Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) di Kecamatan Taliwang.

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI PETANI DALAM
PROGRAM PENGEMBANGAN SAYURAN DATARAN
RENDAH DI KECAMATAN TALIWANG

JUNI YASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan
Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah di
Kecamatan Taliwang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Juni Yastuti
NRP I354120145

iv

RINGKASAN
Juni Yastuti. Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program
Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) di Kecamatan Taliwang.
Dibimbing oleh Dr Titik Sumarti dan Dr Ivanovich Agusta.
Taliwang merupakan ibu kota dari Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang
mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama selain sektor
pertambangan. Seperti diketahui potensi dan peluang KSB untuk mengembangkan

komoditi pertanian salah satunya tanaman sayur sangat besar, karena didukung
oleh kondisi agroklimat, Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber daya hayati yang
memadai. Tingginya tingkat impor sayur dari luar KSB menyebabkan harga
menjadi sangat tinggi, peluang inilah yang harus ditangkap petani untuk
meningkatkan penghasilannya.
Untuk mendorong hal tersebut pemerintah melaksanakan suatu program
yaitu Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) dengan harapan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun dalam implementasinya
PPSDR tidak berjalan dengan baik, atau dinyatakan gagal karena tidak adanya
kesinambungan dari program. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya tingkat
partisipasi petani dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program. Oleh
karena itu menarik dilakukan suatu kajian bagaimana strategi peningkatan
partisipasi petani dalam PPSDR di Kecamatan Taliwang.
Kajian ini bertujuan mengkaji implementasi PPSDR, mengkaji partisipasi
petani dalam PPSDR, menganalisis respon petani (sikap, pengetahuan) terhadap
program dan hubungannya dengan tingkat partisipasi petani, menganalisis kondisi
sosial ekonomi (penghasilan dan luas lahan) petani dan hubungannya dengan
tingkat partisipasi petani dan merumuskan strategi peningkatan pertisipasi petani
dalam PPSDR. Kajian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner
didukung oleh data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi partisipatif.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa implementasi program dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi program masih rendah,
yang berarti tidak berjalan dengan baik. Partisipasi petani dalam perencanaan dan
pelaksanaannya masih rendah. Tidak Ada Hubungan antara respon petani (sikap
dan Pengetahuan) dengan tingkat partisipasi, sehingga respon petani tidak
mempengaruhi tingkat partisipasi. Adanya hubungan linier pada kondisi sosial
ekonomi petani dengan tingkat partisipasi, menunjukkan bahwa semakin tinggi
kondisi sosial ekonomi petani semakin tinggi tingkat partisipasinya. Strategi
peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR berkelanjutan adalah strategi WO,
yaitu Tindakan pertama, mendorong Partisipasi petani dalam perencanaan dan
implementasi PPSDR. Tindakan kedua, melakukan pelatihan-pelatihan tentang
budidaya sayuran mulai dari cara, dan ketepatan waktu dalam pengelolaan lahan
sampai kepada pengelolaan keuangan agar menjamin terserapnya dana dan akses
permodalan. Tindakan ketiga, penekanan aspek pendampingan pada budidaya
sayur dengan melihat sumber daya lokal sesuai trend masyarakat. Tindakan
keempat, Melakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap oleh stakeholder
terkait.
Kata kunci: pengembangan masyarakat, partisipasi, berkelanjutan

v


SUMMARY
Juni Yastuti. Strategy to Increase Participation in Development Program
Vegetable Growers Lowlands (PPSDR) in District Taliwang. Supervised by
Dr.Titik Sumarti and Dr.Ivanovich Agusta.
Taliwang is the capital of West Sumbawa Regency (KSB) who rely on
agriculture as the main livelihood in addition to the mining sector. As is known
the potential and opportunities for developing agricultural commodity KSB one
vegetable crop is very large, because it is supported by agro-climatic conditions,
Natural Resources and biological resources are adequate. The high level of
imports of vegetables from outside KSB cause prices to be very high, this is an
opportunity that must be captured farmers to increase their incomes.
To encourage the government to implement the Program for Development
of To encourage the government to implement a program that Lowlands
Vegetable Development Program (PPSDR) with a view to improving the welfare
of farmers. But in its implementation PPSDR not run properly, or otherwise fail
because of lack of continuity of the program. One reason is the lack of farmers'
level of participation in the planning and implementation of programs. It is
therefore interesting to do a study of how the strategy to increase the
participation of farmers in PPSDR in District Taliwang.

This study aims to assess the implementation PPSDR, assess the
participation of farmers in PPSDR, analyze the response of farmers (attitudes,
knowledge) to the program and its relationship with the level of participation of
farmers, analyze the socio-economic conditions (income and land area) farmers
and their relationship to the level of farmer participation and formulate strategies
increase the participation of farmers in sustainable PPSDR. This study uses a
quantitative approach with a questionnaire supported by qualitative data from indepth interviews and participant observation.
Results of this study showed that the implementation of the program of the
stages of planning, implementation and monitoring and evaluation of programs is
still low, which means do not go well. Farmer participation in planning and
implementation is still low. No relationship between the response of farmers
(attitudes and knowledge) with the level of participation, so the response did not
affect the level of participation. Linear relationship to the socio-economic
conditions of farmers with the level of participation, indicating that the higher the
socio-economic conditions of farmers the higher the level of participation.
Strategy to increase the participation of farmers in sustainable PPSDR is WO
strategy, the first action, encouraging participation of farmers in the planning and
implementation PPSDR. The second act, conduct training on the cultivation of
vegetables ranging from how, and timeliness in land management to the financial
management in order to ensure the absorption of funds and access to capital. The

third action, the emphasis on the mentoring aspect of the cultivation of vegetables
by looking at local resources in accordance trend of society. The fourth action,
Monitoring and evaluation stages by the relevant stakeholders.
Keywords: community development, participation, sustainable

vi

vii

STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI PETANI DALAM
PROGRAM PENGEMBANGAN SAYURAN DATARAN
RENDAH DI KECAMATAN TALIWANG

