1.2 PERUMUSAN MASALAH
Ketidakonsistenan pada hasil temuan penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka diperlukan penelitian yang mengkaji kembali terhadap faktor- faktor tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti
merumuskan masalah penelitian yaitu: apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan umur perusahaan berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. bagi Peneliti, sebagai wadah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang
telah dipelajari selama kuliah, serta menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan,
2. bagi investor dan calon investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan betapa pentingnya
ketepatan waktu berkaitan dengan relevansi dan keandalan informasi laporan keuangan yang akan digunakan sebagai pengambilan keputusan dalam menilai
perusahaan, 3. bagi pihak perusahaan, untuk memberikan informasi atas penelitian yang
dilakukan penulis agar dapat dijadikan pertimbangan untuk kemajuan perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan dan motivasi dalam upaya meningkatkan
ketepatan waktu pelaporan keuangan, 4. bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian
sejenis serta menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran jika ingin mengadakan penelitian terutama tentang ketepatan waktu dalam penyampaian
laporan keuangan dan memberikan wacana bagi perkembangan studi akuntansi yang berkaitan dengan ketepatan waktu dalam laporan keuangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 TEORI KEPATUHAN
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran atau peraturan. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang
psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut Tyler dalam
Saleh, 2004 terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh
didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif
berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas
personal berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi berarti mematuhi peraturan karena
otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku
Sudaryanti,2008. Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu karena selain merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, juga akan
sangat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan. Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan laporan
keuangan berkala akan dikenakan sanksi sesuai dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-307BEJ07-2004, tentang sanksi khusus bagi perusahaan
tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan, dikenakan sanksi mulai dari Peringatan I sampai dengan peringatan III disertai denda sebesar Rp 50.000.000 sampai
Rp 150.000.000, bahkan akan dikenakan suspense. Pengenaan sanksi tersebut dilakukan dengan proses tertentu sesuai peraturan. Perusahaan yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa “emiten yang pernyataan pendaftrannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda
Rp 1.000.000 satu juta rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000
lima ratus juta rupiah.”
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara
mendalam mengenai membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan terlebih
dahulu mengenai definisi akuntansi laporan keuangan. Sebab sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus
akuntansi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2007 disebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan
arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk jadwal dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2.1.2 TEORI KEAGENAN
Teori keagenan merupakan salah satu cara untuk lebih memahami ekonomi informasi dengan memperluas satu individu menjadi dua individu yaitu agen dan
principal. Menurut Jansen dan Mecling 1976, teori ini menjelaskan hubungan antara agen manajemen usaha dan prinsipal pemilik usaha. Dalam hubungan keagenan
terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih principle memerintah orang lain agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang
kepada agent untuk membuat keputusan terbaik bagi principle. Informasi laporan keuangan yang disampaikan secara tepat waktu akan
mengurangi asimetri yang erat kaitannya dengan teory agency Kim dan Verrechia, 1994 dalam Saleh, 2004. Sehingga dalam hubungan keagenan, manajemen
diharapkan dalam mengambil kebijakan perusahaan terutama kebijakan yang
menguntungkan pemilik perusahaan. Bila keputusan manajemen merugikan bagi pemilik perusahaan, maka akan timbul masalah keagenan Ismiyanti dan Hanafi,
2004 Laporan akuntansi berupa laporan keuangan memang dimaksudkan untuk
digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna
eksternal. Informasi akuntansi ini penting bagi pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Para pengguna internal para manajemen memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahaannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi
sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar pengguna eksternal Irfan, 2002. Sehingga untuk mengurangi asimetri informasi dan
mencegah terjadinya konflik keagenan, sudah menjadi kewajiban bagi pihak manajemen untuk melaporkan laporan keuangan secara tepat waktu.
Jensen dan Meckling 1976 juga menyatakan bahwa terdapat tiga unsur yang dapat membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh agen. Unsur-unsur
tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar modal dan bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki kepentingan perusahaan
market for corporate control. Agen bisa tidak mempunyai masa depan bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham. Pasar tenaga
manajerial akan menghapus kesempatan agen yang tidak mempunyai kinerja baik dan berperilaku menyimpang dari keinginan pemegang saham perusahaan yang dikelola
oleh agen. Bekerjanya pasar modal secara efisien bisa menjadi cermin kinerja manajer dari harga saham perusahaannya. Bekerjanya market for corporate control bisa
menghambat tindakan menguntungkan diri pengelola sendiri, dalam hal menghentikan pengelola dari jabatannya jika perusahaan yang dikelolanya mempunyai kinerja rendah
yang memungkinkan pemegang saham baru menggantinya dengan pengelola agent lain setelah perusahaan diambil alih.
