dua buah lainnya yang telah ditentukan dan dipilih sebelumnya sebagai sampel buah dalam penelitian ini.
5.2.1. Jeruk
Untuk pemaparan pengaruh buah impor jeruk terhadap daya saing buah lokal jeruk akan dijelaskan menggunakan metode SPSS dengan metode regresi linier
berganda.
A. Interpretasi Model
Tabel 5.1. Analisis Regresi Faktor-Faktor Mempengaruhi Pengaruh Jeruk Impor Terhadap Daya Saing Jeruk Lokal.
Penduga Koefisien
Regresi Sig T
Sig F Tolerance
VIF
Konstanta Jumlah Jeruk Impor
Kurs Rupiah Terhadap Dollar R
2
158595,221 -14,985
-11,545 0,874
0,000 0,000
0,000
0,000
a
0,849 0,849
1,177 1,177
Sumber : Data diolah dari lampiran 2 Model yang diperoleh dari hasil regresi di atas adalah :
Y = 158595,221 – 14,985 X
1
– 11,545 X
2
Dengan nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh adalah sebesar 0, 874. Keterangan :
Y = Harga jeruk lokal Rpkg
b = Nilai konstanta
b
1
, b
2
= Koefisien regresi X
1
= Jumlah jeruk impor kg X
2
= Kurs rupiah terhadap dollar Rp
Universitas Sumatera Utara
Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar 1589595,221, nilai ini menunjukkan bahwa harga buah jeruk lokal akan naik sebesar 1.589.595,221
Rpkg apabila tidak dipengaruhi oleh umlahh buah jeruk impor X
1
dan kurs rupiah terhdapa dollar X
2
. Koefisien jumlah jeruk impor bernilai negatif yaitu sebesar 14,985. Angka ini
menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan harga jeruk lokal sebesar 1000 Rpkg, maka akan terjadi penurunan jumlah jeruk impor sebesar 14,985 kg. Buah
impor merupakan barang subtitusi buah lokal yang menggantikan posisi buah lokal pada kondisi yang lebih menguntungkan konsumen. Hal ini menunjukkan
jika jumlah jeruk impor menurun maka harga jeruk lokal akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah harga buah lokal di pasar berbanding terbalik dengan
jumlah buah impor yang masuk ke pasar lokal. Hal tersebut sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa ketika harga barang impor lebih rendah daripada harga
buah lokal, maka kecenderungan yang terjadi pada umumnya adalah peningkatan masuknya jumlah impor ke pasar lokal. Akibatnya ketersediaan produk lokal
seharusnya akan menurun disertai dengan harga buah lokal yang juga rendah. Koefisien kurs rupiah terhadap dollar bernilai negatif yaitu sebesar 11,545. Angka
ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan harga jeruk lokal sebesar 1000 Rpkg, maka akan terjadi penurunan nilai kurs rupiah sebesar Rp 11,545. Hal ini
dikarenakan jika nilai tukar rupiah melemah, berarti harga dollar sedang tinggi, maka pada setiap transaksi Indonesia dalam perdagangan internasional harga
untuk melakukan kegiatan impor terhadap suatu barang tersebut juga meningkat. Apabila nilai rupiah melemah maka harga barang lokal akan meningkat terutama
Universitas Sumatera Utara
dalam kegiatan ekspor. Rendahnya harga barang di lokal justru akan menarik minat para konsumen dari luar sehingga pada pedagang dapat menaikkan harga
sesuka hati.
B. Uji Kesesuaian Model
1. Analisis koefisien determinasi R
2
Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,874. Hal ini menunjukkan bahwa 87,4 variasi variabel jumlah jeruk impor dan kurs rupiah terhadap dollar dapat menjelaskan
dampak buah impor terhadap daya saing buah lokal di Kota Medan. Kemudian sisanya 12,6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
2. Uji – F Uji SimultanSerempak
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai signifikan F 0,000. Dapat dilihat bahwa angka ini lebih kecil
dibandingkan dengan α sebesar 0,05 5. Dengan demikian H
ditolak dan H
1
diterima. Artimya hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak memiliki pengaruh secara
nyata terhadap perkembangan dampak keberadaan buah impor terhadap daya saing buah lokal di daerah penelitian.
