Pembangunan aplikasi berbasis web untuk konfigurasi testbed IMS di Telkom RDC : laporan kerja praktek

(1)

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TELKOM RDC merupakan unit bisnis pendukung PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Direktur IT Solution & Strategic Portfolio. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada model customer centric organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan lebih diberdayakan dan fokus pada peran membangun kapabilitas perusahaan dalam mempersiapkan pengembangan service dan produk unggulan serta dapat mengantisipasi trend perkembangan bisnis yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Untuk mendukung fungsi riset dan pembangunan tersebut, TELKOM RDC memiliki beberapa laboratorium dan divisi yang menjalankan aktivitas masing-masing. Salah satu di antara laboratorium tersebut adalah laboratorium Service Node.

Saat ini laboratorium Service Node sedang melakukan kegiatan riset terkait IMS. IMS merupakan teknologi komunikasi yang dapat mengintegrasikan alat dengan media wireless dengan wired yang real time dan mampu memberikan layananan multimedia yang interaktif. Dengan IMS, teknologi komunikasi dapat lebih berkembang. Karena IMS didesain mampu menyediakan layanan streaming voice, video (video call) ,gambar, dan layanan yang lebih baik lainnya. IMS juga didesain untuk mampu bekerja tanpa dibatasi area tertentu dan dapat digunakan pada IPv4 ataupun IPv6.

Untuk mendukung kegiatan riset terkait dengan IMS, TELKOM RDC sudah dilengkapi dengan testbed IMS dari Fraunhofer FOKUS. Pada dasarnya, testbed IMS dari Fraunhofer FOKUS ini sudah dapat mensimulasikan sebuah sistem IMS.

Namun di samping segala keunggulannya tersebut, testbed IMS tersebut mempunyai kekurangan di segi konfigurasi. Saat ini administrator harus melakukan proses modifikasi konfigurasi testbed IMS secara manual yaitu membuka file konfigurasi dengan text editor semisal notepad++ kemudian baru diubah satu persatu baru disimpan.


(3)

2

Kondisi tersebut memberikan efek kepada beberapa hal, pertama adanya kemungkinan terjadinya human error pada saat konfigurasinya, karena jumlah file yang banyak. Kedua konfigurasi tidak efisien dari segi waktu, karena jumlah file yang banyak dan membutuhkan ketelitian.

Dengan memperhatikan efek yang kemungkinan terjadi, maka akan dibuat suatu aplikasi untuk mengkonfigurasi testbed IMS berbasis interface. Dengan aplikasi ini, diharapkan akan mengurangi tingkat kesalahan pada saat konfigurasi yang disebabkan human error dan lebih mengefisienkan waktu pada saat konfigurasi.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dikemukakan oleh penulis pada pembuatan aplikasi ini diantaranya :

1. Merancang solusi aplikasi yang dapat melakukan modifikasi konfigurasi testbed IMS dengan konsep find and replace mulitiple files.

2. Membangun aplikasi berbasis web, untuk menerapkan solusi aplikasi tersebut dengan prioritas pada memberikan kemudahan dalam pemakaiannya.

1.3 Maksud dan tujuan 1.3.1 Maksud

Berdasarkan uraian diatas maka penulis bermaksud untuk membuat aplikasi untuk keperluan modifikasi konfigurasi IMS yang terdapat di laboratorium Service Node TELKOM RDC.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah :

1. Mengurangi potensi human error yang pada saat konfigurasi testbed IMS. 2. Mengefiesiensikan waktu pada saat konfigurasi testbed IMS.

3. Memudahkan administrator pada saat konfigurasi testbed IMS, dengan adanya interface berbasis web.

4. Menciptakan akses yang berbeda antara super administrator, administrator, dan user sesuai dengan kebutuhan.


(4)

3

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam pembuatan program ini adalah :

1. Testbed IMS yang dijadikan dasar analisis, perancangan dan implementasi aplikasi adalah IMS Fraunhofer FOKUS yang terdapat di laboratorium Service Node TELKOM RDC.

2. Parameter yang diakomodasi, dibatasi pada parameter penting sesuai diskusi dengan pembimbing di TELKOM RDC.

3. Aplikasi ini berjalan dengan bantuan web server.

4. Aplikasi ini hanya mengkonfigurasi pada satu konfigurasi IMS.

5. Aplikasi harus ditanam di perangkat yang terdapat file konfigurasi testbed IMS.

6. Aplikasi dibangun dengan menggunakan teknik pemrograman prosedural.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian menggunakan metode deskriptif dalam pengumpulan data agar terlaksananya penelitian. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, yaitu tahapan pengumpulan data dan tahapan pengembangan perangkat lunak.

1.5.1 Teknik Pengumpulan data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data – data yang diperlukan dalam pembuatan aplikasi, yakni dengan cara :

a. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari topik pendukung yang berkaitan dengan topik kerja praktek yaitu dengan mempelajari IMS dan Fraunhofer FOKUS, bahasa pemograman php, MySql, jQuery dan mempelajari metodologi pengembangan sistem yang mencakup analisis, perancangan, dan implementasi system


(5)

4

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk mengambil data langsung ke objek yang sedang diteliti, yakni melalui :

i. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara langsung mengamati objek penelitian secara langsung laboratorim service node TELKOM RDC.

ii. Interview

Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab kepada narasumber. Pada tahapan ini yang dilakukan penulis adalah interview dengan pembimbing kerja praktek yang pada hal ini adalah Bapak Angkoso Suryocahyono untuk mempertajam hasil pemahaman yang telah dilakukan melalui observasi. Dengan tahapan diharapkan terjadi kesesuaian, dan tidak timbul multi-interpretasi dalam memahami file konfigurasi.

1.5.2 Pengembangan Perangkat lunak

Pengembangan perangkat lunak pembuatan aplikasi ini menggunakan metode waterfall. Penulis menggunakan metode ini agar Pengerjaan terjadwal dengan baik dan mudah dikontrol.

Tahapan – tahapan dalam waterfall adalah sebagai berikut :

a) Requirements definition

Merupakan tahapan pengumpulan kebutuhan secara lengkap yang kemudian dianalisa dengan teknik mapping, yakni memetakan file ke dalam bentuk tabel berdasar kategori dan relasi antar file kemudian mendefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang sedang dibuat.

b) System and Software Design

Pembuatan desain aplikasi setelah kebutuhan software terpenuhi.

c) Implementation and Unit Testing

Implementasi dilakukan untuk merealisasikan desain program yang telah dibuat ke dalam bahasa pemograman. Program yang dibangun langsung diuji tiap unit agar dapat menemukan bug yang terdapat dalam tiap unit.


(6)

5

d) Integration and system testing

Merupakan penyatuan dari unit – unit yang telah dibuat ke dalam satu kesatuan program dan dilakukan pengujian program secara menyeluruh untuk memastikan program sudah berjalan sesuai dengan kebutuhan.

e) Operation and maintenance

Mengoperasikan program yang telah diuji ke dalam sistem lingkungan yang ada di laboratorium service node,TELKOM RDC dan melakukan perawatan terhadap aplikasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan.


(7)

6

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan laporan ini penulis membagi kedalam 4 bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, dan metode penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tinjauan pustaka yang dijadikan acuan dalam pembuatan laporan kerja praktek.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisa terhadap sistem yang sedang berjalan, rancangan sistem yang akan dibuat, implementasi sistem kedalam kode program dan pengujian (testing) terhadap sub layanan yang telah diimplementasikan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek dan pemberian saran yang diperlukan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sistem.


(8)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang profil tempat kerja praktek dan landasan teori yang berkaitan dengan kerja praktek.

