Sekilas tentang Batik Brebesan

3. Kondisi lingkungan tidak kondusif untuk dimanfaatkan dalam pelatihan dan tidak bisa menunjang kinerja behaviors yang diperlukan dalam pelatihan. 4. Sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan pelatihan tidak memadai, baik sumber finansial keuangan maupun non finansial sumber daya manusia, fisik dan teknologi. 5. Pengembangan organisai dianggap bisa dilakukan melalui kegiatan non pelatihan, misalnya perubahan kebijakan dan pengembangan proyek-proyek tertentu. 6. Sasaran learners tidak memiliki motivasi utuk mencapai kinerja yang diharapkan serta tidak mempunyai kemampuan untuk mengikuti materi pelatihan yang diberikan. Berdasarkan penjelasan faktor-faktor pendukung dam faktor-faktor penghambat itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut bisa berasal dari internal maupun eksternal. Keberhasilan berjalannya suatu program bergantung pada faktor-faktor di atas, untuk faktor pendukung sebaiknya semakin dioptimalkan dan faktor penghambatnya harus bisa diminimalisir.

2.6 Sekilas tentang Batik Brebesan

Sejarah perkembangan batik Indonesia merupakan sejarah warisan leluhur dari generasi ke generasi. Istilah batik atau kata Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” wax yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna dye, atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”. Hamidin, 2010: 1 Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama. Perempuan- perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri. Batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon, Pekalongan dan Brebes. Adanya migrasi ini yang menyebabkan batik Brebes yang telah ada sebelumnya semakin berkembang. Seiring berjalannya waktu, Batik Brebes mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Perkembangan batik ini di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Brebes. Batik Brebes menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada puluhan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Brebes dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, Batik Brebes menyatu erat dengan kehidupan masyarakat. Desa Bentar dan Desa Bentarsari, Kecamatan Salem adalah sebuah desa yang terletak di ujung selatan Kabupaten Brebes. Secara geografis wilayah ini letaknya di sebuah lembah pegunungan, beriklim tropis, dan bertanah subur sehingga sangat cocok digunakan untuk lahan pertanian. Secara ekonomi masyarakat Salem khususnya Salem utara yaitu Desa Bentar dan Desa Bentarsari kehidupannya untuk menambah pendapatan keluarga, mereka mengembangkan kerajinan tangan yaitu membuat batik tulis tangan yang merupakan asli kerajinan turun temurun warisan nenek moyang. Menurut Santoso 2012 Batik Salem adalah batik tulis tangan yang diproduksi asli oleh masyarakat Kecamatan Salem bagian utara khususnya Desa Bentar, Bentarsari dan Desa Ciputih dan sekitarnya. Secara geografis wilayah ini letaknya disebuah lembah pegunungan, yang di apit oleh dua buah pegunungan diantaranya di sebelah utara yaitu Pegunungan Kumbang, dan wilayah paling selatan terdapat lagi sebuah pegunungan kecil wilayah ini juga sebagai perbatasan wilayah Kabupaten Cilacap dengan Kabupaten Brebes.

2.7 Kerangka Berfikir