78
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tipe gaya kepemimpinan dal Perum Bulog Divisi Regional Yogyakarta
adalah
Laissez Faire.
Hal tersebut datat diketahui dari rata-rata kuesioner kelompok I, yaitu sebesar 70,5 dan mencocokan dengan skala linkert
tentang gaya kepemimpinan. Angka 70,5 berada diantara 62,34 dan 85 dalam rentan skala gaya kepemimpinan
Laissez faire.
Gaya kepemimpinan
Laissez Faire
menpunyai ciri-ciri sebagai berikut : a
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi minimal dari pimpinan.
b Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.
c Sama sekali tidak ada partisipasi dari pimpinan dalam penentuan
tugas. d
Terkadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian.
2. Gaya kepemimpinan berhubungan dengan kinerja karyawan Perum Bulog
Divisi Regional Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh probabilitas yang dihasilkan oleh korelasi parsial sebesar 0,000 ≤ 0,05. T-hitung hubungan
gaya kepemimpinan dengan kinerja 4,26 t
tabel
1,67 hal ini menunjukan terdapat korelasi positif antaara gaya kepemimpinan dengan kinerja
karyawan Perum Bulog Divisi Regional Yogyakarta. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang dipakai oleh pemimpin untuk
mempengaruhi bawahannya. Pemilihan tipe gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik karyawan merupakan hal penting. Karena
pemimpin akan mudah dalam memberikan suatu informasi, memberikan perintah, ataupun memepengaruhi karyawanya.
3. Komunikasi pemimpin tidak berhubungan dengan kinerja karyawa Perum
Bulog Divisi Regional Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh probabilitas yang dihasilkan oleh korelasi parsial sebesar 0,334 0,05. Dan
perhitungan T-
hitung
sebesar 0,94 F
tabel
1,67. Ha ini menunjukkan korelasi negatif, yang berarti tidak ada hubungan antara komunikasi pemimpin
dengan kinerja karyawan. Pada komunikasi ke bawah, atasan lebih cenderung memberikan perintah atau aturan-aturan kepada bawahan agar
target dari perusahaan tercapai. Sehingga karyawan cenderung melaksanakan perintah karena rasa segan dan alasan-alasan lain misal
merasa diawasi, sangsi-sangsi tertentu dan sebagainya. Karyawan merasa kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan,
sehingga produktivitas maksimum karyawan akan sebesar produktivitas yang ditargetkan oleh perusahaan.
4. Dalam uji hipotesis 3 yang mencari hubungan secara bersama-sama
simultan antara gaya kepimpinan dan komunikasi pemimpin terhadap kinerja karyawan, menunjukakan terdapat hubungan secara bersama-sama
simultan antara gaya kepemimpinan dan komunikasi pemimpin terhadap kinerja karyawan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan pencarian nilai R
sebesar 0,513 R-square 0,263 dan pencarian F-
hitung
10,887 f-
tabel
3,14. probabilitas yang dihasilkan 0,000 0,05 dan berkorelasi positif. Jika gaya
kepemimpinan dan komunikasi pemimpin dilakukan secara bersama-sama akan terjadi hubungan dengan kinerja karyawan. Apabila gaya
kepemimpinan dan komunikasi pemimpin secara simultan baik meningkat maka akan terjadi peningkatan terhadap kinerja karyawan.
Dan apabila gaya kepemimpinan dan komunikasi pemimpin secara simultan buruk menurun maka akan terjadi penurunan terhadap kierja
karyawan. Maka sebaiknya pemimpinatasan mampu mengelola secara baik jenis gaya kepemimpinan yang akan dipakai serta penyampaian
komunikasi yang tepat kepada karyawan. Supaya produktivitas karyawan akan melebihi dari produktivitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
B. Keterbatasan dalam penelitian