iv Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah penelitian
menggunakan tiga lokus DNA mikrosatelit autosom untuk mengetahui ragam alel yang tersebar pada masyarakat soroh Pande di Kabupaten Gianyar serta sebagai
referensi untuk memudahkan pengungkapan identitas korban yang tidak dapat dikenali secara fisik dan bermanfaat dalam kepentingan forensik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapakah ragam alel, keragaman genetik serta Power of Discrimination yang ditemukan pada masing-masing lokus DNA mikrosatelit autosom
pada masyarakat soroh Pande di Kabupaten Gianyar ? 2. Bagaimanakah pengelompokan sampel masyarakat soroh Pande di
Kabupaten Gianyar berdasarkan tiga lokus DNA mikrosatelit autosom yang digunakan ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui ragam alel, keragaman genetik serta Power of Discrimination yang ditemukan pada masing-masing lokus DNA
mikrosatelit autosom pada masyarakat soroh Pande di Kabupaten Gianyar.
2. Untuk mengetahui pengelompokan sampel masyarakat soroh Pande di Kabupaten Gianyar berdasarkan tiga lokus DNA mikrosatelit autosom
yang digunakan.
I.4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ragam alel, keragaman genetik serta Power of Discrimination pada masing-
masing lokus D2S1338, D13S317 dan D16S539 pada masyarakat soroh Pande di Kabupaten Gianyar. Data yang dihasilkan dapat digunakan untuk melengkapi
DNA database suku-suku yang ada di Indonesia dan bermanfaat dalam kepentingan forensik.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Forensik
Forensik berasal dari Bahasa Latin yaitu forum yang berarti tempat untuk melakukan transaksi. Ilmu forensik merupakan ilmu yang menerapkan dan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam mengungkap suatu kasus tindak pidana dengan cara menyusun kembali rekonstruksi tindak pidana tersebut bisa terjadi
berdasarkan pada bukti-bukti yang ada. Ilmu forensik berdasarkan metode ilmu pengetahuan alam akan menganggap sesuatu memang ilmiah apabila didasari oleh
fakta empirisme, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan positivisme, serta analisanya mampu dituangkan dengan masuk akal dan bermakna sehingga
hasilnya dapat disampaikan ke masyarakat luas Siswanto, 2010. Crime Science Investigation CSI merupakan suatu metode pendekatan
penyidikan berbasis ilmu pengetahuan alam untuk mengungkap suatu kasus yang terjadi. Metode CSI melakukan analisa yang melibatkan ilmu pengetahuan untuk
membuat barang bukti dan tempat kejadian perkara TKP “berbicara” tentang suatu tindak kejahatan yang sudah terjadi sebagai pokok bahasan di bidang
Forensik Siswanto, 2010. Penggunaan metode CSI dalam mengungkap kasus pidana dapat mempermudah penyidik untuk membuat terang kasus pidana
dengan tindakan olah TKP sehingga meminimalisir kesalahan serta mendukung penegakan hukum di Negara ini Wahyuni, 2013.
Prinsip dasar Ilmu Forensik yang telah digagas oleh Dr. Edmond Locard adalah Locard Exchange Principle menyatakan bahwa ketika seseorang masuk ke
TKP maka orang tersebut akan meninggalkan jejak dirinya dan membawa jejak TKP ketika dia pergi. Berdasarkan hal tersebut terjadilah pertukaran materi secara
fisik yang dapat dijadikan sebagai barang bukti untuk mengungkap kasus tindak pidana tersebut Octavia 2015; Kirk, 1953.
Pertukaran materi fisik di TKP dapat berupa sidik jari, bercak darah, rambut, cairan tubuh, serat kain dan lainnya yang dapat diidentifikasi siapa pemiliknya
baik itu korban maupun tersangka. Analisa DNA yang dilakukan sebagai model pembuktian kejahatan mampu menunjukkan hasil yang lebih akurat sehingga
6 sering digunakan hingga saat ini. DNA merupakan barang bukti primer yang
berdiri sendiri tanpa diperkuat dengan bukti lainnya. Melalui pembuktian secara ilmiah ini, diharapkan polisi, jaksa dan hakim dapat memanfaatkan bukti-bukti ini
untuk menegakkan kebenaran dari sebuah kasus dalam sebuah peradilan, disamping hanya mengandalkan pengakuan dari tersangka ataupun saksi yang
mungkin saja bisa memberikan keterangan yang tidak sebenarnya Wirasuta, 2008.
2.2. Soroh Pande