2.1Profil Tempat Kerja Praktek

TELKOM R&D Center merupakan suatu unit bisnis Pendukung PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang secara struktural bertanggung jawab langsung kepada Direktur IT Solution and Strategic Portfolio. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada model customer centric organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan lebih diberdayakan dan fokus pada peran membangun kapabilitas perusahaan dalam mempersiapkan pengembangan service dan produk unggulan serta dapat mengantisipasi trend perkembangan bisnis yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.1 Sejarah Instansi

Sejarah TELKOM RDC dimulai pada tahun 1979 yang ditandai dengan berdirinya Pusat Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Telekomunikasi (Pusdiklitbangtel). Sejalan dengan meningkatnya peran penelitian dan pengembangan serta kegiatan yang berfokus pada penelitian dan pengembangan, organisasi ini pada tahun 1985 memisahkan diri dengan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan (Pusdiklitbangtel). Pada tahun 1990 fungsi perencanaan ditambahkan, sehingga unit ini berubah nama sesuai dengan fungsinya menjadi Pusat Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Pusrenlitbang).

Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi serta untuk menentukan arah yang jelas, pada tahun 1993 unit ini mulai melakukan pemutakhiran visi, strategi dan sumber daya yang strategis sebagai batu pijakan sehingga fungsi unit ini pun kembali disesuaikan dengan mengambil fokus pada teknologi informasi dan berubah nama menjadi Pusat Perencanaan dan Pengembangan Teknologi Informasi (Pusrenbangti).


(9)

8

Unit ini kembali mengalami restrukturisasi guna menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia telekomunikasi dan antipasi perkembangan di masa datang. Dan sejak itulah unit ini berubah nama menjadi Divisi Riset Teknologi Informasi (RisTI). Pada tahun yang sama, sebagai bagian pelaksanaan strategi, RisTI merenovasi lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk mendapatkan suatu lingkungan kerja yang terbuka, transparan dan berteknologi tinggi. Secara pararel RisTI juga mulai merintis pengembangan IT-Based Office dengan basis intranet RisTINet.

RisTI kembali mencapai milestone monumental dengan melakukan take off pada tahun 1997 yang ditandai dengan diresmikan sarana dan prasarana RisTI oleh Menparpostel bersamaan dengan diterimanya sertifikat UKAS/NAMAS oleh Rumah Uji RisTI serta diimplementasikannya secara penuh IT-Based Office. Sejak saat itu RisTI mulai berbagi informasi dengan komunitas luar melalui program RisTI Visit Year. Perintisan program Research Development Partner (RDP) dengan mitra global juga dimulai dengan antisipasi terhadap kebutuhan RisTI di masa datang.

RisTI mulai menapakkan kakinya menuju suatu pusat RDI (Research Development Innovation) bidang Teknologi Informasi yang bersifat global dan disegani, yang juga berfungsi untuk membangun komunitas TI di Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui pemanfaatan Teknologi Informasi.

RisTI sebagai product developer dan system developer telah mengeluarkan produk-produk berupa spec dan standar telekomunikasi yang dijadikan acuan bagi pemanfaatan teknologi telekomunikasi, produk subsitusi, layanan informasi, software aplikasi dan lain-lain.

Sebagai unit dari PT TELKOM, RisTI terus melakukan kegiatan riset, pengembangan teknologi, inovasi produk, system dan proses dengan memanfaatkan sumber daya secara maksimal untuk mengantisipasi perubahan teknologi dan tuntutan pelayanan dalam memenangkan persaingan.

Sebagai bentuk antisipasi terhadap perubahan tantangan lingkungan industri jasa telekomunikasi Indonesia saat ini dan beberapa tahun ke depan, telah dilakukan pembaharuan srategi korporasi TELKOM. Untuk itu, melalui


(10)

9

Keputusan Direksi PT. Telekomunikasi Indonesia Nomor : KD 17/PS150/CTG-00/2003, Divisi RisTI kembali mengalami restrukturisasi dan namanya berubah menjadi Pusat Riset dan Pengembangan (R & D Center), yang selanjutnya disebut TELKOM RisTI yang dimaksudkan sebagai penyesuaian bentuk organisasi Divisi Riset Teknologi Informasi terhadap strategi perusahaan

Melalui Keputusan Direksi nomor KD.53/PS150/COP-B00300000/2006 tanggal 3 November 2006, TELKOMRisTI kembali mengalami penyelarasan Organisasi Pusat Riset dan Pengembangan dan selanjutnya disebut Research & Development Center - R&D Center, yang bertujuan untuk mengkondisikan terjadinya peningkatan kualitas dan kinerja riset dalam mempersiapkan service dan produk yang unggul dan sesuai dengan permintaan pasar, serta kemampuan mengantisipasi trend perkembangan bisnis dan teknologi pada industri infocom.

2.1.2 Logo instansi

Logo TELKOM mencerminkan brand positioning ”Life Confident” dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua pelanggan untuk mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka berada. Brand positioning ini didukung oleh “service culture” baru yaitu: expertise, empowering, assured, progressive dan heart.


(11)

10

Logo bulat dengan siluet tangan terkesan simpel, simplifikasi logo ini terdiri dari lingkaran biru yang ada di depan tangan berwarna kuning. Logo ini merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selanjutnya disebut dengan “Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line yakni “the world is in your hand”.

VISUAL RUPA

1. Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio bisnis TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment).

2. Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.

3. Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat.

4. Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.

5. Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.

VISUAL WARNA

1. Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi.

2. Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis.

3. Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tidak berhingga untuk masa depan.


(12)

11

2.1.3 Struktur Organisasi dan Aktivitas Utama Instansi 2.1.3.1Struktur Organisasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

2.1.3.2Aktivitas Utama/ Job Description

1. SGM R&D CENTER

Aktivitas Utama :

a. Perencanaan Bisnis, pengelolaan performansi dan operasional unit serta pengendalian sistem mutu unit R&D Center

b. Pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan riset dan pengembangan Infrastruktur, Management Network/Jaringan, Service & Product dan Bisnis

2. BIDANG PLANNING & CONTROLLING

Aktivitas Utama :

a. Perencanaan bisnis (Strategic Plan)

b. Penyusunan & Evaluasi RKM, RKAP dan SKU c. Pengelolaan performansi unit

d. Pengendalian sistem mutu

3. BIDANG R&D OF INFRASTRUCTURE

Aktivitas Utama :

a. Riset teknologi untuk mendukung penyusunan rencana strategis pengembangan infrastruktur dan teknologi


(13)

12

b. Perencanaan infrastruktur (service node, transmisi, signaling & integrity, wireline & wireless network) untuk mendukung service deployment

c. Evaluasi performansi jaringan infrastruktur (service node, transmisi, signaling & integrity, wireline & wireless network) termasuk performansi interkoneksi

d. Technology scanning dan technology assessment untuk mendukung penyelenggaraan bisnis perusahaan

e. Support project management inovation/support expertise

4. BIDANG R&D OF NETWORK MANAGEMENT

Aktivitas Utama :

a. Analisis regulative resources untuk mendukung evaluasi performansi pengelolaan jaringan telekomunikasi

b. Pengelolaan riset jaringan telekomunikasi

c. Technology assessment dalam bidang manajemen jaringan untuk mendukung penyelenggaraan bisnis perusahaan

d. Pengelolaan Layanan Quality Assurance dan Technical compliance management

e. Support project management inovation/support expertise 5. BIDANG R&D OF SERVICE & PRODUCT

Aktivitas utama :

a. Pengembangan service & product

b. Riset & pengembangan prototype servise baru dan penyusunan standart service

c. Riset dan pengembangan prototype produk baru

d. Pengembangan prototype solusi bisnis untuk pelanggan korporat & OLO


(14)

13 6. BIDANG RESEARCH BUSINESS

Aktivitas Utama :

a. Pelaksanaan riset dan pengembangan bisnis b. Evaluasi dan identifikasi performansi bisnis

c. Penyediaan data pasar, pelanggan dan kompetitor yang kompetitif d. Pengembangan hubungan kemitraan yang strategis dengan institusi

yang relevan

7. BIDANG GENERAL SUPPORT

Aktivitas Utama :

a. Pengelolaan kesekretariatan

b. Pengelolaan Procurement, Asset & Facilities c. Pengelolaan Relasi & Klien

d. Dukungan pengelolaan Data & IT Unit

2.1.3.3 Laboratorium

Telkom R&D Center Bandung memiliki beberapa laboratorium, laboratorium tersebut memiliki tanggung jawab, tugas dan fungsi masing – masing yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Laboratorium Service Node

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Membuat perencanaan, pengembangan standar dan melaksanakan pemutakhiran dokumen yang terkait dengan teknologi service node. b. Melaksanakan evaluasi, mengidentifikasi dan memberikan

rekomendasi roadmap teknologi, rencana pengembangan teknologi dan penyusunan Business Plan atas pengembangan infrastuktur.


