EFEKTIFITAS KONSORSIUM MIKROB FILOSFER DAN RIZOSFER TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI

konsorsium mikrob filosfer memberikan pengaruh lebih baik terhadap bobot segar dan bobot kering dibanding kontrol, meskipun tidak berbeda nyata. Rekapitulasi pengaruh konsorsium mikrob filosfer terpilih berdasarkan ranking disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan ranking dari total nilai masing-masing peubah, diperoleh tiga konsorsium mikrob filosfer yang paling efektif. Hasil seleksi konsorsium mikrob filosfer yang paling efektif meningkatkan pertumbuhan vegetatif padi, disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Konsorsium mikrob filosfer yang paling efektif berdasarkan seleksi ranking tertinggi No Kode Tumbuhan Asal daun Ekositem 1 2 3 Fs2 Fs25 Fm48 A. cnyzoides L. P. celebicum Miq. E. ovalis Miq. Dandy Daun sedang Daun sedang Daun muda Sawah Hutan Hutan Efektivitas konsorsium mikrob rizosfer Inokulasi konsorsium mikrob rizosfer terhadap pertumbuhan tanaman padi berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman. Pengaruh inokulasi konsorsium mikrob rizosfer terhadap pertumbuhan vegetatif padi dapat dilihat pada Gambar 6. Masing-masing peubah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar dan bobot kering tanaman, disajikan pada Tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi konsorsium mikrob rizosfer berpengaruh lebih baik terhadap parameter tinggi dan jumlah daun tanaman padi dibanding kontrol. Perlakuan konsorsium mikrob rizosfer memberikan pengaruh lebih baik terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman dibanding kontrol, meskipun tidak berpengaruh nyata. Gambar 6. Tanaman padi yang diinokulasi konsorsium mikrob rizosfer Tabel 7. Rata-rata tinggi tanaman cm, jumlah daun helai bobot segar g dan bobot kering g tanaman padi pada berbagai perlakuan pemberian konsorsium mikrob rizosfer No . Kode Tinggi tanaman Skor Kode Jumlah daun skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R43 R34 R7 R15 R38 R36 R45 R44 R0 37.483a 35.367ab 34.817ab 34.117ab 34.000ab 33.983ab 33.800ab 33.083b 29.283c 9 8 7 6 5 4 3 2 1 R36 R38 R43 R7 R45 R15 R44 R34 R0 6.833a 6.333ab 6.333ab 6.167ab 6.000ab 5.833ab 5.667b 5.500b 5.500b 9 7 7 6 5 4 3 1 1 No. Kode Bobot segar Skor Kode Bobot kering Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R44 R15 R43 R36 R7 R38 R34 R45 R0 1.1043a 1.0562a 0.9874a 0.9746a 0.9463a 0.8844a 0.7916a 0.7400a 0.7119a 9 8 7 6 5 4 3 2 1 R44 R43 R15 R7 R38 R36 R34 R45 R0 0.2234a 0.2129a 0.2029a 0.1863a 0.1710a 0.1658a 0.1572a 0.1395a 0.1224a 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Keterangan : Rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji DMRT α = 5. R0 = kontrol, R7 = Ipomoa quamoclit L., R15 = Physalis angulata L., R36 = C. anagyroides H.B.K., R38 = S. jamaicensis L., R34 = B. microphylla Kurz, R43 = E. odoratum L., R44 = C. prostrate Blume., R45 = E. subumbrans Merr. Konsorsium R43 berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi, meskipun tidak berbeda nyata dengan konsorsium R15 dan R44. Rekapitulasi pengaruh konsorsium mikrob rizosfer berdasarkan ranking disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi pengaruh konsorsium mikrob rizosfer berdasarkan ranking No . Kode Tinggi tanaman bobot 20 b Jumlah daun bobot 20 b Bobot segar bobot 15 Boot kering bobot 30 Total Ranking Skor s Hasil s x b Skor s Hasil s x b Skor s Hasil s x b Skor s Hasil s x b 1 2 3 4 5 6 7 8 9 R0 R7 R15 R34 R36 R38 R43 R44 R45 1 6 6 8 4 5 9 2 3 20.00 120.00 120.00 160.00 80.00 100.00 180.00 40.00 60.00 1 6 4 1 9 7 7 3 5 20.00 120.00 80.00 20.00 180.00 140.00 140.00 60.00 100.00 1 5 8 3 6 