3. Uji – T Uji Parsial
a. Ketersediaan jeruk impor Secara parsial ternyata variabel jumlah jeruk impor berpengaruh secara nyata
terhadap dampak buah impor terhadap daya saing buah lokal di daerah penelitian dikarenakan nilai signifikan t 0,000 lebih kecil dibandingkan
dengan nilai α sebesar 0,05 5 dengan demikian H ditolak dan H
1
diterima.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang mengatakan bahwa bahwa variabel itu berpengaruh secara parsial pada dampak buah impor terhadap daya saing
buah lokal di daerah penelitian. b. Kurs rupiah terhadap dollar
Secara parsial ternyata variabel kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh secara nyata pada dampak buah impor terhadap daya saing buah lokal di daerah
penelitian dikarenakan nilai signifikan t 0,000 lebih besar dibandingkan nilai α sebesar 0,05 5 dengan demikian H
ditolak dan H
1
diterima. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menunjukkan bahwa variabel itu
berpengaruh secara parsial pada dampak buah impor terhadap daya saing buah lokal di daerah penelitian.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas Ada tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai Tolerance
dan VIF dari masing-masing variabel seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2. Output Collinearity Statistics Buah Jeruk
Variabel Tolerance
VIF
Jumlah jeruk impor 0,849
1,177 Kurs rupiah terhadap dollar
0,849 1,177
Sumber : Data diolah dari lampiran 2 Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa nilai tolerance masing-masing variabel lebih
besar dari 0,1 dan nilai CIF kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas di dalam model regresi tersebut.
2. Normalitas
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji normalitas residual model regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing buah lokal akan dipaparkan sebagai berikut;
Gambar 5.2. Histogram Uji Normalitas Buah Jeruk
Berdasarkan tampilan histogram kurva dependent variabel dan regression standarized residual membentuk gambar seperti lonceng. Oleh karena itu
berdasarkan uji normalitas, analisis regresi layak digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3. Normal P-P Plot Uji Normalitas Buah Jeruk
Berdasarkan tampilan normal p-p plot regression standarized, terlihat bahwa titik- titik menyebar disekitar garis diagonal. Oleh karena itu,berdasarkan uji normalitas
analisis regresi layak digunakan meskipun ada sedikit plot yang menyimpang dari garis diagonalnya.
3. Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.4. Scatter Plot Uji Heterokedastisitas Buah Jeruk
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dalam model regresi, dapat dilihat pola titik-titik pada scatter plot dari output regresi dan disajikan di atas.
Pada Gambar 5.4. dapat dilihat bahwa menyebar dengan pola tidak jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka pada model regresi tersebut tidak
terjadi masalah heterokedastisitas. Dari analisis regresi buah jeruk di atas, dapat dilihat bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas di dalam model regresi buah tersebut, regresi tersebut juga berdistribusi normal, serta tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model
regresi buah jeruk tersebut. 5.3.
Pola Konsumsi Masyarakat Terhadap Buah Impor dan Buah Lokal
Universitas Sumatera Utara
Pola konsumsi masyarakat terhadap buah impor dan buah lokal akan dipaparkan ke dalam 14 faktor. Faktor-faktor tersebut telah disusun oleh peneliti sedemikian
rupa guna mendeskripsikan bagaimana pola konsumsi masyarakat. Pemaparan setiap faktor merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan konsumen yang
secara kebetulan ditemui di daerah penelitian. Adapun faktor-faktor tersebut akan dipaparkan satu per satu dalam paragraf
berikut ini. Pemaparan faktor-faktor berikut akan sekaligus menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap buah-buahan lokal. Faktor-faktor yang telah
disusun tersebut adalah sebagai berikut : 1. Minat terhadap buah-buahan
Tabel 5.3. Minat Masyarakat Terhadap Buah-buahan
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Suka dan sering 22
73,3 Kadang-kadang
8 26,7
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
Minat masyarakat terhadap buah merupakan faktor penting bagi konsumen dalam menjalani pola konsumsinya sehari-hari. Dari hasil wawancara yang dilakukan
kepada 30 sampel, pada faktor minat mengkonsumsi buah diperoleh 73,3 masyarakat yang suka dan sering mengkonsumsi buah-buahan yang dapat dilihat
pada Tabel 5.10 diatas. Hal ini menunjukkan masyarakat kota Medan sebagian besar memiliki minat yang cukup tinggi terhadap buah-buahan.
2. Jenis buah
Melihat minat yang cukup tinggi terhadap buah-buahan, maka perlu diketahui pula jenis buah apa yang paling diminati oleh konsumen. Adapun buah-buahan
Universitas Sumatera Utara
yang termasuk dalam sampel penelitian ini adalah jeruk, mangga, dan jambu. Pada Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa konsumen paling banyak memilih jenis buah
jeruk dan mangga dengan persentase sebesar 46,67. sehingga buah-buahan lokal jenis jeruk dan mangga lokal perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun
jumlah produksi, karena ini merupakan peluang bagi perkembangan buah lokal agar tidak diambil alih oleh buah-buahan impor.
