2.2.3.2 Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi atau
memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, pemakai dan penyewa.
Beberapa ketentuan khusus tentang siapa saja yang menjadi subyek dalam hal ini adalah Tjahjono Achmad dan F. Husain, 1997:434 :
1. Jika suatu subyek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan
milik orang lain bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau bukan perjanjian, maka subyek pajak yang memanfaatkan atau menggunakan
bumi dan atau bangunan ditetapkan sebagai wajib pajak. 2.
Suatu obyek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan dipengadialan, maka orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan obyek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak. 3.
Subyek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak obyek pajak, sedang untuk merawat obyek pajak tersebut dikuasakan kepada orang
atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai wajib pajak.
2.2.3.3 Maksud dan Tujuan
Yang dijadikan alasan untuk dilakukannya pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Vitriana, 2006 : 21 :
a. Dasar falsafah yang dipergunakan dalam berbagai undang-undang yang
berasal dari jaman kolonial adalah tidak sesuai dengan pancasila.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Berbagai undang-undang mengenakan pajak atas harta tak bergerak sehingga
membingungkan masyarakat. c.
Undang-undang berasal dari jaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat. d.
Undang-undang yang berasal dari jaman penjajahan masih tertulis dalam bahasa dan perubahan tertulis dalam Indonesia, sehingga merupakan bahasa
”gado-gado” sedangkan terjemahan resmi tidak ada. e.
Undang-undang jaman kolonial tidak sesuai lagi dengan aspirasi dan kepribadian bangsa Indonesia.
f. Undang-undang lama tidak sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
g. Undang-undang lama kurang memberikan kepastian hukum.
Selanjutnya adalah yang menjadi tujuan pajak Bumi dan Bangunan adalah :
a. Menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah
dimengerti oleh rakyat. b.
Memberikan dasar yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan sekalian menyerasikan atas harga tak bergerak disemua daerah dan
menghilang. c.
Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat tahu sajauh mana hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi
sebagai akibat berbagai undang-undang yang sifatnya sama. d.
Memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan daerah.
e. Menambahkan penghasilan bagi daerah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.3.4 Sifat Pajak Bumi dan Bangunan