ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA.

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

AUDIT

DELAY

PADA PERUSAHAAN

GO PUBLIK

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

Maya Lendo Windy Hakim

0913010159 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

Maya Lendo Windy Hakim

0913010159 / FE / EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA

Disusun Oleh :

MAYA LENDO WINDY HAKIM 0913010159/FE/EA

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 26 Maret 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Rina Mustika, SE, MM Drs. Eko Riadi, Maks

Sekretaris

Rina Mustika, SE, MM Anggota

Dra. Erry Andhanawati, Maks, Ak Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM. NIP. 196 309 241 989 031 001


(4)

Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan keseharan, kesempatan, dan kekuatan

kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Audit Delay Pada Perusahaan

Go

Publik Di Indonesia.”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan dan untuk mencapai gelar sarjana pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selama penulisan skripsi ini, penulis

menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun cara

penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan yang dihadapi penulis baik dalam hal

waktu dan informasi, tetapi dengan bantuan, dukungan, doa, dan bimbingan dari

berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan

meluangkan waktunya untuk memberikan bantuan dan dukungannya pada penulis.

Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1.

Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.


(5)

2.

Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Dr. Dhaniu Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Drs. Ec. H. Rahman Amrullah Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6.

Dr. Hero Priono, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7.

Ibu Rina Mustika, SE, MMA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8.

Kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur, terima kasih atas bimbingan dan ilmu perkuliahan yang

telah diberikan.

9.

Keluarga penulis baik yang senantiasa memberikan dukungan dan doa, terutama

Mama Martha Setyowatie, Papa A. Nurhakim, dan Kakak Irma Lendo Astutie

Hakim.

10. Teman-teman di DetEksi Jawa Pos yang senantiasa memberikan semangat dan

dukungannya terutama Indriani Puspitaningtyas, Alfina Kartika, Annelise Maria,

Anjaru Eriat Ramadhan, Arthur Rusli, Ivan H. Kalpito dan yang lainnya.


(6)

12.

Kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas semua dukungan serta doanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini yang

disebabkan adanya keterbatasan pengetahuan, akses, referensi, dan pengalamanan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga

dapat dijadikan acuan dalam penulisan skripsi-skripsi selanjutnya. Akhir kata, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang

membutuhkan.

Surabaya,19 Maret 2013

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………...i

LEMBAR PENGESAHAN…..………...ii

KATA PENGANTAR ………...iii

ABSTRAK ……….……….iv

ABSTRACT……….………...v

DAFTAR ISI ………..vi

DAFTAR TABEL ………..x

DAFTAR GAMBAR ………...xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….1

1.2. Rumusan Masalah ………....7

1.3. Tujuan Penelitian ………...7

1.4. Manfaat Penelitian ………...8

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu ….………...11

2.2. Landasan Teori …..………..…. 13

2.2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) ..………...13

2.2.2. Teori Pelayanan Klien (Client Service Theory)…...……...15

2.2.3. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)…...……. .15


(8)

2.2.5 Tingkat Profitabilitas ………... .21

2.2.6 Proporsi Hutang ...………...21

2.2.7 Perubahan Auditor...………...21

2.3. Kerangka Pikir dan Hipotesis………...22

2.3.1 Pengaruh Tingkat Profitabilitas (TPROF) Terhadap Audit Delay (DELAY) …….….………...…… 22

2.3.2 Pengaruh Proporsi Hutang (DEBT) Terhadap Audit Delay (DELAY) .….….….….….…….….…...….……..24

2.3.3 Pengaruh Perubahan Auditor (CHANGE) Terhadap Audit Delay (DELAY) ... 25

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel …….……….………....28

3.1.1 Variabel Dependen …...………...28

3.1.2 Variabel Dependen ...………...28

3.2. Jenis dan Sumber Data ………….………..30

3.3. Prosedur Pengumpulan Data ………...………...31

3.3.1. Populasi ... ... ……….…31

3.3.2. Sampel ... ...……… ..…31

3.4. Teknik Analisis ……. ………...31

3.4.1 Pengujian Asumsi Klasik ……….. ... ..32


(9)

3.4.1.2 Uji Multikolinieritas ... ..32

3.4.1.3 Uji Autokorelasi ... ..33

3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas ……….….34

3.4.2 Pengujian Hipotesis ……….35

3.4.2.1 Uji Kesesuaian Model ...35

3.4.2.2 Uji t ...35

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ………... ..37

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. ..39

4.2.1. Tingkat Profitabilitas …….. .... ………...39

4.2.2. Proporosi Hutang …...43

4.2.3. Perubahan Auditior ………...47

4.3. Analisis Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy ………...…....51

4.3.1. Hasil Uji Normalitas ...51

4.3.2. Hasil Uji Multikolinieritas ...51

4.3.3. Hasil Uji Autokorelasi ...52

4.3.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... ...53

4.3.5. Persamaan Regresi ………...54

4.3.6. Uji f ………...56

4.3.7. Uji t ………...57


(10)

4.4.3. Pengaruh Perunahan Auditor Terhadap Audit Delay...60 4.4.4. Implikasi Hasil Penelitian …...61 4.4.3. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian

Terdahulu...62 4.4.3. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ……… .64 5.2. Saran ……… .. .64

DAFTARPUSTAKA... .65


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Pengambilan keputusan Autokorelasi ...……….35

Tabel 4.1 Data Variabel Profitabilitas ………..………..40

Tabel 4.2 Data Variabel Debt ………..………. 44

Tabel 4.3 Data Variabel Perubahan Auditor…………..……….47

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Residual ………..……….51

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinieritas ………...……..………....52

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hederokedastisitas ……....……..………...54


(12)

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ……….28 Gambar 4.1. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ………..……….53


(14)

ABSTRAK

Adanya namabaik dan kepercayaan public, menuntut adanya suatu laporan auditan, dimana auditor dapat mempertanggungjawabkan kebenaran atas opini laporan auditan. Hal ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semaki nmeningkat. Kebutuhan atas informasi keuangan yang akan di publikasikan pada bursa efek memicu manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Perbedaa nwaktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu inid alam audit sering dinamai dengan audit delay. Adanya audit delay merupakan hasil pekerjaan professional oleh seoranga uditor , dimana hasil laporan keuangan auditan tersebut akan digunakan oleh pihak eksternal sehingga ada kemungkinan berdampak pada reaksi pasar sehingga berdampak pada harga saham suatu perusahaan. Sampel penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dan memiliki laporan auditan. Dari hasil analsis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dapat dengan variable tingkat profitabilitas (TPROF) dan perubahan auditor (CHANGE) tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay (DELAY). Sementara variable proporsi hutang (DEBT) berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay (DELAY).


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangnya perekonimian dunia, perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia sangatlah pesat. Adanya perkembangan yang pesat yang dibawa oleh masing-masing perusahaan menimbulkan persaingan yang ketat pula. Salah satu tujuan perusahaan adalah mempertahankan going concern , memaksimalkan target laba secara efisien, serta membangun nama baik atau kepercayaan publik perusahaan bagi masyarakat luas. Adanya nama baik dan kepercayaan public, menuntut adanya suatu laporan auditan, dimana auditor dapat mempertanggungjawabkan kebenaran atas opini laporan auditan. Hal ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak pada lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga


(16)

berdampak pada peningkatan kualitas hasil auditnya. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor.