4 7 9 2 15.00 75.00 120.00 45.00 90.00 60.00 105.00 135.00 30.00 1 6 7 3 4 5 8 9 2 30.00 180.00 210.00 90.00 120.00 150.00 240.00 270.00 60.00 85.00 495.00 530.00 315.00 470.00 450.00 665.00 505.00 250.00 9 4 2 7 5 6 1 3 8 Keterangan : R0 = kontrol, R7 = Ipomoa quamoclit L., R15 = Physalis angulata L., R36 = C. anagyroides H.B.K., R38 = S. jamaicensis L., R34 = B. microphylla Kurz, R43 = E. odoratum L., R44 = C. prostrate Blume., R45 = E. subumbrans Merr. Berdasarkan ranking dari total nilai masing-masing parameter, diperoleh tiga konsorsium mikrob rizosfer yang paling efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Hasil seleksi konsorsium mikrob rizosfer yang paling efektif disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Konsorsium mikrob rizosfer yang paling efektif berdasarkan seleksi ranking tertinggi No Kode Tumbuhan Ekosistem 1 2 3 R43 R15 R44 Eupatorium odoratum L. Physalis angulata L. Cyathula prostata L. Blume Kebun Kebun Sawah Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Berdasarkan asal daunnya, konsorsium mikrob filosfer yang terseleksi berasal dari daun muda dan daun sedang dan berdasarkan ekosistem asal berasal dari ekosistem sawah dan hutan, sedangkan konsorsium mikrob rizosfer berasal dari ekosistem sawah dan kebun. Mikrob filosfer dapat masuk ke dalam daun dan batang melalui lapisan kutin, saluran stomata dan lentisel. Dalam mempertahankan dan memperbanyak diri pada permukaan daun, bakteri beradaptasi terhadap kondisi fluktuasi temperatur, cekaman air, radiasi ultra violet dan ketersediaan nutrisi. Kemampuan mikrob mengkoloni permukaan daun adalah kunci keberhasilan untuk bertahan dan mendominasi di filosfer Morris 2001; Morris et al. 1996. Mikrob rizosfer masuk ke dalam tanah dan menghuni rizosfer. Mikrob yang hidup di rizosfer akar berinteraksi intensif dengan akar tanaman. Mikrob memanfaatkan eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya. Sebaliknya, mikrob menghasilkan hormon tumbuh, vitamin dan berbagai asam organik yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Kemampuan konsorsium mikrob filosfer meningkatkan pertumbuhan tanaman, diduga karena memiliki anggota konsorsium mikrob daun yang berperan menambat N 2 dan memacu pertumbuhan tanaman. Menurut Sutedjo et al. 1996, mikrob menghasilkan amonia dari gas nitrogen dan hidrogen. Sebagian dari amonia dihentikan pada pertumbuhan sel dan sebagian dikeluarkan sel ke dalam medium. Lebih jauh Salisbury dan Ross 1992 menjelaskan bahwa NH 4 + diubah menjadi gugus amina dan dari glutamin membentuk asam glutamat, aspartat dan aspargin. Ikatan amida terbentuk dan glutamin merupakan salah satu dari dua amida tumbuhan terpenting. Glutamat sintase mengangkut gugus amida dari glutamin ke karbon karbonil asam α-ketoglutarat, sehingga terbentuk dua molekul asam glutamat. Salah satu dari dua glutamat dapat diubah secara langsung menjadi protein, klorofil dan asam nukleat. Hasil penelitian Eckert et al. 2001, menggunakan Azospirillum sebagai biofertilizer, mampu menambat nitrogen N 2 dengan rentang 40 – 80 dari total nitrogen pada tebu rendah input di lapang, dan antara 0 – 30 nitrogen dalam jaringan tanaman jagung, sorgum dan padi. Akbari et al. 2007 menambahkan bahwa, bakteri tersebut juga menghasilkan hormon tumbuh hingga 285.51 mgl dari total medium kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Rao 1982 menyatakan, bakteri penambat N 2 aerobik mampu menambat N 2 dalam jumlah yang cukup tinggi, bervariasi ± 2 – 5 mg Ng dari sumber karbon yang digunakan, meskipun sering dilaporkan hasilnya lebih tinggi. Selanjutnya Allison 1973 melaporkan bahwa, pada medium yang sesuai, Azotobacter mampu