JUNI YASTUTI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii

ix

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

x


xii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga kajian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam kajian ini ialah Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam Program
Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR). Terima kasih penulis ucapkan
kepada :
1. Dr Ir Titik Sumarti MC, MS selaku Ketua Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.
2. Dr. Ivanovich Agusta, SP MSi selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak
memberikan dorongan, arahan dan bimbingan kepada penulis.
3. Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku Ketua Program Megister Profesional
Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
4. Fredian Tonny Nasdian yang telah banyak memberi pengetahuan, arahan dan
saran dari awal study hingga akhir kajian kepada penulis.
5. Dr H. Amri Abdullah selaku Kepala Bappeda, atas dukungan dan
kesempatannya kepada penulis.
6. Bapak dan ibu Dosen Program Magister Profesional Pengembangan

Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah
banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
7. Staf PS MPM SPs IPB, yang telah membantu penulis.
8. Para informan dan responden (Petani, Petugas Teknis dan PPL)
9. Suami tercinta (M. Nasrul Basri) atas dukungan, kesabaran, kasih sayang dan
motivasi yang tiada henti-hentinya selama masa study.
10. Kedua orang tua (H. Husni dan Siti Aminah HB.) yang telah banyak
memberikan inspirasi, motivasi dan dorongan serta do’a untuk bisa
menyelesaikan pendidikan ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Profesional Pengembangan
Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis manyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat
berbagai kekurangan, namun demikian penulis berharap bahwa hasil kajian ini
akan tetap berguna terutama bagi pengambil kebijakan di Pemerintahan
Kabupaten Sumbawa Barat dan para petugas pengembangan masyarakat. Untuk
itu penulis berharap adanya kritikan dan masukan guna kesempurnaan kajian ini.
Bogor, September 2015
Juni Yastuti

xiii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

1

2

3


4

5

6

7

8

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah Kajian
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian

1
2
3
4
4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran

10

METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Metode Kajian
Metode Perancangan Strategi

13
13
14

PROFIL KOMUNITAS
Letak Geografis
Aspek Pemerintahan
Kependudukan
Struktur Sosial
Kelembagaan Ekonomi
Pola-pola Kebudayaan
Pola Adaftasi Ekologi
Masalah-masalah Sosial

17
18
19
20
23
26
27
30

EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM PPSDR
Evaluasi Kebijakan Pembangunan Pertanian
Evaluasi PPSDR

33
34

ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI PETANI DALAM PPSDR
Partisipasi Petani dalam PPSDR
Respon Petani PPSDR dan Hubungannya dengan Tingkat
Partisipasi Petani
Kondisi Sosial Ekonomi Petani dalam PPSDR dan Hubungannya
dengan Tingkat Partisipasi
PERANCANGAN STRATEGI PENINGKATAN PARTISIPASI
PETANI DALAM PPSDR
Strategi Peningkatan Partisipasi Petani dalam PPSDR
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

5

41
43
47

51
57
57

xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

59
61

xv

DAFTAR TABEL
1

Luas Wilayah Kecamatan Taliwang Menurut Penggunaan Lahan
Dirinci Per Desa Pada Akhir Tahun 2009

17

2

Luas Lahan petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

18

3

Indikator Kependudukan Kecamatan Taliwang

19

4

Komposisi Petani Komunitas PPSDR berdasarkan Usia

20

5

Jumlah Kepala Keluarga menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dirinci
Per Desa di Kecamatan Taliwang Tahun 2012

28

6

Keterlibatan Petani pada Tahap Perencanaan dalam Implementasi
PPSDR di Kecamatan Taliwang

36

7

Masa Panen Tanaman Sayur

37

8

Keterlibatan Petani pada Tahap Pelaksanaan dalam implementasi
PPSDR di Kecamatan Taliwang

37

9

Keterlibatan Petani Pada Tahapan Monitoring dan Evaluasi dalam
Implementasi PPSDR di Kecamatan Taliwang

39

10

Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan dalam PPSDR di
Kecamatan Taliwang

41

11

Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan dalam PPSDR di
Kecamatan Taliwang

42

12

Respon Petani menurut Sikap Petani terhadap PPSDR

44

13

Pengaruh Sikap Petani Terhadap Tingkat Partisipasi dalam PPSDR

44

14

Respon Petani menurut Pengetahuan terhadap PPSDR

45

15

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Partisipasi dalam
PPSDR

47

16

Pengaruh Tingkat Pendapatan Petani setelah Program Terhadap
tingkat Partisipasi dalam PPSDR