Hasil dari pekerjaan seorang professional adalah Laporan keuangan audit yang merupakan Informasi laporan keuangan bagi pihak eksternal (Shareholder, investor dan kreditur) digunakan untuk melakukan analisis saham perusahaan (pembelian, penjualan dan tetap memegang saham perusahaan), memberikan pinjaman dana, dan memprediksi kekuatan keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Laporan keuangan oleh kreditur digunakan untuk menganalisis pinjaman yang diajukan oleh perusahaan (pemberian kredit terhadap perusahaan). Sudut pandang kreditur yang digunakan untuk mengukur perusahaan adalah Likuiditas,

Financial Leverage dan Debt to Service. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan tersebut dilakukan dengan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan performance perusahaan. Hal ini menjadikan pasar modal merupakan tempat yang tepat untuk dapat menghimpun dana jangka panjang dari masyarakat dan kemudian dapat disalurkan ke dalam sektor yang produktif.

Kebutuhan atas informasi keuangan yang akan di publikasikan pada bursa efek memicu manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevan dan


(17)

3

keandalan kebutuhan pengambilan keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan (IAI, 2002).

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan (timeliness), merupakan atribut kualitatif penting pada laporan keuangan yang mengharuskan informasi disediakan tepat waktu bagi para pemakainya. Ketepatan waktu penyusunan maupun pelaporan suatu laporan keuangan bisa berpengaruh terhadap nilai informasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 1 paragraf 43, yaitu bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai dengan Audit Delay. Dalam penelitian-penelitian lain, Audit Delay

disebut juga dengan istilah durasi audit (Givoly dan palmon, 1982), dan audit report lag (Knechel dan Payne, 2001). Penelitian ini akan menginvestigasi tentang faktor-faktor yang menjadi penyebab panjang-pendeknya Audit Delay.

Adanya Audit Delay , BAPEPAM mengeluarkan lampiran keputusan Ketua BAPEPAM Nomer Keputusan 80/PM/ 1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten


(18)

dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, BAPEPAM semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya lampiran surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Ada berbagai faktor yang menyebabkan keterlambatan dalam merilis laporan keuangan, termasuk proses penutupan laporan keuangan itu sendiri dan proses audit yang membutuhkan waktu relatif lama. Menurut Givoly dan Palmon (1992) lamanya audit adalah "the single most important of the timeliness of earnings announcement". Hal ini mencerminkan bahwa hal yang paling penting adalah penyajian pengumuman laporan auditan secara tepat waktu publik, maka perusahaan tidak diharapkan untuk menunda penyajian laporan keuangan. Keterlambatan ini dapat mengakibatkan informasi manfaat menjadi kurang relevan bagi pengguna informasi keuangan, terutama investor dalam membuat keputusan investasi. keprihatinan yang lebih besar tentang ketepatan waktu keterbukaan informasi publik telah memotivasi beberapa penyelidikan faktor-faktor penentu Audit Delay.

Selanjutnya, menurut Lawrence dan Bryan dalam kutipan Ashton, Willingham dan Elliot (1998) tentang Audit Delay yang akan lebih lama di perusahaan yang memiliki aset besar, kondisi keuangan yang buruk atau di musim sibuk menjelang akhir tahun fiskal. Lawrence dan Bryan (1998) menyatakan


(19)

5

bahwa penyebab panjang Audit Delay juga dipengaruhi oleh faktor ketidaksesuaian antara auditor dan manajemen klien auditor, masalah dalam akuntansi umum dan masalah-masalah audit. Ahmad & Kamarudin (2003) menemukan bahwa Audit Delay di Malaysia dipengaruhi oleh atribut perusahaan dan auditor. Atribut perusahaan yang mempengaruhi Audit Delay adalah ukuran perusahaan, industri klasifikasi pengumuman perusahaan, laba atau rugi, pos luar biasa, opini audit, perusahaan akhir tahun dan proporsi hutang. Sementara auditor atribut yang digunakan dalam penelitian Kamarudin adalah ukuran perusahaan audit tersebut.

Dalam klasifikasi industri, industri dapat digolongkan menjadi dua sektor, sektor keuangan versus non-keuangan. Untuk perusahaan jasa keuangan, Audit Delay

diharapkan akan lebih pendek. Hal ini karena perusahaan jasa keuangan tampaknya memiliki sedikit atau tidak ada persediaan sehingga auditor dapat melewati atau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengaudit bagian yang paling sulit dan membosankan audit di mana kesalahan material yang sering ditemukan (Ahmad & Kamarudin, 2003).

Beberapa peneliti telah menggunakan variabel pengumuman profit atau laba atau rugi sebagai variabel penjelas untuk Audit Delay (Ashton et al, 1987;. dan Carslaw dan Kaplan, 1991). Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa perusahaan yang menghadapi kerugian akan menunda pengumuman berita buruk(badnews) tersebut. perusahaan meminta auditor untuk memulai jadwal audit mereka lebih dari pada umumnya dan auditor akan mengaudit perusahaan tersebut lebih hati-hati dan teliti karena auditor percaya kemungkinan terjadinya kegagalan keuangan (financial failure) dan kecurangan manajeman.


(20)

Adanya Dasar pemikiran Menurut Asthon et,al. 1984 dalam kutipan penelitian Andi Kartika (2009) ,Perusahaan publik yang mengumumkan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung mengalami penerbitan laporan keuangan auditan dari auditor yang lebih panjang daripada perusahaan non publik. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) bahwa menurutnya Tingkat profitabilitas yang lebih rendah akan akan mengacu kemunduran publikasi laporan keuangan auditan. Adanya tingkat profitabilitas yang tinggi juga mempengaruhi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan auditan tersebut.

Sebagian besar dari utang dapat mengakibatkan masalah likuiditas yang memerlukan audit lebih rumit. Hal ini karena tingginya proporsi utang biasanya dikaitkan dengan risiko tinggi. Mungkin hasil dari kesehatan keuangan yang buruk yang dapat menyebabkan salah persepsi dan kemungkinan penipuan (Ahmad dan Kamarudin, 2003).

Menurut penelitian sebelumnya oleh Cullinan, et al(2003) bahwa perubahan auditor dapat mempengaruhi lamanya Audit karena kurangnya pemahaman terhadap klien. Kurangnya pemahaman tersebut bisa membuat auditor menghabiskan waktu lebih banyak untuk memperoleh pemahaman terhadap perusahaan klien. Pengendalian internal atas perusahaan tersebut juga harus dipahami oleh auditor dalam melakukan proses auditan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Audit Delay

dipengaruhi oleh berbagai variabel. Variabel dapat diklasifikasikan ke dalam variabel perusahaan dan variabel auditor. Penelitian ini menggunakan tingkat profitabilitas, proporsi hutang, dan perubahan auditor sebagai variabel karena


(21)

7

mereka mewakili kondisi perekonomian di negara maju khususnya di Indonesia. Penulis menggabungkan variabel dari penelitian sebelumnya di Malaysia (Ahmad dan Kamarudin, 2003), penelitian Hussain dan Taylor di pakistan (1998), Carslaw dan kaplan di New Zealand(1991), Cullinan et al di United states(2003), serta beberapa penelitian di Indonesia antara lain Andi kartika (2003).