menambat 10 – 20 mg Ng gula. Wedhastri 2002 menambahkan, kemampuan bakteri ini tergantung pada sumber energinya, keberadaan nitrogen yang terpakai, mineral, reaksi tanah dan faktor lingkungan serta kehadiran mikrob tertentu. Hormon tumbuh tanaman yang disekresikan oleh mikrob eksogen, memediasi komunikasi antar sel. Di dalam sel fitohormon berinteraksi dengan protein khusus yang disebut reseptor. Kompleks fitohormon reseptor adalah bentuk fitohormon yang aktif dan efektif dalam jumlah yang sangat kecil. Fitohormon tersebut berperan perkembangan dan pembelahan sel. Fitohormon sangat penting bagi perkecambahan dan perkembangan akar pada awal pertumbuhan tanaman Hindersah Tualar 2004. Hormon tumbuh tanaman yang terkandung di dalam mikrob penyusun konsorsium merangsang pembentukan akar, sehingga serapan hara lebih efektif. Secara alami, akar berperan sebagai saluran untuk memasok unsur hara dan air dari tanah ke tanaman dan lokasi sintesis serta pertukaran sejumlah hormon dalam tanaman. Pertumbuhan akar yang normal menjamin perkembangan tajuk yang normal. Konsorsium mikrob rizosfer berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman padi, karena anggota konsorsium mikrob rizosfer yang diinokulasikan, selain mampu menambat N 2 dari udara dan memacu pertumbuhan tanaman juga melarutkan P. Kemampuan mikrob melarutkan P melalui asam organik yang disekresikan. Mineral fosfat anorganik pada umumnya terikat sebagai AlPO 4 .2H 2 O dan FePO 4 .2H 2 O pada tanah masam dan sebagai Ca 3 PO 4 2 pada tanah basa. Asam asam organik sangat berperan dalam pelarutan fosfat karena asam organik tersebut relatif kaya akan gugus-gugus fungsional karboksil - COO− dan hidroksil -O− yang bermuatan negatif sehingga memungkinkan untuk membentuk senyawa kompleks dengan ion kation logam yang biasa disebut kelat. Asam-asam organik mengkelat Al, Fe atau Ca, mengakibatkan fosfat terlepas dari ikatan AlPO 4 .2H 2 O, FePO 4 .2H 2 O, atau Ca 3 PO 4 2 sehingga meningkatkan kadar fosfat-terlarut dalam tanah. Keadaan ini akan meningkatkan ketersediaan fosfat dalam larutan tanah Saraswati et al. 2007. Simpulan Konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer efektif untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman padi. Konsorsium mikrob filosfer yang paling efektif berdasarkan hasil seleksi, yaitu : konsorsium Fm48 dari daun muda Elmerrillia ovalis Miq. Dandy, konsorsium Fs2 dari daun sedang Ageratum cnyzoides L. dan konsorsium Fs25 dari daun sedang Pterospermum celebicum Miq. Konsorsium mikrob rizosfer yang paling efektif berdasarkan hasil seleksi, yaitu : konsorsium R15 dari rizosfer Physalis angulata L., konsorsium R43 dari rizosfer Eupatorium odoratum L. dan konsorsium R44 dari rizosfer Cyathula prostata L. Blume.

5. EFEKTIVITAS KONSORSIUM MIKROB FILOSFER DAN RIZOSFER DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN

DAN HASIL PADI Abstrak Kombinasi konsorsium mikrob diharapkan memiliki kemampuan yang lebih efektif dalam menambat N 2 dari udara, menghasilkan hormon tumbuh tanaman dan melarutkan P. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas kombinasi konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2013 hingga Desember 2013. Penyediaan konsorsium mikrob dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Untuk percobaan pot dilakukan di rumah tanaman Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology ICBB Situ Gede, Bogor. Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap RAL yang menguji 10 kombinasi mikrob filosfer dan rizosfer. Penyusun kombinasi terdiri atas tiga konsorsium mikrob filosfer yaitu F 1 = konsorsium Fs25 phyllosphere daun sedang Pterospermum celebicum Miq, F 2 = konsorsium Fs2 phyllosphere daun sedang Ageratum cnyzoides L. dan F 3 = konsorsium Fm48 phyllosphere daun muda Elmerrillia ovalis Miq. Dandy, dan tiga konsorsium mikrob rizosfer yaitu R 1 = konsorsium R15 rizosfer Physalis angulata L., R 2 = konsorsium R43 rizosfer Eupatorium odoratum L. dan R 3 = konsorsium R44 {rizosfer Cyathula prostata L. Blume}. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi kombinasi konsorsium Fm48 dari daun muda tumbuhan Elmerriliia ovalis Miq. Dandy dengan konsorsium R15 dari rizosfer tumbuhan Physalis angulata L. paling efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Kombinasi konsorsium mikrob filosfer Fm48 dan rizosfer R15 mampu menghasilkan mukoid eksopolisakarida pada medium. Konsorsium mikrob rizosfer R15 berpotensi menyebabkan penyakit pada tanaman tetapi tidak terhadap tanaman padi. Kedua konsorsium mampu mensekresikan hormon tumbuh tanaman. Kata kunci : kombinasi, penambat N 2 , hormon, pelarut P. Abstract Combinations of microbial consortia are expected to have a greater ability in fixing N2 from the air, producing plant growth hormones, and dissolving P. The objective of this study was to investigate the effectiveness of a combination of phyllosphere and rhizosphere microbial consortium on the growth and yield of rice plants. The research was conducted from July 2013 to December 2013. Provision microbial consortium conducted in the Soil Biotechnology Laboratory, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University and pot experiments were carried out in the green house in Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology ICBB Situ Gede, Bogor. The study was designed with a completely randomized design CRD, which examined 10 combinations of phyllosphere and rhizosphere. The combinations were composed of three phyllosphere consortia i.e F1 = Fs25 phyllosphere from young leaves of Pterospermum celebicum Miq, F2 = consortium Fs2 phyllosphere from medium leaves of Ageratum cnyzoides L. and F3 = consortium Fm48 phyllosphere from young leaves Elmerrillia ovalis Miq. Dandy, and three rhizosphere consortia, i.e R1 = R15 rhizosphere from Physalis angulata L., R2 = R43 consortium rhizosphere from Eupatorium odoratum L. and R3 = R44 {rhizosphere from Cyathula prostate [L.] Blume}. Results of the study indicated that the combination of Fm48 from young leaves of Elmerriliia ovalis Miq. Dandy and R15, rhizosphere of plants Physalis angulata L. were found to be the most effective in improving the growth and yield of rice plant. The combination was found to be capable of producing mucoid exopolysaccharide in the medium. Consortium R15 could potentially cause disease in plants but not to the rice crop. Both consortia were found to be able to secrete plant growth hormones. Keywords : combination, fix N 2 , hormones, solvents P. Pendahuluan Dewasa ini, pengelolaan lahan pertanian harus diarahkan pada sistem pengelolaan lahan produksi yang meningkatkan kesuburan tanah, mempertahankan siklus biologi dan memelihara aktivitas mikrob. Memanfaatkan mikrob merupakan upaya yang penting dilakukan untuk mengatasi kendala penurunan produktivitas di lahan sawah. Mikrob filosfer membentuk komunitas yang memiliki hubungan spesifik dengan inangnya Vorholt 2012. Komunitas mikrob filosfer di daun cukup beragam Reisberg et al. 2013; Lindow Brandl. 