(15)

14 2. Laboratorium Wireline Access

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi untuk mendukung infrastructure development.

b. Melakukan dan mengelola riset pengembangan teknologi wireline c. Memberi rekomendasi roadmap teknologi/infrastruktur dan

rekomendasi rencana pengembangan infrstruktur untuk mendukung Buseiness Plan pengembangan infrastruktur.

3. Laboratorium Wireless Access

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi untuk mendukung infrastructur development

b. Melakukan dan mengelola riset pengembangan teknologi wireless c. Memberi rekomendasi roadmap teknologi / infrastruktur dan

rekomendasi rencana pengembangan infrstruktur untuk mendukung Buseiness Plan pengembangan infrastruktur.

4. Laboratorium Transmission

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan asesmen teknologi dan pemilihan teknologi transmissi untuk seluruh aspek.

b. Melakukan riset dan pengembangan teknologi transmissi.

c. Memberikan rekomendasi terhadap roadmap teknologi dan pengembangan serta penyusunan Business Plan infrastruktur. 5. Laboratorium TMN

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan asessment teknologi dan pemilihan teknologi telco management network

b. Melakukan riset & pengembangan konsep TMN yang berbasis TDM, IP dan Mobile


(16)

15 6. Laboratoium Realibility & Security

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset dan pengembangan sistem reliability dan security sistem jaringan , sistem energi telekomunikasi dan Satelit untuk mendukung bisnis jaringan

b. Melakukan uji coba teknis dan pengembangan standar system Reliability & Security termasuk system frekuensi dan numbering. 7. Laboratorium Signalling & Integrity

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset, pengembangan dan perencanaan sistem signalling & Integrity untuk mendukung penyusunan Business Plan Pengembangan Infrastruktur

b. Mendukung pelaksanaan evaluasi untuk identifikasi performansi dan interkoneksi eksisting

c. Memberikan usulan alternatif konfigurasi interkoneksi yang lebih prospektif.

8. Laboratorium Technical Compliance

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan technical compliance melalui evaluasi teknis dan audit b. Memberikan rekomendasi dan laporan atas technical compliance c. Melaksanakan riset dan pengembangan fraud dan revenue

assurance serta network compliance

d. Memberi rekomendasi dan sosialisasi hasil riset fraud revenue e. Memberi bantuan expertise tentang network technical compliance,

fraud dan revenue assurance.


(17)

16 9. Laboratorium QA Infrastruktur

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melaksanakan pengujian perangkat infrastruktur telekomunikasi (Transmisi, Wireless , Wireline , Satelite , FO, Cable & Assesories) b. Melakukan pemeriksaan, evaluasi teknis, rekomendasi dan

membuat laporan hasil uji

c. Melaksanakan kalibrasi alat ukur untuk internal maupun eksternal d. Memberikan bantuan expertise tentang pengujian.

10.Laboratorium QA CPE & Support

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melaksanakan pengujian perangkat switching/Node, CPE dan Energi

b. Melakukan pemeriksaan, evaluasi teknis, rekomendasi dan membuat laporan hasil uji

c. Mengembangkan Sistem manajemen mutu jaringan telekomunikasi CIQS

d. Memberikan bantuan expertise tentang pengujian dan pengelolaan CIQS.

11.Laboratorium Service & Product Planning

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Memberikan rekomendasi tentang kebijakan dan strategi dalam road map pengembangan service & Produk

b. Melakukan evaluasi dan kajian terhadap service dan produk untuk peningkatan performansi.

12.Laboratorium Service Development

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan kajian teknis terhadap rencana pengembangan service baru


(18)

17

b. Memberikan rekomendasi pengembangan service baru

c. Mengembangkan dan mempersiapkan implementasi prototype service baru.

13.Laboratorium Produk Development

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan kajian teknis terhadap rencana pengembangan produk baru

b. Memberikan rekomendasi pengembangan Produk baru

c. Mengembangkan dan mempersiapkan implementasi prototype produk baru.

14.Laboratorium Enterprise Solution

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset tentang peluang solusi dan teknologi

b. Mengembangan prototype solusi enterprise dan dukungan atas pengembangan aplikasi internal

15.Laboratorium Business Strategy

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset strategi dan roadmap bisnis portofolio

b. Melakukan kajian dan rekayasa bisnis untuk pengembangan service dan produk baru

c. Melakukan riset strategi marketing. 16.Laboratorium Business Performance

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset dan memberikan rekomendasi tentang peningkatan performansi dan strategi marketing / pricing


(19)

18 17.Laboratorium Business Competitivenes

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Melakukan riset dan intelligent marketing serta analisa hasil riset dan intelligent marketing

b. Melakukan riset dan analisa customer, kajian business competitiveness serta kajian atas aktivitas yang dilakukan competitor, pasar dan pelanggan.

18.Laboratorium Industrial Partnership

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Membangun dan mengembangkan hubungan kemitraan

b. Mengelola hasil innovasi, riset & hak cipta/paten yang telah diperoleh

c. Mengelola kerjasama untuk komersialisasi hasil riset, monitoring kegiatan ICT community development program

19.Bagian Data & IT Support

Tanggung jawab, tugas dan fungsi :

a. Menyusun, mengimplementasikan dan mengoperasikan

infrastruktur SIM (Sistem Informasi Manajemen) b. Memelihara system basis data corporasi (CDB)

c. Melakukan koordinasi, integrasi dan pengoperasian aplikasi on line baru untuk keperluan perkembangan layanan internal R & D Center

d. Melakukan clustering data center untuk menjamin business continuity system dan internal IT asesmen.


(20)

19

2.1.4 Tujuan Perusahaan

TELKOM R&D Center dibentuk dengan tujuan agar terbentuknya pusat pengelola riset teknologi perusahaan yang lebih kondusif di dalam mengoptimalkan dukungannya terhadap peningkatan kapabilitas perusahaan melalui pengembangan produk berbasis jaringan dan teknologi informasi. Bidang usaha TELKOM RDC adalah pengembangan produk aplikasi dan layanan berbasis jaringan (network based services), pengembangan infrastruktur jaringan untuk semua unit bisnis TELKOM serta aktivitas riset lainnya yang dibutuhkan perusahaan. Sejalan dengan perubahan pengorganisasian bisnis menuju pada costumer centric organization, fungsi riset dan pengembangan perusahaan perlu diselaraskan untuk lebih diberdayakan dan focus pada peran membangun kapasitas perusahaan dalam mengelola inovasi.

2.1.4.1Visi Perusahaan

“Menjadi sebuah R&D Telekomunikasi yang memiliki reputasi di Asia Pasifik tahun 2013” .

2.1.4.2Misi Perusahaan

1. Melakukan inovasi, pengembangan dan menghasilkan produk dan layanan baru untuk meningkatkan nilai pada pelanggan.

2. Menghasilkan hasil riset terbaik untuk meningkatkan nilai TELKOM Group dengan berbasis pada standard internasional.

3. Mendukung TELKOM Group dan pelanggan untuk pengembangan bisnis Infokom.

2.1.5 Bidang Usaha Perusahaan

Bidang usaha R & D Center adalah pengembangan produk aplikasi dan layanan berbasis jaringan (network based services), pengembangan infrastruktur jaringan untuk semua unit bisnis TELKOM serta aktifitas riset lainnya yang dibutuhkan perusahaan yang meliputi :


(21)

20

1. Pengembangan produk baru yang bersifat: inovasi baru, pengembangan, modifikasi, peningkatan utilisasi dan optimalisasi.