49

17

Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Partisipasi petani dalam
PPSDR

50

18

Analisis SWOT untuk Strategi peningkatan Partisipasi Petani dalam
PPSDR

53

19

Perancangan strategi (program aksi) peningkatan patisipasi
masyarakat dalam program bantuan sosial PSDR berkelanjutan

55

xvi

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka Pemikiran

11

2

Grafik Jumlah Anak Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

20

3

Grafik Jumlah Panen Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Taliwang Tahun
2012

23

4

Grafik Pendapatan Petani sebelum dan sesudah PPSDR di Kecamatan
Taliwang

24

5

Grafik Besar Tanggungan Petani PPSDR di Kecamatan Taliwang

24

6

Grafik Jumlah Anggota Keluarga petani PPSDR yang Bekerja di Kecamatan
Taliwang

25

7

Grafik perubahan pendapatan sebelum dan sesudah PPSDR

48

8

Grafik Kepemilikan Lahan Petani

49

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
1. a
b
2.
3.

Identitas Responden
Skor Koesioner dan Tabulasi
Uji Korelasi
Riwayat Hidup

61
63
65
69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berkembang
pesat di Indonesia baik dari segi jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran
merupakan komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
akan kalori, vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis
sayuran pada tahun 2010 terhadap pembentukan PDB sub sektor hortikultura
cukup besar, yaitu sebesar 35,10%. Dengan demikian pengembangan sayuran
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian wilayah, yang
pada akhirnya akan meningkatkan daya saing wilayah tersebut (Anonimous,
2013).
Dewasa ini cabai dan bawang merah dimasukan dalam kelompok komoditas
pangan penting (Sidang Kabinet Terbatas di Bukit Tinggi, 29 Oktober 2013)
karena ketersediaan dan harganya sangat berpengaruh pada inflasi dan
perekonomian nasional. Perhatian dan keseriusan dalam pengembangan
komoditas ini sangat diperlukan, bukan hanya pengembangan melalui pendanaan
APBN, akan tetapi dukungan dan keterpaduan dengan program dan kegiatan
APBD, instansi lain (Kluster BI, PKBL/CSR, KKPE, KUR) dan pelaku usaha
sendiri.
Perhatian Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terhadap
pembangunan pertanian sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada arah
kebijakan pembangunan KSB pada RPJMD 2011-2015 yaitu mengelola
sumberdaya lahan pertanian dalam arti luas sesuai keunggulan komparatifnya,
sehingga produktivitas usaha tinggi. Dengan program utama pembangunan yang
menjadi pedoman dalam penyusunan program dan kegiatan prioritas SKPD,
Lintas SKPD dan Kewilayahan Tahun 2011-2015 yaitu Pemanfaatan Sumberdaya
Alam untuk Pembangunan Pertanian dalam arti luas (meliputi: pertanian tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan-kelautan) dalam
rangka mencapai kemandirian keamanan pangan, serta pengentasan kemiskinan
dan kelaparan.
Sesuai dengan program utama pembangunan di bidang pertanian maka
SKPD terkait yaitu Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Dishutbuntan)
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mewujudkan program pembangunan melalui
pengembangan hortikultura khususnya tanaman sayuran yang disusun dalam
Program Pengembangan Sayuran Dataran Rendah (PPSDR) sesuai dengan yang
tertera pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dishutbuntan KSB Tahun
Anggaran 2012.
Potensi dan peluang KSB untuk mengembangkan komoditi hortikultura
terutama tanaman sayur sangat besar, karena didukung oleh kondisi agroklimat,
Sumber Daya Alam (SDA) dan sumber daya hayati yang memadai. Peningkatan
dan produksi sayur terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun
untuk mengekspor ke kabupaten-kabupaten tetangga bahkan ke luar provinsi
nantinya. Meningkatnya permintaan sayur di Sumbawa Barat dipicu oleh
peningkatan pendapatan masyarakat, kebutuhan masyarakat akan sayur dan gaya
hidup. Namun demikian potensi pasar tersebut belum mampu dimanfaatkan petani

2
lokal secara optimal. Sehingga pemerintah menerapkan berbagai program untuk
merangsang petani agar mau mengubah pola pikir tradisional yang selama ini
hanya bertani padi menjadi petani hortikultura sehingga dapat memberikan nilai
tambah petani sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraannya
PPSDR merupakan bantuan sosial dari pemerintah yang dianggarkan
melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) KSB. Dengan tujuan yaitu
meningkatnya kesejahteraan petani melalui usahatani sayur sehingga tercapai
sasaran yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan
meningkatnya pendapatan petani. Program ini ada karena adanya tantangan bagi
pemerintah KSB dan para pelaku usaha dalam menghadapi tingginya impor sayur
dari daerah lain terutama dari Pulau Lombok dan Kabupaten Sumbawa. Hal ini
terlihat dari laporan informasi pasar KSB yang menunjukkan bahwa tidak adanya
laporan harga komoditi sayuran ditingkat petani, ini menunjukkan sayur datang
melalui pengepul dan disalurkan ke konsumen melalui pedagang-pedagang kecil.
Kecamatan Taliwang sebagai fokus daerah kajian karena kecamatan ini
merupakan ibukota kecamatan yang memiliki masyarakat yang heterogenitas
dibandingkan tujuh kecamatan lainnya di KSB. Terdapat pasar induk kabupaten
sehingga lebih mudah untuk mengamati masuknya sayur ke KSB, adanya
Asosiasi petani pedagang sayur sebagai sebagai wadah tempat bertukar pikiran,
nantinya ada wadah yang dapat menghimpun aspirasi para petani sayur. Selain itu
dengan adanya asosiasi tersebut, petani dapat lebih leluasa untuk berfikir maju
kedepan termasuk memperluas lahan untuk menanam sayur.
Dalam perjalanannya program ini pada sebagian penerima bantuan hanya
berjalan pada tahun bantuan saja tanpa adanya keinginan dari masyarakat itu
sendiri untuk mengembangkannya. Padahal hal itu penting agar masyarakat
Sumbawa Barat mampu menjadi masyarakat yang mandiri dan dapat
mengoptimalkan lahan pertanian dan meningkatkan pendapatannya sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan.
Untuk itu fokus kajian pengembangan masyarakat ini diarahkan untuk
mengetahui Mengapa PPSDR tidak berkelanjutan? Bagaimana partisipasi
komunitas petani dalam program tersebut? Bagaimana strategi peningkatan
partisipasi petani dalam PPSDR?