Tabel 5.4. Jenis Buah Dalam Pola Konsumsi Masyarakat
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Jeruk 9
30 Mangga
2 6,67
Jambu Jeruk dan Mangga
14 46,67
Jeruk dan Jambu 1
3,33 Mangga dan Jambu
Jeruk, Mangga, dan Jambu 4
13,33 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari ampiran 6 dan 6a
3. Kebiasaan Kebiasaan yang dimaksud disini adalah pilihan konsumen dalam membeli dan
mengkonsumsi buah-buahan produksi darimana sehari-harinya. Memilih membeli buah-buahan lokal atau buah-buahan impor yang selalu menjadi pilihan
masyarakat. Pada Tabel 5.5. pilihan konsumen terbanyak adalah buah lokal dengan presentase sebanyak 73,3. Hal ini menunjukkan buah lokal masih
memiliki keunggulan yang positif yang bisa memenangkan faktor selera konsumen dibandingkan buah impor. Meskipun begitu, melihat buah impor
sebagai pesaing sebaiknya pelaku yang berkaitan dengan buah lokal mulai memiliki inovasi dan terobosan baru untuk bisa tetap mempertahankan posisinya.
Universitas Sumatera Utara
Sebab jika terobosan dan inovasi tersebut dipikirkan dan dilakukan oleh pelaku yang berkaitan dengan buah impor di pasar lokal maka posisi persentase tersebut
bisa saja sewaktu-waktu berubah dengan posisi persentase buah impor menjadi terbanyak.
Tabel 5.5. Kebiasan Konsumen Dalam Memilih Buah-buahan
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Buah Lokal 22
73,3 Buah Impor
8 26,7
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari ampiran 6 dan 6a
4. Pengetahuan Mengenai Kandungan buah Pengetahuan mengenai kandungan buah merupakan faktor penting yang perlu
diketahui dalam mendeskripsikan pola konsumsi masyarakat. Perlu diketahui apakan tahu atau tidaknya konsumen terhadap kandungan buah tersebut menjadi
faktor yang menentukan masyarakat untuk mengkonsumsi buah tersebut atau tidak.
Pada Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui
kandungan buah yang mereka konsumsi dengan presentase yang cukup jauh dari masyarakat yang tidak mengetahui kandungannya. Rata-rata masyarakat
menjawab vitamin C dan vitamin A adalah kandungan terbanyak dari antara pilihan buah yang mereka pilih baik itu buah jeruk, mangga, dan jambu.
Tabel 5.6. Pengetahuan Mengenai Kandungan Buah
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Tahu 27
90
Universitas Sumatera Utara
Tidak Tahu 3
10 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
5. Ketersediaan buah di pasar Ketersediaan buah-buahan tersebut di pedagang merupakan satu faktor penting
yang menentukan buah tersebut akan dibeli atau tidak oleh konsumen. Dengan tersedianya buah-buahan tersebut di pasar maka konsumen akan dengan mudah
memilih dan membeli buah-buahan tersebut. Ketersedian yang terus-menerus justru berbanding terbalik dengan sifat buah-buahan yang musiman.
Seperti dipaparkan pada Tabel 5.7. dengan jumlah 80 dari sampel konsumen
mengatakan buah selalu tersedia di pasar, dan rata-rata buah yang dimaksud konsumen selalu tersedia adalah buah jeruk. Hal ini yang menjadi faktor penting
mengapa buah jeruk menjadi salah satu pilihan yang hampir dikonsumsi sebagaian besar sampel konsumen yang ditemui di daerah penelitian.
Ketersediaan buah jeruk yang selalu ada di pasar menunjukkan bahwa permintaan
dan penawaran terhadap buah lokal terutama buah jeruk sudah cukup tinggi di daerah penelitian. Hal ini perlu dipertahankan. Sifat musiman buah sebaiknya
perlu ditanggulani dengan penerapan tegnologi baik pada waktu budidaya maupun pada waktu pemasaran.
Tabel 5.7. Ketersediaan Buah
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Selalu Tersedia 24
80
Universitas Sumatera Utara
Tidak Selalu Tersedia 6
20 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
6. Ketergantungan pada buah impor Dengan beberapa kenggulan yang dimiliki buah impor maka perlu diketahui juga
apakah konsumen memliki ketergantungan untuk mengkonsumsi buah impor. Perlu diketahui dari konsumen yang memilih jenis buah impor sebagai pilihannya,
apakah pilihan tersebut masih bisa digantikan dengan memilih jenis buah yang sama tetapi dengan produksi lokal.