2.1.3 LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum membahas secara
mendalam mengenai membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan
terlebih dahulu mengenai definisi akuntansi laporan keuangan. Sebab sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari
siklus akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2007 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus
kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk
jadwal dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan pengaruh
perubahan harga.
2.1.4 KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan merupakan salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk memberikan informasi kepada pihak luar perusahaan. Informasi yang
dihasilkan oleh pihak manajemen harus memiliki beberapa karakteristik kualitatif. FASB dalam SFAC No. 2 secara lebih spesifik membagi karakteristik kualitatif dari
laporan keuangan sebagai berikut :
A. Relevansi
Relevansi adalah “membuat suatu perbedaan”. Aspek dari informasi yang relevan adalah: nilai umpan balik, nilai prediksi dan tepat waktu. Informasi yang
relevan secara normal harus meneydiakan nilai umpan balik feedback value maupun nilai prediksi predictive value pada saat yang sama. Umpan balik dari
kejadian masa lalu membantu dalam mengkonfirmasi atau memperbaiki perkiraan sebelumnya. Informasi seperti ini dapat digunakan untuk
memperkirakan hasil dimasa yang akan datang. Sebagai contoh, ketika perusahaan menyajikan laporan laba rugi komparatif, seorang investor memiliki
informasi untuk membandingkan hasil operasi tahun lalu dengan tahun ini. Hal ini memberikan dasar umum untuk mengevaluasi perkiraan sebelumnya dan
untuk mengestimasi hasil yang mungkin diperoleh tahun depan. Tepat waktu timeliness
adalah aspek yang penting agar informasi dapat “membuat suatu perbedaan” karena apabila informasi baru bisa didapat setelah keputusan
diambil, tidak akan banyak berguna.
B. Reliabilitas
Informasi dikatakan dapat diandalkan apabila secara relative bebas dari kesalahan dan menyajikan hal yang seharusnya. Reliabilitas tidak berarti
ketepatan yang absolut. Informasi yang berdasarkan penilaian dan yang menggunakan estimasi dan perkiraan tidak mungkin akurat secara total, tetapi
harus dapat diandalkan. Tujuannya adalah memberikan jenis informasi yang dapat memberikan kepercayaan bagi pemakainya. Informasi seperti ini harus
memiliki kriteria dapat diverifikasi, penyajian jujur, dan netralitas. a Dapat Diverifikasi
Dapat diverifikasi verifiability melibatkan consensus. Akuntan mencari dasar pengukuran laporan keuangan yang dapat diverifikasi oleh akuntan lain
yang terlatih dengan menggunakan metode pengkuran yang sama. b Penyajian Jujur
Penyajian jujur epresentational faithfulness berarti bahwa ada kesesuaian antara pengukuran dengan aktivitas ekonomi akan unsur akuntansi yang diukur.
c Netralitas Netralitas neutrality merupakan konsep yang serupa dengan konsep yang
berkaitan dengan kejujuran. Apabila laporan keuangan bertujuan untuk memuaskan sebagian besar kelompok dari pemakainy, maka informasi yang
disajikan tidak boleh berpihak terhadap kepentingan suatu kelompok dari pemakainya dan mengorbankan kelompok lain.
C. Dapat Dibandingkan
Dapat dibandingkan comparability adalah bahwa informasi menjadi lebih berguna ketika dapat dikaitkan dengan suatu tolak ukur atau standar.
Perbandingan dapat dilakukan dengan data dari perusahaan lain atau informasi yang sejenis dengan perusahaan yang sama, tetapi pada periode yang berbeda.
Perbandingan dalam data akuntansi untuk perusahaan yang sama selama beberapa periode sering disebut konsistensi.
D. Materialitas
Materialitas materiality
merupakan faktor
penting yang
harus dipertimbangkan dalam mengakui suatu informasi akuntansi. Pertimbngan utama
dalam konsep ini adalah apakah penyajian informasi tertentu akan mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan yang diambil. Masalah yang timbul dalam
menentukan tingkat materialitas suatu informasi adalah tidak adanya aturan terhadap konsep tersebut. Sampai saat ini tidak ada konsep umum terhadap
materialitas. Penentuan tingkat materialitas suatu informasi akhirnya diserahkan pada pertimbangan profesional.