2. Evaluasi dan rekayasa ulang terhadap produk yang telah diluncurkan, dari sisi teknologi dan teknologi produksi.

3. Pengembangan infrastruktur jaringan dalam mendukung pengembanan produk, layanan dan bisnis perusahaan berbasis jaringan termasuk pelaksanaan asesmen teknologi/ jaringan dan pemilihan teknologi yang diperlukan.

4. Pelaksanaan network review untuk peningkatan aspek interoperabilitas, integritas, utilisasi, kualitas, keandalan dan keamanan jaringan.

5. Perencanaan jaringan dalam bentuk master plan, strategik level network planning dan termasuk visi jaringan kedepan.

6. Jasa pengujian mencakup usaha yang terkait dengan quality assurance dan layanan sejenis lainnya untuk pelanggan eksternal.

7. Jasa Kalibrasi alat ukur untuk kalangan internal maupun pelanggan eksternal

8. Jasa Konsultasi dan assesmen dari sistem mutu internal TELKOM (CIQS) dan para mitra.

9. Riset bidang teknologi dan bisnis serta inovasi produk untuk mendukung kebutuhan operasional TELKOM.


(22)

21

2.2Landasan Teori

2.2.1 IP Multimedia SubSystem (IMS)

IMS merupakan teknologi komunikasi yang dapat mengintegrasikan alat dengan media wireless dengan wired yang real time dan mampu memberikan layananan multimedia yang interaktif. Dengan IMS teknologi komunikasi dapat lebih berkembang, karena IMS didesain mampu menyediakan layanan streaming voice,video (video call),video conference, layanan data dan lain sebagainya. IMS juga didesain untuk mampu bekerja tanpa dibatasi area tertentu dan dapat digunakan pada IPv4 ataupun IPv6.

Gambat 2.3. Konvergensi IMS Komponen Inti IMS adalah :

1) Satu atau lebih SIP Server, yang kumpulannya disebut dengan CSCF (Call/Session Control Function)

2) Satu atau lebih database user, yaitu HSS (HomeSubscriber Server) dan SLF (Subscriber LocationFunction)

3) Satu atau lebih AS (Application Server)

4) Satu atau lebih MRF (Media Resource Functions), yang fungsinya dapat dibagi lagi menjadi MRFP (MediaResource Function Processors) dan MRFC (Media Resource Function Controllers)


(23)

22

5) Satu atau lebih BGCF (Breakout Gateway ControlFunction)

6) Satu atau lebih gateway ke PSTN, yang terdiri atas SGW (Signalling Gateway) dan MGCF (Media Gateway Controller Function), dan MG (Media Gateway).

Terdapat 3 layer yang ada pada IMS, antara lain :

1) Transport layer

Fungsi dari layer ini adalah :

a. Menghubungkan user dengan infrastruktur IMS baik langsung menggunakan piranti IMS (misal: 3G handset) ataupun piranti non-IMS melalui suatu antarmuka gateway.

b. Menjembatani berbagai tipe akses network yang berbeda-beda. Misal: packet-switched (GPRS, UMTS, CDMA2000,WLAN, PacketCable, ADSL), circuit-switched (PSTN).

c. Terdapat beberapa fungsi gateway yang terdapat pada layer ini yang bertugas sebagai interface antara network eksisting dengan IMS (misal: Media Gateway Function sebagai interface antara PSTN dengan IMS)

2) Control (IMS) Layer

Fungsi dari layer ini adalah :

a. Manajemen Pengendalian panggilan (call) dan session

b. Mengambil policy decisions sesuai dengan yang digunakan pada transport layer Pusat routing pada network

Komponen utama dari layer ini adalah CSCF (Call/SessionControl Function). Ada tiga tipe CSCF, yaitu :


(24)

23

I. P-CSCF (Proxy-CSCF)

Fungsi dari P-CSCF antara lain :

a. Titik kontak pertama antara terminal IMS dengan jaringan IMS, di mana semua request layanan IMS harus lewat P-CSCF

b. Membangun fungsi keamanan IP terkait dengan terminal IMS dan membuat alamat IPSec yang diasosiasikan dengan terminal IMS

c. Proses authentikasi user

d. Menjamin identitas pengguna selama berada dalam jaringan IMS

II. I-CSCF (Interrogating-CSCF)

Fungsi dari I-CSCF antara lain :

a. Digunakan oleh SIP server untuk mencari next SIP hop b. Mempunyai antarmuka ke SLF dan HSS

c. Secara opsional melakukan enkripsi terhadap beberapa bagian dari pesan-pesan SIP

III. S-CSCF (Serving-CSCF)

Fungsi dari S-CSCF antara lain :

a. Merupakan pusat node dari signalling plane b. SIP Server yang melakukan pengendalian session

c. Sebagai SIP Registrar : mapping antara lokasi user dengan alamat SIP pengguna, mengawasi setiap pesan-pesan SIP dan menentukan pensinyalan SIP yang hendak menuju ke satu atau lebih application server.


(25)

24

3) Service atau Application Layer

Fungsi dari layer ini adalah :

a. Menjalankan layanan yang diminta oleh user melalui IMS network (host and execute services)

b. Menyedikan antarmuka dengan control layer yang menggunakan SIP protocol

Selain CSCF, elemen lain yang ada di control layer ini adalah HSS dan SLF:

a) HSS (Home Subscriber Server)

i. Merupakan pusat penyimpanan informasi yang terkait dengan user, misalnya informasi lokasi, info security, user profile, S-CSCF (Serving-CSCF) yang dialokasikan pada user.

b) SLF (Subscription Locator Function) ii. Dibutuhkan apabila ada lebih dari 1 HSS


(26)

25

Gambar 2.4 Layer IMS

2.2.2 Testbed IMS di TELKOM RDC

Testbed yang terdapat di laboratorium service node, TELKOM RDC salah satunya adalah Open IMS Core. Open IMS Core merupakan open source IMS yang dikembangkan oleh Franhoufer Institute FOKUS. Open IMS core terdiri dari:

a. Call session Control Function (CSCF) yang berperan sebagai elemen pusat dari routing untuk pensinyalan IMS.

b. Home Subscriber Server (HSS) yang disebut dengan FHoSS untuk memanejemen user profiles dan pengaturan routing.

2.2.3 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem, yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, tersruktur dan jelas. DFD merupakan alat bantu dalam menggambarkan atau menjelaskan sistem yang


(27)

26

2.2.4 PHP Hypertext Processor (PHP)

PHP Hypertext Processor (PHP) adalah bahasa pemrograman yang dapat ditanamkan atau disisipkan ke dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk memrogram website dinamis. PHP dapat digunakan untuk membangun sebuah CMS. Dengan menggunakan PHP programer dapat menyambungkan antara aplikasi dengan database yang akan membuat website lebih dinamis.

Beberapa kelebihan PHP dari bahasa pemrograman web lainya, antara lain:

a. Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa pemrograman yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.

b. Web Server yang mendukung PHP dapat ditemukan di mana-mana dari mulai Apache, IIS, Lighttpd, hingga Xitami dengan konfigurasi yang relatif mudah.

c. Dalam sisi pengembangan lebih mudah, karena banyaknya milis-milis dan developer yang siap membantu dalam pengembangan. d. Dalam sisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scripting yang paling

mudah karena memiliki referensi yang banyak.

e. PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai mesin (Linux, Unix, Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan secara runtime melalui console serta juga dapat menjalankan perintah-perintah system.

2.2.5 JQuery

Jquery adalah salah satu library javascript. Dengan Jquey kita dapat melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh HTML maupun CSS. Misalnya, menampilkan artikel tanpa me-reload halaman, memunculkan pop-up di tengah–tengah halaman, menyembunyikan artikel jika diklik. Saat ini banyak pengembang situs web yang telah menggunakan jquery ke dalam situs web mereka, misalnya facebook, facebook banyak menggunakan jquery seperti chat facebook, pop-up ketika mengklik gambar dan lain sebagainya.


(28)

27

Salah satu keunggulan Jquery adalah “keluwesan” dan kemudahannya dalam berkolaborasi dengan CSS ( Cascading Style Sheet) sehingga penampilan halaman web menjadi semakin indah. Selain itu jQuery juga dapat menjembatani “kesenjangan” beberapa browser dalam mengimplementasikan CSS.