Melihat nilai plus buah-buahan impor, hal yang ditakutkan adalah konsumen
berlari mengkonsumsi ke buah impor dan tidak mau berbalik ke buah lokal karena efek jera. Buah impor memiliki tingkat kebersihan dan tampilan yang lebih baik
dibandingkan buah-buahan lokal. Masyarakat yang terbiasa membeli buah-buahan impor terkadang tidak memiliki niat membeli buah lokal yang tampilannya
berbanding terbalik, terutama terkadang kualitas yang buruk pada buah lokal. Tetapi hal tersebut dapat dipastikan tidak terjadi karena sebanyak 86,67 dari
sampel konsumen mengatakan tidak memiliki ketergantugan untuk mengkonsumsi pada buah impor saja. Dan kebutuhan konsumen masih bisa
digantikan dengan buah lokal. Tetapi perlu diketahui sebanyak 13,33 konsumen yang memiliki ketergantungan perlu mendapat perhatian juga. Meskipun jumlah
ini sedikit tetapi hal ini bisa menjadi pintu bagi buah-buahan impor untuk tetap memasuki pasar lokal dan menjadi pesaing bagi keberlangsungan eksistensi buah-
buahan lokal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Ketergantungan Konsumen Pada Buah Impor
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Ya 26
86,67 Tidak
4 13,33
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
7. Asal produksi Pengetahuan mengenai asal produksi merupakan faktor yang juga tak kalah
penting yang perlu diketahui dalam mendeskripsikan pola konsumsi masyarakat. Perlu diketahui apakah tahu atau tidaknya konsumen terhadap asal produksi
tersebut menjadi faktor yang menentukan masyarakat untuk mengkonsumsi buah tersebut atau tidak. Parameter untuk faktor ini akan dipaparkan pada Tabel 5.9.
Dapat dilihat bahwa banyaknya masyarakat yang mengetahui asal produksi sama
dengan banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui asal produksi buah yang mereka konsumsi. Hal ini dapat memberi nilai plus bagi industri buah-buahan
mengingat biasanya pengetahuan akan daerah asal suatu produk jarang diperdulikan masyarakat. Adapun pilihan masyarakat terbanyak pada kuisioer ini
jatuh pada buah jeruk, hal ini pula yang menjadi jawaban terbanyak untuk asal produksi adalah Tanah Karo, Berastagi.
Beberapa konsumen lain yang mengetahui asal produksinya juga menjawab
Tanjung Morawa, Kisaran, Simalungun, dan Sidikalang sebagai asal produksi dari buah yang mereka pilih.
Tabel 5.9. Asal Produksi Buah
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Universitas Sumatera Utara
Tahu 15
50 Tidak Tahu
15 50
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
8. Alasan mengkonsumsi buah Alasan-alasan masyarakat dalam mengkonsumsi buah dapat menjadi
pertimbangan bagi pelaku yang beraitan dengan buah lokal untuk bahan pemikiran guna peningkatan daya saing buah lokal itu sendiri di pasar lokal.
Pada Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa alasan-alasan masyarakat mengkonsumsi
buah adalah manfaat buah tersebut bagi tubuh; mudah ditemukan di pasar ketika dibutuhkan karena jumlah ketersediaannya yang selalu ada ketika dibutuhkan;
rasa buah yang enak; harga yang masih dapat dijangkau sesuai dengan budget; kualitas buah yang terjamin menurut pandangan konsumen; variasi rasa yang
tersedia dari buah-buahan tersebut seperti mangga harum manis, mangga golek, mangga manalagi, mangga madu, kueni, dan sebagainya sehingga masyarakat
dapat memilih dan mencoba aneka rasa mangga; serta alasan selera melihatnya dan langsung tertarik untuk membeli.
Alasan rasa yang enak menjadi pilihan terbanyak konsumen. Parameter alasan
kualitas terjamin dan rasa bervariasi khusus ditujukan 2 konsumen tersebut untuk buah impor. Hal ini dapat menjadi pemikiran pelaku-pelaku yang berkaitan
dengan buah-buahan lokal untuk memikirkan inovasi agar dapat mengimbangi buah impor terhadap parameter alasan tersebut.
Tabel 5.10. Alasan Mengkonsumsi Buah
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Universitas Sumatera Utara
Manfaatnya 8
26,68 Mudah Didapat
6 20
Rasanya Enak 12
40 Harga Terjangkau
1 3,33
Kualitas Terjamin 1
3,33 Rasa Bervariasi
1 3,33
Selera Melihatnya 1
3,33 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a 9. Lokasi pedagang dan alasan memilihnya
Lokasi pilihan konsumen merupakan faktor yang penting dalam keputusan konsumen mengkonsumsi buah-buahan. Pasar modern merupakan saingan utama
pasar tradisional dalam mengambil perhatian masyarakat. Pasar tradisional merupakan tempat proses jual beli antar pedagang dengan konsumen secara
langsung di tempat terbuka dengan susunan kios-kios kecil. Fasilitas yang tersedia hanya tempat parkir, terkadang ada kamar mandi dan tanah yang becek.