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul

“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat Profitabilitas (TPROF) berpengaruh terhadap Audit Delay? 2. Apakah Proporsi Hutang(DEBT) berpengaruh terhadap Audit Delay? 3. Apakah perubahan auditor (CHANGE) berpengaruh terhadap Audit Delay?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah disusun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Menguji dan membuktikan secara empiris apakah tingkat profitabilitas mempengaruhi audit dealay.

2. Menguji dan membuktikan secara empiris apakah proporsi hutang mempengaruhi audit dealay.

3. Menguji dan membuktikan secara empiris apakah perubahan auditor mempengaruhi audit dealay.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat/kontribusi sebagai berikut : 1. Bagi auditor: Membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay sehingga dapat mengoptimalkan kinerja yang berimbas pada tepatnya waktu pelaporan keuangan.

2. Bagi akademisi: Memberi deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay di Indonesia, dimana bukti empiris tersebut dapat dijadikan tambahan wawasan dalam penelitian berikutnya.

3. Bagi praktisi: Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pekerjaan audit sehingga mempersingkat rentang waktu audit; meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan mencermati faktor-faktor yang dominan mempengaruhi audit delay.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai audit delay telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Ashton dkk. (1987) di Kanada meneliti hubungan antara audit delay dengan variabel bebas sebanyak 14 (empat belas), meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, perusahaan publik atau non publik, bulan penutupan tahun buku, kualitas SPI, kompleksitas operasional, kompleksitas keuangan, kompleksitas pelaporan keuangan, kompleksitas EDP, campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun, lamanya perusahaan menjadi klien KAP, pengumuman laba atau rugi, jenis opini, dan profitabilitas.

Ashton menggunakan sampel dari perusahaan-perusahaan yang diaudit oleh Peat, Marwick, Mitchel & Co. pada tahun 1982 sebanyak 488 perusahaan. Hasil analisis univariate pada keseluruhan sampel memperlihatkan bahwa audit delay signifikan lebih lama pada perusahaan yang mempunyai qualified opinion, merupakan perusahaan industrial, bukan perusahaan publik, mempunyai tahun tutup buku selain bulan Desember, pengendalian internal dan EDP yang lemah, dan pekerjaan pemeriksaan relatif banyak dilakukan setelah berakhirnya penutupan tahun buku. Sementara pada uji analisis multivariate, hanya ukuran perusahaan, kompleksitas operasional, status perusahaan publik atau non publik, kualitas SPI dan campuran relatif antara waktu pemeriksaan pada interim dan akhir tahun yang berpengaruh secara signifikan pada keseluruhan sampel.


(24)

Carslaw dan Kaplan (1991) meneliti audit delay pada perusahaan-perusahaan publik di New Zealand di tahun 1987 dan 1988. Variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian,

extraordinary item, jenis opini, auditor (reputasi KAP), bulan penutupan tahun buku, struktur kepemilikan perusahaan, dan proporsi hutang terhadap total aset. Ditemukan bahwa rata-rata audit delay di New Zealand pada tahun 1987 adalah 87,7 hari, sementara rerata audit delay pada tahun 1988 sejumlah 95,5 hari. Variabel-variabel yang mempengaruhi audit delay pada tahun 1987 meliputi ukuran perusahaan, pengumuman kerugian, extraordinary item, jenis opini, struktur kepemilikan perusahaan. Pada tahun 1988, variabel yang berpengaruh terdiri atas ukuran perusahaan, jenis industri, pengumuman kerugian, dan proporsi hutang terhadap total aset. Hasil penelitianCarslaw dan Kaplan (1991) menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan dan pengumuman kerugian yang konsisten berpengaruh terhadap audit delay selama periode penelitian.

Di Indonesia, Halim (2000) yang mengambil sampel penelitian tahun 1997 menguji tujuh faktor yang dapat mempengaruhi audit delay pada perusahaanperusahaan terdaftar di BEI. Sejalan dengan penelitian Ashton dkk. (1987), ketujuh faktor tersebut meliputi ukuran perusahaan, jenis industri, tahun buku yang berakhir 31 Desember, opini auditor, tingkat profitabilitas, pengumuman rugi, dan lamanya menjadi klien KAP. Ditemukan bahwa rata-rata


(25)

11

penelitian univariate Halim (2000) mengungkapkan bahwa faktor pengumuman rugi, tahun buku yang berakhir 31 Desember, dan lamanya menjadi klien KAP mengakibatkan jangka waktu audit delay lebih panjang. Di sisi lain, hasil penelitian multivariate menunjukkan bahwa ketujuh faktor tersebut secara serentak berpengaruh terhadap audit delay, namun yang berpengaruh kuat hanya pengumuman rugi dan tahun buku.

Wirakusuma (2004) melakukan penelitian tentang rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik pada tahun 1999-2001 dengan sampel 132 perusahaan yang terdaftar di BEI. Menggunakan variabel dependen rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dan rentang waktu pengumuman laporan keuangan serta variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, keberadaan internal audit, reputasi auditor, dan jenis opini, Wirakususma memakai dua tahap analisis. Tahap pertama menunjukkan bahwasanya rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi jenis opini, solvabilitas, keberadaan internal auditor, dan ukuran perusahaan. Tahap kedua memperlihatkan, rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan bersama-sama dengan variabel solvabilitas dan opini auditor mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik. Rerata audit delay pada penelitian ini sebesar 99,92 hari.

Berikutnya, Subekti dan Widiyanti (2004) menggunakan sampel 72 perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEI pada tahun 2001. Dari kelima faktor yang diuji, yakni meliputi profitabilitas perusahaan, ukuran


(26)

perusahaan, sektor industri perusahaan, jenis pendapat akuntan publik, dan ukuran KAP, tampak bahwa kelima faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Rata-rata audit delay yang terjadi adalah 98,38 hari.

Haron dkk. (2006) menggunakan sampel 108 perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di BEI pada tahun 2002, 2003, dan 2004 untuk meneliti apakah reputasi KAP, opini auditor, ukuran perusahaan, contingent liabillity, pengumuman rugi, extraordinary item, gearing ratio, anak cabang dari perusahaan multinasional, tipe industri, dan good corporate governance dapat mempengaruhi audit delay pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitiannya menunjukkan hanya variabel opini auditor, tipe industri, dan anak cabang dari perusahaan multinasional yang terbukti berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang mendapatkan qualified opinion dan perusahaan dengan jenis industri manufaktur audit delay-nya cenderung panjang. Sedangkan perusahaan yang merupakan anak cabang perusahaan multinasional akan lebih cepat waktu

audit delay-nya. Rata-rata audit delay terjadi selama 68,04 hari.

2.2 Landasan Teori


(27)

13

Teori Keagenan (Agency Theory). Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dalam hal ini yang dimaksud adalah manajemen perusahaan dengan prinsipal atau yang sering disebut sebagai pemilik usaha atau pemegang saham. Adanya pemegang saham yang berperan sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen, dimana manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.