Perumusan Masalah
Pelaksanaan kebijakan pembangunan pertanian di KSB salah satunya
tercermin dari PPSDR. Adanya program yang telah dilaksanakan perlu adanya
kajian untuk mengetahui apakah program pengembangan masyarakat ini didukung
oleh para petani sehingga berkelanjutan yang pada akhirnya meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani sayuran diwilayah tersebut.
Sasaran penerima bantuan sosial PPSDR adalah kelompok tani yang akan
mengembangkan komoditi sayuran dataran rendah, namun pada prakteknya
pelaksanaan program dilakukan sendiri oleh petani pemilik lahan yang terdaftar
pada saat identifikasi Calon Penerima dan Calon Lokasi (CP/CL). Dengan kata
lain bahwa petani hanya memanfaatkan nama kelompok taninya saja untuk
mendapatkan bantuan sosial PPSDR tersebut. Hal ini menimbulkan sebuah
pertannyaan, tentang selektif tidaknya pemangku kepentingan dalam menentukan

3
CP/CL. Sehingga menarik untuk dilakukan kajian Bagaimana Implementasi
PPSDR? Pada pertanyaan spesifik pertama ini akan mulai dikaji apa yang terjadi
pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap monitoring dan evaluasi sehingga
program ini nantinya dapat dibentuk kembali menjadi sebuah program jangka
panjang dan berkelanjutan.
Tidak berjalannya PPSDR sesuai dengan harapan keberlanjutan karena
beberapa faktor, yaitu adanya bencana banjir yang merusak tatananan lahan
tanaman sayur membuat petani berhenti mengelola kembali lahannya karena
keterbatasan biaya mengingat. Budidaya hortikultura membutuhkan dana yang
besar jika diolah kembali dari awal. Adanya sikap acuh petani terhadap
tanggungjawab penggunaan biaya bantuan sosial, adanya budaya malas dari
petani yang biasa bekerja pada tanaman pangan yang memiliki waktu sibuk
dilapangan cukup renggang, sementara tanaman sayur harus intensif dari awal
hingga panen. Ketidaksesuaian kebutuhan petani dengan jenis bantuan yang
diterima dalam bentuk barang seperti bibit dan obat-obatan membuat petani
enggan untuk serius melaksanakan budidaya sayuran. Berangkat dari pemikiran
tersebut dan melihat kegagalan pada keberlanjutan program maka timbul
pertanyaan spesifik kedua yaitu; Bagaimana partisipasi petani dalam PPSDR?
Adanya faktor kegagalan dari keberlanjutan program seperti budaya malas
dan rasa tanggungjawab petani serta partisipasi petani terhadap PPSDR maka
menarik untuk diketahui internal petani dengan melihat Bagaimana respon
petani (sikap, pengetahuan) terhadap program dan hubungannya dengan
partisipasi? Pertanyaan ini menjadi pertanyaan Spesifik ketiga untuk menentukan
strategi agar kedepannya program dapat berjalan lancar.
Adanya kepemilikan lahan petani dan bantuan sosial pada PPSDR tanpa
perlu pengembalian kepada pemerintah, meskipun program dilaksanakan
seadanya tidak akan menimbulkan kerugian di tingkat petani. Hasil dari tanaman
sayur dapat dilihat dan dinikmati setiap hari dalam jangka waktu yang cukup
panjang setelah umur panen. Jika dibandingkan dengan tanaman pangan yang
sekali panen dalam waktu tiga sampai dengan empat bulan kemudian dijual dan
menanam kembali serta menunggu panen sesuai dengan siklusnya yang cukup
panjang. Kondisi sosial ekonomi petani ini merupakan suatu peluang agar petani
mau mengembangkan tanaman sayuran secara mandiri dan berkelanjutan,
sehingga timbul pertanyaan spesifik ke empat yaitu Bagaimana kondisi sosial
ekonomi petani dan hubungannya dengan partisipasi petani (pendapatan
dan luas lahan)?
Berdasarkan hal tersebut penting untuk mengkaji Bagaimanakah strategi
peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR?