Sedangkan pasar modern merupakan tempat jual beli dimana konsumen dapat memilih langsung barang yang dibeli dan membayar di kasir dengan barang-
barang yang dijual telah disusun rapi di setiap tempat. Biasanya tersedia fasilitas kamar mandi, parkir yang aman, AC, ruangan tertutup dan lantai yang bersih.
Pada Tabel 5.11. dipaparkan bahwa konsumen lebih banyak yang memilih pasar tradisional sebagai tempat membeli buah-buahan. Adapun alasan yang dinyatakan
oleh sampel yang memilih pasar tradisional adalah banyaknya pilihan yang bisa ditemui di pasar tradisional, harga yang lebih murah dan terjangkau, dekat dengan
rumah, lebih segar, lebih alami tanpa bahan pengawet, dan alasan terbanyak yang dikatakan adalah karena di pasar tradisional masih ada proses tawar-menawar.
Bisa dilihat bahwa konsumen sangat senang dengan proses tawar-menawar yang menjadi ciri khas pasar tradisional.
Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 30 masyarakat lebih memilih pasar modern, hal ini dikarenakan
alasan praktis ketimbang sistem tawar-menawar di pasar tradisional. Alasan lain yang menjadi pertimbangan konsumen sampel adalah tempatnya yang nyaman,
bersih, aman dari pencopetan, produknya lebih higienis dan bersih, penataan buah yang teratur sehingga konsumen dapat memilih dengan leluasa, buah-buahan yang
terlihat lebih fresh, serta kualitas yang lebih terjamin. Keadaan pasar tradisional dengan pasar modern memang memiliki sisi positf dan negatif masing-masing
yang sangat bertolak belakang. Seperti terdapat 2 konsumen sampel yang memilih keduanya tergantung kebutuhan dan jaraknya dari tempat tinggal, atau bahkan
seperti 1 orang konsumen sampel yang memilih pedagang kelontong buah yang berada di pinggir jalan dengan alasan lebih praktis.
Tabel 5.11. Lokasi
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Pasar Tradisional 18
60 Pasar Modern
9 30
Keduanya 2
6,67 Pasar Kelontong di Pinggir Jalan
1 3,33
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
10. Nominal belanja buah dan persentase pengeluaran dari uang belanja bulanan Faktor nominal yang dikeluarkan setiap kali belanja buah ini untuk mengetahui
seberapa besar pengeluaran yang rela dikeluarkan oleh konsumen untuk pembelanjaan buah-buahan disamping kebutuhan pokok sehari-hari. Dipaparkan
pada Tabel 5.19. bahwa setengah dari konsumen sampel sepakat menjawab Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00 yang kira-kira mereka keluarkan setiapkali berbelanja
buah. Seorang konsumen sampel mengatakan pengeluaran sebesar Rp
Universitas Sumatera Utara
500.000,00 karena setiap kali belanja buah mereka juga membeli buah durian sekaligus dengan buah sampel. Buah durian merupakan salah satu aset kota
medan yang tetap digemari meskipun harganya terbilang cukup mahal dibandingkan buah-buahan yang lain. Bahkan sekali konsumsi bisa
menghasbiskan satu buah durian untuk satu orang. Buah durian bisa menjadi contoh bagi buah-buahan sampel jeruk, mangga, dan jambu mengingat sangat
jarang ditemui buah durian impor di Kota medan. Bahkan terdapat tempat kuliner atau biasa disebut “tempat nongkrong” khusus durian di beberapa titik lokasi di
Kota Medan dan sudah cukup terkena hingga keluar Kota Medan. Hal ini menjadi nilai plus yang menjadi dinding bagi buah impor durian untuk masuk ke Kota
Medan khususnya.
Tabel 5.12. Nominal Yang Dikeluarkan Setiap Belanja Buah
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Rp 50.000,00 8
26,67 Rp 50.000,00 – Rp 100.000,00
15 50
Rp 100.000,00 – Rp 500.000,00 6
20 Rp 500.000,00
1 3,33
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
Persentase pengeluaran setiap konsumen berbeda-beda besarnya untuk kebutuhan buah-buahan. Lebih banyak masyarakat yang mengalokasikan uang belanja
bulanan untuk kebutuhan pokok dalam jumlah besar dan kemudian sisanya untuk pengeluaran buah-buahan. Masih sedikit masyarakat yang memikirkan pentingnya
buah-buahan dan langsung membagi porsi uang belanja khusus untuk pengeluaran buah-buahan setiap bulannya. Rata-rata masyarakat memilih membagikan 1
hingga 30 dari uang belanja bulanannya terhadap buah-buahan disamping bahan
Universitas Sumatera Utara
pokok yang lain. Persentase yang cukup tinggi hanya dimiliki konsumen sampel yang memilih pilihan pengeluaran Rp 500.000,00 untuk setiap kali belanja
buahan-buahan dengan mengalokasikan hingga sekitar 40 dari uang belanja bulanannya. Namun jumlah pengalokasian ini tidak terlepas dari pengaruh
besarnya pendapatan setiap konsumen, jumlah tanggungan, beserta besarnya uang belanja setiap bulan yang masing-masing sampel berbeda-beda jumlahnya.
11. Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna ini menjadi faktor yang penting bagi
keberlangsungan buah-buahan di pasar lokal. Dengan banyaknya masyarakat yang sudah menerapkan pola ini, maka akan banyak masyarakat yang memasukkan
buah-buahan sebagai konsumsi wajib yang dikonsumsi setiap harinya. Dari Tabel 5.13. dipaparkan bahwa setengah dari konsumen sampel sudah menerapkan pola
hidup sehat ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya buah-buahan sudah menjadi asupan yang tidak asing lagi bagi masyarakat di Kota Medan untuk setiap
harinya.
Tabel 5.13. Penerapan Pola 4 Sehat 5 Sempurna
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Sudah Menerapkan 15
50 Masih Rencana
14 46,67
Belum Terpikirkan 1
3,33 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
12. Intensitas mengkonsumsi dan porsi dalam 1x mengkonsumsi Intensitas mengkonsumsi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Terutama dalam melihat bagaimana pola konsumsi masyarakat terhadap buah- buahan. Dengan melihat banyaknya konsumsi terhadap buah-buahan dalam sehari
Universitas Sumatera Utara
dapat dilihat berapa banyak buah-buahan yang diperlukan dalam sehari di keluarga tersebut.
Dari 30 sampel yang diwawancarai sebanyak 56,67 sampel hanya
mengkonsumsi buah-buahan 1 x dalam sehari. Jumlah ini tergolong sedikit jika dikaitkan dengan pola 4 sehat 5 sempurna. Yang mana dalam sehari jika
konsumen makan 3x maka setidaknya konsumen makan buah 3x minimal dalam hari tersebut.
Masyarakat di kota Medan masih kurang menganggap penting buah-buahan dalam kebidupan dan pola pola konsumsi sehari-sehari. Untuk mencukupi
kebutuhan gizi, sudah dianjurkan kepada.masyarakat bahwa perlu mengkonsumsi buah-buahan setiap habis makan. Sehingga sebaiknya masyarakat mengkonsumsi
buah-buahan minimal 3x dalam sehari. Terutama untuk mencukupi anjuran kebutuhan gizi 2000kkalhari yang disosialisasikan oleh badan kesehatan kepada
masyarakat.
Tabel 5.14. Intensitas Mengkonsumsi Buah Dalam Sehari
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
1 x dalam sehari 17
56,67 2 x dalam sehari
7 23,33
3 x dalam sehari 3
10 3 x dalam sehari
1 3,33
Tidak Tentu 2
6,67 Total
30 100
Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a Setelah diketahui intensitas mengkonsumsi dalam satu hari, sebaiknya perlu
diketahui juga porsi dalam satu kali makan buah tersebut. Terdapat beberapa masyarakat yang memenuhi kebutuhan gizi dan kalori dari buah-buahan untuk
Universitas Sumatera Utara
sehari dengan satu kali konsumsi. Hal ini ditunjukkan dari 3,33 terdapat masyarakat yang menghabiskan 3 buah dalam satu kali konsumsi. Meskipun
tidak dipungkiri bahwa masih terdapat masyarakat yang hanya mengkonsumsi ± 1 buah sehari sebagai kebiasaan rutin atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan akan
buah bagi tubuh dalam sehari. Dari 30 sampel yang diwawancarai, rata-rata sampel memiliki porsi sebanyak 1 –
2 buah dalam 1 kali mengkonsumsi. Khusus untuk buah jeruk konsumen mengkonsumsi rata-rata 1 – 2 buah dikonsumsi per orang, sedangkan untuk buah
mangga dan jambu dikonsumsi 1 – 2 buah dikonsumsi per keluarga. Untuk lebih jelasnya, banyaknya persentase setiap porsi akan dipaparkan pada Tabel 5.15
Tabel 5.15. Porsi Dalam Satu Kali Konsumsi
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
1 buah 17
56,67 2 buah
7 23,33
3 buah 3
10 3 buah
1 3,33
Segelas Jus 2
6,67 Semangkuk Salad
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
13. Manfaat Setiap konsumen memiliki pendapat berbeda mengenai manfaat buah yang
mereka konsumsi terhadap tubuh mereka. Hasil wawancara yang telah dilakukan berdasarkan manfaatnya diketahui bahwa alasan utama konsumen mengkonsumsi
buah adalah dengan harapan badan menjadi sehat, segar dan jarang sakit.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai manfaat yang dirasakan masyarakat ketika mengkonsumsi buah adalah kulit menjadi cerah dan sehat; daya tahan tubuh terjaga dan konsumen menjadi
jarang sakit; anjuran dokter pribadi; pencernaan menjadi lancar, yang mana hal ini sangat penting bagi masyarakat yang sedang menjalankan program diet; badan
menjadi fit dan lebih segar; badan menjadi lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari; kebutuhan vitamin yang dibutuhkan
konsumen seperti vitamin C, A, dan E; serta manfaat untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Konsumen mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang
jelas pada tubuh ketika mereka rutin mengkonsumsi buah-buahan dengan ketika mereka tidak mengkonsumsi buah-buahan.