Dalam hubungan keagenan adanya kontrak satu atau dua orang lebih pemegang saham yang bertindak sebagai prinsipal memerintah orang lain yang bertindak sebagai manajemen perusahaan (agen) untuk melakukan suatu kegiatan usaha/jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan manajemen terbaik bagi prinsipal (Jansen dan Meckling, 1976).

Menurut teori keagenan, prinsipal dan agen memiliki preferensi dan tujuan yang berbeda dikarenakan semua individu bertindak atas kepentingan individu sendiri. Menurut Eisenhardt dalam Wijayanti (2009), asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai presepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Salah satu sifat dasar manusia adalah self interst artinya mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban untuk orang lain.

Adanya Perbedaan kepentingan tersebut bisa jadi menyebabkan agen memberi atau menahan informasi yang diminta principal bila menguntungkan


(28)

bagi agen, walaupun sudah menjadi kewajiban bagi agent untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan prinsipal(Jansen dan Meckling, 1976). Kepentingan-kepentingan tersebut, memungkinkan adanya informasi asimetris yang mana menurut Jensen dan meckeling (1976) dapat menimbulkan dua masalah agensi (agency problem) yang disebabkan kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Permasalahan tersebut antara lain :

1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul apabila agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.

2. Adverse Selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

Apabila dilihat dari Dua permasalahan diatas, permasalahan agensi menimbulkan biaya keagenan (agency cost) menurut Jensen dan meckeling (1976) antara lain :

1. The monitoring expeditures by the principle , yakni biaya yang dikeluarkan opeh prinsipal untuk memonitor perilaku agen.

2. The bonding expeditures by agent, yaitu biaya yang dikeluarkan agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan melakukan tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal.


(29)

15

3. The residual loss, yaitu penurunan tingkat kesejahterahan prinsipal maupun agen setelah adanya hubungan keagenan (agency relationship).

2.2.2 Teori Pelayanan Klien (Client Service Theory)

Teori pelayanan klien (Client Service Theory) merupakan teori yang dilihat dari sudut pandang layanan yang diberikan auditor kepada perusahaan klien. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan memiliki

Audit Delay yang lebih pendek, disebabkan karena auditor akan menyelesaikan audit lebih cepat demi mempertahankan klien tersebut. Auditor eksternal juga akan memberi perioritas utama bagi peruhasaan tersebut guna upaya mempertahankannya sehingga laporan keuangan auditan lebih cepat terpublikasikan.

2.2.3 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Teori Kepatuhan (Compliance Theory). Ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang psikologi dan sosiologi telah meneliti mengenai teori kepatuhan yang mana dalam penellitian itu menekankan pada pentingnya proses sosialisai dalam mesmpengaruhi perilaku seorang individu. Menurut Tayler dalam saleh (2004) terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu :

1. Perspektif instrumental , mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan insentif dan penalti yang berhubungan dengan perilaku.


(30)

2. Perspektif normatif, yaitu berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.

Teori kepatuhan ini mendorong adanya perusahaan untuk mematuhi peraturan yang berlaku, contohnya perusahaan yang berusaha menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu karena selain itu merupakan kewajiban perusahaan, hal tersebut juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Tuntutan akan ketepatan laporan keuangan khususnya laporan auditan telah diatur dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal yang menyatakan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan berkala dan laporan insidental lainnya kepada Bapepam. Apabila emiten dan perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam,maka emiten dan perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Selanjutnya diatur oleh peraturan Bapepam nomor X.K.2 Lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor : KEP-36/PM/2003 mengenai kewajiban penyampaian kaporan keuangan berkala menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Maksud dari peraturan ini adalah agar investor dapat lebih cepat memperoleh informasi laporan keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi.


(31)

17

Adanya sanksi penyelewengan atas kepatuhan penyampaian laporan keuangan juga diatur dalam Peraturan pemerintah No. 45 Tahun 1995 tetantang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal Pasal 63 huruf e yang isinya adalah akan dikenakan sanksi administrasi denda yaitu: “emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta).

2.2.4 Laporan Keuangan

2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:61) adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/ atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas menejemen dan lainya. Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh Kantor


(32)

Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan terdiri dari:

1. Neraca (Balance Sheet)

Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada titik waktu tertentu (Bringham & Houston, 2006:46). Persamaan akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan dasar sistem akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan melalui aktiva operasi sisi kanan persamaan ini yang mengidentifikasi sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas aktiva. Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity) merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba yang tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya perusahaan.

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun (Bringham & Houston, 2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan


(33)

19

rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode akuntansi (Bringham & Houston, 2006:59). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.

2.2.4.2. Tujuan Laporan Keuangan

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan yang menunjukan adanya informasi yang bermanfaat dalam kebutuhan untuk pembuatan keputusan investor (Made Gede, 2004 dalam Yugo Trianto, 2006). Hal ini berarti apabila penyampaian laporan keuangan terlambat maka informasi yang didapat akan kehilangan relevansinya dan secara tidak langsung sebagai sinyal buruk bagi perusahaan.

Menurut PSAK (2004) tujuan laporan keuangan utuk tujuan umum adl menyediakan informasi yg menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yg bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yg telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yg dipercayakan kepadanya.


(34)

Laporan keuangan auditan merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph).

Menurut Haryono Jusup (2001:57) laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing.

2.2.5 Tingkat Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Subekti & Widiyanti, 2004). Selain itu, menurut Munawir (2002 : 246) profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan.


(35)

21

Proporsi Hutang (DEBT) adalah kemampuan keseluruhan hutang perusahaan untuk membelanjai atau mendanai keseluruhan aktiva atau kekayaan perusahaan. Perusahaan Menggunakan Proporsi Hutang untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan bahwa perbedaan leverage menyebabkan perusahaan memiliki insentif yang berbeda untuk manajemen laba ( Becker et al. ,1998 dan Choi et al. ,2006 dalam Lambert et al ,2007).

2.2.7 Perubahan Auditor

Perubahan auditor adalah pergantian atau perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan auditor yang ditandai dengan perubahan KAP yang mengaudit perusahaan pada periode tahun berjalan tidak sama (berbeda ) dengan auditor yang mengaudit periode tahun sebelumnya. Perubahan auditor dalam laporan audit merupakan indikasi adanya manajemen laba yang mengakibakan kualitas laba yang rendah.

2.2.3.8 Audit Delay

Audit Delay dapat didefinisikan sebagai jangka waktu antara laporan keuangan dan tanggal laporan audit (Carslaw & Kaplan, 1991; Ahmad & Kamarudin, 2003). Selain itu, menurut Kartikasari (2006), definisi Audit Delay

adalah perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan opini auditor. Sedangkan Menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Ahmad et al.

(2005) audit report lag adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan. Dan dalam penelitian ini, definisi Audit Delay yang


(36)

digunakan adalah periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit.

2.3. Kerangka Pikir dan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Tingkat Profitabilitas (TPROF) terhadap Audit Delay (DELAY)

Laporan laba rugi merupakan laporan yang paling banyak diminati oleh pihak pengguna informasi laporan keuangan karena dapat menggambarkan kinerja keuangan (operasional) perusahaan. Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil usaha suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu (Sukrisno Agoes, 2004:3). Laporan laba rugi melaporkan dua kondisi keuangan yang disebut dengan laba atau rugi. Apabila jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah beban yang terjadi disebut dengan laba bersih (net income). Apabila jumlah beban lebih besar dari jumlah pendapatan disebut dengan rugi bersih (net loss). Pengguna laporan keuangan, termasuk investor, cenderung memperhatikan informasi laba atau rugi bersih perusahaan.

Tingkat keuntungan atau keberhasilan efektifitas perusahaan yang bisa dinilai melalui tingginya tingkat profitabilitas yang salah satunya dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan perusahaan dalam periode berjalan. Adanya reputasi atau capaian profit yang tinggi berpengaruh terhadap keinginan untuk segera mempublikasikan profit tersebut yang diharapkan mendapat sinyal positif atas laba yang diumumkansehingga adanya respon pasar yang positif terhadap perusahaan (klien auditor) juga dapat meningkatkan reputasi


(37)

23

auditor sebagai tim audit perusahaan tersebut sehingga auditor pun juga cenderung ingin mendukung lebih cepat mempublikasikan laba perusahaan tersebut agar auditor dapat mempertahankan klien nya yang berpeluang berkualitas baik ( the client service theory).

Adanya Dasar pemikiran Menurut Asthon et,al. 1984 dalam kutipan penelitian Andi Kartika (2009) ,Perusahaan publik yang mengumumkan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung mengalami penerbitan laporan keuangan auditan dari auditor yang lebih panjang daripada perusahaan non publik. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) bahwa menurutnya Tingkat profitabilitas yang lebih rendah akan akan mengacu kemunduran publikasi laporan keuangan auditan. Adanya tingkat profitabilitas yang tinggi juga mempengaruhi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan auditan tersebut. Jadi semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan , semakin pendek Audit Delay nya karena kita ketahui jika profit nya tinggi kecenderungan perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik, sehingga goodnews tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya.

H1 = Tingkat profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh terhadap Audit Delay

2.3.2 Pengaruh Proporsi Hutang (DEBT) terhadap Audit Delay (DELAY)

Adanya Proporsi hutang terhadap total aset menunjukkan adanya besarnya hutang perusahaan untuk mendanai aset perusahaannya . Dua alasan Dugaan logis menurut carslaw dan kaplan (1991) terhadap variabel ini adalah yang pertama


(38)

bahwa semakin tinggi proporsi hutang perusahaan semakin meningkat pula kegagalan perusahaan dan dapat meningkatkan kekhawatiran tambahan auditor terhadap penyajian kewajaran dan keandalan laporan keuangan. Rendahnya kesehatan laporan keuangan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecurangan manajemen atau kesalahan yang tidak disengaja manajemen terkait dengan pengurangi staf. Kekhawatiran tersebut cenderung memperpanjang waktu pengauditan yang dilakukan auditor sehingga memperlama penerbitan laporan keuangan auditan. Dugaan kedua adalah proses pengidentifikasian atau pengauditan atas hutang lebih membutuhkan waktu lama dibandingkan pengauditan atas ekuitas, adanya transaksi hutang perusahaan sangatlah luas dan kompleks dibandingkan dengan transaksi ekuitas.

Besarnya proporsi hutang juga perlu diperhatian , mengingat adanya teori stakeholder dimana perusahaan tidak dapat hidup tanpa adanya pemilik modal, hal ini mengacu bahwa perusahaan sebagian besar didanai oleh hutang atau modal. Adanya hutang dan modal tersebut berpengaruh terhadap proporsi harta perusahaan, apakah cenderung didanai oleh hutang atau didanai oleh modal. Apabila proporsi hutang perusahaan semakin meningkat pula kegagalan perusahaan dan dapat meningkatkan kekhawatiran tambahan auditor sehingga kemungkinan lamanya Audit Delay.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:


(39)

25

2.3.3 Pengaruh Perubahan Auditor (CHANGE) terhadap Audit Delay (DELAY)

Hasil penelitian Ashton (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP, semakin pendek Audit Delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Oleh karena itu apabila adanya perubahan auditor pada suatu periode audit mengidentifikasikan bahwa semakin lama pula Audit Delay nya karena auditor baru harus memahami sistem pengendalian internal perusahaan tersebut dan meninjau laporan auditan dari auditor sebelumnya agar dapat digunakan sebagai acuan pegangan awal pengauditan. Proses pemahaman internal perusahaan dan pengetahuan kejadian sebelum auditor baru mengaudit tersebut membutuhkan waktu lebih untuk mempelajarinya sehingga memungkinkan adanya Audit Delay yang lama , hal ini berbeda dengan apabila tidak ada perubahan auditor, tentunya untuk mengaudit laporan keuangan tahun berjalan ini auditor lama hanya tinggal mengidentifikasi apakah ada perubahan sistem dibanding tahun sebelumnya dan menilai kewajaran laporan keuangan tersebut .

H3 = Perubahan Auditor (CHANGE) mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay. Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :


(40)

Gambar 2.1

X1

Tingkat Profitabilitas

X3

Perubahan Auditor

Y Audit Delay X2


(41)

27


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel independen atau bebas (Anshori & Iswati, 2009). Variabe

l dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audit Delay(Y).

Audit Delay dapat didefinisikan sebagai jangka waktu antara laporan keuangan dan tanggal laporan audit (Carslaw & Kaplan, 1991; Ahmad & Kamarudin, 2003).

3.1.2. Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan perubahan variabel yang lain (Anshori & Iswati, 2009:57). Variabel Idependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tingkat Profitabilitas (TPROF)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Subekti & Widiyanti, 2004).

Variabel Tingkat Profitabilitas diukur berdasarkan nilai ROA yaitu Net Profit dibagi dengan Total Asset, dengan rumus sebagai berikut :

TPROFit = NIit / Ait ...(5) Keterangan:


(43)

29

TPROFit = Tingkat Profitabilitas perusahaan i pada tahun t NIit = total Laba Bersih (Net Profit) perusahaan i pada tahun t Ait = total Asset perusahaan i pada tahun t

Skala data adalah rasio dan satuan persen (%) 2. Proporsi Hutang (DEBT)

Proporsi Hutang (DEBT) adalah kemampuan keseluruhan hutang perusahaan untuk membelanjai atau mendanai keseluruhan aktiva atau kekayaan perusahaan. Perusahaan Menggunakan Proporsi Hutang untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini menunjukkan bahwa perbedaan leverage menyebabkan perusahaan memiliki insentif yang berbeda untuk manajemen laba ( Becker et al. ,1998 dan Choi et al. ,2006 dalam Lambert et al ,2007).

Rasio Proporsi Hutang ataupun leverage merupakan Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Definisi pengukuran Variabel proporsi DEBT diukur dengan rasio leverage yaitu merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset ( Astuti, 2007)

DEBTit = Lit / Ait ...(6) Keterangan:

DEBTit = Proporsi Hutang perusahaan i pada tahun t Lit = total kewajiban perusahaan i pada tahun t Ait = total Asset kewajiban perusahaan i pada tahun t Skala data adalah rasio dan satuan persen (%)


(44)

3. Perubahan Auditor (CHANGE)

Perubahan auditor adalah pergantian atau perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan auditor yang ditandai dengan perubahan KAP yang mengaudit perusahaan pada periode tahun berjalan tidak sama (berbeda ) dengan auditor yang mengaudit periode tahun sebelumnya.

Perubahan auditor dalam laporan audit merupakan indikasi adanya manajemen laba yang mengakibakan kualitas laba yang rendah. Variabel perubahan auditor ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan yang pada tahun berjalan mengubah auditornya dan 0 untuk lainnya. (Lambert et al. ,2007). Skala pengukurannya menggunakan skala nominal.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat melalui pihak lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang telah dipublikasikan dan tidak dipublikasikan.

Semua data berasal dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 yang bersumber dari laporan keuangan auditan, dan situs BEI yaitu www.idx.co.id.


(45)

31

3.3. Prosedur Pengumpulan Data 3. 3.1. Populasi

Populasi sasaran dari penelitian ini adalah laporan keuangan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 yang berjumlah 129 perusahaan.

3. 3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2010 dan memiliki harga saham harian. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perusahaan dapat menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang data laporan keuangan auditan tersedia lengkap, sehingga terpilih 103 perusahaan.

3.4. Teknik Analisis

Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan analisis regresi linier dummy, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen.

Adapun model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = β1 X1 + β2 X2 + β4 d1 + ε1 ...(1)

Keterangan :

Y = Audit Delay (DELAY)


(46)

X1 = Tingkat Profitabilitas (TPROF) X2 = Proporsi Hutang (DEBT) d1 = Perubahan Auditor (CHANGE) ε1 = Eror

3.4.1. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji hipotesis, sebelumnya ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis regresi berganda. Asumsi klasik yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi data yang normal. Apabila asumsi normalitas ini tidak dipenuhi, maka uji statistik akan menjadi tidak valid. Pengujian dalam penelitian data ini dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogrov Smirnov. Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi normal adalah:

1. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal 2. Jika nilai signifikan lebih besarl dari 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.1.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen/bebas. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Gejala multikolinieritas yang cukup tinggi dapat menyebabkan standar kesalahan dari koefisien regresi


(47)

masing-33

masing variabel bebas menjadi sangat tinggi. Pengujian atas hal tersebut adalah sebagai berikut:

Menggunakan tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Ketentuannya adalah:

1. Jika tolerance value < 0,01 dan VIF >10, maka terdapat terlalu besar korelasi di antara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain, dengan kata lain terjadi multikolinieritas.

2. Jika tolerance value >0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas. Artinya semakin kecil nilai VIF maka semakin baik (Ghozali, 2006: 91).

3.4.1.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang mengalami gejala autokorelasi memiliki standard error yang sangat besar sehingga model regresi kemungkinan besar tidak signifikan. Autokorelasi terjadi karena bentuk gangguan dari pengamatan yang berbeda bersifat tidak bebas, atau terdapat korelasi diantara bentuk gangguan yang ada dalam regresi populasi.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W test). Menurut Ghozali (2006:100), dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


(48)

Tabel 3.2

Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < DW < dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ DW ≤ dU

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dL < DW < 4

Tidak ada korelasi negative No decision 4 – dU ≤ DW ≤ 4 - dL

Tidak ada autokorelasi positif atau negative

Tidak ditolak dU < DW < 4 - dU

3.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas, jadi Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006:125).

Heteroskastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variable bebas. Menurut Santoso (2002 : 301) deteksi adanya Heteroskastisitas adalah:

1. Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heteroskastisitas. 2. Nilai Probabilitas < 0,05 berarti terkena dari Heteroskastisitas.


(49)

35

3.4.2. Pengujian Hipotesis 3.4.2.1 Uji kesesuaian Model

Uji kesesuaian model digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi dalam memprediksi variable Y dengan prosedur sebagai berikut:

Ho: β1 = β2 = 0 artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh X1, X2, X3 dan d terhadap Y.

Hi: β1 ≠ β2 ≠ 0 artinya model regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh X1, X2, X3 dan d terhadap Y. 1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%.

2. Kriteria dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

a. Apabila tingkat signifikasi > 0,05 Ho diterima dan Hi ditolak. b. Apabila tingkat signifikasi ≤ 0,05 Ho diterima dan Hi diterima.

3.4.2.2 Uji t

Untuk menguji signifikan atau tidaknya pengeruh X1, X2, X3 atau dummy terhadap Y digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

Ho : β1 = 0 artinya tidak terdapat pengeruh yang signifikan X1, X2, X3 atau dummy terhadap Y.

Ho : β1 ≠ 0 artinya terdapat pengeruh yang signifikan X1, X2, X3 atau dummy terhadap Y.

1. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 atau 5%. 2. Kriteria dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:


(50)

a. Apabila tingkat signifikasi > 0,05 Ho diterima dan Hi ditolak. b. Apabila tingkat signifikasi ≤ 0,05 Ho diterima dan Hi diterima.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19 pada tahun 1912 dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai


(52)

meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990, pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System

(JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair

dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scriples Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.


(53)

39

4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

A. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien. B. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Tingkat Profitabilitas (X1)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Subekti & Widiyanti, 2004). Variabel Tingkat Profitabilitas diukur berdasarkan nilai ROA yaitu Net Profit dibagi dengan Total Asset, dengan rumus sebagai berikut : TPROFit = NIit / Ait

Berikut ini data profitabilitas pada 103 perusahaan manufaktur tahun 2010, disajikan dalam tabel sebagai berikut :


(54)

Tabel 4.1. Data Variabel Profitabilitas

No Kode Nama Perusahaan Profitabilitas

1 ADES Akasha Wira International Tbk 0.098

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0.010

3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.039

4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 0.026

5 ALMI Alumindo Light Metal Inds.Tbk 0.029

6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0.139

7 APLI Asiaplast Industries Tbk 0.074

8 ARNA Arwana Citramulia Tbk 0.091

9 ASII Astra International Tbk 0.127

10 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.204

11 BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk 0.105

12 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.090

13 BRNA Berlina Tbk 0.063

14 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.000

15 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 0.023

16 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 0.035

17 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.312

18 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.067

19 DLTA Delta Djakarta Tbk 0.197

20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0.084

21 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.130

22 EKAD Ekadharma International Tbk 0.120

23 ESTI Ever Shine Tex Tbk. 0.003

24 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 0.063

25 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 0.160

26 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 0.058

27 GGRM Gudang Garam Tbk 0.135

28 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0.080

29 HDTX Panasia Indosyntec Tbk 0.001

30 HMSP H M Sampoerna Tbk 0.313

31 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tb 0.128

32 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 0.093

33 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.008

34 IMAS Indomobil Sukses Int l. Tbk 0.056


(55)

41

No Kode Nama Perusahaan Profitabilitas

36 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 0.041

37 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.062

38 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 0.046

39 INDS Indospring Tbk 0.092

40 INKP Indah Kiat Pulp and Paper Tbk 0.002

41 INRU Toba Pulp Lestari Tbk. 0.001

42 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tb 0.210

43 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tb 0.077

44 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 0.023

45 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.137

46 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.069

47 KAEF Kimia Farma Tbk 0.084

48 KBLI KMI Wire & Cable Tbk. 0.081

49 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.010

50 KDSI Kedawung Setia Industrial Tb 0.030

51 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi 0.012

52 KICI Kedaung Indah Can Tbk 0.038

53 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.183

54 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. 0.060

55 LION Lion Metal Works Tbk 0.127

56 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk. 0.005

57 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 0.094

58 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 0.094

59 MAIN Malindo Feedmill Tbk 0.186

60 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 0.058

61 MERK Merck Tbk 0.273

62 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0.390

63 MLIA Mulia Industrindo Tbk 0.347

64 MRAT Mustika Ratu Tbk 0.063

65 MYOR Mayora Indah Tbk 0.110

66 MYRX Hanson International Tbk 0.252

67 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. 0.081

68 NIPS Nipress Tbk 0.038

69 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.040

70 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.021

71 POLY Asia Pacific Fibers Tbk 0.084


(56)

No Kode Nama Perusahaan Profitabilitas

73 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.031

74 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.042

75 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0.018

76 RMBA Bentoel International Inv. Tb 0.045

77 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk. 0.176

78 SCCO Supreme Cable Manufacturing C 0.052

79 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 0.027

80 SIPD Sierad Produce Tbk 0.030

81 SKLT Sekar Laut Tbk 0.024

82 SMCB Holcim Indonesia Tbk 0.079

83 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 0.233

84 SMSM Selamat Sempurna Tbk 0.141

85 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo 0.038

86 SPMA Suparma Tbk 0.020

87 SQBI Taisho Pharmaceutical Indones 0.289

88 SRSN Indo Acidatama Tbk 0.027

89 SSTM Sunson Textile Manufacture Tb 0.011

90 STTP Siantar TOP Tbk 0.066

91 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk 0.002

92 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 0.003

93 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.126

94 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.020

95 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0.178

96 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk 0.116

97 TRST Trias Sentosa Tbk 0.067

98 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 0.136

99 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.053

100 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 0.015

101 UNVR Unilever Indonesia Tbk 0.389

102 VOKS Voksel Electric Tbk 0.009

103 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk 0.105

Mean 0.090

Nilai Maksimum 0.39

Nilai Minimum 0.00001


(57)

43

Berdasarkan tampilan dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata Profitabilitas dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2010 sangat kecil yaitu sebesar 0,09 atau 9%. Perusahaan manufaktur yang memiliki Profitabilitas dengan nilai relatif lebih besar adalah Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) yaitu sebesar 0,39 atau 39%. Sedangkan perusahaan manufaktur yang memiliki Profitabilitas dengan nilai relatif lebih kecil adalah Betonjaya Manunggal Tbk (BTON) yaitu sebesar 0,00001 atau 0,001%.

4.2.2. Proporsi Hutang (X2)

Proporsi Hutang (DEBT) adalah kemampuan keseluruhan hutang perusahaan untuk membelanjai atau mendanai keseluruhan aktiva atau kekayaan perusahaan. Perusahaan Menggunakan Proporsi Hutang untuk mengukur berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

Rasio Proporsi Hutang ataupun leverage merupakan Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Definisi pengukuran Variabel proporsi DEBT diukur dengan rasio leverage yaitu merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset (Astuti, 2007)

DEBTit = Lit / Ait

Berikut ini data proporsi hutang pada 103 perusahaan manufaktur tahun 2010, disajikan dalam tabel sebagai berikut :


(58)

Tabel 4.2. : Data Variabel Debt

No Kode Nama Perusahaan Debt

1 ADES Akasha Wira International Tbk 0.692

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0.668

3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.695

4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 0.755

5 ALMI Alumindo Light Metal Inds.Tbk 0.664

6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0.223

7 APLI Asiaplast Industries Tbk 0.315

8 ARNA Arwana Citramulia Tbk 0.525

9 ASII Astra International Tbk 0.480

10 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.265

11 BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk 3.210

12 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.190

13 BRNA Berlina Tbk 0.593

14 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.185

15 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 0.592

16 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 0.637

17 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 0.312

18 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.587

19 DLTA Delta Djakarta Tbk 0.163

20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0.275

21 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.250

22 EKAD Ekadharma International Tbk 0.388

23 ESTI Ever Shine Tex Tbk. 0.561

24 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 0.597

25 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 0.399

26 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 0.638

27 GGRM Gudang Garam Tbk 0.306

28 GJTL Gajah Tunggal Tbk 0.660

29 HDTX Panasia Indosyntec Tbk 0.459

30 HMSP H M Sampoerna Tbk 0.502

31 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tb 0.299

32 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 0.156

33 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.180

34 IMAS Indomobil Sukses Int l. Tbk 0.799

35 INAF Indofarma Tbk 0.576


(59)

45

No Kode Nama Perusahaan Debt

37 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.474

38 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 0.490

39 INDS Indospring Tbk 0.705

40 INKP Indah Kiat Pulp and Paper Tbk 0.661

41 INRU Toba Pulp Lestari Tbk. 0.567

42 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tb 0.146

43 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tb 0.506

44 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk 2.311

45 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.500

46 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.270

47 KAEF Kimia Farma Tbk 0.328

48 KBLI KMI Wire & Cable Tbk. 0.511

49 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.436

50 KDSI Kedawung Setia Industrial Tb 0.542

51 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi 0.795

52 KICI Kedaung Indah Can Tbk 0.256

53 KLBF Kalbe Farma Tbk 0.179

54 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. 0.464

55 LION Lion Metal Works Tbk 0.145

56 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk. 0.340

57 LMSH Lionmesh Prima Tbk. 0.402

58 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 0.292

59 MAIN Malindo Feedmill Tbk 0.735

60 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 0.464

61 MERK Merck Tbk 0.165

62 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 0.585

63 MLIA Mulia Industrindo Tbk 1.107

64 MRAT Mustika Ratu Tbk 0.126

65 MYOR Mayora Indah Tbk 0.536

66 MYRX Hanson International Tbk 1.839

67 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. 0.469

68 NIPS Nipress Tbk 0.561

69 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.811

70 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.692

71 POLY Asia Pacific Fibers Tbk 2.984

72 PRAS Prima Alloy Steel Tbk 0.707


(60)

No Kode Nama Perusahaan Debt

74 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.232

75 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 0.449

76 RMBA Bentoel International Inv. Tb 0.566

77 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk. 0.199

78 SCCO Supreme Cable Manufacturing C 0.634

79 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 0.343

80 SIPD Sierad Produce Tbk 0.400

81 SKLT Sekar Laut Tbk 0.407

82 SMCB Holcim Indonesia Tbk 0.346

83 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk 0.220

84 SMSM Selamat Sempurna Tbk 0.467

85 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo 0.543

86 SPMA Suparma Tbk 0.518

87 SQBI Taisho Pharmaceutical Indones 0.159

88 SRSN Indo Acidatama Tbk 0.373

89 SSTM Sunson Textile Manufacture Tb 0.630

90 STTP Siantar TOP Tbk 0.311

91 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk 0.818

92 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk 0.904

93 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.094

94 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.710

95 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 0.422

96 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk 0.317

97 TRST Trias Sentosa Tbk 0.390

98 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 0.263

99 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.352

100 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 0.455

101 UNVR Unilever Indonesia Tbk 0.535

102 VOKS Voksel Electric Tbk 0.657

103 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk 0.345

Mean 0.546

Nilai Maksimum 3.210

Nilai Minimum 0.094


(61)

47

Berdasarkan tampilan dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata Debt atau rasio proporsi hutang dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 cukup besar yaitu 0,546 atau 54,6%. Perusahaan manufaktur yang memiliki Debt dengan nilai relatif lebih besar adalah Mandom Indonesia Tbk (TCID) yaitu sebesar 0,094 atau 9,4%.

4.2.3 Perubahan Auditor (D)

Perubahan auditor adalah pergantian atau perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan auditor yang ditandai dengan perubahan KAP yang mengaudit perusahaan pada periode tahun berjalan tidak sama (berbeda) dengan auditor yang mengaudit periode tahun sebelumnya. Berikut ini adalah data tentang Perubahan Auditor dari 103 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 :

Tabel 4.3 : Data Variabel Perubahan Auditor

No Kode Nama Perusahaan Perubahan

Auditor

1 ADES Akasha Wira International Tbk 0

2 ADMG Polychem Indonesia Tbk 0

3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0

4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk 0

5 ALMI Alumindo Light Metal Inds.Tbk 0

6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 0

7 APLI Asiaplast Industries Tbk 0

8 ARNA Arwana Citramulia Tbk 0

9 ASII Astra International Tbk 1

10 AUTO Astra Otoparts Tbk 0

11 BIMA Primarindo Asia Infrastr. Tbk 0

12 BRAM Indo Kordsa Tbk 1


(1)

63

4.4.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kesadaran penuh bahwa penelitian ini mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :

1. Variabel yang digunakan hanya 3 (tiga) variabel saja dalam menguji audit delay. Beberapa faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap audit delay adalah inventory turnover ratio, pengumuman rugi/laba operasi, jenis industri perusahaan, dan lain sebagainya.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, data-data primer yang tidak dipublikasikan seperti luas audit yang dilakukan, tingkat pengendalian internal klien, kompleksitas EDP, resiko audit, yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

3. Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek pada tahun 2010 sebanyak 103 perusahaan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, maka kesimpulan yang dapat

diambil adalah :

1. Tingkat Profitabilitas

tidak terbukti

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

,

s

ehingga hipotesis ke-1 tidak teruji kebenarannya.

2. Proporsi Hutang

terbukti

berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay

, s

ehingga

hipotesis ke-2 teruji kebenarannya

3. Perubahan Auditor tidak

terbukti

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal,

sehingga hipotesis ke-3 tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil analisis regresi linier

berganda, maka saran yang dapat diambil adalah :

1. Bagi perusahaan publik, untuk memberikan keleluasaan kepada auditor untuk

melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan buku. Perusahaan

diharapkan dapat membantu pekerjaan auditor, dengan memberikan data-data

yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawaban-jawaban yang

benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan

keuangan auditan dapat diterbitkan lebih awal.


(3)

65

2. Bagi auditor, disarankan untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan

sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat

jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka auditor

harus merencanakan dengan seksama agar laporan keuangan auditan yang

dihasilkan tepat waktu. Untuk itu auditor dapat memulai pekerjaan lapangan

sebelum tahun buku berakhir, mengingat penunjukan auditor untuk mengaudit

laporan keuangan perusahaan publik sudah dilakukan oleh manajemen sebelum

tanggal penutupan buku, yaitu pada saat rapat umum pemegang saham.

3. Bagi investor untuk mewaspadai adanya keterlambatan publikasi laporan

keuangan emiten, karena kemungkinan besar emiten pada tahun berjalan

mengalami kerugian atau mendapat opini selain unqualified.

4. Bagi regulator pasar modal perlu membuat kebijakan untuk memberikan sanksi

yang memberikan efek jera kepada emiten yang terlambat mempublikasikan

laporan keuangan. Kebijakan tersebut untuk melindungi investor dari

ketidakpastian (risiko).

5. Bagi penelitian yang akan datang hendaknya menambah dan mengembangkan

variabel bebas selain Tingkat Profitabilitas, Proporsi Hutang, dan Perubahan

Auditor serta memperluas jangkauan populasi dan memperpanjang periode

pengamatan, agar meningkatkan generalisasi hasil penelitian.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Agus Sartono, 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

BPEF-YOGYAKARTA.

Ahmad, Hamzah, M. Nisarul Alim, Imam Subekti. 2005. Pengujian Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time. Makalah. SNA VIII Solo.

Ahmad, Raja Adzrin Raja, and Khairul Anuar Kamarudin. 2003. Audit Delay and

The Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence. Paper.

MARA University of Technology: Hawaii International Conference on Business.

Ang, Robert .1997) Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta:Media soft Indonesia.

Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif.

Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR

BAPEPAM. Kewajbian Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.(Online), (www.bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/X/X.K.2.pdf, diakses 6 Nopember 2011).

Carslaw, Charles A.P.N., and Steven E. Kaplan. 1991. An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research. 22 (85): 21-32.

Cullinan, Charles P & Bryant., et al. 2003. Competing size theories and audit lag: Evidence from mutual fund audits. Journal of American Academy of Business, Cambridge; Sep 2003; 3, 1/2; ABI/INFORM Global.pg. 183. Givoly, D, dan D. Palmon, 1982, Timeliness of Annual Earnings Announcement:

Some Empirical Evidence, The Accounting Review (July), p. 486-508. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi

ke4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


(5)

IAI. 2002. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. IAI. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Karim, Waresul & Ahmed.,et al. 2006. The effect of regulation on timeliness of

corporate financial reporting: Evidence from Bangladesh. JOAAG, Vol.

1. No. 1.

Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Di

Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi universitas Stikubank Semarang.

Kartikasari, Andrawina. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Stude Empiris pada Lembaga Keuangan yang

Tercatat di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Universitas Airlangga.

Surabaya.

Knechel, W. Robert dan Jeff L. Payne. 2001. Additional Evidence on Audit Report Lag, Auditing: A Journal of Practice & Theory Vol. 20 No. 1 March: 137-146.

Lawrence, Janice, and Barry Bryan. 1998. Characteristics Associated With Audit Delay In The Monitoring Of Low Income Housing Projects. Journal of Public Budgeting, Accounting & Financial Management. 10 (2): 173-191.

Miller, M.H. & F. Modigliani, 1961, Dividend Policy, Growth and the Valuation of Share, Journal of Business, Vol.34: 411-433.

Mulyadi. 2002. Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi Ke Enam, PT. Salemba Empat.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. edisi 4. Yogyakarta. Liberti.

Saleh, Rachmad dan Susilowati. 2004. ”Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.

Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. h. 67-80.

Stephen A. Ross. 1997. The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics, Vol. 8, No. 1. (Spring, 1977), pp. 23-40

Subekti, Imam, dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Makalah. SNA VII


(6)

Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay: Kajian Empiris Di Bursa

Efek Jakarta. BULLETIN Penelitian No.09 Tahun 2006.

www.google.com www.idx.co.id www.wikipedia.com