2.2.6 Cascading style sheet (CSS)

CSS merupakan bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengatur antar muka dalam website sehingga tampilan website lebih rapi dan indah. Dengan CSS web dapat berjalan lebih cepat karena CSS mempunyai keunggulan, diantaranya :

a. Update tampilan lebih mudah b. Beban bandwidth lebih kecil

c. Modifikasi web template lebih mudah d. Lebih mudah digunakan pada mobile phone e. Search engine friendly

2.2.7 Apache

Server HTTP Apache atau Server web Apache adalah server web yang dapat dijalankan di banyak sistem operasi (Unix, BSD, Linux, Microsoft Windows dan Novell Netware serta platform lainnya) yang berguna untuk melayani dan memfungsikan situs web. Protokol yang digunakan untuk melayani fasilitas web ini menggunakan HTTP.

Apache memiliki fitur-fitur canggih seperti pesan kesalahan yang dapat dikonfigurasi, autentikasi berbasis basis data dan lain-lain. Apache juga didukung oleh sejumlah antarmuka pengguna berbasis grafik (GUI) yang memungkinkan penanganan server menjadi mudah. Apache merupakan perangkat lunak sumber terbuka dikembangkan oleh komunitas terbuka yang terdiri dari pengembang-pengembang dibawah naungan Apache Software Foundation.


(29)

28

2.2.8 MySql

MySql adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal. Kepopulerannya disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses databasenya. Selain itu, ia bersifat free dan bisa di-download di http://www.mysql.org atau http://www.mysql.com.

MySQL termasuk jenis Relational Database Management System (RDBMS). Itulah sebabnya, istilah tabel, baris, dan kolom digunakan pada MySQL. Pada MySQL, sebuah database mengandung satu atau sejumlah tabel. Tabel terdiri atas sejumlah baris dan setiap baris mengandung satu atau beberapa kolom.

2.2.9 Wamp

Wamp merupakan paket yang terdiri dari apache, MySQL dan PHP. Dengan menggunakan Wamp ketika dapat membuat lingkungan komputer kita menjadi layaknya sedang online. Wamp merupakan salah satu web server yang cukup banyak dipakai pengembangan website ini dikarenakan Wamp server yang bersifat open source.


(30)

29

BAB III

PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab I, dalam kerja praktek ini dilakukan pembuatan aplikasi untuk melihat dan mengkonfigurasi testbed IMS yang terdapat di TELKOM RDC.

Pada bab ini akan dibahas analisis, perancangan sistem, implementasi dan evaluasi sistem. Analisis yang dilakukan meliputi analisis sistem yang sedang berjalan, analisis masalah, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis kebutuhan non-fungsional. Perancangan sistem yang dilakukan meliputi perancangan antarmuka, modul dan algoritma. Implementasi meliputi implementasi perangkat lunak, implementasi perangkat keras, implementasi database dan implementasi antarmuka. Evaluasi sistem membahas mengenai kelebihan dan kekurangan dari aplikasi yang telah dibuat.

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan tahap yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai mapping tiap file, proses-proses yang terdapat pada sistem, keterkaitan antarproses, aliran data, pihak-pihak yang terlibat, hubungan sistem dengan lingkungan luar, dan hal lain yang berkaitan dengan sistem. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap analisis sistem adalah analisis sistem yang sedang berjalan, analisis masalah, analisis kebutuhan fungsional, dan analisis kebutuhan non-fungsional.

3.1.1 Analisis Sistem yang sedang berjalan

Analisis terhadap sistem yang ada pada saat ini, dilakukan berdasarkan observasi dan interview dengan pembimbing yang ada di lapangan.

Analisis sistem yang dilakukan meliputi analisis prosedur konfigurasi testbed IMS, analisis data, dan analisis pengguna yang ada pada saat ini.


(31)

30 3.1.1.1 Analisis Prosedur

Prosedur untuk mengkonfigurasi testbed IMS adalah :

a) Administrator membuka file-file konfigurasi tersebut satu persatu dengan menggunakan text editor.

b) Administrator mencari value sesuai parameter yang terdapat di file konfigurasi testbed IMS.

c) Administrator menyimpan file-file konfigurasi yang telah diubah valuenya satu persatu.

3.1.1.2 Analisis Data

Terdapat 7 file konfigurasi testbed IMS, yakni pcscf.cfg, scscf.cfg, scscf.xml, icscf.cfg, icscf.xml, diameterpeerhss.xml, dan hss.properties. 7 file tersebut dapat dikelompokan menjadi :

a) P-CSCF : pcscf.cfg

b) S-CSCF : scscf.cfg, scscf.xml c) I-CSCF : icscf.cfg, icscf.xml

d) HSS : diameterpeerhss.xml, hss.properties

Selain file-file tersebut, terdapat file konfigurasi lain yang terkait dengan file konfigurasi testbed IMS, diantaranya adalah file DNS. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, file- file DNS tersebut adalah :

a) 8.5.4.2.2.2.6.e164.arpa.zone b) 14.10.in-addr.arpa.zone c) ims.telkom.co.id.zone d) ims1.telkom.co.id.zone e) ims2.telkom.co.id.zone f) ims-ap.telkom.co.id.zone g) ims-as.telkom.co.id.zone h) ims-core.telkom.co.id.zone i) named.conf


(32)

31

Selain file-file tersebut dibuat 1 file konfigurasi baru untuk menopang kinerja aplikasi yang akan dibuat nantinya, yaitu ims1.cfg. File ini menunjukan letak direktori file-file konfigurasi yang ada di atas, yang kemudian akan digunakan dalam aplikasi saat pembacaan file-file tersebut.

Berdasarkan hasil diskusi, telah dipilih parameter-parameter penting yang terdapat pada file-file di atas. Parameter-parameter tersebut akan diakomodasi untuk keperluan aplikasi nantinya. Selain itu dari hasil diskusi diperoleh pula informasi bahwa terdapat relasi antara antara beberapa parameter di file-file tersebut, dimana parameter-parameter tersebut sebenarnya menunjukan sesuatu hal yang sama. Sebagai contoh parameter “alias” di file “icscf.cfg” memiliki kesamaan dengan parameter “FQDN” di file “icscf.xml”. Dengan begitu pengubahan value terhadap salah satu parameter tersebut sama artinya dengan mengubah value dari seluruh parameter yang identik. Berdasarkan kondisi ini, maka untuk keperluan aplikasi ini diperlukan pengelompokkan terhadap parameter-parameter identik tersebut. Selanjutnya, pada masing-masing kelompok akan ditentukan satu parameter sebagai acuan untuk mewakili kelompoknya. Nantinya, aplikasi cukup membaca value dari parameter acuan di masing-masing kelompok dan menampilkannya sebagai konfigurasi testbed IMS. Jika Admin mengubah value dari salah satu parameter, maka value dari seluruh parameter yang identik dalam kelompok yang sama secara otomatis aka berubah. Berikut kelompok-kelompok parameter identik yang berhasil di identifikasi:

1) Nama Domain

Kelompok ini menunjukkan domain dari konfigurasi testbed IMS. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, domain testbed IMS yang ada diberi nama “ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “ims.telkom.co.id” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “Realm” yg terdapat di file “scscf.xml”. Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:


(33)

32

Nama File Parameter

icscf.cfg alias=ims.telkom.co.id

modparam("icscf","orig_ioi","ims.telkom.co.id") modparam("icscf","term_ioi","ims.telkom.co.id")

insert_hf_value("Route","<sip:term@mgcf.ims.telkom.co.id;lr>"); pcscf.cfg modparam("pcscf","orig_ioi","ims.telkom.co.id")

modparam("pcscf","term_ioi","ims.telkom.co.id") P_add_p_visited_network_id("ims.telkom.co.id"); P_access_network_info("ims.telkom.co.id");

scscf.cfg S_assign_server_unreg("ims.telkom.co.id", "orig"); S_assign_server_unreg("ims.telkom.co.id", "term"); if (!S_is_integrity_protected("ims.telkom.co.id")){ if (!S_is_authorized("ims.telkom.co.id")) {

S_challenge("ims.telkom.co.id");

if (S_assign_server("ims.telkom.co.id")){

insert_hf_value("Route","<sip:term@mgcf.ims.telkom.co.id;lr>"); scscf.xml *Realm="ims.telkom.co.id"

<Peer FQDN="hss.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868"/> icscf.xml Realm="ims.telkom.co.id"

<Peer FQDN="hss.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868"/> <Realm name="ims.telkom.co.id">

<Realm name="another.ims.telkom.co.id"> DiameterPeerHSS

.xml

Realm="ims.telkom.co.id"

<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" /> <Peer FQDN="scscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" /> 8.5.4.2.2.2.6.e

164.arpa.zone

IN NS ns.ims.telkom.co.id.