E. Manfaat Lebih Besar dari Biayanya
Seperti halnya komoditas lainnya, harus bernilai lebih dari biaya untuk memproduksinya. Kesulitan untuk mengetahui efektivitas biaya dari pelaporan
keuangan adalah bahwa manfaat dan biaya, terutama manfaat, tidak selalu dapat diukur dengan mudah. Selain biaya yang ditimbulkan oleh pihak-pihak yang dapat
diidentifikasi dan jelas, perusahaan wajib untuk menyiapkan laporan keuangan, sedangkan manfaatnya tersebar ke seluruh perekonomian.
2.1.5 FAKTOR
– FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan berdasarkan penelitian terdahulu, antara lain ukuran perusahan, umur perusahaan,
profitabilitas, dan opini audit.
2.1.5.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan pada total
penjualan, total nilai buku asset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja Soegeng, 2006:79, semakin besar nilai item-item tersebut, semakin besar pula
ukuran perusahan itu. Perusahaan besar cenderung ingin menyajikan laporan keuangan tepat waktu daripada perusahaan kecil. Perusahaan berskala besar
cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal karena banyaknya pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan tersebut dan membutuhkan laporan keuangan tahunan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan. Manajemen dengan skala besar
cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investo,
Badan Pengawas Pasar Modal LK, dan pemerintah. Pelaporan keuangan akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin bedar dan semakin
luas Soegeng, 2006:79. Hal tersebut berkaitan dengan semkin banyaknya jumlah
sampel audit yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dilakukan.
2.1.5.2 Profitabilitas ROA
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan laba merupakan informasi penting bagi investor
sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas juga merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan
mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Givoly dan Palmon dalam Saleh, 2004:18 berpendapat bahwa ketepatan waktu
dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen
cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya. Dalam penelitian ini menggunakan return on asset ROA karena para peneliti sebelumnya menggunakan
ROA.
2.1.5.3 Opini Audit
Opini audit adalah pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya. Auditor sebagai pihak
yang independen di dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan publik akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Standar Profesional
Akuntan Publik SPAP SA Seksi 110 paragraf 1 menyatakan bahwa laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Laporan audit
hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit.
Opini audit yang diberikan oleh auditor independen melalui beberapa tahap audit yang dilakukan dapat member simpulan atas laporan keuangan yang
diauditnya. Arens dkk 2008:58 mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian, auditor didalam
memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profeionalnya. Menurut Arens dan Loebbecke 1997:39 terdapat 5 jenis opini audit yang
dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit tersebut dibedakan unqualified opinion wajar tanpa pengecualian, unqualified
opinion with explanatory paragraph wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, qualified opinion wajar tanpa pengecualian, adverse opinion tidak
wajar, dan disclaimer opinion tidak memberikan pendapat.
1 Wajar Tanpa Pengecualian
Auditor memberikan opini unqualified opinion wajar tanpa pengecualian, jika menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Laporan audit
standar dengan opini wajar tanpa pengecualian dapat digunakan apabila kondisi- kondisi berikut terpenuhi: semua laporan keuangan neraca yang mencerminkan posisi
aktiva, kewajiban dan ekuits, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, dan laporan arus kas serta pelengkapnya yang memadai, sudah tercakup dalam laporan
keuanga, ketiga standar umum auditing telah diikuti dengan sepenuhnya dalam penugasan, bahan bukti yang cukup dan memadai telah dikumpulkan, laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tidak terdapat situasi-situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
2 Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan
Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan dalam laporan auditnya karena audit yang dilakukannya telah memenuhi kriteria suatu
proses audit yang lengkap dengan hasil-hasil yang memuaskan dan laporan keuangan
telah disajikan secara wajar. Tetapi auditor merasa perlu untuk memberikan sejumlah informasi tambahan dalam laporan auditnya. Berikut ini adalah beberapa penyebab
paling penting dari penambahan paragraf penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian : tidak ada konsistensi, keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan
going concern, penekanan atas suatu hal dan laporan yang melibatkan auditor lain Arens dkk, 2008:65
Dengan kata lain, opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan diberikan jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penejelasan, namun laporan
keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
3 Wajar Dengan Pengecualian WDP
Auditor memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan wajar dengan pengecualian untuk pos-pos tertentu yang memuat salah saji yang material. Pada saat
auditor menerbitkan laporan wajar dengan pengecualian, auditor harus menggunakan istilah “kecuali untuk” dalam paragraf pendapat. Dalam hal ini harus tersirat bahwa
laporan auditor tersebut merasa puas bahwa keseluruhan laporan keuangan adalah wajar “kecuali untuk” aspek tertentu yang menunjukan salah saji yang material.
Tidaklah dibenarkan menggunakan ungkapan kecuali untuk pada semua jenis pendapat auditorselain pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion.
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan jika auditor menjumpai kondisi- kondisi berikut Mulyadi, 2002:22:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d. Prinsip akuntansi yang berlaku umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4 Tidak Wajar
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa secara
keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang sngat material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil
operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pendapat tidak wajar ini hanya dibuat jika auditor telah memiliki bahan bukti audit yang cuku. Hal ini
bukanlah hal yang lazim sehingga pendapat tidak wajar adverse opinion sangat jarang diberikan.
5 Tidak Memberikan Pendapat
Disclaimer opinion atau pendapat tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor jika auditor tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang memuat
salah saji sangat material telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan pendapat tidak memberikan pendapat dilakukan auditor jika auditor tidak berhasil meyakinkan
dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan timbul karena banyak pembatasan lingkungan audit atau hubungan yang tidak independen
antara auditor dengan klien menurut kode etik professional. Masing-masing situasi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk dapat memutuskan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer opinion dengan pernyataan pendapat tidak wajar adverse opinion adalah pendapat tidak wajar
ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan yang disusun klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat disclaimer opinion karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan laporan auditan atau auditor tidak independen Mulyadi,
2002:22. Dyer dan McHugh dalam Naim 1999:54 menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan dipengaruhi oleh opini audit yang diberikan oleh auditor
independen.
2.1.5.4 Umur Perusahaan
Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahan yang bersangkutan, namun umur perusahaan dalam penelitian yang
dilakukan diukur berdasarkan tanggal first issue listed perusahaan tersebut di pasar modal Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari, 2006:11. Umur perusahaan juga
merupakan hal yang dipertimbangkan oleh investor sebelum menanamkan modalnya. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa
perusahaan tersebut mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Menurut Owusu dan Ansah dalam Na’im, 1999:48
menyatakan, ketika sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat
diminimalisasikan. Akibatnya, perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika
diperlukan karena perusahaan memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam proses pelaporan keuangan.
2.1.6 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti dan para akademisi sebelumnya mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan dengan menggunakan beberapa variabel. Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan yang ditunjukkan
dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO. Peneliti Variabel
Hasil Penelitian
1. Owushu- Ansah
2000 Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Gearing,
Extraordinary and or Contigent items, Month
Of Financial Year-End, dan Umur Perusahaan.
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. Hanya
Ukuran Perusahaan
dan Profitabilitas
yang mempengaruhi Ketepatan
Waktu dimana
perusahaan mengeluarkan laporan
keuangan tahunan yang diaudit.
2. Noviandi
2007 Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Kompleksitas
Operasi, dan Umur Perusahaan.
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. Profitabilitas berpengaruh
terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan
Keuangan. ,
tetapi Ukuran
Perusahaan, Kompleksitas
Operasi, dan Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan
Keuangan.
3. Prabowo
2008 Variabel Independen:
Profitabilitas, Opini
Audit dan
Kualitas Auditor.
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. Profitabilitas berpengaruh
terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan
Keuangan, tetapi Opini Audit
dan Kualitas
Auditor tidak
berpengaruh terhadap
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. 4.
Wijayanti 2008
Variabel Independen: Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Opini Audit
dan Kualitas
Kantor Audit.
Variabel Dependen:
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Opini Audit
dan Kualitas
Kantor Audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan.
5. Putra
dan Thohiri 2013
Variabel Dependen: Debt to Equity Ratio,
Profitabilitas, Struktur
Kepemilikan, Pergantian Auditor,
Ukuran Perusahaan dan Kualitas
Auditor. Debt to Equity Ratio,
Profitabilitas, Struktur
Kepemilikan, Pergantian Auditor,
Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Ketepatan Waktu
Pelaporan
Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan. Keuangan,
sedangkan Kualitas
Auditor berpengaruh
signifikan terhadap KWPK.
