D. Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai
Dari beberapa karakteristik Pajak Pertambahan Nilai tersebut diatas, dapat dikemukakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai memiliki beberapa kelebihan yang
tidak dimiliki oleh Pajak Penjualan. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem ternyata Pajak Pertambahan Nilai juga tidak bebas sama sekali dari beberapa
kekurangan. a.
Beberapa kelebihan Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya pajak berganda.
2. Netral dalam perdagangan dalam dan luar Negeri.
3. Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan barang model dapat
diperoleh kembali pada bulan perolehan sesuai dengan tipe konsumsi dan metode pengurangan tidak lansung. Dengan
demikian dapat membantu likuiditas perusahaan. 4.
Ditinjau dari sumber pendapatan negara, Pajak Pertambahan Nilai mendapat predikat sebagai “Money Changer” karena konsumen
selaku pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga memudahkan fiscus untuk memungutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Beberapa kelemahan Pajak Pertambahan Nilai PPN adalah sebagai
berikut : 1.
Biaya administrasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan Pajak Tidak Lansung lainnya, baik dipihak administrasi pajak maupun
dipihak Wajib Pajak. 2.
Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul,
dan sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul.
3. PPN sangat rawan dalam upaya penyeludupan pajak.
4. PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh
administrasi pajak terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untung sukardji, 2009 :
27
E. Subjek Dan Objek Pajak Pertambahan Nilai 1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Dalam buku “Perpajakan Indonesia” secara garis besar Subjek Pajak adalah pihak – pihak orang atau badan yang menerima penghasilan dari suatu atau lebih
pemberi kerja. Waluyo, 2006:57-68 Yang menjadi subjek pajak pertambahan nilai adalah orang pribadi atau
badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usah jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas : 1.
Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak.
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kenak Pajak
b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud c.
Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean d.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya 2.
Impor Barang Kena Pajak a.
Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. b.
Tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak.
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak
Universitas Sumatera Utara
Dengan syarat – syarat sebagai berikut : a.
Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak. b.
Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean. c.
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean. Untuk dapat memberikan perlakuan yang sama dengan impor Barang
Kena Pajak 5.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh
siapa pun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai. 6.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 7.
Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
8. Eskpor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh
Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang
Universitas Sumatera Utara
Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
10. Penyerahan Barang Kena Pajak berupah aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak.
F. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN 1. Dasar Pengenaan Pajak DPP
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang, diperlukan adanya Dasar
Pengenaan Pajak DPP. Pajak yang terutang dihitung dengan cara “mengalikan tarif pajak dengan DPP
”.
Berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai tahun 2000 merumuskan bahwa : “ Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak
yang terutang “ Selanjutnya yang dimaksud dengan harga jual, penggantian, nilai ekspor,
dan nilai impor adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Harga Jual
Harga Jual ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nila PPN dan Undang - Undang Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM dan potongan
harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. Apabila PKP, selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur
penjualan, maka potongan harga yang tercantum dalam faktur pajak tersebut juga tercantum dalam faktur penjualan. Tidak termasuk dalam pengertian potongan
harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya, yang diberikan dalam rangka menjualkan BKP.
b. Penggantian
Penggantian ialah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena menyerahkan JKP, tidak
termasuk pajak yang dipungut menurut Undang – Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
c. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor ialah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari dokumen
ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang PEB.
Universitas Sumatera Utara
d. Nilai Impor
Nilai Impor ialah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambha pungutan laiinnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang – undangan pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai PPN dan
Undang – Undang Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN
Tarif Pajak Pertambahan Nilai PPN diatur dalam pasal 7 ayat 1 Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai PPN 1984 diubah dengan Undang – Undang
Nomor 42 Tahun 2009 sebagai penyesuaian dengan perluasan objek PPN yang diatur dalam Pasal 4 ayat 1 sehingga menjadi sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 Sepuluh persen
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0 nol persen diterapkan
atas : a.
Ekspor BKP Berwujud b.
Ekspor BKP Tidak Berwujud c.
Ekspor JKP Adapun Pasal 7 ayat 2 tetap menentukan bahwa dengan Peraturan
Pemerintah tarif PPN tersebut dapat dinaikan paling tinggi 15 lima belas persen atau diturunkan paling rendah 5 lima persen .
Universitas Sumatera Utara
G. Restitusi
Direktorat Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu harus menerbitkan surat keterangan paling lambat 12 dua belas bulan sejak surat
permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Dirjen Pajak Pasal 17B Undang - Undang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan. Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 bulan tersebut jangka waktu berakhir Pasal 17B ayat 2.
Pengajuan restitusi dapat dilakukan dengan cara mengisi SPT Lebih Bayar dan memilih kolom atau kotak restitusi Pasal 17B atau mengajukan restitusi
secara tertulis setelah menerima SKPLB, KPP akan menerbitkan SPMKP Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak dan SKPKPP Surat
Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya permohonan Wajib Pajak atau sejak diterbitkannya
SKPLB berdasarkan Pasal 17B Bila Wajib Pajak mempunyai utang pajak maka akan dilakukan kompensasi terlebih dahulu.
Tatacara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak diatur dalam Nomor 72PMK.032010 Tanggal 31 Maret 2010, Nomor Per-
Universitas Sumatera Utara
63Pj2010 Tanggal 22 Desember 2010, Nomor 76PMK.032010 Tanggal 31 Maret, yang mengatur tentang kelebihan pembayaran pajak.
H. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.