1.1.0.0 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4580011@ims.telkom.co.id!" . ;1.0.0.0 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4580001@ims.telkom.co.id!" . 0.0.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581900@ims.telkom.co.id!" . 1.0.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581901@ims.telkom.co.id!" . 2.0.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581902@ims.telkom.co.id!" . 3.0.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581903@ims.telkom.co.id!" . 9.1.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581919@ims.telkom.co.id!" . 9.9.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581999@ims.telkom.co.id!" . 1.9.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581991@ims.telkom.co.id!" . 0.2.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581920@ims.telkom.co.id!" . 1.9.8.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581891@ims.telkom.co.id!" . 2.9.9.1 IN NAPTR 10 10 "u" "sip+E2U" "!^.*$!sip:4581992@ims.telkom.co.id!" .

14.10.in-addr.arpa.zone

IN NS ns.ims.telkom.co.id.

14.18 IN PTR trcf.ims.telkom.co.id. 16.18 IN PTR ims.telkom.co.id. 19.18 IN PTR mgcf.ims.telkom.co.id. 23.18 IN PTR presence.ims.telkom.co.id. 24.18 IN PTR rls.ims.telkom.co.id.


(34)

33

25.18 IN PTR xdms.ims.telkom.co.id. 26.18 IN PTR sipsee.ims.telkom.co.id. 31.18 IN PTR anubis.ims.telkom.co.id. 32.18 IN PTR coms.ims.telkom.co.id. 33.18 IN PTR occas.ims.telkom.co.id. ims.telkom.co.i

d.zone

$ORIGIN ims.telkom.co.id.

ims.telkom.co.id. 1D IN A 10.14.18.16

ims.telkom.co.id. 1D IN NAPTR 10 50 "s" "SIP+D2U" "" _sip._udp ims.telkom.co.id. 1D IN NAPTR 20 50 "s" "SIP+D2T" "" _sip._tcp

2) Log Standar Error I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging terhadap error yang terjadi di I-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg”, yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi error di I-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history), sedangkan “no” berarti error tidak dicatat.

Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg log_stderror=yes

3) Level Memory Log di I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file icscf.cfg yaitu “memlog=3”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “icscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter-parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing


(35)

34

elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg memlog =5

4) SIP Warning I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan tentang perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di I-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “icscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa jika terjadi anomaly SIP di I-CSCF, maka anomaly tersebut akan dicatat dalam log file, sedangkan “no” berarti anomaly tidak dicatat.

Parameter “sip_warning” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti scscf.cfg, pscsf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter- parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg sip_warning=yes

5) Level debug di I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan debug proses & aktivitas di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg” yaitu “debug=3”.

Parameter “debug” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter-parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter


(36)

35 6) Forking di I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan mekanisme forking di I-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg”, yaitu “fork=yes”. Value “yes” berarti bahwa forking diperbolehkan di I-CSCF, sedangkan “no” berarti forking tidak boleh dilakukan.

Parameter “fork” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter– parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing-masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg fork=yes

7) Level Children I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat children di I-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5. Parameter ini dijumpai di file “icscf.cfg” yaitu “children=4”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “fork” di file “icscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “children” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg children=4

8) Check Via SIP Header I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan pengecekan field “via” yang ada di dalam message SIP yaitu di SIP header.

Parameter “check_via” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing


(37)

36

elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg check_via=no

9) Look – Up DNS I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan look up ke DNS. Parameter “dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg dns=no

10)Reversed Look-Up DNS I-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan reversed look up ke DNS. Parameter “rev_dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti scscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

icscf.cfg rev_dns=no

11)Nama I-CSCF

Kelompok ini menunjukkan nama atau alias dari I-CSCF. Untuk studi kasus

di TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada diberi nama

“icscf.ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “icscf.ims.telkom.co.id” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “FQDN” yg terdapat di file “icscf.xml”.


(38)

37

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

icscf.cfg alias=icscf.ims.telkom.co.id

advertised_address=icscf.ims.telkom.co.id

modparam("icscf","name","icscf.ims.telkom.co.id") icscf.xml *FQDN="icscf.ims.telkom.co.id"

DiameterPeerHSS.x ml

<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" />

12) IP Address I-CSCF

Kelompok ini menunjukkan IP Address dari I-CSCF. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada diberi IP address 10.14.18.16. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “10.14.18.16” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “listen” yg terdapat di file “icscf.cfg”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

icscf.cfg *listen=10.14.18.16

modparam("icscf","icid_gen_addr","10.14.18.16") icscf.xml <Acceptor port="3868" bind="10.14.18.16"/>

ims.telkom.co.id.zone ims.telkom.co.id. 1D IN A 10.14.18.16 icscf 1D IN A 10.14.18.16

13)SIP Port I-CSCF

Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana I-CSCF mendengarkan trafik SIP yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming SIP trafik di port 5060. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “5060” yang berelasi dengan I-CSCF di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan wakil dari kelompok ini adalah parameter “port” yg terdapat di file “icscf.cfg”.


(39)

38

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

icscf.cfg *port=5060

ims.telkom.co.id.z one

_sip 1D SRV 0 0 5060 icscf _sip._udp 1D SRV 0 0 5060 icscf _sip._tcp 1D SRV 0 0 5060 icscf Ims2.telkom.co.id.

zone

_sip 1D SRV 0 0 5060 icscf _sip._udp 1D SRV 0 0 5060 icscf _sip._tcp 1D SRV 0 0 5060 icscf

14)Diameter Port I-CSCF

Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana I-CSCF mendengarkan trafik diameter yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, I-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming diameter trafik di port 3868. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “3868” yang berelasi dengan I-CSCF di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “Acceptor port” yang terdapat di file “icscf.xml”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

icscf.xml *<Acceptor port="3868" bind="10.14.18.16"/> DiameterPeer

HSS.xml

<Peer FQDN="icscf.ims.telkom.co.id" Realm= "ims.telkom.co.id" port="3868" />

15)Log Standar Error S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging terhadap error yang terjadi di S-CSCF. Parameter ini dapat dijumpai di file “scscf.cfg”, yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi error di S-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history), sedangkan “no” berarti error tidak dicatat.

Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing -


(40)

39

masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg log_stderror=yes

16)Level Memory Log di S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file scscf.cfg yaitu “memlog=3”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “scscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg memlog =5

17) SIP Warning S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan tentang perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di S-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “scscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa jika terjadi anomaly SIP di S-CSCF, maka anomaly tersebut akan dicatat dalam log file, sedangkan “no” berarti anomaly tidak dicatat.

Parameter “sip_warning” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pscsf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter- parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter


(41)

40 18)Level debug di S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan debug proses dan aktivitas di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file “scscf.cfg” yaitu “debug=3”.

Parameter “debug” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg debug=3

19)Forking di S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan mekanisme forking di S-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “scscf.cfg”, yaitu “fork=yes”. Value “yes” berarti bahwa forking diperbolehkan di S-CSCF, sedangkan “no” berarti forking tidak boleh dilakukan.

Parameter “fork” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg fork=yes

20)Level Children S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat children di S-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5. Parameter ini dijumpai di file “scscf.cfg” yaitu “children=4”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “fork” di file “scscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “children” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter –


(42)

41

parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg children=4

21)Check Via SIP Header S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan pengecekan field “via” yang ada di dalam message SIP yaitu di SIP header.

