Produksi Protein Heterolog Dalam Sel Eukariot
1. Pendahuluan
Sistem ekspresi prokariot biasanya digunakan untuk memproduksi protein heterolog rekombinan dari cDNA eukariot yang dikloning. Akan
tetapi, pada beberapa penelitian, protein yang disintesis oleh bakteri tersebut tidak stabil atau tidak punya aktifitas biologi. Selain itu, meskipun kita
menggunakan prosedur pemurnian protein yang sangat hati-hati, senyawa yang bersifat toksin pada bakteri dan senyawa yang menyebabkan kenaikan
temperatur tubuh manusia dan binatang pyrogen mungkin dapat mengkontaminasi produk.
Untuk mengatasi masalah ini beberapa peneliti telah mengembangkan sistem ekspresi protein eukariot, yaitu ragi, serangga atau sel mamalia untuk
memproduksi protein-protein terapetik yang tidak terkontaminasi, sehingga dapat digunakan oleh manusia atau binatang dengan jumlah yang banyak
dan stabil; aktif secara biologi untuk studi biokimia, biofisik, dan struktur; dan protein yang digunakan untuk proses industri. Selanjutnya, protein
manusia yang ditujukan untuk penggunaan medis harus identik sifatnya dengan protein natif.
Ketidakmampuan prokariot untuk memproduksi versi autentik dari protein eukariot, pada umumnya disebabkan oleh pelipatan protein yang
tidak tepat dan tidak adanya mekanisme modifikasi pasca translasi. Pada eukariot terdapat enzim Protein Disulfida Isomerase PDI yang
mengkatalisis pembentukan ikatan disulfida pada protein. Pembentukan ikatan disulfida yang menyimpang akan merubah konfigurasi protein,
sehingga menyebabkan protein tidak stabil dan kehilangan aktifitas. Terdapat beberapa tipe modifikasi pasca translasi. Beberapa urutan
asam amino pada N-terminal biasanya dibuang melalui pemotongan proteolisis protein precursor untuk menghasilkan protein fungsional.
Penambahan gula spesifik glikosilasi terhadap asam amino tertentu
6
merupakan modifikasi utama yang memberikan stabilitas dan sifat pengikatan yang khusus terhadap protein. Glikosilasi yang umum terjadi
adalah pengikatan gula spesifik ke gugus hidroksil dari asam amino serin atau asparagin O-linked glicosylation, dan gugus amida dari asparagin N-
linked glycosylation gambar 1. Sekitar 30 protein mamalia mengalami
glikosilasi.
Gambar 1. Beberapa contoh O-link dan N-link oligosakarida pada ragi A, serangga B dan mamalia C. T adalah threonin, S adalah serin, N adalah
asparagin dan X asam sembarang asam amino. Monosakaridaoligosakarida yang berbeda.dilambangkan oleh bentuk yang berbeda.
Kenyataanya tidak ada sel inang eukariot yang efektif secara universal, dimana proses modifikasi terjadi dengan benar untuk setiap
protein. Dalam beberapa kasus, sel inang mungkin menambahkan gula yang tidak lazim ke asam amino yang tidak tepat sehingga menghasilkan protein
antigen atau mungkin protein yang mempunyai fungsi yang tidak tepat. Walaupun beberapa protein rekombinan, mungkin memiliki sifat-sifat yang
tidak cocok untuk agen terapeutik, tapi masih bisa dimanfaatkan untuk
7
penelitian atau proses industri. Sistem ekspresi eukariot yang berbeda harus dicoba untuk menentukan sistem mana yang dapat mensintesis protein
rekombinan yang fungsional dan dalam jumlah besar. Pemilihan vektor ekspresi tergantung pada kualitas protein rekombinan yang akan
diproduksi, penggunaannya, dan biaya produksi dan purifikasi juga penting untuk dipertimbangkan.
Pada prinsipnya vektor ekspresi eukariot tidak berbeda dengan vektor ekspresi prokariot. Vektor ekspresi eukariot memiliki promotor
eukariot yang menjalankan transkripsi gen yang dikloning, signal terminasi transkripsi dan translasi, urutan yang dapat menyebabkan mRNA
mengalami poliadenilasi, dan gen penanda untuk menyeleksi klon yang positif. Karena prosedur DNA rekombinan secara teknik sulit untuk
dilakukan menggunakan sel eukariot, kebanyakan vektor eukariot merupakan suttle vector dengan dua origin of replication ORI dan gen
penanda seleksi. Salah satunya berfungsi di E. Coli dan yang lain berfungsi di sel inang eukariot. Jika vektor ekspresi eukariot akan digunakan sebagai
plasmid, maka vektor itu harus mempunyai ORI eukariot. Alternatif lain, jika vektor itu didisain untuk integrasi ke kromosom, maka harus
mempunyai urutan yang komplemen dengan urutan pada inang untuk memfalisitasi insersi ke kromosom.
2. Sistem Ekspresi Saccaromyces cerevisiae.