2003. Mikrob rizosfer merupakan regulator penting dari ekosistem terestrial, memiliki hubungan dekat dengan tanaman dan dapat membantu tanaman untuk memperbaiki ekosistem yang rusak, melindungi tanaman dari penyakit, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman Egamberdieva 2008. Mikrob juga mampu menghasilkan hormon yang berperan memacu pertumbuhan tanaman Morris 2001. Mikrob mampu menambat N 2 Rolfed Wienman 2001. Mwajita et al. 2013 melaporkan bahwa banyak mikrob tanah dapat melarutkan fosfor tersedia, meningkatkan penambatan N 2 dan juga mensintesis hormon tumbuh tanaman di antaranya auksin. Mikrob dapat dimanfaatkan untuk menghindari masalah kesuburan tanah yang rendah dan meningkatnya biaya dan masalah lingkungan akibat penggunaan pupuk sintetik. Pemanfaatan mikrob dalam bentuk konsorsium, yang diperoleh dari hasil eksplorasi pada tumbuhan perlu terus dikembangkan, untuk mendapatkan konsorsium di mana mikrob yang menyusunnya memiliki kemampuan menambat N 2 dari udara, menghasilkan hormon tumbuh tanaman, melarutkan P dan menghasilkan senyawa antagonis. Gusmaini 2005 melaporkan bahwa pemberian konsorsium mikrob filosfer pada tanaman padi meningkatkan serapan N, yang diikuti dengan peningkatan serapan P dan K. Lebih jauh dijelaskan bahwa, tanaman memperoleh hara dari mikrob penyusun konsorsium terutama unsur N, yaitu memacu terbentuknya klorofil pada daun untuk menghasilkan asimilat. Dalam penelitian lain dilaporkan pemanfaatan konsorsium mikrob dari daun tua Tetramerista glabra yang dieksplorasi dari ekosistem air hitam di Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah, mampu meningkatkan bobot kering pupus dan akar jagung serta kandungan N dan P. Mikrob penyusun konsorsium tersebut terdiri atas Leuconostoc sp., Pseudomonas fluorescens. P. putida dan P. diminuta Gofar 2003. Inokulasi konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer secara kombinasi akan lebih efektif terhadap pertumbuhan dan hasil padi. Penelitian ini bertujuan mempelajari efektivitas kombinasi konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Bahan dan Metode Tempat dan waktu Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Juli 2013 hingga Desember 2013. Penyediaan konsorsium mikrob dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Untuk percobaan pot dilakukan di rumah tanaman Indonesian Centre for Biodiversity and Biotechnology ICBB Situ Gede, Bogor. Bahan dan alat Bahan yang digunakan terdiri atas : konsorsium mikrob filosfer Fm48, Fs2 dan Fs25, konsorsium mikrob rizosfer R15, R43 dan R44, tanah, benih padi varietas Ciherang, tanaman tembakau, pupuk sintetik Urea, SP36 dan KCl, kantong plastik, label, es dan ember. Bahan untuk media biakan, serta bahan- bahan untuk pengukuran kandungan klorofil, perhitungan total populasi mikrob, analisis serapan hara, uji eksopolisakarida, uji hipersensitif HR dan uji kemampuan menghasilkan hormon tumbuh tanaman. Alat yang digunakan terdiri atas : alat teknik budidaya, thermometer dan meteran. Alat-alat untuk pembuatan media biakan, serta alat-alat untuk pengukuran kandungan klorofil, perhitungan total populasi mikrob, analisis serapan hara, uji eksopolisakarida, uji hipersensitif HR dan uji kemampuan menghasilkan hormon tumbuh tanaman. Metode Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor Steel Torrie 1980. Percobaan disusun secara kombinasi antara konsorsium mikrob filosfer dengan rizosfer. Konsorsium mikrob filosfer, terdiri atas tiga konsorsium, yaitu : F 1 = konsorsium Fs25 filosfer daun sedang Pterospermum celebicum Miq., F 2 = konsorsium Fs2 filosfer daun sedang Ageratum cnyzoides L. dan F 3 = konsorsium Fm48 filosfer daun muda Elmerrillia ovalis Miq. Dandy dan konsorsium mikrob rizosfer, terdiri atas tiga konsorsium, yaitu : R 1 = konsorsium R15 rizosfer Physalis angulata L., R 2 = konsorsium R43 rizosfer Eupatorium odoratum L. dan R 3 = konsorsium R44 {rizosfer Cyathula prostata L. Blume}. Terdapat 10 kombinasi