Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 82

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis buah-buahan yang diproduksi oleh negeri agraris ini. Melihat jumlah produksi yang cukup tinggi serta angka jumlah pertumbuhan penduduk Sumatera Utara yang terus meningkat pula, tingkat permintaan akan buah-buahan seharusnya dapat dipenuhi oleh produksi buah-buahan lokal Sumatera Utara sendiri. Hal ini juga seharusnya dapat menjadi pasar yang pasti bagi buah-buahan lokal kita. Kita lihat produksi buah-buahan Sumatera Utara tidak pernah kandas. Selalu ada produksi yang dihasilkan meskipun tanpa pemeliharaan dan perawatan menggunakan pupuk dan pestisida sekalipun. Mengingat Sumatera Utara merupakan bagian dari negara agraris yang kaya unsur dan mineral yang mencukupi bagi pertumbuhan tanaman komoditi buah tersebut. Kehadiran buah-buahan di dalam menu sehari-hari bangsa kita sudah dikenal sejak zaman dahulu. Buah-buahan sudah menjadi bagian dari menu sehari-hari. Buahan-buahan juga sama halnya dengan bahan makanan jenis lain, sama-sama memiliki tingkat kalori yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat sehari-hari. Pada awalnya, buah-buahan seperti durian, duku, langsat, manggis, dan sebagainya, tumbuh liar tanpa banyak campur tangan manusia. Demikian pula halnya dengan berbagai jenis pohon-pohonan, baik yang berfungsi sebagai peneduh sawo kecik, ataupun penghasil buah rambutan, kelengkeng, jeruk Zulkarnain, 2009. Universitas Sumatera Utara Sebagai pangan sumber vitamin dan mineral, buah-buahan mensuplai energi sebesar 193,39 kkalkapitahari 5,92 persen dari total ketersediaan di tahun 2010. Kontribusi yang cukup besar berasal dari dua komoditas, yaitu jeruk sebesar 78,12 kkalkapitahari dengan volume 54,99 kgkapitatahun dan pisang sebesar 35,99 kkalkapitahari dengan volume 25,34 kgkapitatahun. Sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang mana kontribusi energi dari buah pada tahun 2011 menjadi 215 kkalkapitahari 5,63 persen terhadap total ketersediaan. Ketersediaan tersebut didominasi oleh salak dan pisang yang masing-masingnya memberi sumbangan sebesar 97,90 kkalkapitahari 22,13 kgkapitatahun dan 48,96 kkalkapitahari 27,75 kgkapitatahun NBM Prov. Sumut, 2010. Tabel 1.1. Konsumsi Buah-Buahan Sumatera Utara Rata-Rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Sumatera Utara Jenis Buah-Buahan Tahun 2011 Kkal Daerah 2010 2011 Perkotaan 45,44 38,34 Pedesaan 44,34 47,51 Perkotaan + pedesaan 44,85 43,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi masyarakat Sumatera Utara pada tahun 2011 sebanyak 43,00 Kkal. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 1,85 Kkal dari tahun 2010. Dari data yang dirangkum oleh Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, luas panenan di Sumatera Utara seluas 383 Ha. Angka ini sudah menunjukkan bahwa tidak sedikit areal lahan yang digunakan untuk produksi tanaman hortikultura jenis buah-buahan. Dari keseluruhan luas lahan tersebut diketahui data jumlah produksi buah-buahan Sumatera Utara sebanyak 3258 ton. Universitas Sumatera Utara Data Dinas Pertanian menunjukkan selama Maret 2013, jenis buah yang dipasok dari luar negeri untuk Sumut antara lain pir, strawberry, kurma, serta sejumlah buah segar lain. Impor dilakukan melalui terminal peti kemas di Pelabuhan Belawan Sumut sebanyak 1.681 ton. Namun selama Maret 2013 dari angka pada periode yang sama tahun lalu, masyarakat di Sumatra Utara mengalihkan sebagian besar konsumsi buah lokal dari buah produksi luar negeri, sehingga impor buah ke provinsi ini anjlok 65,71. Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia GINSI Sumut Khairul Mahalli mengemukakan permintaan buah impor selama Maret 2013 turun 65,71, jika dibandingkan dengan angka selama Maret 2012 year-on-year, yaitu menjadi 1.681 ton dari 4.903 ton. Penurunan impor buah ke Sumut juga terjadi untuk angka kuartalan, di mana selama Kuartal I2013, impor buah Sumut tercatat sebanyak 11.238 ton, menyusut 29,26 jika dibandingkan dengan angka pembelian buah dari luar negeri selama Kuartal I2012 sebesar 15.969 ton Razali, 2013. Menurut wawancara pada beberapa konsumen, warga Medan lebih menyukai buah lokal karena lebih segar dan tidak mendapatkan perlakuan dari pedagang, misalnya pelilinan atau menyemprotkan zat pengawet ke dalam buah, seperti yang dilakukan pada buah impor. Mereka berpendapat bahwa buah lokal lebih segar dan aman. Tidak lama setelah di panen, langsung dapat dikonsumsi. Berbeda jika buah berasal impor, tentu butuh perlakuan lagi agar buah tidak busuk sampai ke Medan. Bisa saja zat tambahan itu berbahaya untuk kesehatan Razali, 2013. Dari data dalam jangka waktu 18 tahun terakhir yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dapat diketahui perubahan-perubahan jumlah produksi Universitas Sumatera Utara untuk setiap tahunnya tidak stabil. Salah satunya komoditi buah durian, produksi durian mengalami peningkatan pada tahun 2002 dan terus mengalami naik turun yang memiliki lope positif hingga tahun 2009. Dan ketika tahun 2010 jumlah produksinya kembali menurun. Pada tabel 1.2. dapat dilihat ringkasan data produksi buah-buahan menurut jenisnya yang dimuat antara rentan tahun 2007 hingga tahun 2011. Padahal buah durian Indonesia khususnya Sumatera Utara memiliki aroma dan cita rasa yang khas meskipun tidak memiliki daging buah yang padat dan tebal seperti durian montong yang diimpor dari bangkok sehingga lebih dikenal dengan sebutan durian bangkok. Tabel 1.2. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman Ton Jenis tanaman 2007 2008 2009 2010 2011 Alpukat 6,808 9,093 7,481 7,644 8,083 Jeruk 864,778 679,673 728,796 788,747 579,471 Mangga 34,349 27,402 21,971 28,131 31,742 Rambutan 48,706 67,639 60,153 43,777 30,527 Dukulangsat 9,157 15,986 15,526 13,258 20,807 Durian 136,940 128,803 102,580 66,206 79,659 Jambu biji 15,660 22,783 24,682 35,261 20,716 Sawo 11,894 10,721 13,833 6,710 7,543 Pepaya 22,154 23,287 27,659 29,040 36,057 Pisang 211,974 233,124 335,790 403,390 429,628 Nenas 123,776 144,266 134,077 102,437 183,213 Salak 247,406 229,911 259,103 328,877 360,813 Manggis 8,613 9,387 9,957 7,750 9,332 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Baru-baru ini juga media kerap meliput mengenai masuknya buah jeruk dari Cina yang menyebabkan Jeruk di Sumatera Utara khususnya Kota Medan menjadi Universitas Sumatera Utara kalah pamor. Harga jeruk yang ditawarkan oleh negara Cina lebih murah dibandingkan harga jeruk dari tanah karo sehingga petani karo terpaksa menurunkan harga jualnya agar dapat bersaing dengan produksi jeruk impor tersebut. Padahal jika dilihat dari harga yang ditawarkan petani Karo untuk mengimbangi harga jeruk impor, tidak menghasilkan keuntungan yang relevan bagi mereka sendiri. Bilamanapun mendapat keuntungan, keuntungan yang didapat tidak sesuai recana usaha tani yang biasanya mereka lakukan. Bila hal ini terus terjadi, keadaan jeruk tanah karo akan semakin sulit baik bagi petaninya maupun eksistensinya di pasar lokal. Menurut Setyabudi, dkk 2008, yang melakukan penelitian buah impor di Bogor dan sekitarnya mengungkapkan bahwa buah-buahan impor teridentifikasi mengandung formalin dan pestisida yang dilarang dalam penggunaannya. Penggunaan formalin dan pestisida pada buah-buahan impor dapat terjadi di negara produsennya maupun setelah sampai di negara pengimpor. Oleh karena itu perlu standar mutu yang lebih luas terhadap buah impor guna melindungi konsumen terhadap dampak negatif dari penggunaan bahan kimia terlarang. Langkah yang seharusnya dilakukan oleh pihak terkait dalam menyikapi terhadap buah impor dalam perdagangan global adalah: 1 Perlu langkah antisipatif dengan melakukan survei yang lebih luas dan mendalam mengenai pemakaian bahan berbahaya pada buah dan sayuran impor. 2 Memberikan rekomendasi pelarangan terhadap buah-buahan impor yang terbukti mengandung formalin maupun pestisida yang mengandung bahan berbahaya. 