Tujuan Kajian
Adapun Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengembangkan minat petani
dalam budidaya hortikultura terutama sayuran yang dapat meningkatkan
penghasilan serta menjadikan Kabupaten Sumbawa Barat yang mandiri pangan.
Pelaksanaan pengembangan petani sayuran di KSB dengan:
1. Mengkaji implementasi (Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
monitoring dan evaluasi) PPSDR.

4
2. Mengkaji partisipasi petani dalam PPSDR
3. Menganalisis respon petani (sikap, pengetahuan) terhadap program dan
hubungannya dengan partisipasi petani.
4. Menganalisis kondisi sosial ekonomi petani dan hubungannya dengan
partisipasi petani (penghasilan dan luas lahan).
5. Merumuskan strategi peningkatan partisipasi petani dalam PPSDR

Manfaat Kajian
Kajian ini berguna untuk menambah wacana pemikiran bagi penulis, dalam
hasil kajian ini penulis berharap dapat memberikan saran dan rekomendasi kepada
pihak yang terkait mengenai penerapan PPSDR di KSB

Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat,
pada kelompok tani penerima bantuan PPSDR. Evaluasi ini dilaksanakan pada
kisaran januari 2013 sampai dengan Oktober 2014. Sasaran Kajian yakni
kelompok tani yang masih aktif melakukan budidaya tanaman sayur.
Alasan pemilihan Kecamatan Taliwang dilakukan atas dasar pertimbangan
bahwa kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan di KSB yang pernah
mendapatkan bantuan PPSDR, disamping itu adanya asosiasi pedagang sayur dan
adanya pasar induk kabupaten, serta Taliwang sebagai ibukota kabupaten.

5

2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Strategi
Dalam kehidupan sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkahlangkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan
atau penerima manfaat yang dikehendaki. Secara konseptual strategi, sering
diartikan dengan beragam pendekatan, salah satunya strategi sebagai suatu
rencana yang merupakan pedoman atau acuan yang dijadikan landasan
pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Dalam
hubungan ini rumusan strategi senantiasa memperhatikan kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal yang dilakukan oleh
(para) pesaingnya (Mardikanto, 2010).
Pengembangan masyarakat
Suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan
komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa
komunitas (Adi, 2002). Pengembangan masyarakat merupakan suatu aktivitas
pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan, tersentuhnya aspek-aspek
keadilan, keseimbangan sumber daya alam dan adanya partisipasi masyarakat.
Dijagat pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat seringkali didefinisikan
sebagai proses penguatan masyarakat secara aktif dan berkelanjutan berdasarkan
prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerjasama yang setara (Suharto, 2010).
Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan,
akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar yang
berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah inti
pengembangan masyarakat. Pengembangan Masyarakat berkenaan dengan
bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk menghilangkan
hambatan-hambatan yang mencegah orang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Tujuan utama pengembangan masyarakat adalah memberdayakan individuindividu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk
kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk
mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali
berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan
kelompok-kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.
Implementasi Program
Wahap dalam Setyadi (2005) mengutip pendapat para pakar yang
menyatakan bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut
perilaku badan administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan
program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga
menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku semua pihak yang
terlibat, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak negatif maupun positif,

6
dengan demikian dalam mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan
pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak utnuk
memberikan dukungan. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat diukur
dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan
desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau
hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk
2005).
Untuk dapat memperoleh implementasi rencana yang sesuai dengan apa
yang direncanakan manajemen harus menyiapkan sebuah program yaitu
monitoring, monitoring ditujukan untuk memperoleh fakta, data dan informasi
tentang pelaksanaan program, apakah proses pelaksanaan kegiatan dilakukan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya temuan-temuan hasil
monitoring adalah informasi untuk proses evaluasi sehingga hasilnya apakah
program yang ditetapkan dan dilaksanakan memperoleh hasil yang berkesuaian
atau tidak. Monitoring dan Evaluasi (ME) adalah dua kata yang memiliki aspek
kegiatan yang berbeda yaitu kata Monitoring dan Evaluasi. Monitoring
merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah program yang dibuat itu berjalan
dengan baik sebagaimana mestinya sesuai dengan yang direncanakan, adakah
hambatan yang terjadi dan bagaimana para pelaksana program itu mengatasi
hambatan tersebut. Monitoring terhadap sebuah hasil perencanaan yang sedang
berlangsung menjadi alat pengendalian yang baik dalam seluruh proses
implementasi.
Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian
tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program
adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program
adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297).
Partisipasi Masyarakat
Menurut Mubyarto (1985), partisipasi sebagai kesadaran untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti
mengorbankan kepentingan diri sendiri. Apabila dikaitkan dengan pembangunan.
Menurut Ndraha (1990), partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan
dapat dipilah sebagai berikut: (1) partisipasi dalam/melalui kontak dengan pihak
lain sebagai awal perubahan sosial; (2) partisipasi dalam memperhatikan/
menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima,
menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya; (3) partisipasi dalam
perencanaan termasuk pengambilan keputusan; (4) partisipasi dalam pelaksanaan
operasional; (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan
hasil pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan tingkatan hasilnya dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Uphoff dalam Sumardjo dan Saharuddin (2007), menyatakan setidaknya ada
tiga alasan utama pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan yaitu sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat
untuk berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan rasa memiliki
dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pembangunan