Tabel 5.16. Manfaat Buah Bagi Konsumen
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Kulit cerah dan sehat 2
6,67 Menjaga daya tahan tubuh jarang sakit
5 16,67
Anjuran dokter 1
3,33 Pencernaan lancar sedang diet
6 20
Badan fit dan segar 4
13,33 Bersemangat
1 3,33
Kebutuhan vitamin 2
6,67 Kesehatan keseluruhan badan sehat
9 30
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
Namun ada pula beberapa konsumen yang dianjurkan mengkonsumsi buah rutin
karena anjuran dokter pribadi atau yang sedang menjalankan program diet. Pemaparan mengenai manfaat buah terhadap konsumen akan dipaparkan pada
Tabel 5.16. dapat dilihat pada tabel bahwa manfaat buah bagi konsumen sangat beragam.
14. Keluhan terhadap buah lokal
Universitas Sumatera Utara
Keluhan masyarakat terhadap buah lokal itu sendiri sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat terhadap buah-buahan dan memberi dampak bagi
eksistensi buah lokal di pasar lokal. Hasil wawancara dari selulruh sampel terdapat beragam keluhan mengenai buah lokal dan rata-rata konsumen
mengatakannya dengan penuh antusias. Hal ini menunjukkan bahwa buah lokal masih kurang dapat memuaskan konsumen baik dari segi rasa, bentuk, tampilan
kemasan, bahkan beberapa konsumen mengatakan bahwa tampilan buah lokal kadang menipu.
Maksud dari tampilan yang menipu ini adalah kulit buah sudah tampak matang
dan bersih tetapi rasanya tidak sebaik tampilan kulitnya dengan kata lain rasanya sangat asam. Ada juga konsumen yang mengatakan baik ataupun buruk keadaan
buah lokal tersebut tetap dijual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bagian lampiran untuk berbagai macam alasan masyarakat. Yang akan dipaparkan
berdasarkan garis besar dan persentasenya dari seluruh konsumen pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Keluhan Masyarakat Terhadap Buah Impor
Parameter Jumlah Konsumen
orang Persentase
Tampilan luar kebersihan, warna, keadaan buah
5 16,67
Ukuran kecil dan tidak sesuai 3
10 Tampilan menipu
3 10
Kualitas dan rasa asam, busuk, tidak matang
10 33,33
Harga mahal, naik turun, tak menentu 4
13,33 Musiman tidak selalu tersedia
5 16,67
Total 30
100 Sumber : Data primer diolah dari lampiran 6 dan 6a
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, terdapat beberapa saran-saran mengenai buah lokal ketika wawancara dengan konsumen. Masyarakat masih memiliki pendapat yang negatif mengenai
buah-buahan lokal. Pandangan-pandangan masyarakat tersebut disuarakan berupa pendapat dan saran untuk peningkatan mutu buah lokal di Kota Medan. Hal
tersebut dirangkum dan akan dipaparkan menjadi 5 bagian yaitu;
a. Kuantitas Ketersediaan Di Pasar Menurut konsumen, sejauh ini dari segi kuantitas cukup baik karena banyak
tersedia dan konsumen sampel berharap hal ini harus dipertahankan bahkan ditingkatkan karena buah sangat perlu bagi kebutuhan mereka. namun terdapat
beberapa hal yang sedikit mengecewakan, meskipun kuantitasnya di pasar ketersediannya cukup baik tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan kualitas
yang bagus juga. Sebagian konsumen yang lain mengatakan bahwa ragam jenis serta jumlahnya harus ditingkatkan supaya harganya tidak menjadi terlalu mahal.
