak digunakan untuk penatalaksaan
Sindroma Koroner Akut.
1.4. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1.
Peneliti •
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang penyakit sindroma koroner akut
dan obat-obat dalam mengatasinya. 2.
Dokter •
Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak dokter atau manajemen pengobatan dalam memilih jenis
dan harga obat untuk mengobati pasien dengan sindroma koroner akut. 3.
Pihak lain dan masyarakat •
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, khususnya dalam memilih jenis dan harga obat dalam mengobati sindroma
koroner akut. •
Serta untuk memberikan informasi sebagai referensi atau
perbandingan bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sindroma Koroner Akut SKA 2.1.1 Definisi Sindroma Koroner Akut SKA
Merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan
oksigen miokardium dan aliran darah Kumar, 2007.
2.1.2. Faktor resiko Sindroma koroner akut
Faktor risiko dibagi menjadi menjadi dua kelompok besar yaitu faktor risiko konvensional dan faktor risiko yang baru diketahui berhubungan dengan proses
aterotrombosis Braunwald, 2007. Faktor risiko yang sudah kita kenal antara lain merokok, hipertensi,
hiperlipidemia, diabetes melitus, aktifitas fisik, dan obesitas. Termasuk di dalamnya bukti keterlibatan tekanan mental, depresi. Sedangkan beberapa faktor
yang baru antara lain CRP, Homocystein dan Lipoproteina Santoso, 2005. Di antara faktor risiko konvensional, ada empat faktor risiko biologis yang
tak dapat diubah, yaitu: usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih
panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor aterogenik Valenti, 2007. Wanita relatif lebih sulit mengidap penyakit jantung koroner sampai masa
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti pria. Hal ini diduga oleh karena adanya efek perlindungan estrogen Verheugt, 2008.
Faktor-faktor risiko lain masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik. Faktor-faktor tersebut adalah peningkatan kadar
lipid serum, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan kalori .
Universitas Sumatera Utara