Sebab – Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

J. Sebab – Sebab Terjadinya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Adapun yang menjadi sebab – sebab terjadinya restitusi PPN adalah sebagia berikut : 1. Jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar daripada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak yang disebabkan oleh : a. Pembelian barang modal dan bahan baku atau bahan pembantu yang dilakukan sebelum usaha dimulai atau pada awal usaha dimulai atau dalam Tahun berjalan. b. Pengusaha Kena Pajak melakukan kegiatan ekspor Barang Kena Pajak yang Pajak Keluaran dikenakan tarif PPN sebesar 0 nol persen c. Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. d. Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Jasa Kena Pajak danatau Jasa Kena Pajak sehubungan dengan proyek milik pemerintah yang dananya berasal dari hibah atau bantuan luar negri. 2. Disamping itu kemungkinan terjadi kelebihan pembayaran pajak bukan disebabkan adanya selisih lebih pajak masukan dibandingkan dengan pajak keluaran, melainkan semata – mata disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara kekeliruan pemungutan pajak yang dilakukan oleh PKP. Peristiwa ini dinamkan kelebihan pembayaran pajak disebabkan oleh pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Prosedur Pelaksanaan Pengajuan Permohonan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai PPN Mulai 16 Desember 2008, mekanisme penyelesaian permohonan restitusi PPN atau PPN dan PPnBM yang diajukan oleh PKP atau diterima oleh KPP Pratama pada atau sesudah 16 Desember 2008 dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-48PJ2008 tanggal 16 Desember 2008 sebagai berikut : A. Permohonan restitusi dapat diajukan kepada Kepala KPP Pratama pada setiap akhir Masa Pajak dengan cara mengisi kolom yang tersedia pada formulir SPT Masa PPN atau dengan surat tersendiri dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Satu surat permohonan untuk satu Masa Pajak. 2 Kelengkapan surat permohonan restitusi : a. Faktur Pajak danatau dokumen tertentu yang diperlukan sebagai Faktur Pajak, kecuali bagi PKP tertentu. b. Kelengkapan dokumen dapat diajukan bersamaan dengan surat permohonan atau diusulkan paling lambat satu bulan sejak surat permohonan diterima oleh Kepala KPP Pratama. Universitas Sumatera Utara c. Dalam hal diusulkan Kepala KPP Pratama dapat menerbitkan surat permintaan kelengkapan permohonan pengembalian kepada PKP yang bersangkutan dengan memperhatikan jangka waktu melengkapi kelengkapan permohoan tersebut. d. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan tersebut ternyata PKP belum melengkapi surat permohonan, maka surat permohonan restitusi diproses sebatas kelengkapan dokumen yang sudah diterima di KPP Pratama. Setelah melakukan pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak dalam hal ini Kepala KPP Pratama wajib menerbitkan surat ketetapan pajak dalam jangka waktu 12 dua belas bulan sejak surat permohonan diterima. Dalam hal jangka waktu ini telah terlampaui ternyata tidak ada surat ketetapan pajak yang diterbitkan, berarti permohonan PKP dikabulkan, maka dalam waktu 1 satu bulan setelah jangka waktu ini terlampaui, Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. B. Dalam hal yang mengajukan permohonan adalah PKP Tertentu, maka berlaku mekanisme sabagai berikut : 1 PKP Tertentu yang mengajukan permohonan restitusi tidak diwajibkan melengkapi surat permohonannya dengan kelengkapan surat permohonan pengembalian berupa Faktur Pajak dan dokumen yang diperlukan sebagai Faktur Pajak. Universitas Sumatera Utara 2 Setelah melakukan penelitian atas permohonan restitusi yang diajukan oleh PKP tertentu, harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak SKPPKP, satu bulan sejak surat permohonan diterima. Apabila setelah lewat jangka waktu dimaksud, Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan SKPPKP, berarti permohonan PKP Tertentu ini dikabulkan, maka dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak jangka waktu terlampaui, wajib menerbitkan SKPPKP. 3 Dalam hal permohonan restitusi diajukan oleh PKP Tertentu meliputi Masa Pajak sebelum PKP menjadi PKP Tertentu, pemeriksaan wajib dilakukan terhadap SPT Masa PPN yang menyatakan kelebihan pembayarannya dikompensasi, dan PKP Tertentu ini wajib melengkapi Faktur Pajak yang terkait. 4 Setelah menerbitkan SKPPKP, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan yang meliputi semua jenis pajak. Apabila dari hasil pemeriksaan ini menghasilkan SKPKB, PKP Tertentu wajib membayar jumlah kekurangan pajak ditambah sanksi kenaikan sebesar 100 dari pajak yang kurang dibayar. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 17 C Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebelum 1 Januari 2008 yang memberikan kemudahan di bidang penyelesaian permohonan restitusi kepada Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu, telah dijabarkan dalam : 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544KMK.042000 tanggal 22 Desember 2000 jo. Nomor 235KM 042003 tanggal 3 Juni 2003. 2 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-550PJ.2000 tanggal 29 Desember 2000. Sebagai petunjuk pelaksanaannya telah diterbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04PJ.332001 tanggal 25 Januari 2001. Wajib Pajak PKP yang memenuhi syarat Kriteria Tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544KMK.042000 jo Nomor 235KMK.032003 sehingga berhak memperoleh Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak SKPPKP. Sebagaimana diketahui pada tanggal 1 Januari 2008 mulai berlaku perubahan Ketiga Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan yang dilakukan dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007. Pasal 17 C Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan menglami perubahan sehingga menjadi sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 tiga bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 satu bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertmbahan Nilai. 2 Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengansur atau menunda pembayaran pajak. c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengucualian selama 3 tiga tahun berturut – turut. d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir. 3 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. 4 Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak sebagimana dimaksud pada ayat 1, dan menerbitkan surat Universitas Sumatera Utara ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. 5 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 4, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pembayaran pajak. 6 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, apabila : a. Terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. b. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 dua Masa Pajak berturut – turut. c. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 tiga Masa Pajak dalam 1 satu tahun kalender d. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahun Tahunan. 7 Tatacara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Sebagai pelaksanaan Pasal 17 C ayat 7 Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan tersebut, pada tanggal 28 Desember 2007 Universitas Sumatera Utara ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192PMK.032007 tentang, Tatacara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu Dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak, yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008. Sebagai tindak lanjut pada tanggal 18 Januari 2008 ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1PJ.2008 mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008. Adapun petunjuk pelaksanaanya disampaikan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2PJ.2008 tanggal 18 Januari 2008. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini ditetapkan kriteria Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang untuk selanjutnya disebut “Wajib Pajak Patuh” adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Menyampaikan SPT tepat waktu. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga Pengawasan Keuangan Pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut – turut. d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192PMK.032008 ditentukan bahwa paling lambat tanggal 20 Januari tahun berikutnya Direktur Jenderal Pajak menetapkan “Penetapan Wajib Pajak Patuh” setelah dilakukan penelitian terhadap pemenuhan persyartan dimaksud, yang berlaku untuk jangka waktu 2 dua tahun kalender. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-2PJ.2008 tanggal 18 Januari 2008 tersebut ditegaskan bahwa untuk pertama kali penetapan Wajib Pajak Patuh dilakukan paling lambat tanggal 31 Januari 2008. Kemudian berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 1PJ.2008 ditentukan bahwa penetapan Wajib Pajak Patuh dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak. Baik dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192PMK.032007 maupun Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1PJ.2008 ditetapkan bahwa terhadap Wajib Pajak Patuh yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dilakukan penelitian atas berikut : a. Kelengkapan Surat Pemberitahuan dan kelengkapannya. b. Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak. c. Kebenaran Kredit Pajak atau Pajak Masukan berdasarkan hasil konfirmasi dalam sistem aplikasi Direktorat Jenderal Pajak atau konfirmasi dengan menggunakan surat. Universitas Sumatera Utara d. Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak. e. Kebenaran alamat yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan tersebut atau dalam surat pemberitahuaan perubahan alamat. Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut ditentukan lebih lanjut sebagai berikut : a. Setelah dilakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak Patuh, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 tiga bulan setelah permohonan diterima 1 satu bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai. b. Apabila setelah jangka waktu tersebut, surat keputusan belum diterbitkan, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 7 tujuh hari kerja setelah jangka waktu tersebut berakhir. c. Dalam hal Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak tidak dapat diterbitkan kepada Wajib Pajak diberitahukan secara tertulis. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192PMK.032007 ditetapkan bahwa meskipun sejak 1 Januari 2008 telah dicabut kekuatan berlaku Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544KMK.042000 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235KMK.03.2003, “Penetapan Wajib Pajak Patuh” berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ini masih berlaku sesuai dengan jangka waktu penetapan paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2008. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehubungan dengan pelaksanaan kebijaksanaan – kebijaksanaan baru dibidang PPN, pelayanan pemberian restitusi perlu dipercepat. Namun demikian, peningkat pelayanan tersebut hendaknya jangan meninggalkan kewaspadaan untuk mengamankan pemberian restitusi. Sehubungan dengan itu konfirmasi atas faktur pajak masukan yang diminta kembali dianggap perlu dilakukan. Konfirmasi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan kepastian bahwa Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan faktur pajak yang bersangkutan benar – benar ada dan telah dikukuhkan serta telah mempertanggungjawabkan PPN yang tercantum dalam faktur pajak tersebut sebagai pajak keluaran. Hendaknya diteliti dalam administrasiberkas Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan mengenai kapan pengukuhan dilakukan, apa jenis usahanya, bagaimana kepatuhan Pengusaha Kena Pajak tersebut, sehingga dapat menjadi Universitas Sumatera Utara bahan pertimbangan dalam menyelesaikan permohonana restitusi tersebut. Dalam hal Ekspor Barang Kena Pajak, yang perlu dibuktikan oleh Pengusaha Kena Pajak adalah bahwa Barang Kena Pajak yang bersangkutan memang untuk diekspor baik seluruhnya maupun sebagian atau PKP tersebut tergolong pada eksportir baik eksportir pabrikan maupun untuk bukti barang yang telah diekspor yang diperlukan adalah PEB yang telah ada “fiat muat” serta BL yang bersangkutan. Dalam hal restitusi diminta oleh Pengusaha Kena Pajak masih dalam tahap awal usaha, hendaknya diperhatikan apakah Pengusaha Kena Pajak tersebut benar – benar ada dan telah menjalankan usahanya. Dalam hal restitusi atas pajak masukan dari bahan baku, bahan pembantu atau barang dagangan, hendaknya diperhatikan apakah jumlah pajak masukan yang diperhitungkan cukup wajar dibandingkan dengan rata – rata pajak keluaran dari masa – masa pajak sebelumnya. Apabila menurut hasil penelitian dan analisa diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada yang perlu diragukan dari permintaan restitusi yang bersangkutan, restitusi dapat diberikan setelah melakukan konfirmasi seperlunya yang menurut keyakinan perlu dilakukan konfirmasi. Universitas Sumatera Utara TABEL III Jumlah PKP yang Mengajukan Restitusi PPN Pada KPP Pratama Medan Polonia Periode Januari – Desember 2010, 2011, dan 2012 BULAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Januari 5 6 8 Februari 3 3 3 Maret - 5 5 April 1 3 11 Mei 5 - 9 Juni 3 6 6 Juli 5 11 2 Agustus 4 9 - September 3 3 1 Oktober 1 2 5 November 2 1 2 Desember 1 2 3 Total 33 PKP 51 PKP 56 PKP Tabel III : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2013 Universitas Sumatera Utara TABEL IV Jumlah Restitusi PPN yang diterima Pada KPP Pratama Medan Polonia Periode Januari – Desember 2010, 2011, dan 2012 BULAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Januari 5 6 8 Februari 3 3 3 Maret - 5 5 April 1 3 11 Mei 4 - 8 Juni 3 6 6 Juli 4 11 2 Agustus 4 9 - September 3 3 1 Oktober 1 2 5 November 2 1 2 Desember 1 2 3 Total 31 PKP 51 PKP 55 PKP Tabel IV : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2013 Universitas Sumatera Utara TABEL V Jumlah Restitusi PPN yang ditolak Pada KPP Pratama Medan Polonia Periode Januari – Desember 2010, 2011, dan 2012 BULAN TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Januari - - - Februari - - - Maret - - - April - - - Mei 1 - 1 Juni - - - Juli 1 - - Agustus - - - September - - - Oktober - - - November - - - Desember - - - Total 2 PKP 0 PKP 1 PKP Tabel V : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, 2013 Universitas Sumatera Utara

B. Penyebab Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Tidak DiterimaDitolak.