TEKNIK WAWANCARA SUBYEK WAWANCARA

8

2.2. WAWANCARA KASUS

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam dengan jumlah responden yang sedikit Riduwan, 2012.

2.2.1 TEKNIK WAWANCARA

Terdapat beberapa macam teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur dan tidak terstruktur. Di dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semiterstruktur. Teknik wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur Sugiyono, 2013. Peneliti menggunakan teknik wawancara ini untuk menemukan permasalahan yang dihadapi responden secara lebih terbuka, dimana responden diminta untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Selain itu, peneliti juga menggunakan jenis wawancara terbuka, dimana responden mengetahui bahwa ia sedang diwawancarai dan mengetahui maksud serta tujuan dari wawancara yang dilakukan.

2.2.2 SUBYEK WAWANCARA

Subjek atau responden yang diwawancara dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang berusia 24 tahun denga status lajang atau belum menikah. Responden merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan. Saat ini, responden tinggal bersama kedua orangtuanya di daerah Badung. Tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMK dan saat ini responden bekerja di sebuah villa di kawasan Kuta. Pada penggolongan Triwangsa di Bali, responden termasuk dalam kasta Wesya. 9

BAB III ANALISA KASUS DAN DISKUSI

3.1 Analisa Kasus

Di dalam budaya Bali, terdapat sistem penggolongan masyarakat yang disebut sebagai sistem kasta atau sistem warna. Sistem kasta yang digunakan oleh masyarakat Bali merupakan sistem lapisan yang tertutup Ibid dalam Soekanto Sulistyowati, 2014. Sistem ini membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik bergerak ke atas ataupun ke bawah. Di dalam sistem tersebut, jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah melalui kelahiran atau keturunan Soekanto Sulistyowati, 2014. Menurut kitab suci masyarakat Bali, terdapat empat lapisan di dalam masyarakat, yaitu Brahmana, Ksatria, Wesya dan Sudra Ibid dalam Soekanto Sulistyowati, 2014. Menurut Soekanto Sulistyowati 2014 kelompok Brahmana, Ksatria dan Wesya disebut sebagai kelompok Triwangsa, sedangkan kelompok Sudra atau yang disebut dengan istilah jaba merupakan kelompok paling bawah dari kelompok Triwangsa. Masyarakat mengetahui tingkatan kasta seseorang melalui gelar yang ia dapatkan. Gelar-gelar tersebut diwariskan menurut garis keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal. Penggolongan sistem kasta atau warna terlihat pada hubungan pernikahan di Bali. Atmaja 2008 menyatakan bahwa sistem kasta merupakan masalah yang dianggap sensitif dalam tata cara pernikahan di Bali, namun sistem kasta tersebut diperhalus dengan menggunakan istilah warna. Seorang gadis suatu kasta tertentu umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah Soekanto Sulistyowati, 2014. Hal tersebut sesuai dengan kondisi responden di dalam penelitian studi kasus ini. Responden adalah seorang wanita berusia 24 tahun, berstatus lajang dan tergolong dalam kasta Wesya di golongan atau kelompok Triwangsa. Responden merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang semuanya adalah perempuan. Saat ini, kedua kakak responden telah menikah dengan pria yang sekasta dan masih memiliki hubungan keluarga dengan mereka. Usia responden saat ini termasuk dalam kategori dewasa awal menurut pendapat Papalia, Old, Feldman 2009. Menurut Hurlock 1980, individu yang telah memasuki masa dewasa awal memiliki tugas perkembangan seperti memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama sebagai suami istri dalam sebuah bahtera rumah tangga, dan bertanggung jawab atas kehidupan rumah tangga. Permasalahan yang sedang dihadapi oleh responden adalah kebimbangannya dalam memenuhi permintaaan orangtua yang menginginkannya memilih pasangan hidup yang sekasta dan bersedia melakukan perkawinan Nyentana.