7
yang dilaksanakan, sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai
kebutuhan, kondisi, dan sikap masyarakat setempat, dan masyarakat mempunyai
hak untuk memberikan pemikirannya dalam menentukan program-program yang
akan dilaksanakan di wilayah mereka.
Cohen dan Uphoff membatasi lingkup partisipasi masyarakat desa, yaitu
pelibatan unsur masyarakat desa dalam penentuan arah kebijakan pembangunan
harus dimulai dari tahap penyusunan perencanaan, penentuan kebijakan kegiatan,
pembuatan keputusan, penerapan keputusan, pelaksanaan, kerjasama, penikmatan
hasil proyek sampai pada monitoring dan evaluasi program pembangunan.
Konsep partisipasi masyarakat adalah konsep bottom-up, tetapi tidak terbatas
pembangunan ekonomi melainkan termasuk persoalan transformasi masyarakat
luas (global society), yaitu menyangkut justice (keadilan), inclusiveness
(kesetiakawanan) dan sustainability (berkesinambungan). Artinya harus
berpeluang sama dalam kebutuhan hidup, berbagi kemampuan sesama dalam
pengelolaan SDA serta memperhatikan kepentingan generasinya. Azas demikian
hanya mengandalkan masyarakat atau partisipasi aktif dimaksud diistilahkan
dengan a people centered development (Prijono. 1976)
Partisipasi masyarakat memiliki arti penting dan strategis dalam
pembangunan. Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut
Soetrisno (1995) karena: Pertama, berupaya memadukan dan mengawinkan
model pembangunan yang bersifat top-down dan bottom-up agar program
pembangunan dapat diterima dengan sepenuh hati. Kedua, akan memotivasi
rakyat untuk menumbuhkan rasa menghargai hasil pembangunan, penghargaan
terhadap hasil pembangunan sangat penting artinya apabila dikaitkan dengan
perawatan dan pengelolaan hasil pembangunan. Dengan demikian berarti arah dan
tujuan pembangunan hendaknya mencerminkan kepentingan masyarakat. Untuk
itu tentu saja di dalam prosesnya memerlukan dukungan dan kemampuan
masyarakat untuk turut serta dalam menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.
Komponen yang dianggap mempengaruhi partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan serta kemampuan dan
kesediaan masyarakat itu sendiri. Faktor lain yang tidak kalah penting yaitu
kemampuan organisasi dalam mengorganisir masyarakat untuk terlibat dalam
kegiatan dan interaksi komunikasi anggota masyarakat, artinya semakin tinggi
kemampuan organisasinya semakin banyak warga yang terlibat, semakin tinggi
interaksi komunikasi masyarakat semakin tinggi partisipasi yang terjadi. (Ali
Nurdin, http/digilib.itb.ac.id, 2005).
Respon Petani
Berbicara tentang respon dalam konteks pembangunan, maka
pembahasannya tidak terlepas dari konsep sikap dan pengetahuan. Dikatakan
demikian karena dalam program pembangunan biasanya terkandung ide-ide, caracara atau sarana yang disebarkan ke dalam suatu masyarakat dengan harapan
dapat mengubah cara berpikir dan cara bertindak masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan tersebut berlangsung dalam proses dan dapat dalam
perubahan sikap yaitu keadaan mental yang mendahului terjadinya tindakan
tindakan atau tanggapan (respon). Kartasasmita (1996) mengatakan perubahan
sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap obyek-obyek
tertentu seperti pesan atau situasi-situasi lain. Dengan kata lain, bagaimana respon

8
seseorang terhadap sesuatu dapat terobservasi dalam sikapnya. Sikap yang muncul
dapat positif yakni tindakan cenderung menyenangi sesuatu obyek atau sikap
negatif yakni menghindari sesuatu obyek. Seseorang disebut mempunyai respon
yang positif melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik. Kalau dijabarkan
dalam konteks program pembangunan misalnya anggota masyarakat pernah
mendengar informasi tentang pembatasan jumlah anak, kemudian menyetujui dan
selanjutnya terdorong menggunakan alat kontrasepsi. Sebaliknya seorang disebut
mempunyai respon negatif, kalau informasi yang didengar tidak mempengaruhi
sikap dan tindakannya.
Soediyanto (1978) menyebutkan bahwa sikap petani diartikan sebagai suatu
kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak berprasangka terhadap hal-hal
yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu yang baru, mau bergotong royong
secara swadaya. Sikap (attitude) adalah suatu kecendrungan yang agak stabil
untuk berlaku atau bertindak secara tertentu didalam situasi tertentu. Senada
dengan pendapat tersebut Sarwono (1976) juga menyebutkan bahwa sikap
merupakan suatu kesiapan individu untuk mengambil tindakan secara tertentu
terhadap objek tertentu yang sedang dihadapinya. Sikap juga diartikan sebagai
suatu pandangan atau sikap perasaan, dimana sikap itu diikuti oleh kecenderungan
untuk bersikap sesuai dengan objek itu sendiri (Gerungan, 1986).
Disebutkan bahwa sikap positif akan terjadi apabila terdapat suatu
kecendrungan untuk menerima perilaku yang dianjurkan, dan sebaliknya sikap
negatif terjadi jika terdapat kecendrungan yang menolak terhadap suatu objek
tertentu. Diantara sikap yang positif dan negatif tersebut terdapat sikap yang raguragu (Nuraini dan Sudarta, 1991).
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi
kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental,
yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan
timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objekobjek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Perubahan sikap
bergantung dari upaya mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan
tersebut. Manusia memiliki sikap yang terdiri dari berbagai macam komponen
afektif dan kognitif. Afektif yang merupakan komponen yang emosional atau
perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan
keyakinan seseorang (Winardi, 2004).
Pernyataan sikap mungkin berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Sebaliknya,
pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap,
yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang
hendak diungkap (Azwar, 1997).
Pengetahuan merupakan salah satu komponen prilaku petani yang turut
menjadi faktor dalam adopsi inovasi. Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi
petani dalam mengadopsi teknologi baru dan kelanggengan usahataninya.
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dalam mengadopsi pembaharuan atau
perubahan, petani memerlukan pengetahuan mengenai aspek teoritis dan
pengetahuan praktis. Sebagai salah satu aspek dari prilaku, pengetahuan
merupakan suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala
materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi
(Soedijanto, 1978).

9
Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian
merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa,
kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahunnya. Sadono, D (2008)
menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat
menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu
mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu
mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk
menggugah kesadaran masyarakat. Peningkatan pengetahuan petani merupakan
bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh
Sudarta (2005) bahwa dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan
individu pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat
mempertinggi kemampuan dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian.
Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi
baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih
sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan
baik secara kuantitas maupun kualitas.
Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter
yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku
tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil
penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih
langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan. Dengan adanya
pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan
perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya
pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap
positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat
tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu.
Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya
dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan.
Kondisi Sosial Ekonomi
Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian
sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial
dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada
Departemen Sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan
yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep
sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia
tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga
kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos”
yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan,
hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga
atau manajemen rumah tangga.

10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang
mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta
kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI,1996:251).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan
penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani.
Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya
modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya
dan yang cukup dalam berusaha tani. Rendahnya pendapatan menyebabkan
turunnya investasi (Soekartawi, 2002).
Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan
keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan
mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap
menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan
ide-ide baru tersebut. Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah
cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap
inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal
baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi
walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut.
Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha petani
berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah (Kartasapoetra,
1994).
Luas lahan adalah lahan yang diusahakan oleh responden. Rogers (1983)
mengatakan bahwa semakin luas lahan usahatani maka semakin cepat dalam
menerima inovasi.
Jadi kondisi sosial ekonomi Petani itu dapat dilihat dari: 1) Umur; 2)
Tingkat Pendidikan; 3) Luas Lahan; dan 4) Total Pendapatan.
Kerangka Pemikiran
Pemerintah KSB melalui Dishutbuntan serta penyuluh pertanian
mensosialisasikan dan memberikan bantuan kepada para petani agar dapat
mengembangkan sayuran sesuai dengan program utama pembangunan dibidang
pertanian yaitu hortikultura. Petani sebagai individu dalam kehidupan sehari-hari
dihadapkan kepada berbagai stimulus atau rangsangan dan bantuan-bantuan sosial
yang berasal dari pemerintah dan lingkungan sosialnya, salah satunya melalui
PPSDR. Implementasi PPSDR ini dapat dilihat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan dan monev.
Partisipasi petani merupakan syarat utama dalam pelaksanaan PPSDR,
karena petani adalah subyek pelaksana kegiatan. Partisipasi petani pada PPSDR
dapat dilihat dari tahap perencanaan dan pelaksanaan program.

11
Partisipasi diduga ditentukan oleh respon petani terhadap PPSDR. Jika
respon petani positif dengan menerima keberadaan program maka tingkat
partisipasi petani tersebut terhadap PPSDR tinggi, sebaliknya jika sikap petani
terhadap PPSDR memberikan respon negatif maka dipastikan partisipasi petani
terhadap PPSDR rendah. Petani tersebut akan menghindari PPSDR karena kurang
setuju.
Kondisi sosial ekonomi petani diduga menentukan partisipasi petani
terhadap PPSDR. Tinggi rendahya variabel sosial ekonomi (luas lahan dan tingkat
pendapat) berhubungan nyata positif tingkat partisipasi petani penerima PPSDR.
Semakin luas lahan petani maka semakin tinggi tingkat partisipasi dalam program
PPSDR. Semakin tinggi pendapatan petani maka semakin tinggi tingkat
partisipasi dalam PPSDR
Respon petani terhadap program dan kondisi sosial ekonomi yang
menguntungkan akan membawa pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat
dalam program PPSDR. Sehingga diperlukan strategi peningkatan partisipasi
petani untuk melaksanakan PPSDR secara berkelanjutan. Diskripsi kerangka
pemikiran diatas dapat diilustrasikan pada gambar 1.
Implementasi PPSDR

Respon Petani
terhadap PPSDR

Tingkat Partisipasi
Petani
dalam PPSDR

1. Sikap
2. Pengetahuan

Kondisi Sosial
Ekonomi Petani
1. Luas Lahan
2. Tingkat
Pendapatan

Strategi Peningkatan Partisipasi
Petani dalam PPSDR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Definisi Operasional
1.

