Teori Pelayanan Klien Client Service Theory Teori Kepatuhan Compliance Theory

3. The residual loss, yaitu penurunan tingkat kesejahterahan prinsipal maupun agen setelah adanya hubungan keagenan agency relationship.

2.2.2 Teori Pelayanan Klien Client Service Theory

Teori pelayanan klien Client Service Theory merupakan teori yang dilihat dari sudut pandang layanan yang diberikan auditor kepada perusahaan klien. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan memiliki Audit Delay yang lebih pendek, disebabkan karena auditor akan menyelesaikan audit lebih cepat demi mempertahankan klien tersebut. Auditor eksternal juga akan memberi perioritas utama bagi peruhasaan tersebut guna upaya mempertahankannya sehingga laporan keuangan auditan lebih cepat terpublikasikan.

2.2.3 Teori Kepatuhan Compliance Theory

Teori Kepatuhan Compliance Theory. Ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologi dan sosiologi telah meneliti mengenai teori kepatuhan yang mana dalam penellitian itu menekankan pada pentingnya proses sosialisai dalam mesmpengaruhi perilaku seorang individu. Menurut Tayler dalam saleh 2004 terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu : 1. Perspektif instrumental , mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan insentif dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Perspektif normatif, yaitu berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori kepatuhan ini mendorong adanya perusahaan untuk mematuhi peraturan yang berlaku, contohnya perusahaan yang berusaha menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu karena selain itu merupakan kewajiban perusahaan, hal tersebut juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Tuntutan akan ketepatan laporan keuangan khususnya laporan auditan telah diatur dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal yang menyatakan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan berkala dan laporan insidental lainnya kepada Bapepam. Apabila emiten dan perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam,maka emiten dan perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Selanjutnya diatur oleh peraturan Bapepam nomor X.K.2 Lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor : KEP-36PM2003 mengenai kewajiban penyampaian kaporan keuangan berkala menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Maksud dari peraturan ini adalah agar investor dapat lebih cepat memperoleh informasi laporan keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Adanya sanksi penyelewengan atas kepatuhan penyampaian laporan keuangan juga diatur dalam Peraturan pemerintah No. 45 Tahun 1995 tetantang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal Pasal 63 huruf e yang isinya adalah akan dikenakan sanksi administrasi denda yaitu: “emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 satu juta rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 lima ratus juta. 2.2.4 Laporan Keuangan 2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan