6 Data pada Tabel II memperlihatkan jenis kalsium di dalam suplemen kalsium yang
diresepkan di RS Panti Rapih Yogyakarta yaitu suplemen kalsium yang mengandung kalsium pantotenat 29,89, ossein hydroxyapatite 23,82, kalsium laktat 22,61,
kalsium karbonat 19,27 dan kalsium fosfat 4,40. Kalsium pantotenat dikenal sebagai vitamin B5 melalui transpor aktif diabsorpsi di usus halus dan ditransfer ke plasenta akan
tetapi lebih lambat dibandingkan dengan vitamin B kompleks Otten et al., 2006. Ossein hydroxyapatite merupakan bentuk mikrokristal dari kalsium yang menyediakan berbagai
mineral serta protein yang berhubungan dengan metabolisme tulang Castelo dan Davila, 2015. Kalsium laktat memiliki tingkat absorpsi yang tidak dipengaruhi oleh suasana asam
pada lambung serta memiliki bioavailabilitas yang serupa dengan kalsium pada susu Florence, 2015. Kalsium karbonat terdiri dari 40 kalsium elemental tetapi memiliki
tingkat absorpsi yang rendah yakni 7-8 dan jenis kalsium ini disarankan untuk dikonsumsi bersama dengan makanan. Kalsium fosfat merupakan kalsium dengan kandungan kalsium
elemental tertinggi kedua setelah kalsium karbonat tetapi memiliki solubilitas yang lebih rendah dibandingkan kalsium karbonat Johnson, 2011.
B. Hubungan Faktor Umur, ANC, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap Kelahiran Prematur
Umur, ANC, riwayat abortus dan paritas merupakan faktor – faktor risiko yang
ditemukan memiliki hubungan dengan kelahiran prematur di beberapa penelitian Rahmawati, 2013; Sulistiarini dan Berliana, 2016; Ningrum, 2016. Tabel II menunjukkan
tidak ada perbedaan rerata minggu kelahiran terhadap variabel umur, ANC, riwayat abortus dan paritas p0,05 dengan nilai p sebesar 0,16; 0,86; 0,19; 0,17 sedangkan Tabel III
menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut juga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kelahiran prematur di RS Panti Rapih Yogyakarta p0,05.
Tabel III. Perbedaan Faktor Umur, ANC, Riwayat Abortus, dan Paritas terhadap Minggu
Kelahiran Faktor Risiko
Minggu Kelahiran Nilai p
Umur tahun 20-30
39,0 34 – 41
0,16 31-35
39,0 31 – 42
Antenatal Care ≥4
39,0 37 – 40
0,86 4
39,0 31 – 42
Riwayat Abortus 39,0 31
– 42 0,19
≥1 39,0 35
– 41 Paritas
1 ≥4 39,0 35
– 42 0,17
2 –3
39,0 31 – 41
7
Tabel IV. Pengaruh Riwayat Abortus dan Paritas terhadap Kelahiran Prematur
Minggu Kelahiran Nilai p
37 minggu ≥37 minggu
OR n
n 95 CI
Riwayat Abortus 11
6,2 167
93,8 0,63
0,62 ≥1
2 9,5
19 90,5
0,12-3,03 Paritas
2-3 5
5,5 86
94,5 0,77
1,37 0,43-4,36
1 ≥4 8
7,4 100
92,6 Nilai p menggunakan uji Fisher
Umur pasien maternal yang telah dibatasi dalam rentang 20-35 tahun dalam kriteria inklusi memungkinkan tidak terdapatnya signifikansi antara umur wanita mengandung
dengan kelahiran prematur p0,05. Krisnadi dkk. 2009 menjelaskan bahwa ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun memiliki peredaran darah menuju serviks dan uterus yang
belum sempurna sehingga pemberian nutrisi pada janin berkurang. Penelitian Kristiyanasari 2010 menuturkan bahwa ibu hamil usia diatas 35 tahun juga berisiko karena pada proses
kelahiran diperlukan tenaga yang lebih besar dengan kelenturan dan elastisitas jalan lahir yang semakin berkurang.
Antenatal care ANC memiliki nilai p sebesar 1 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara ANC dengan kelahiran prematur. Hal ini sesuai dengan penelitian Utami
dkk. 2014 yang mengungkapkan bahwa secara statistik frekuensi kunjungan ANC tidak berhubungan dengan kelahiran prematur nilai p 0,837 karena disebabkan oleh kualitas
pelayanan ANC yang kurang optimal. Dinkes Kabupaten Bantul 2010 menyatakan bahwa kunjungan antenatal yang terpenting adalah kualitasnya bukan kuantitasnya. Pernyataan
tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Huang et al. 2015 yakni pemeriksaan kehamilan merupakan faktor risiko dari kelahiran prematur dengan nilai OR 0,16 95 CI:
0,06-0,44 dan p0,001. Uji Chi Square tidak memperbolehkan ada bagian yang kosong pada sel, oleh karena itu adanya satu sel yang kosong pada ANC menyebabkan Odds Ratio
tidak dapat dihitung. Riwayat abortus pada penelitian ini tidak membuktikan adanya pengaruh terhadap
kelahiran prematur dengan nilai p sebesar 0,63. Hasil ini didukung oleh penelitian Agustiana 2012 berdasarkan analisis data RISKESDAS 2010, yakni bahwa ibu yang memiliki riwayat
abortus secara statistik tidak bermakna tidak ada hubungan antara riwayat abortus dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8 kelahiran prematur. Namun secara teori, aborsi dapat merusak dinding rahim yang
merupakan tempat janin untuk tumbuh dan berkembang Agustiana, 2012. Nilai p sebesar 0,77 pada faktor paritas terhadap kelahiran prematur
memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna dari kedua variabel tersebut. Penelitian ini memiliki kesamaan hasil dengan penelitian Paembonan dkk. 2014
menyimpulkan bahwa paritas bukan faktor risiko kelahiran prematur. Namun hal menarik ditunjukkan oleh urutan kelahiran anak memengaruhi kecenderungan kelahiran prematur di
mana pada penelitian Sulistiarini dan Berliana 2016 bahwa risiko kelahiran bayi prematur membentuk pola huruf “U”, yaitu risiko lebih besar pada urutan kelahiran pertama,
kemudian menurun pada anak kedua, lalu kembali meningkat anak ketiga dan keempat atau lebih. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan risiko kesehatan yang timbul karena
ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya dan jalan lahir baru akan dicoba melalui janin. Sebaliknya jika terlalu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin lemah
karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang Rahmawati, 2013.
C. Hubungan Suplementasi Kalsium pada Pasien Maternal Selama Kehamilan terhadap Kelahiran Prematur