2.

Partisipasi adalah keterlibatan petani dalam penentuan arah kebijakan
pembangunan yang dimulai dari tahap penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
sampai pada monitoring dan evaluasi program.
Sikap adalah suatu kecenderungan petani untuk bertindak, seperti tidak
berprasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal, ingin mencoba sesuatu
yang baru, mau bergotong royong secara swadaya.

12
3.

4.

5.

Pengetahuan adalah komponen prilaku petani yang turut menjadi faktor
dalam adopsi inovasi. Tingkat pengetahuan petani mempengaruhi petani
dalam mengadopsi teknologi baru dan kelanggengan usahataninya.
Tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian
ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan
keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal
yang dimiliki petani.
Luas lahan adalah lahan yang dimiliki dan diusahakan oleh responden

Hypotesa
1.
2.
3.
4.

Sikap petani berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi petani dalam
PPSDR.
Tingkat pengetahuan petani berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi
petani dalam PPSDR.
Ada hubungan linier antara tingkat pendapatan petani dengan partisipasi
petani dalam PPSDR.
Ada hubungan linier antara luas lahan petani dengan partisipasi petani dalam
PPSDR.

13

3 METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian ini dilaksanakan di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat,
pada petani penerima bantuan sosial PPSDR yang dilaksanakan secara bertahap;
tahap pertama pada kisaran Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember
2013; tahap kedua yaitu mulai Bulan Maret sampai dengan Mei 2014; Tahap
ketiga dimulai pada Bulan Agustus sampai dengan Bulan Oktober 2014. Sasaran
Kajian yakni kelompok tani yang masih aktif melaksanakan program secara
kontinyu.
Metode Kajian
Metode kajian menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisa
implementasi PPSDR, partisipasi petani dalam PPSDR dan hubungan-hubungan
dengan respon dan kondisi sosial petani dalam PPSDR. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk mendukung pendekatan kuantitatif sehingga mendapatkn
gambaran mengenai PPSDR secara komprehensif.
Tipe Penelitian
Jenis Kajian yaitu diskriptif (penguraian) dengan tipe kajian evaluasi
sumatif, yaitu menentukan efektifitas tindakan dan intervensi manusia (program,
kebijakan dan lain-lain), penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi
yang efektif dan kondisi yang baik untuk mencapai efektifitas. Kajian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan harapan dapat memperoleh informasi
secara mendalam dan mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam proses
pengembangan tanaman sayur baik ditingkat pemerintah, masyarakat maupun
ditingkat petani, serta aplikasi kebijakan-kebijakan yang ada dalam melaksanakan
program-program pengembangan masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan
dapat membangun pemahaman tentang berbagai aspek yang ada kaitannya dengan
upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah sehingga
kebijakan yang ada melalui program-program pemberdayaan masyarakat sebagai
usaha peningkatan komunitas dalam hal partisipasi, kemampuan membangun
jaringan, peningkatan taraf hidup (livehood) dan pola pikir (mindset) untuk
mencapai kemandirian berdasarkan kekuatan yang berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri sehingga program dapat berkelanjutan. Aras kajian ini menggunakan
pendekatan objektif mikro pada kelompok tani penerima bantuan sosial PPSDR
dan masih berkelanjutan.
Responden
Penentuan respoden penelitian dalam kajian ini melalui teknik purposive
sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan
sampel yang diperlukan. Dengan menetapkan tujuh belas responden dan delapan
informen yang ditentukan berdasarkan snow balling yaitu Jas, HB, KB, Mas, Zuh,

14
Ir, Hz dan Bo yang dijadikan sumber informasi dalam pengumpulan data kualitatif
dalam kajian PPSDR di Kecamatan Taliwang.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan Kuantitatif dan
pendekatan kualitatif. Pendekatan Kuantitatif yaitu dengan menggunakan
kuesioner pada responden, sedangkan pendekatan kualitatif yaitu dengan
wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara. Data yang
dipergunakan dalam kajian ini adalah berasal dari berbagai sumber, baik melalui
pengumpulan data primer (diskusi/wawancara langsung dengan sumber
informasi/informan maupun pengamatan lapangan), pengumpulan data sekunder
(data statistik, laporan tertulis, dari berbagai sumber data, kajian pihak lain serta
publikasi lainnya).
Tahapan dan pendekatan yang dilakukan dalam pengumpulan data primer
adalah: (1) diskusi, wawancara mendalam dan survey dengan tatap muka terhadap
informen (Petugas Teknis, aparat desa, kecamatan maupun kabupaten) dan
memberikan kuesioner kepada responden (petani penerima bantuan PPSDR). (2)
observasi lapangan, digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan
PPSDR, baik dikantor yang terkait maupun di masyarakat.
Pengumpulan data sekunder dalam kajian ini bersumber dari aparat desa,
kecamatan, kabupaten maupun dokumentasi para petani/kelompok tani serta
laporan-laporan dan surat-surat resmi yang mendukung kecukupan data.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
kualitatif diolah dengan cara sebagai berikut:
1. Reduksi data yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan
data. Kegiatan dalam reduksi data ini adalah seleksi data, membuat ringkasan
dan menggolongkan data.
2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks,
grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara
kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti
tindakan masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan, a