Parameter “Check_via” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg check_via=no

22)Look – Up DNS S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan look up ke DNS. Parameter “dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg dns=no

23)Reversed Look-Up DNS S-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan reversed look up ke DNS. Parameter “rev_dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, pcscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing –


(43)

42

masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

scscf.cfg rev_dns=no

24)Nama S-CSCF

Kelompok ini menunjukkan nama atau alias dari S-CSCF. Untuk studi kasus

di TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada diberi nama

“scscf.ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “scscf.ims.telkom.co.id” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “FQDN” yg terdapat di file “scscf.xml”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

scscf.cfg alias=scscf.ims.telkom.co.id

advertised_address=scscf.ims.telkom.co.id

modparam("scscf","name","sip:scscf.ims.telkom.co.id") modparam("isc","my_uri","scscf.ims.telkom.co.id") scscf.xml *FQDN="scscf.ims.telkom.co.id"

DiameterPeerHSS.xml <PeerFQDN="scscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" />

14.10.in-addr.arpa.zone

17.18 IN PTR scscf.ims.telkom.co.id.

25) IP Address S-CSCF

Kelompok ini menunjukkan IP Address dari S-CSCF. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada diberi IP address “10.14.18.17”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “10.14.18.17” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “listen” yg terdapat di file “scscf.cfg”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:


(44)

43

Nama File Parameter

scscf.cfg *listen=10.14.18.17

t_relay_to_udp("10.14.18.17",5060); scscf.xml <Acceptor port="3868" bind="10.14.18.17"/> ims.telkom.co.id.zone Scscf 1D IN A 10.14.18.17

26)SIP Port S-CSCF

Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana S-CSCF mendengarkan trafik SIP yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming SIP trafik di port 5060. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “5060” yang berelasi dengan S-CSCF di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan wakil dari kelompok ini adalah parameter “port” yg terdapat di file “scscf.cfg”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

scscf.cfg *port=5060

t_relay_to_udp("10.14.18.17",5060); ims.telkom.co.id.z

one

_sip.scscf 1D SRV 0 0 5060 scscf _sip._udp.scscf 1D SRV 0 0 5060 scscf _sip._tcp.scscf 1D SRV 0 0 5060 scscf

27) Diameter Port S-CSCF

Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana S-CSCF mendengarkan trafik diameter yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, S-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming diameter trafik di port 3868. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “3868” yang berelasi dengan S-CSCF di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “Acceptor port” yang terdapat di file “scscf.xml”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter


(45)

44

DiameterPeerHSS.x ml

<Peer FQDN="scscf.ims.telkom.co.id" Realm="ims.telkom.co.id" port="3868" />

28) Default Time Expiration of Registration

Parameter ini menunjukkan pengaturan mengenai berapa lama masa berlaku dari sebuah status registrasi testbed IMS per user dalam satuan milisecond. Parameter ini hanya dijumpai di file “scscf.cfg”, yaitu pada baris dengan pola “modparam("scscf","registration_default_expires",xxxx)”, di mana xxxx merupakan value dari expiration time tersebut.

Untuk studi kasus di TELKOM RDC, value dari parameter ini diset 3600, yang artinya masa berlaku dari sebuah status registrasi adalah selama 1 jam. Setelah 1 jam, status registrasi akan diperbaharui kembali untuk 1 jam berikutnya.

Nama File Parameter

scscf. cfg modparam("scscf","registration_default_expires",3600)

29)Default Algorithm for Registration

Parameter ini menunjukkan pengaturan tentang algoritma yang akan digunakan untuk melakukan authentikasi pada saat proses registrasi user testbed IMS. Pilihan algoritma ini dapat diset langsung di S-CSCF atau mengikuti algoritma yang telah diatur di HSS (HSS-Selected).

Parameter ini hanya dijumpai di file “scscf.cfg” pada baris-baris dengan pola “modparam("scscf"," registration_default_algorithm ",”xxxx”)”, di mana xxxx menunjukkan pilihan algoritma.

Nama File Parameter

scscf. cfg #modparam("scscf","registration_default_algorithm","AKAv1-MD5") #modparam("scscf","registration_default_algorithm","AKAv2-MD5") #modparam("scscf","registration_default_algorithm","MD5")

#modparam("scscf","registration_default_algorithm","CableLabs-Digest") #modparam("scscf","registration_default_algorithm","TISPAN-HTTP_DIGEST_MD5") *modparam("scscf","registration_default_algorithm","HSS-Selected")

#modparam("scscf","registration_default_algorithm","NASS-Bundled")

30) Log Standar Error P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging terhadap error yang terjadi di P-CSCF. Parameter ini dapat dijumpai di file


(46)

45

“pcscf.cfg”, yaitu “log_stderror=yes”. Value “yes” menyatakan bahwa jika terjadi error di P-CSCF, maka error tersebut akan dicatat dalam log file (history), sedangkan “no” berarti error tidak dicatat.

Parameter “log_stderror” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai dengan hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg log_stderror=yes

31) Level Memory Log di P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan logging terhadap error yang terjadi di P-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file pcscf.cfg yaitu “memlog=5”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “log_stderror” di file “pcscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “memlog” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg memlog =5

32) SIP Warning P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan logging terhadap anomaly protocol SIP yang terjadi di P-CSCF. Parameter dapat ini dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu “sip_warning=yes”. Value “yes” berarti bahwa jika terjadi anomaly SIP di P-CSCF, maka anomaly tersebut akan dicatat dalam log file, sedangkan “no” berarti anomaly tidak dicatat.


(47)

46

Parameter “sip_warning” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter- parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg Sip_warning=yes

33) Level Debug di P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat kedetilan debug proses dan aktivitas di P-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5, dimana 1 berarti tidak detil, sedangkan 5 berarti sangat detil. Parameter ini dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu “debug=3”.

Parameter “debug” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter - parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg debug=3

34) Forking di P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan mekanisme forking di P-CSCF. Parameter ini dijumpai di file “pcscf.cfg”, yaitu “fork=yes”. Value “yes” berarti bahwa forking diperbolehkan di P-CSCF, sedangkan “no” berarti forking tidak boleh dilakukan.

Parameter “fork” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing - masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter


(48)

47 35) Level Children P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai tingkat children di P-CSCF. Value yg dapat dipilih berada di rentang 1-5. Parameter ini dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu “children=3”. Parameter ini sendiri baru akan diperhitungkan, jika parameter “fork” di file “pcscf.cfg” mempunyai value “yes”.

Parameter “children” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg children=4

36) Check Via SIP Header P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan pengecekan field “via” yang ada di dalam message SIP yaitu di SIP header.

Parameter “check_via” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain,seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg check_via=no

37) Look – Up DNS P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan look up ke DNS. Parameter “dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter


(49)

48 38)Reversed Look-Up DNS P-CSCF

Parameter ini berisi pengaturan mengenai perlu tidaknya dilakukan reversed look up ke DNS. Parameter “rev_dns” sendiri sebenarnya dapat dijumpai di file lain, seperti icscf.cfg, scscf.cfg. Namun sesuai hasil observasi dan diskusi, parameter – parameter tersebut ternyata digunakan secara khusus untuk masing – masing elemen (tidak identik dan tidak saling berelasi satu sama lain), sehingga tidak dapat dijadikan satu kelompok.

Nama File Parameter

pcscf.cfg rev_dns=no

39)Nama P-CSCF

Kelompok ini menunjukkan nama atau alias dari P-CSCF. Untuk studi kasus

di TELKOM RDC, P-CSCF testbed IMS yang ada diberi nama

“pcscf.ims.telkom.co.id”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “pcscf.ims.telkom.co.id” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “alias” yg terdapat di file “pcscf.cfg”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

pcscf.cfg *alias=pcscf.ims.telkom.co.id

advertised_address=pcscf.ims.telkom.co.id

modparam("pcscf","name","sip:pcscf.ims.telkom.co.id")

14.10.in-addr.arpa.zone

15.18 IN PTR pcscf.ims.telkom.co.id.

40) IP Address P-CSCF

Kelompok ini menunjukkan IP Address dari P-CSCF. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, P-CSCF testbed IMS yang ada diberi IP address “10.14.18.15”. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “10.14.18.15” di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan atau wakil dari kelompok ini adalah parameter “listen” yg terdapat di file “pcscf.cfg”.