perlakuan dengan perlakuan tanpa pemberian konsorsium sebagai kontrol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Adapun kombinasi perlakuan adalah F R , F 1 R 1 , F 1 R 2 , F 1 R 3 , F 2 R 1 , F 2 R 2 , F 2 R 3 , F 3 R 1 , F 3 R 2 dan F 3 R 3 . Setiap perlakuan terdiri 5 subunit percobaan, sehingga terdapat 150 satuan percobaan. Bahan media tanah yang digunakan berasal dari Desa Situ Burung Bogor. Tanah dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan saringan 2 – 5 mm, kemudian ditimbang seberat 10 kg, dimasukkan ke dalam ember plastik, lalu diinkubasi selama 3 minggu. Benih padi sebelum ditanam disterilisasi terlebih dahulu, yaitu direndam dengan alkohol 3 – 5 menit, kemudian direndam klorok 3 selama 3 – 5 menit, dibersihkan dengan aquades hingga baunya hilang. Benih kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan direndam dalam aquades selama tiga hari, hingga berkecambah. Setelah itu kecambah ditanam pada media pembibitan berupa tanah steril selama satu minggu, selanjutnya bibit siap ditanam. Bibit padi ditanam pada media yang telah disiapkan, satu minggu setelah tanam diinokulasikan masing-masing tiga konsorsium mikrob filosfer dan mikrob rizosfer, yaitu dengan cara disemprot ke tanaman dan tanah masing-masing tanaman. Frekuensi pemberian inokulan sebanyak dua kali pada bulan pertama sebanyak 5 – 10 mltanaman. Populasi total konsorsium yang diaplikasikan adalah 10 9 spk. ml -1 .Selanjutnya pemberian inokulan dilakukan setiap dua minggu sebanyak 15 – 20 mltanaman hingga tanaman berumur 3 bulan 2 minggu 14 MST. Kurva standar ditentukan terlebih dahulu sebelum aplikasi mikrob untuk mendapatkan rumus pertumbuhan mikrob. Rumus kurva standar digunakan untuk menetapkan populasi bakteri yang akan diaplikasikan ke tanah dan tanaman. Konsorsium mikrob yang telah ditumbuhkan, diencerkan dalam seri pengenceran 10 -1 hingga 10 -10 . Setiap 1 ml pengenceran konsorsium mikrob dari pengenceran 10 -8 hingga 10 -10 disebar ke dalam cawan petri yang berisi medium padat. Berdasarkan pembacaan kerapatan optis dan populasi mikrob, digambarkan suatu kurva standar hubungan antara kerapatan optis dengan populasi mikrob. Selanjutnya jumlah mikrob untuk setiap konsorsium yang digunakan sebagai inokulan ditetapkan dengan membaca kerapatan optisnya, lalu diplotkan pada kurva standar yang telah dibuat Gofar 2003; Widiyawati et al. 2013. Konsorsium mikrob filosfer ditumbuhkan dalam medium cair laurell steril. Konsorsium mikrob rizosfer ditumbuhkan dalam medium NB steril. Masing- masing 1 ose konsorsium tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 50 ml medium secara aseptik, lalu dikocok dengan mesin pengocok selama selama ± 3 – 4 hari 72 jam. Kemudian dilihat kerapatan optisnya dengan menggunakan spektrofotometer, sehingga dapat diketahui jumlah populasi setara dengan panjang gelombang 620 nm. Gofar 2003; Gusmaini 2005. Tanaman diberi pupuk dasar N ½ dosis anjuran yaitu 30 kg Nha, yang diberikan 13 saat tanam, dan masing-masing 13 pada saat tanaman berumur 21 dan 42 hari setelah tanam. Pupuk P dan K sesuai dosis anjuran yaitu 60 kg P 2 O 5 ha dan 50 kg K 2 Oha diberikan seluruhnya pada saat tanam. Selama masa pertumbuhan, satu hari setelah aplikasi perlakuan, media tumbuh digenangi air sesuai syarat tumbuh padi sawah. Air diberikan setinggi ± 2 cm dari permukaan tanah. Kondisi air dipertahankan Kondisi air dipertahankan hingga kondisi tanah macak macak, sebelum aplikasi berikutnya. Pada saat aplikasi kondisi tanah dalam keadaan macak macak. Air diberikan pada media tumbuh hingga dua minggu sebelum panen. Setelah tanaman berumur 115 hari, dipetik malainya lalu tanaman dikeluarkan dari