Konsumen berharap kapanpun mereka membutuhkan buah, buah tersebut selalu dapat ditemukan di pasar sehingga tidak banyak konsumen yang lari ke buah
impor. untuk membantu peningkatan hal tersebut, konsumen menyarankan pemerintah lebih memperhatikan mengenai ketersediaan buah di pasar-pasar
lokal, dapat berupa penyediaan koperasi di pasar untuk membantu penyaluran distribusi ataupun membantu mensosialisasikan penerapan perkembangan
tegnologi untuk mengatasipasi sifat buah yang musiman.
b. Kualitas Dari segi kualitas, buah-buahan lokal belum cukup baik di mata para konsumen
sehingga perlu ditingkatkan terutama segi mutu dan rasa agar dapat bersaing
Universitas Sumatera Utara
dengan buah-buahan impor. Hal tersebut terlihat dari ukuran kecil yang tidak sesuai dengan harga, buah yang sudah busuk ataupun belum matang tetap dijual di
pasar, dan terkadang juga buah yang dijual adalah bekas kopekan bekas pemilihan untuk dikirim ke daerah luar produksi. Pelaku yang terkait sebaiknya
lebih memperhatikan sortiran buah yang layak dan tidak layak untuk dijual dengan ketat agar dapat lebih menarik minat konsumen. Termasuk pendistribusian
menuju pasar sebaiknya dijaga dengan kemasan yang sesuai agar kondisi buah tetap tejaga. Dari sejumlah sampel yang diwawancarai, mereka mengatakan agar
buah-buahan lokal tidak menggunakan zat pengawet dan mengurangi pestisida karena hal tersebut sudah menjadi ciri khas dan keunggulan buah-buahan lokal
dari buah impor.
c. Harga Mengenai harga kebanyakan konsumen tidak terlalu berkomentar karena menurut
konsumen sampel harga buah lokal masih lebih terjangkau daripada buah impor. hanya pada saat-saat tertentu harga buah-buahan lokal tidak stabil dan terus
berfluktuasi sehingga dapat mengurungkan niat konsumen untuk membeli. Sebaiknya pemerintah menentukan standar harga buah di pasar lokal dan menjaga
harga buah lokal dapat terus berada pada posisi di bawah harga buah impor sehingga seluruh masyarakat baik kalangan atas, menengah maupun menengah ke
bawah dapat mengkonsumsi buah setiap hari.
d. Kebersihan dan Kemasan Buah Berbeda dengan harga, kebersihan dan kemasan buah justru mendapat tekanan
yang cukup banyak dari konsumen sampel. Karena bagi konsumen sampel
Universitas Sumatera Utara
kebersihan dan kemasan buah lokal masih jauh tertinggal dengan buah impor sehingga perlu ditingkatkan agar konsumen lebih tertarik untuk membeli buah-
buahan lokal. Pelaku yang terkait dengan buah lokal dapat lebih memberi perhatian khusus pada kebersihan, kotoran-kotoran di kulit buah terutama ulat-ulat
yang mengganggu sebaiknya ditiadakan. Karena menurut masyarakat keadaan buah yang bersih juga membantu buah tersebut dapat lebih awet dibandingkan
buah yang kotor kulitnya. Buah-buahan yang sudah terjatuh atau tidak utuh lagi kondisinya sebaiknya tidak perlu dipasarkan lagi. Penggunaan kemasan packing
yang menarik juga akan memberi nilai plus bagi buah lokal. Pemerintah dapat membantu hal ini dengan memberi kebijakan yang membantu ataupun melakukan
tindakan langsung dengan membangun packing house di daerah-daerah penghasil buah-buahan
e. Saran Lainnya Selain keempat hal tersebut terdapat beberapa saran lain yang dapat dipaparkan
yaitu; peningkatan marketing, pemeliharaan buah serta pembinaan pemerintah dalam pendistribusian ke pasar. Dan saran dari beberapa konsumen sebaiknya
petani tidak menanam buah-buahan di satu daerah saja sehingga terdapat beberapa varian rasa dari buah-buahan petani lokal.
Menurut pandangan masyarakat Kota Medan, buah jeruk, mangga dan jambu
sudah dapat mengimbangi buah impor yang masuk ke Kota Medan. Dari buah- buahan lokal tersebut, yang masih sulit disaingi adalah segi ukuran dan bentuk
buah impor. Buah-buahan lokal lain yang sudah dapat mengimbangi buah impor yang masuk ke Kota Medan adalah buah durian, nanas, semangka, alpokat.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Strategi Peningkatan Daya Saing Buah Lokal Terhadap Keberadaan