(50)

49

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

pcscf.cfg *listen=10.14.18.15

modparam("pcscf","ipsec_host","10.14.18.15") modparam("pcscf","icid_gen_addr","10.14.18.15") ims.telkom.co.id.zone pcscf 1D IN A 10.14.18.15

41) SIP Port P-CSCF

Kelompok ini menunjukkan alamat port, tempat dimana P-CSCF mendengarkan trafik SIP yang masuk. Untuk studi kasus di TELKOM RDC, P-CSCF testbed IMS yang ada akan mendengarkan incoming SIP trafik di port 5060. Oleh karena itu, proses pembentukan kelompok ini dilakukan dengan mencari parameter dengan value “5060” yang berelasi dengan P-CSCF di semua file. Parameter yang dianggap sebagai acuan wakil dari kelompok ini adalah parameter “port” yg terdapat di file “pcscf.cfg”.

Adapun parameter-parameter yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagai berikut:

Nama File Parameter

pcscf.cfg *port=5060

modparam("pcscf","ipsec_port_c",5060) modparam("pcscf","ipsec_port_s",5060) ims.telkom.co.id.zone _sip.pcscf 1D SRV 0 0 5060 pcscf _sip._udp.pcscf 1D SRV 0 0 5060 pcscf _sip._tcp.pcscf 1D SRV 0 0 5060 pcscf

42)RTP Proxy

Kelompok ini menunjukkan pengaturan apakah RTP Proxy akan diaktifkan, dan jika ya, bagaimana settingnya (protocol, IP address dan portnya). Parameter ini hanya dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu pada baris-baris dengan pola “modparam("pcscf","rtpproxy_enable", [0/1])” dan “modparam("pcscf","rtpproxy_socket", "<protocol>:<ip_address>:<port>")”.

a. Baris dengan pola “modparam("pcscf","rtpproxy_enable",[0/1])” menunjukkan apakah RTP Proxy diaktifkan atau tidak, di mana 0 berarti RTP Proxy tidak diaktifkan dan 1 berarti RTP Proxy diaktifkan.


(51)

50

b. Baris dengan pola “modparam("pcscf","rtpproxy_socket", "<protocol>:<ip_address>:<port>")” menunjukkan setting protocol, IP address dan port dari RTP Proxy. Setting ini hanya akan diperhitungkan jika RTP Proxy diaktifkan.

Untuk studi kasus di TELKOM RDC, RTP Proxy diaktifkan. Ini terlihat pada baris yang berbunyi “modparam("pcscf","rtpproxy_enable", 1) “. Setting

dari RTP Proxy ini dijumpai di baris lain,yaitu

“modparam("pcscf","rtpproxy_socket", "udp:127.0.0.1:34999")” yang berarti RTP Proxy menggunakan protocol UDP dan aktif di IP address 127.0.0.1 di port 34999.

Nama File Parameter

pcscf.cfg modparam("pcscf","rtpproxy_socket", "udp:127.0.0.1:34999") modparam("pcscf","rtpproxy_enable", 1)

43)TLS

Kelompok ini menunjukkan pengaturan apakah TLS akan diaktifkan dan jika ya, bagaimana settingnya (IP address dan portnya). Parameter ini hanya dijumpai di file “pcscf.cfg” yaitu pada baris-baris dengan pola “enable_tls=[yes/no]”,“modparam("pcscf","use_tls",[0/1])”,“listen=tls:<ip_addres s>”, tls_port_no=<port>

a. Baris dengan pola “enable_tls=[yes/no]” dan

“modparam("pcscf","use_tls",[0/1])” menunjukkan apakah TLS diaktifkan atau tidak, di mana “no” dan 0 berarti TLS tidak diaktifkan dan “yes” dan 1 berarti TLS diaktifkan.

b. Baris dengan pola “listen=tls:<ip_address>” menunjukkan setting IP address TLS dan “tls_port_no=<port>” menunjukkan port TLS. Setting ini hanya akan diperhitungkan jika TLS diaktifkan.

Untuk studi kasus di TELKOM RDC, TLS tidak diaktifkan.

Nama File Parameter

pcscf.cfg #listen=tls:10.14.18.15

#tls_port_no=4061 #enable_tls=yes


(1)

118

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://hsifles.wordpress.com/2009/06/11/ims-ip-multimedia-subsystem/

[2] http://www.scribd.com/doc/67102967/8/Metode-Deskriptif

[3] http://jalinas.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/1026/DFD.pdf

[4] http://www.mysql.org

[5] http://www.php.net

[6] http://www.jquery.com

[7] http://ri32.wordpress.com/2010/12/12/kumpulan-link-plugins-jquery/

[8] Djohan,Rahmi.2011. Aplikasi berbasis web untuk mengubah file konfigurasi IMS di PT.Telekomunikasi Indonesia Research Dan Development Center Bandung.Bandung:Unikom.


(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Kerja praktek. Kerja praktek ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi mata kuliah yang ada pada jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Adapun judul yang diangkat oleh penulis adalah “PEMBANGUNAN APLIKASI BERBASIS WEB UNTUK KONFIGURASI TESTBED IMS DI TELKOM RDC”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan aplikasi yang penulis buat baik secara moril dan spiritual yang tidak terkira nilainya.

Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Karunia-Nya sehingga dapat terselesaikanya Kerja praktek ini.

2. Orang tua, kakak,dan adik penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moril,spiritual,materil dan do’a restu kepada enulis.

3. Bapak Taryana Suryana selaku dosen wali dan pembimbing kerja praktek yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Angkoso Suryocahyono selaku pembimbing kerja praktek yang selalu memberikan motivasi, inspirasi dan bimbingan selama kerja praktek berlangsung.

5. Seluruh karyawan TELKOM RDC yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

6. Teman – teman mahasiswa UNIKOM khususnya kelas IF14/VII/2008 yang telah memberikan support, saran dan kritiknya.

7. Teman – teman Santri dan Santriat Pondok Pesantren Al Falah Dago yang telah memberikan bimbingan spiritual kepada penulis.

8. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam terlaksananya kerja praktek yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tetapi tanpa mengurangi rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih.


(3)

ii

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek yang penulis buat masihlah jauh dari kata “sempurna” baik dari segi sistematika penulisan, dan lain sebagainya. Untuk itu penulis sangat mengharap saran dan kritik pembaca agar dapat memperbaiki kerja praktek yang penulis buat.

Demikian kata pengantar penulis buat, semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 26 Januari 2012


(4)

116

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Amiq Fuadi 2. Jenis Kelamin : Laki - Laki

3. Alamat : Jl.Cisitu Baru No.52 Bandung 4. Tempat dan Tanggal

lahir

: Tegal, 30 Juni 1990

5. Agama : Islam 6. Warga Negara : Indonesia 7. No.Telepon /Hp : 085655769889

8. Email : Amighost90@yahoo.com

PENDIDIKAN

1. SDN Yamansari 04 Tegal

2. SMP Al Usmaniyyah Tegal 3. SMAN 1 Mojo Kediri


(5)

117

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Yandi 2. Jenis Kelamin : Laki - Laki

3. Alamat : Jl.Sanggar Kencana XXIII No.73 Bandung 4. Tempat dan Tanggal

lahir

: Jakarta, 13 Januari 1990

5. Agama : Kristen Protestan 6. Warga Negara : Indonesia

7. No.Telepon /Hp : 08812275388/085720832988 8. Email : You.4nd.i@gmail.com

PENDIDIKAN

1. TK Mutiara 17 Agustus Bekasi

2. SD Mutiara 17 Agustus Bekasi 3. SDK BPK Penabur Bandung 4. SMP Kristen YAHYA Bandung 5. SMA Kristen YAHYA Bandung


(6)