Owushu – Ansah 2000 melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Harare, Zimbabwe. Dari lima variable yang diteliti, hanya ukuran perusahaan dan profitabilitas yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan, tiga
variabel yang lainnya tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Noviandi 2007 melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 2003-2005. Variabel yang digunakan lebih sedikit dibandingkan peneliti sebelumnya hanya empat variabel yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas
operasi dan umur perusahaan. Penelitian tersebut sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut membuktikan bahwa hanya profitabilitas yang
mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, sementara variabel lainnya yakni ukuran perusahaan, kompleksitas operasi dan umur perusahaan tidak mempengaruhi
ketapatan waktu pelaporan keuangan. Prabowo 2008 melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Peneliti menggunakan tiga variabel yakni profitabilitas, opini audit dan kualitas auditor. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti menemukan hasil yang sama
dari peneliti sebelumnya. Bahwa hanya profitabilitas yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sementara variabel yang lainnya yakni opini audit dan kualitas auditor,
tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Wijayanti 2008 melakukan penelitian pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta tahun 2004-2005. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti menemukan bahwa dari
semua variabel yang diteliti yakni profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini audit dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Hal ini berbeda dengan peneliti-peneliti yang sebelumnya, yang menyatakan bahwa dari semua variabel yang diteliti setidaknya ada beberapa variabel yang berpengaruh. Sementara,
berdasarkan penelitian Wijayanti tidak satu pun dari varaiabel yang diteliti tersebut yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Penelitian selanjutnya, Putra dan Thohiri 2013 melakukan penelitian pada perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Dari lima variabel yang
diteliti yakni, debt to equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, pergantian auditor, ukuran perusahaan dan kualitas auditor. Peneliti menemukan bahwa hanya kualitas auditor
yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sementara variabel yang lainnya debt to equity ratio, profitabilitas, struktur kepemilikan, pergantian auditor dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perbedaan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu kemungkinan
dikarenakan perbedaan jumlah sampel perusahaan, uji regresi yang digunakan dan perusahaan yang diteliti. Owusu
– Ansah 2000 meneliti 47 perusahaan non finansial dengan menggunakan uji regresi berganda, sedangkan Noviandi 2007 meneliti 127 perusahaan
manufaktur dengan menggunakan uji regresi logistik, begitu juga dengan Prabowo 2008 meneliti 32 perusahaan manufaktur. Wijayanti 2008 meneliti 105 perusahaan go public
dengan menggunakan uji regresi berganda. Putra dan Thohiri meneliti 57 perusahaan manufaktur dengan menggunakan uji regresi logistik.
Melihat hasil dari peneliti – peneliti terdahulu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan umur perusahaan. Dengan meneliti perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berbeda dengan
peneliti sebelumnya. Serta tahun yang berbeda yakni periode tahun 2011 – 2013.
2.1.7 KERANGKA KONSEPTUAL
Setiap perusahaan yang go public memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit tepat
waktu. Menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor 36PM2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, dalam lampirannya, disebutkan bahwa laporan
keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah
tanggal laporan keuangan. Berdasarkan fakta yang ada, masih banyak perusahaan yang tidak tepat waktu atau terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaannya,
hal ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pada umumnya ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ditentukan oleh
adanya berita baik atau berita buruk mengenai kondisi perusahaan, jika pengumuman laporan keuangan berisi good news maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu
dan jika pengumuman berisi bad news maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu Rachmawati, 2008. Namun Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
H
1
Gambar 2.1 Kerangka Koseptual
2.1.7.1 Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap KWPK
Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur berdasarkan total penjualan. Total penjualan yang semakin besar berarti ukuran perusahaan juga semakin besar. Semakin
besarnya ukuran perusahaan maka semakin baik pula Sumber Daya Manusia yang dimiliki perusahaan tersebut, sehingga semakin cepat juga laporan keuangan
perusahaan tersebut disajikan. Perusahaan besar merupakan sorotan masyarakat dan terkait dengan lebih banyak pengguna informasi seperti investor, kreditor, pemasok,
pelanggan, pemilik perusahaan, karyawan dan sebagainya. Hal tersebut mendorong perusahaan besar untuk mengusahakan ketepatan waktu demi keandalan dan relevansi