ember dan dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dipisahkan dan dikeringanginkan. Peubah pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tanaman umur 30 dan 60 HST, jumlah daun 60 HST, jumlah anakan umur 30 dan 60 HST, bobot basah dan bobot kering tanaman pada saat panen. Peubah hasil meliputi umur berbunga, jumlah anakan produktif, jumlah cabang malai per rumpun, bobot segar malai per rumpun, jumlah total biji per rumpun, jumlah biji bernas, persentase gabah hampa dan bobot 1000 butir gabah. Analisis kandungan klorofil Sampel daun yang digunakan adalah yang telah terbentuk sempurna. Daun dibersihkan terlebih dahulu dan dibuat lubang pada sampel daun segar dengan menggunakan pelubang, kemudian sampel daun berbentuk lingkaranleaf disk yang diambil dengan pelubang tadi diambil; leaf disk ditimbang dan ukur diametemya. Leaf disk dimasukkan ke dalam mortar porselen, lalu digerus sampai halus. Kemudian ditambahkan 2 ml acetris; Bahan dimasukkan ke dalam micro tube 2 ml. Sampel dalam micro tube dicentrifuge dengan kecepatan 14 000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipipet sebanyak 1 ml, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambah dengan 3 ml acetris, sehingga total larutan menjadi 4 ml Faktor pengenceran adalah 4 ml larutan1 ml supernatan = 4. Untuk mengurangi penguapan sambil menunggu pengukuran, lubang tabung reaksi ditutup dengan kelereng. Absorban diukur menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 663 nm klorofil b dan 647 nm klorofil a. Larutan dimasukkan ke dalam cuvet, selanjutnya dilap dan dimasukkan ke dalam spektrofotometer. Jika nilai absorban 1, maka cairan harus diencerkan terlebih dahulu. Kandungan klorofil dihitung berdasarkan perhitungan Sims and Gamon 2002 yang telah dikonversi dari µmolg ke mgg : Klorofil a = 0.01373A 663 - 0.000897A 537 - 0.003046A 647 FPberat sampel893.51000. mgg Klorofil b = 0.02405A 647 - 0.004305A 537 - 0.005507 А 663 FPberat Sampel907.51000. mgg Analisis total populasi mikrob pada media tanam Untuk mengetahui perkembangan populasi konsorsium mikrob pada media tanam. Dilakukan perhitungan mikrob dengan metode Plat Count Agar PGA. Sampel tanah ditimbang 10 g digerus dengan mortar dicampur dengan larutan fisiologis 90 ml steril 8,5 gl NaCl + 1 l aquades dalam erlenmeyer 250 ml yang telah disterilisasi pada suhu 121 o C selama 15 menit. Erlenmeyer berisi sampel dikocok menggunakan rotary shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 30 menit. Larutan dipipet sebanyak 1 ml dari pengenceran 10 -2 , 10 -6 dan 10 -7 dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah disiapkan. Agar dituang ke dalam cawan dan digerakkan searah jarum jam sebanyak 5 kali dan gerakan berlawanan dengan arah jarum jam sebanyak 5 kali. Lempengan agar dibiarkan membeku 10 menit. Setelah membeku, lempengan agar dibalik dan dimasukan ke dalam lemari inkubasi 35 o C selama 24 – 48 jam. Jumlah koloni yang dihitung pada lempengan agar adalah lempengan yang mempunyai koloni 30 – 300. Jumlah mikrob ditentukan dengan cara mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran Lay 1994. Analisis kandungan dan serapan hara Analisis kandungan dan serapan hara dilakukan setelah panen. Adapun hara yang dianalisis adalah N, P dan K. Organ tanaman masing-masing dipisahkan akar, batang dan daun. Sampel dibersihkan dengan 1 deterjen dan dibilas dengan air bebas ion, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 65 o C selama 48 jam. Contoh komposit sampel kemudian digiling dan diayak dengan ayakan berdiameter 1 mm. Sampel kemudian dianalisis secara pengabuan basah dengan HNO 3 65, HClO 4 70, H 2 SO 4 98, katalisator campuran selena dengan Na 2 SO 4 . Penentuan N total dilakukan dengan mempergunakan metode semi- mikro Kjeldahl. Konsentrasi P diukur dengan Spectrophotometer UV-VIS dan K dengan Flamephotometer. Serapan hara pada akar dan tajuk dihitung : kadar hara x bobot kering g. Uji eksopolisakarida Uji eksopolisakarida ditujukan untuk melihat kemampuan bakteri meningkatkan kemantapan agregat tanah dan melindungi bakteri dari berbagai cekaman lingkungan. Bahan tanah diambil dari kedalaman 0 - 20 cm. Sebanyak 1 g tanah secara aseptik disuspensikan ke dalam larutan garam fisiologis lalu dibuat seri pengenceran hingga 10 -6 , dan diinkubasi dalam medium ATCC No. 14 per liter medium : 0.2 g KH 2 PO 4 ; 0.8 g K 2 HPO 4 ; 0.2 g MgSO 4 .7H 2 O; 0.1 g CaSO 4 .2H 2 O; 2.0 mg FeCl 3 ; Na 2 MoO 4 .2H 2 O trace; 0.5 g ekstrak kamir; 20 g sukrosa dan 15 g bakto agar dengan pH 7.2, Inkubasi dilakukan selama tujuh hari pada temperatur 28 o C. Koloni bakteri yang membentuk slime tebal mucoid menunjukkan adanya eksopolisakarida Laksmita 2011. Uji respon hipersensitif Konsorsium mikrob filosfer dan rizosfer diuji reaksi hipersensitivitasnya pada tanaman tembakau Nicotiana tabacum L. yang berumur ± 3 bulan, menurut metode Schaad et al. 2001 yang dimodifikasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui konsorsium yang berpotensi patogen. Masing-masing konsorsium diperbanyak pada media yeast dextrose carbonate YDC selama 48 jam. Kemudian konsorsium mikrob disuspensikan dalam air suling steril hingga larutannya terlihat keruh 10 8 – 10 9 Spkml. Selanjutnya inokulum disuntikan ke dalam jaringan daun melalui tulang daun sekunder. Perlakuan kontrol dibuat dengan cara daun hanya diinokulasi dengan air suling steril. Pengamatan terhadap munculnya hipersensitivitas dilakukan setelah 3 x 24 jam Ni Made 2008. Bila ada konsorsium yang berpotensi menyebabkan patogen, akan diuji masing-masing anggota penyusun konsorsium untuk mengetahui isolat yang berpotensi patogen. Uji kemampuan isolat menghasilkan hormon tumbuh tanaman. Fitohormon yang dihasilkan oleh mikrob dikonsentrasikan pada tiga jenis, yaitu auksin, giberelin dan sitokonin yang dianalisis dengan menggunakan HPLC High Performance Liquid Chromatography. Pengujian kemampuan konsorsium dalam menghasilkan IAA Indole Acetic Acid dan GA 3 giberelin secara kuantitatif dengan menggunakan metode dari Unyayar et al. 1996. Konsorsium diinokulasikan pada media NB + metanol 20 ml dan diinkubasikan dalam suhu ruang selama 24 jam pada mesin kocok 200 rpm. Supernatan dievaporasi pada mesin evaporasi pada suhui 35 o C. Ekstrak ditambah dengan HCl 2 M hingga pH 2.5. Selanjutnya ekstrak disaring, kemudian diinjek ke HPLC. Fase gerak asetonitril 12 dengan panjang gelombang 265 nm. Selain IAA dan GA 3 , kemampuan konsorsium untuk memproduksi sitokinin juga dianalisis dengan HPLC. Ekstrak dilarutkan dengan 0.1 M KH 2 PO 4 pada pH 2.4, sentrifuse 8000 rpm pada suhu 4 o C selama 15 menit. Supernatan ditampung dalam botol yang berisi 1 g polyvenil polypirolidone. Supernatan dikocok lalu disaring, hasil penyaringan difiltrasi dengan Sep-Pak C18 air 10 ml + sampel dan MeOH 80 10 ml, Kemudian dibilas dengan air secukupnya. Larutan diinjek ke HPLC, fase gerak metanol 80. Hasil pengukuran diperoleh dengan menghitung luas area contoh per luas area standar dikali konsentrasi standar dikali volume larutan per bobot sampel Hidayati 2004. Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam dan apabila ada beda nyata dilajutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5. Data diolah menggunakan program computer SAS Statistical Analysis System for windows versi 9.1 Matjik Sumertajaya 2006.