3 Diberlakukan standar mutu yang mempersyaratkan bebas dari bahan berbahaya terhadap buah-buahan impor sehingga dapat melindungi konsumen di dalam negeri. Dan 4 Diperlukan Universitas Sumatera Utara pembinaan pada pedagang buah dan sayuran impor terhadap penggunaan bahan- bahan yang berbahaya . Pada bulan Januari tahun 2006 pemerintah melalui Menteri Pertanian mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian No.37KPTSHK.060200 tentang persyaratan teknis dan tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan buah- buahan ke Indonesia yang bertujuan untuk mencegah masuknya lalat buah ke Indonesia dengan cara memperketat masuknya buah-buahan dengan membatasi pintu masuk buah ke semua pelabuhan yang ada di Indonesia. Selanjutnya dari hasil peraturan ini maka di Indonesia pintu masuk untuk pelabuhan dibatasi hanya menjadi 7 pelabuhan saja, diantaranya adalah pelabuhan Belawan di Medan, pelabuhan Batu Ampar di Batam, pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, pelabuhan laut di Makasar, serta hanya dua bandara udara, yaitu; Soekarno Hatta di Jakarta dan bandara Ngurah Rai di Bali Tarumun dan Restuhadi, 2006. Melihat Pelabuhan Belawan di Medan menjadi salah satu pintu masuk impor, kemungkinan besarnya jumlah buah-buahan impor semakin besar jumlahnya. Namun, buah-buahan impor tidak selalu memiliki keuntungan meskipun jumlahnya yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi Sumatera Utara serta harga yang biasanya lebih murah daripada produk lokal tidak menjamin keunggulan keamanan konsumsi bagi konsumen. Keberadaan impor buah-buahan yang ketergantungan akan dapat melemahkan petani Sumatera Utara baik dari segi produktivitas maupun dari segi pendapatan. Yang lambat laun akan menyurutkan semangat petani lokal untuk berproduksi karena kurangnya daya saing menyaingi Universitas Sumatera Utara produk-produk impor. Untuk itu perlu dianalisis apa saja yang dapat meningkatkan daya saing petani lokal dalam menanggapi keberadaan buah-buah impor. Dalam Rangkuti 2004 strategi untuk menghadapi lingkungan eksternal dapat ditetapkan dengan mengetahui apa yang menjadi ancaman Threats dan apa yang menjadi peluang Opportunities bagi pelaku usaha. Setelah mengetahui lingkungan eksternal yang dihadapi, maka analisis lingkungan internal perlu dilakukan guna mengetahui apa yang menjadi kekuatan Strengths dan apa yang menjadi kelemahan Weaknesseses dari pelaku usaha. Dengan demikian perusahaan selalu dapat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga upaya untuk mencapai tujuan senantiasa akan dapat dicapai. Penggunaan analisis SWOT Strength, Weakness, Opportunities, Threats sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu dari bentuk yang paling sederhana, yaitu dalam rangka menyusun strategi untuk mengalahkan musuh dalam setiap pertempuran, sampai menyusun strategi untuk memenangkan persaingan bisnis dengan konsep cooperation dan competition. SWOT merupakan salah satu alat yang dapat dipakai untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan suatu perusahaan. Analisis SWOT adalah analisis terhadap kekuatan Strengths, kelemahan Weaknesseses, peluangkesempatan Opportunitiess dan ancaman Threats yang dimiliki dan dihadapi oleh pelaku usaha maupun perusahaan. Melihat perkembangan impor dan jumlah konsumsi terhadap buah-buahan yang terus berubah-ubah, maka dapat disimpulkan pengaruh konsumsi masyarakat terhadap buah lokal juga dipengaruhi oleh harga buah lokal itu sendiri, tawaran Universitas Sumatera Utara terhadap buah impor, dan harga buah impor. Perbedaan dan kesenjangan antara kualitas dan harga buah impor dan buah lokal mempengaruhi daya saing buah lokal di pasar kota Medan. Hal ini yang menyebabkan adanya dampak masuknya buah impor ke pasar buah khususnya Kota Medan. Melihat adanya permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis dampak masuknya buah impor terhadap daya saing buah lokal di pusat ibukota provinsi Sumatera Utara. Dengan dilakukannya kajian dampak keberadaan buah impor yang masuk ke Kota Medan maka diharapkan dapat disusun strategi yang dapat meningkatkan daya bersaing buah lokal sehingga mampu dengan buah impor di wilayah Sumatera Utara khususnya daerah Kota Medan.

1.2. Identifikasi Masalah