dasar agar mau mengkonsumsi serat makanan disamping kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak sebagaimana mestinya.
1.1 Konsumsi Serat dan Pola Makan Anak
Konsumsi serat makanan adalah jumlah asupan dan jenis bahan pangan sumber serat yang dikonsumsi per hari Sulistijani, 2001. Walaupun konsumsi serat makanan
berpengaruh positif bagi tubuh dan sangat dianjurkan, namun harus memperhatikan nilai kecukupannya bagi tubuh. Sebab, mengkonsumsi serat makanan secara
berlebihan akan berdampak negatif bagi tubuh. Tubuh akan mengalami defisiensi mineral dan perut menjadi kembung. Kondisi ini terjadi akibat menumpuknya serat di
dalam kolon sehingga menyebabkan fermentasi serat di dalam kolon. Fermentasi ini lalu memicu timbulnya gas, seperti gas metan, hidrogen, dan karbondioksida di dalam
sekum dan kolon yang terbentuk dari kerja enzim-enzim bakteri yang memetabolisme serat. Jumlah gas yang dihasilkan tergantung dari serat makanan yang dikonsumsi dan
flora bakterial Isselbacher, 2000. Kelebihan volume serat juga dapat mengurangi absorpsi mineral, seng, besi dan
kalsium. Meskipun ada bakteri di dalam usus besar yang berangsur-angsur akan beradaptasi dengan adanya asupan serat makanan. Namun, asupan serat yang terlalu
tinggi tetap tidak dapat menghilangkan rasa kembung di dalam perut. Lebih jauh Wirakusumah 1993 menambahkan bahwa konsumsi serat makanan yang terlalu
banyak dapat menghalangi absorpsi vitamin B12, A, D, E, dan K, oleh karena adanya pektin. Terhalangnya absorpsi vitamin sering dijumpai pada para vegetarian. Asam
fitat di dalam lambung para vegetarian ini mampu mengikat serat. Defisiensi vitamin- vitamin itu sendiri bermula dari serat makanan yang larut air mengikat dan
Universitas Sumatera Utara
menyingkirkan asam empedu yang berfungsi mencerna lemak di dalam tubuh Sulistijani, 2001.
Agar jumlah serat yang dikonsumsi tidak kurang maupun berlebih, maka dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi secara bervariasi,
seperti kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Konsumsi serat sebaiknya tidak dipenuhi dari suplemen serat. Jika tidak sangat diperlukan, konsumsi
suplemen serat makanan tidak perlu dilakukan. Namun apabila seseorang tidak suka mengkonsumsi sayuran maupun buah-buahan, maka usahakan menggunakan
suplementasi serat, baik dalam bentuk tablet fiber, bubuk psyllium, atau agar-agar sehingga kebutuhan seratnya dapat terpenuhi Arisman, 2004.
Dalam hal anjuran konsumsi, belum ada Angka Kecukupan Gizi AKG yang pasti untuk konsumsi serat makanan. Namun, untuk diet 2000 kalori pada orang
dewasa, paling sedikit 1000 sampai 2000 kalori harus berasal dari karbohidrat kompleks. Diet serat yang dianjurkan adalah 25 sampai 30 gram per hari untuk orang
dewasa dan 10 sampai 15 gram untuk anak-anak cukup untuk pemeliharaan tanpa efek negatif terhadap kesehatan Baliwati et al, 2004.
Data Biro Pusat Statistik tahun 1990 menunjukkan bahwa komposisi konsumsi energi makanan rata-rata sehari orang Indonesia 9,6 berasal dari protein, 20,6 dari
lemak dan 68,6 dari karbohidrat. Konsumsi energi rata-rata di Indonesia pada tahun 1996 adalah 73,3 berasal dari makanan pokok, 5,8 dari pangan hewani, 3,0 dari
kacang-kacangan, 5,4 dari gula, 11,98 dari minyak dan lemak, dan 2,2 dari sayur dan buah-buahan. WHO 1990 menganjurkan rata-rata konsumsi energi
makanan sehari adalah 10-15 berasal dari protein, 15-30 dari lemak, dan 55-75 dari karbohidrat Baliwati et al, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dari hasil analisis data konsumsi makanan penduduk Indonesia dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, menunjukkan bahwa secara
keseluruhan hanya 6,4 penduduk Indonesia yang cukup mengkonsumsi serat. Di Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, juga hampir sama, hanya 5,5
penduduk yang termasuk dalam kategori cukup mengkonsumsi serat. Hasil tersebut cukup menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia memiliki masalah
konsumsi serat rendah. Beberapa faktor seperti status ekonomi, pengetahuan tentang makanan berserat, ketersediaan makanan berserat, serta pola dan kebiasaan makan
akan mempengaruhi konsumsi serat seseorang.
Tabel 1. Angka Kebutuhan Serat yang Dianjurkan Per Orang Per Hari Golongan Umur
Serat gram
Laki-laki 19-21 tahun
38 gram Perempuan
19-21 tahun 25 gram
Sumber : National Academy Sciences 2007
Kebiasaan makan pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor sosial ekonomi keluarga, pengetahuan tentang gizi, ketersediaan pangan di tingkat
rumah tangga dan informasi tentang pangan dan gizi. Yang termasuk dalam sosial ekonomi keluarga, yakni pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang
tua, besarnya uang saku yang didapat dan lokasi tempat tinggal. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi konsumsi serat pada anak. Sehingga dapat disimpulkan ada dua
faktor yang mempengaruhi konsumsi serat anak berdasarkan kebiasaan makannya, yakni faktor secara langsung maupun tidak langsung. Faktor yang secara langsung
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi adalah kebiasaan makan dari anak, sedangkan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi adalah karakteristik sosial ekonomi keluarga dan
pengetahuan gizi pada anak Madajinah, 2004.
1.2. Metode dan Materi