laporan keuangan. Dapat disimpulkan, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Ukuran Perusahaan X
1
Profitabilitas X
2
Opini Audit X
3
Umur Perusahaan X
4
Ketepatan waktu
pelaporan keuangan Y
2.1.7.1 Hubungan Profitabilitas ROA Terhadap KWPK
Variabel profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan
merupakan informasi penting sebagai pertimbangan bagi investor, perusahaan yang memperoleh laba dianggap sebagai good news sehingga perusahaan akan secepat
mungkin melaporkan laporan keuangannya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin cepat pula perusahaan tersebut dalam melaporkan
pelaporan keuangannya. Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.1.7.3 Hubungan Opini Audit Terhadap KWPK
Opini audit ditunjukkan dari opini apa yang diterima perusahaan dari auditor atas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Pendapat
unqualified opinion dianggap sebagai berita baik good news bagi perusahaan di mata publik, sehingga pihak manajemen akan meyegerakan pelaporannya kehadapan
publik dan proses audit akan lebih cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
2.1.7.4 Hubungan Umur Perusahaan Terhadap KWPK
Umur perusahaan diukur sejak perusahaan tersebut terdaftar listed di Bursa Efek Indonesia sampai tahun berjalan. Perusahaan yang sudah lama terdaftar
biasanya lebih berpengalaman dalam pelaporan keuangan. Semakin tinggi umur perusahaan, maka semakin berpengalaman perusahaan tersebut sehingga semakin
tepat waktu dalam melaporkan laporan keuangannya. Dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.1.8 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis adalah pernyataan yang didefenisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi Rochaety dkk, 2007 : 104. Menurut Sugiyono 2006 : 51
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah terdapatnya pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas, opini audit dan umur perusahaan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kausal. Desain kausal yaitu untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya Umar, 2003:30. Desain kausal digunakan untuk penelitian yang memiliki hubungan sebab akibat antara variabel independen
dengan variabel dependen yang diteliti. Tujuan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan menjelaskan hubungan variabel-variabel yang diteliti yaitu Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Opini Audit dan Umur Perusahaan sebagai variabel independen terhadap variabel dependennya ketepatan waktu pelaporan keuangan.
3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh melalui internet dengan mendownload melalui
situs resmi www.idx.co.id. BEI dipilih sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan Bursa Efek di Indonesia yang memiliki catatan historis yang panjang dan lengkap
mengenai perusahaan yang sudah go public.
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian
November 2014
Desember 2014
Januari 2015
Februari 2015
Maret 2015
Pengajuan Proposal Skripsi
Bimbingan Proposal
Skripsi
Seminar Proposal Skripsi
Bimbingan Skripsi
Penyelesaian Skripsi
Sidang Skripsi
3.3 BATASAN OPERASIONAL
Peneliti memiliki keterbatasan antara lain: 1. periode pengamatan dalam penelitian yang dilakukan hanya mencakup tahun
2011-2013.
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Berdasarkan perumusan masalah, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel yang lain, dan variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen Umar, 2003:50. Definisi operasional menjelaskan
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset Jogiyanto, 2004:62.
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1
diberikan jika perusahaan menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, listed perusahaan tersebut di pasar modal. yakni paling lambat akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tahunan dan angka 0 diberikan jika perusahaan menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu, yakni setelah akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
3.4.2.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dinyatakan dalam total penjualan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan logaritma
natural atas total penjualan.
3.4.2.2 Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
logaritma natural return on assets ROA. Laba bersih
ROA = Total Aktiva
3.4.2.3 Opini Audit
Opini audit adalah pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya. Variabel ini diukur
dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor independen memberikan opini wajar tanpa pengecualian WTP dan 0 jika auditor
independen memberikan opini selain WTP.
3.4.2.4 Umur Perusahaan
Umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tahun berjalan dikurang tanggal first issue listed perusahaan tersebut di pasar modal.
3.5 SKALA PENGUKURAN VARIABEL
Skala Pengukuran Variabel dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Variabel
Variabel Penelitian Indikator
Skala Pengukuran
Ukuran perusahaan Total penjualan
Rasio Profitabilitas
Return on assets Laba Bersih
Total Aktiva Rasio
Opini audit Wajar tanpa pengecualian : 1
Selain wajar tanpa pengecualian : 0 Nominal
Umur Perusahaan Tahun berjalan
– Tahun first issue Rasio
Ketepatan Waktu Tepat waktu : 1
Tidak tepat waktu : 0 Nominal
3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN