12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kajian Pustaka 2.1.1
Jasa 2.1.1.1
Pengertian Jasa
Jasa mempunyai pengertian yang berbeda dengan barang yang berkaitan dengan karakteristik jasa yang unik dan berbeda dengan barang.Jasamerupakan
sebuah tindakan yang dilakukan oleh sekolompok orang untuk orang lain. Jasa itu dialami, digunakan, atau dikonsumsi.Jasa bukan berbentuk fisik
–mereka tidak nyata intangible.Banyak produk merupakan kombinasi elemen nyata dan tak
nyata. Barang biasanya diproduksi oleh pabrik kemudian dijual.Sedangkan jasa
sering dijual terlebih dahulu baru diproduksi. Mereka diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang sama. Jadi, pembuat barang bisa jauh dari konsumen, tapi
penyedia jasa sering bekerja di tempat dimana seseorang berada. Kotler dan Keller 2006 : 441 mengemukakan bahwa A service is any
activity or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It’s production may
or may be tied to a physical product. Dari definisi di atas, menyatakan bahwa Jasa pada dasarnya merupakan
suatu yang tidak berwujud, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.Dalam memproduksi suatu jasa dapat menggunakan suatu produk fisik
tetapi bisa juga tidak.
13
2.1.1.2 Karakteristik Jasa
Menurut Kotler dan Keller 2006:441, jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran jasa, yaitu :
Tidak berwujudIntangibility Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasakan,
diraba, didengar, atau dicium sebelum ada transaksi pembelian. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda atau bukti dari
kualitas layanan jasa tersebut. Pembeli akan mengambil kesimpulan mengenai kualitas layanan jasa dari tempat place, manusia people,
peralatan equipment, alat komunikasi communication material, simbol- simbolsymbols dan hargaprice yang mereka lihat.
Tidak dapat dipisahkan Inseparability Jasa-jasa umumnya diproduksi secara khusus dan dikonsumsi pada waktu
yang bersamaan.Jika jasa diberikan oleh seseorang, maka orang tersebut merupakan bagian dari layanan jasa tersebut.Client juga hadir padsa saat jasa
diberikan, interaksi penyedia dengan client merupakan ciri khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun clientakan mempengaruhi hasil jasa
tersebut. Beraneka Ragam Variability
Jasa itu sangat beraneka ragam, karena tergantung kepada yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali pembeli jasa
menyadari akan keanekaragaman ini dan membicarakannya dengan yang lain sebelum memilih seorang penyedia jasa.
14 Tidak Tahan Lama Perishability
Jasa-jasa tidak dapat disimpan.Keadaan tidak tahan lama dari jasa-jasa bukanlan masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan
persiapan pelayanan sebelumnya.Jika permintaan terhadapnya berfluktuasi maka perusahaan jasa menghadapi masalah yang sulit.
2.1.1.3 Perbedaan Jasa dan Barang
Menurut Edward W. Wheatley yang dikutip dalam Buchary Alma 2000:205 mengungkapkan perbedaan antara jasa dan barang, adalah sebagai
berikut : 1.
Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi 2.
Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud, dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran, dsb.
3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada
waktu yang sama. 4.
Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan. 5.
Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian halnya dengan marketing jasa. Untuk menghadapi masa-masa
puncak, dapat dilatih tenaga khusus. 6.
Adanya masa puncak yang sangat padat, merupakan masalah tersendiri bagi marketing jasa. Pada masa puncak, ada kemungkinan layanan yang diberikan
oleh produsen sangat minim, misalnya waktu dipersingkat agar dapat melayani langganan sebanyak mungkin. Jika mutu jasanya tidak dikontrol,
15 maka ini dapat berakibat negatif terhadap perusahaan, karena banyak
langganan merasa tidak puas. 7.
Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia. 8.
Distribusinya bersifat langsung, dari produsen ke konsumen.
2.1.1.4 Macam-Macam Jasa
Paul D. Converse et.al yang dikutip dalam Buchari Alma 2000:208, macam-macam jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Personalized services
Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang menghasilkan jasa tersebut. oleh sebab itu pelayanannya harus langsung ditangani
sendiri oleh produsennya. Personalized services dapat digolongkan lagi ke dalam tiga golongan, yaitu :
Personal services Yang dimaksud dengan personal services oleh U.S Census of Bussiness
mendefinisikan “personal services as establishment primarly engaged in providing services generally barbershops, beauty shops, cleaning plants,
laundries, photographic. ”
Artinya : personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kevantikan, laundry,
fotografi. Professional services
Orang-orang yang memiliki profesi, dalam marketing approachnya biasanya menunggu langganan. Jika memuaskan langganan yang pernah datang akan
16 kembali lagi di lain waktu. Jadi yang penting disini adalah harus adanya
reputasi yang baik. Bussiness services
Dalam marketing, bussiness services ini seperti usaha Akuntansi dan biro-biro konsultan lain, sistem marketingnya juga bersifat tidak langsung. Mereka lebih
senang diundang oleh langganan-langganan baru untuk memberikan jasa- jasanya.
2.
Financial services
Financial services terdiri dari : Banking Services Bank
Insurance services Asuransi Investment Securities Lembaga penanam modal
3. Public Utility and Transportation Services
Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air minum. Sedangkan dalam transportation services ialah
meliputi : angkutan kereta api, kendaraan umum, pesawat, dsb.
4. Entertainment
Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah : usaha-usaha di bidang olah raga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, usaha-usaha hiburan lainnya.
5. Hotel Services
Hotel bukan merupakan suatu objek pariwisata melainkan merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan, maka dlaam hal ini hotel perlu
mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel
17 biro, dan lain-lain; untuk menonjolkan sesuatu yang khas dari suatu objek
wisata, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah yang bersangkutan.
2.1.2 Citra
2.1.2.1 Pengertian Citra
Citra image dari suatu perusahaan berawal dari perasaan pelanggan dan para pelaku bisnis tentang organisasi yang bersangkutan sebagai produsen produk
tersebut sebagai hasil evaluasi individual tentang hal tersebut.Menurut Kotler and Keller 2006:338 citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau
produknya. Sedangkan menurut Webster 1993 yang dikutip dalam Sutisna 2001:331
mendefinisikan citra sebagai gambaran mental atau konsep tentang sesuatu. Sedangkan dalam Buchari Alma 2000:317 mengutip dari pendapat Huddleston
1985:365 mengenai citra sebagai “Image is a set of beliefs that persons associate with. An image is acquired through experience
” Berdasarkan uraian definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
citra adalah kesan yang dipikirkan dan yang diketahui oleh seseorang atau kelompok mengenai suatu hal baik perusahaan maupun produknya yang diperoleh
melalui pengalaman.
18
2.1.2.2 Proses Terbentuknya Citra
Proses terbentuknya citra menurut Hawkins et all diperlihatkan pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Proses terbentuknya Citra Perusahaan
Berdasarkan gambar diatas, citra perusahaan berlangsung pada beberapa tahapan.Pertama, obyek mengetahui melihat atau mendengar upaya yang
dilakukan perusahaan dalam membentuk citra perusahaan.Kedua, memperhatikan upaya tersebut.Ketiga, setelah adanya perhatian obyek mencoba memahami
semua yang ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada obyek, yang kemudian pada tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk
akan menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan.
2.1.2.3 Citra Merek
Pendapat yang dikemukakan oleh Aaker 1997:69 mengenai brand image atau citra merek adalah bagaimana konsumen dan yang lainnya memahami atau
menerima suatu merek. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk 1997:982
Exposure
Attention
Image Behavior
Comprehensive
19 menyatakan brand image adalah sebagai sekumpulan asosiasi mengenai suatu
merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen. Dari beberapa konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek
merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen mengenai terhadap suatu merek tertentu, dan bagaimana
konsumen memandang suatu merek. Brand Image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk
dengan merek yang bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen brand image yang baik akan membantu kegiatan perusahaan dalam bidang
pemasaran. Agar brand image dapat terbentuk sesuai mendekati brand identity yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus
mampu untuk memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek sehingga memiliki citra yang baik.
Brand image ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kualitas yang tinggi menurut apa yang diharapkandipersepsikan dengan yang diterima oleh
konsumen. Yang disebut terakhir inilah yang dimaksud dengan istilah perceived quality. Hal ini harus didukung oleh kenyataan dan bukan hanya sekedar
pernyataan sebagai hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti nyata. Hamel and Prahalad dalam Hermawan Kertajaya2000:480 berpendapat
bahwa brand merupakan banner yang bisa dipakai untuk memayungi semua produk yang menggunakannya. Mereka juga memberikan empat hal pokok yang
harus diperhatikan dalam sebuah brand menurut Hamel and Prahalad1994:258
20 1.
Recognition Yaitu tingkat dikenalnya sebuah brand oleh konsumen. Jika sebuah brand
tidak dikenal, produk yang memakai brand tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga murah. Recognition paralel dengan brand awareness.
2. Reputation
Yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah brand karena lebih terbukti mempunyai track-record yang baik. Reputation ini paralel
dengan perceived quality. 3.
Affinity Yaitu semacam emotional relationship yang timbul antara sebuah brand dan
konsumennya. Sebuah brand yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual. Affinity paralel dengan positive assosiation yang membuat konsumen
menyukai suatu produk. 4.
Domain Menyangkut seberapa lebar scope dari produk yang mau menggunakan brand
yang bersangkutan.
2.1.2.4 Hubungan Citra Perusahaan dengan Citra Merek
Konsumen mengorganisasikan berbagai informasi mengenai perusahaan dan pengalaman yang berkaitan dengan produk perusahaan ke dalam citra perusahaan.
Beberapa perusahaan menghabiskan banyak biaya untuk mengembangkan citra perusahaan dimata masyarakat dengan beberapa alasan, yaitu :
1. Citra perusahaan yang positif akan mendorong persepsi positif produk
perusahaan. Terdapat hubungan yang erat antara citra perusahaan dengan
21 citra produk citra merek. Merek produk sering diasosiasikan dengan produk
yang memproduksi produk tersebut. 2.
Perusahaan berusaha menjaga citra yang telah ada dari beberapa isu-isu umum, yang dapat secara langsung mempengaruhi konsumen.
2.1.2.5 Keuntungan Terciptanya Citra Positif
Apabila suatu perusahaan telah berhasil dalam membentuk citra yang positif di benak konsumen, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan
seperti : 1.
Memperpanjang hidip produk itu sendiri. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi Engel, MarshawKinner, 1994:476, yaitu :
- Kesadaran diantara manajer perusahaan tentang tujuan perusahaan jangka
panjang. -
Menetapkan lebih jelas tujuan dari perusahaan dan pimpinannya. -
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai posisi pesaing dan kondisi pasar yang dihadapinya.
- Meningkatkan komunikasi internal dan eksternal.
- Mengetahui lebih terperinci mengenai perusahaan, tujuan, karyawan,
pemasok, pimpinan, dan media. 2.
Citra yang positif akan memberikan keuntungan terciptanya loyalitas konsumen, kepercayaan terhadap produk, dan kerelaan konsumen dalam
mencari produkjasa tersebut apabila membutuhkannya SchifmannKanuk, 1997:141
22 3.
Dapat memperoleh konsumen yang baru, hal ini dikarenakan konsumen yang merasa puas dengan produkjasa dari perusahaan akan menceritakan
pengalaman mereka kepada orang lain tersebut untuk membeli produkjasa yang sama Kurtz dan Clow, 1998:24
2.1.3 Kepercayaan
2.1.3.1 Pengertian Kepercayaan
Konsep trust kepercayaan menjadi suatu isu yang populer dalam bidang pemasaran dengan munculnya relasional dalam aktivitas pemasaran. Trust
kepercayaan dipandang sebagai dasar dalam hubungan dengan konsumen. Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa trust merupakan faktor fundamental yang
dapat mengembangkan loyalitas konsumen. Menurut Deutsch dalam Lee and Lau, 1999 :
Kepercayaan adalah harapan dari pihak-pihak dalam sebuah transaksi dan resiko yang terkait dengan perkiraan dan perilaku terhadap harapan tersebut.
Morgant dan Hunt mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan seseorang terhadap reliabilitas dan integritas pihak lain Baloglu, 2002:50.
Seperti yang dikutip oleh Callaghan dan Shaw, dimensi kepercayaan didefinisikan sebagai dimensi hubungan bisnis yang menentukan tingkat dimana orang merasa
dapat bergantung pada integritas janji yang ditawarkan oleh orang lain. Sirdeshmukh, Singh, Sabol2001 mendefinisikan kepercayaan konsumen
sebagai harapan konsumen bahwa penyedia jasa dapat dipercaya atau diandalkan dalam memenuhi janjinya.
23
2.1.3.2 Indikator Kepercayaan
Indikator dari kepercayaan trust menurut Michelle, Reast, and Lynch 1998 dalam Egan 2004 : 102, sebagai berikut :
1. Probity
Yaitu fokus kepada kejujuran dan integritas 2.
Equity Yaitu berkaitan dengan fair-mindedness, benevolence, caring, and
sincerity 3.
Reliability Yaitu berkaitan dengan keandalan dan ketepatan serta konsistensi dari
produk atau jasa yang diharapkan dalam beberapa hal berkaitan dengan jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
4. Satisfaction
Yaitu berkaitan dengan kepuasan pelanggan. Dalam konteks yang lebih spesifik dari hubungan penjual dan pembeli,
Selnes 1998 dalam Paolo p.4 menyatakan bahwa kompetensi, komunikasi, dan kepuasan adalah komponen dari kepercayaan.
2.1.4 Loyalitas
2.1.4.1 Pengertian Loyalitas
Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan termasuk bagi institusi Pendidikan Tinggi. Tetapi kebanyakan dari perusahaan
tidak mengetahui bahwa loyalitas penumpang dapat terbetuk melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari calon konsumen potensial sampai dengan advocate
24 customers dan partners yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan.
Pernyataan ahli pemasaran Don Peppers dan Martha Rogers : ―Satu-satunya nilai yang dapat diciptakan perusahaan Anda adalah nilai
yang berasal dari pelanggan —itu adalah semua nilai yang Anda miliki sekarang
dan nilai yang akan Anda miliki di masa depan. Suatu bisnis disebut sukses jika berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan.
Pelanggan merupakan satu-satunya alasan perusahaan membangun pabrik, memperkerjakan karyawan, menjadwalkan rapat, membuat jalur serat optik, atau
melibatkan diri dalam aktivitas bisnis apapun. Tanpa pelanggan, Anda tidak
mempunyai bisnis‖. Loyalitas pelanggan merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah
produk, termasuk kemungkinan memperbarui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek,
berapa kemungkinan keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk. Andreassen, et al, 1997 dalam Ali Hasan, 2005.
Oliver 1997:392 mengajukan definisi loyalitas konsumen customer loyalty sebagai berikut :
―Customer Loyalty is a deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product or service consistently in the future, despite situasional
influences and marketing efforts having the potential to cause switching
behavior‖. Suatu komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan
pembelian ulang atau berlanganan kembali dengan produk atau jasa yang terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-
usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Pelanggan yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang dapat
diartikan sebagai pola pembelian yang teratur dan dalam waktu yang lama, yang dilakukan oleh unit-unit pembuat atau pengambil keputusan Griffin, 2002:5
25 Fandy Tjiptono 2002:36 menjelaskan bahwa loyalitas disebabkan oleh
suatu kombinasi dari kepuasan, rintangan pengalihan switching barrier dan penanganan keluhan voice, dengan rumus sebagai berikut :
2.1.4.2 Karakteristik Loyalitas Konsumen
Konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan karena karakteristik atau tingkatan bagi konsumen yang loyal menurut Griffin 2005:32
mempunyai ciri sebagai berikut : 1.
Melakukan pembelian berulang yang teratur repeat purchase 2.
Pembelian Antarlini Produk dan Jasa purchase across product lines 3.
Mereferensikan ke orang lain referrals 4.
Menunjukkan kekebalan terhadap Tarikan Pesaing tidak mudah terpengaruh oleh daya tarik produk sejenis dari pesaing retention
Berkaitan dengan kualitas pendidikan tinggi, Martensen, Gronholdt, Eskildsen, Kristensen 2000 menyatakan bahwa loyalitas mahasiswa dapat diukur
dengan : -
Kesediaan melanjutkan studi, konferensi, dan lain-lain pada institusi atau perguruan tinggi yang sama di masa yang akan datang.
- Kesediaan merekomendasikan institusi perguruan tinggi
- Kesediaan merekomendasikan program studi pada institusi perguruan tinggi
Sedangkan Zeithaml, Berry, Parasuraman 1996 dalam penelitian pada empat perusahaan yang menyediakan jasa pada konsumen akhir ataupelanggan
bisnis, item-item yang dapat mengukur loyalitas mahasiswa tersebut antara lain :
Loyalitas = f customer satisfaction, switching barrier, voice
26 -
Kesediaan mahasiswa mempertimbangkan perguruan tinggi yang sama -
Kesediaan mahasiswa menyeleseikan studi di perguruan tinggi tempat belajar saat ini
- Kesediaan mahasiswa untuk mendorong teman memilih perguruan tinggi
yang sama -
Kesediaan mahasiswa merekomendasikan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan terbaik di wilayahnya.
2.1.4.3 Tahapan Loyalitas Konsumen
Konsumen yang memperoleh kepuasan dalam berbelanja merupakan modal utama bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas konsumen. Konsumen
yang loyal merupakan asset yang paling berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas. Jika kepuasan itu didapatkan konsumen setiap kali ia
berbelanja, maka hal ini akan menimbulkan loyalitas terhadap pemberi jasa tersebut.
Untuk menjadi konsumen yang loyal, seorang harus melalui beberapa tahapan.Orang tumbuh menjadi pelanggan yang loyal bertahap pula. Proses ini
berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing- masing tahap, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan
memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk
calon pembeli menjadi konsumen loyal dan klien perusahaan. Griffin 2005:34 menjelaskan bahwa tingkatan loyal terbagi atas tingkatan seperti terungkap di
bawah ini:
27
Tersangka Suspect –Tersangka suspect adalah orang yang mungkin
membeli produk atau jasa Anda. Kita menyebutnya tersangka karena kita percaya, atau “menyangka”, mereka akan membeli, tetapi kita masih belum
cukup yakin. Prospek Prospects – Prospek adalah orang yang membutuhkan produk atau
jasa Anda dan memiliki kemampuan membeli. Meskipun prospek belum membeli dari Anda, ia mungkin telah mendengar tentang Anda, membaca
tentang Anda,atau ada seseorang yang merekomendasikan Anda kepadanya. Prospek mungkin tahu siapa Anda, di mana Anda, dan apa yang Anda jual,
tetapi mereka masih belum membeli dari Anda . Prospek yang Diskualifikasi – Prospek yang diskualifikasi adalah prospek
yang telah cukup Anda pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak
membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan membeli produk Anda. Pelanggan Pertama kali – pelanggan pertama kali adalah orang yang telah
membeli dari Anda satu kali.Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan
Anda dan sekaligus juga pelanggan pesaing Anda. Pelanggan Berulang – Pelanggan berulang adalah orang-orang yang telah
membeli dari Anda dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli secara teratur. Anda memiliki
hubungan yang kuat dan berlanjut, yang menjadikannya kebal terhadap tarikan
pesaing.
28
Klien –Klien membeli apapun yang Anda jual dan dapat ia gunakan. Orang
ini membeli secara teratur. Anda memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut,
yang menjadikannya kebal terhadap tarikan pesaing. Pengajur Advocate – Seperti klien, pendukung membeli apapun yang Anda
jual dan dapat ia gunakan serta membelinya secara teratur. Tetapi, penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli dari Anda. Ia membicarakan Anda,
melakukan pemasaran bagi Anda, dan membawa pelanggan kepada Anda. Pelanggan atau Klien yang Hilang – yaitu seseorang yang pernah menjadi
pelanggan atau klien tetapi belum membeli kembali dari Anda sedikitnya dalam satu siklus pembelian yang normal. Bila pelanggan atau klien yang
hilang menjadi aktif kembali, ia dianggap sebagai pelanggan atau klien yang didapat kembali regained customer or client. Pelanggan ini dianggap
berbahaya bila tinggi kemungkinannya untuk beralih.
2.2
Kerangka Pemikiran
Jasa mempunyai pengertian yang berbeda dengan barang berkaitan dengan karakteristik jasa yang unik dan berbeda dengan barang.Pemasaran jasa
memperhatikan adanya perbedaan karaktersitik jasa dari barang.Faktor utama penentu perbedaan tersebut adalah sifat ketidakberwujudan jasa intangibility
yang tidak dapat disentuh, dicicipi, dicium atau dilihat. Dengan demikian perusahaan yang menawarkan jasa perlu memperhatikan
perbedaan karakteristik jasa tersebut dalam memasarkan jasa. Dengan kata lain,
29 perusahaan perlu mempunyai perhatian besar pada faktor-faktor yang dapat
dimanfaatkan agar konsumen dapat menilai kualitas jasa yang ditawarkan. Perusahaan jasa harus mempelajari bagaimana mengelola citra perusahaan
mereka seperti juga aspek-aspek lain dari bauran pemasaran. Apabila citra perusahaan yang sudah baik menjadi rusak, akan sulit untuk memperbaikinya.
Bukan saja pelanggan yang tidak puas tidak akan mengulangi pembelian mereka, tetapi mereka juga akan menginformasikan pada orang lain mengenai pengelaman
buruk mereka. Dan akan sulit mempengaruhi individu yang pernah mendengar informasi buruk mengenai suatu perusahaan. Handi Irawan 2009 menyebutkan
citra perusahaan dapat memberikan kemampuan pada perusahaan untuk mengubah harga premium, menikmati penerimaan lebih tinggi dibanding pesaing,
dan membuat kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Empat hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah brand Hamel and
Prahalad1994:258: 1.
Recognition Yaitu tingkat dikenalnya sebuah brand oleh konsumen. Jika sebuah brand
tidak dikenal, produk yang memakai brand tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga murah. Recognition paralel dengan brand awareness.
2. Reputation
Yaitu suatu tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah brand karena lebih terbukti mempunyai track-record yang baik. Reputation ini paralel
dengan perceived quality.
30 3.
Affinity Yaitu semacam emotional relationship yang timbul antara sebuah brand dan
konsumennya. Sebuah brand yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual. Affinity paralel dengan positive assosiation yang membuat konsumen
menyukai suatu produk. 4.
Domain Menyangkut seberapa lebar scope dari produk yang mau menggunakan brand
yang bersangkutan. Hasil penelitian pada industri perjalanan tour menunjukkan bahwa citra
terhadap organisasi secara positif mempunyai korelasi dengan loyalitas pelanggan Andreassen dan Lindestad, 1997:8. Hal ini didukung dengan penelitian
Martensen, Gronholdt, Eskildsen, Kristensen 2000 yang menunjukkan hasil bahwa citra institusi mempunyai pengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Hasil penelitian Abdullah, Al-Nasser, Husain 2007:105 juga menunjukkan hasil bahwa citra mempunyai pengaruh yang positif terhadap
loyalitas pelanggan. Dengan demikian konsumen yang menilai bahwa perusahaan memiliki citra yang tinggi akan memiliki loyalitas yang tinggi pula, demikian pula
sebaliknya. Trust kepercayaan dipandang sebagai dasar dalam hubungan dengan
konsumen. Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa trust merupakan faktor fundamental yang dapat mengembangkan loyalitas konsumen. Kepercayaan
mahasiswa dalam perguruan tinggi didefinisikan sebagai tingkat keyakinan mahasiswa bahwa institusi pendidikan tinggi mengambil langkah yang paling
31 tepat yang akan menguntungkan dan membantu mahasiswa mencapai tujuan
pembelajaran dan karir. Menurut Moorman, Zaltman dan Deshpande, Trust adalah keyakinan
seseorang terhadap reliabilitas dan integritas pihak lain Baloglu, 2002:50 Indikator dari kepercayaan trust menurut Michelle, Reast, and Lynch
1998 dalam Egan 2004 : 102, sebagai berikut : 1.
Probity Yaitu fokus kepada kejujuran dan integritas
2. Equity
Yaitu berkaitan dengan fair-mindedness, benevolence, caring, and sincerity
3. Reliability
Yaitu berkaitan dengan keandalan dan ketepatan serta konsistensi dari produk atau jasa yang diharapkan dalam beberapa hal berkaitan dengan
jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan. 4.
Satisfaction Yaitu berkaitan dengan kepuasan pelanggan.
Dalam konteks yang lebih spesifik dari hubungan penjual dan pembeli, Selnes 1998 dalam Paolo p.4 menyatakan bahwa kompetensi, komunikasi, dan
kepuasan adalah komponen dari kepercayaan. Antara kepercayaan pelanggan dan loyalitas pelanggan terdapat hubungan
yang erat. Konsumen yang telah memilki kepercayaan akan memiliki loyalitas pula. Penelitian Chow and Holden1997 yang bermaksud melihat keterkaitan
32 antara kepercayaan dan loyalitas, menunjukkan bahwa kepercayaan mempunyai
pengaruh positif yang kuat terhadap loyalitas. Hasil penelitian Hennig-Thurau, Langer, Hansen 2001, spesifik pada jasa
pendidikan tinggi, kepercayaan mahasiswa pada institusi pendidikan tinggi juga mempunyai pengaruh terhadap loyalitas mahasiswa. Dengan demikian para
mahasiswa yang telah memiliki kepercayaan pada institusi pendidikan tinggi akan bersedia untuk menyampaikan hal-hal positif mengenai institusi tersebut dan juga
bersedia merekomendasikan institusi tersebut kepada orang lain. Apa yang dirasakan oleh konsumen mengenai produk atau jasa sebagai
akhir dari suatu proses penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku pelanggan akan produk tersebut. Bagaimana perilaku pelangan dalam melakukan
pembelian ulang, bagaimana pelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan jasa yang diperolehnya, dan perilaku lain yang menggambarkan
reaksi pelanggan akan produk dan jasa yang telah dirasakan. Pembentukan sikap dan pola perilaku seorang pelanggan terhadap pembelian dan penggunaan produk
atau jasa merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya. Loyalitas dapat menggambarkan kemauan pelanggan untuk terus
berlangganan pada perusahaan untuk jangka waktu panjang, mengulangi pembelian dan penggunaan barang dan jasa, serta merekomendasikannya pada
teman dan relasi.Pelanggan yang loyal mempunyai arti bagi perusahaan sebagai sumber pendapatan yang konsisten selama periode beberapa tahun.
33 Konsumen yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan karena
karakteristik atau tingkatan bagi konsumen yang loyal menurut Griffin 2005:32 mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Melakukan pembelian berulang yang teratur repeat purchase
2. Pembelian Antarlini Produk dan Jasa purchase across product lines
3. Mereferensikan ke orang lain referrals
4. Menunjukkan kekebalan terhadap Tarikan Pesaing tidak mudah terpengaruh
oleh daya tarik produk sejenis dari pesaing retention Berkaitan dengan kualitas pendidikan tinggi, Martensen, Gronholdt,
Eskildsen, Kristensen 2000 menyatakan bahwa loyalitas mahasiswa dapat diukur dengan :
- Kesediaan melanjutkan studi, konferensi, dan lain-lain pada institusi atau
perguruan tinggi yang sama di masa yang akan datang. -
Kesediaan merekomendasikan institusi perguruan tinggi -
Kesediaan merekomendasikan program studi pada institusi perguruan tinggi Sedangkan Zeithaml, Berry, Parasuraman 1996 dalam penelitian pada
empat perusahaan yang menyediakan jasa pada konsumen akhir ataupelanggan bisnis, item-item yang dapat mengukur loyalitas mahasiswa tersebut antara lain :
- Kesediaan mahasiswa mempertimbangkan perguruan tinggi yang sama
- Kesediaan mahasiswa menyeleseikan studi di perguruan tinggi tempat
belajar saat ini -
Kesediaan mahasiswa untuk mendorong teman memilih perguruan tinggi yang sama
34 -
Kesediaan mahasiswa merekomendasikan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan terbaik di wilayahnya.
Hasil penelitian Lee and Lau1999 dalam Afzal Hasan, Aslam Khan- Muhammad, Rehman Khasif, Ali Imran, Wajahat Sobia 2010, 45 menunjukkan
bahwa citra merek membantu dalam mengembangkan kepercayaan konsumen. Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan
dalam sebuah paradigma penelitian seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Paradigma penelitian
Citra Institusi X1
Recognition Reputation
Affinity Domain
Hamel and Prahalad1994:258
Loyalitas Mahasiswa Y
Kesediaan melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi yang Sama
Kesediaan meyrekomendasikan institusi perguruan tinggi Kesediaan merekomendasikan program studi pada
institusi perguruan tinggi
Martensen, Gronholdt, Eskildsen, Kristensen 2000
Kesediaan mahasiswa mempertimbangkan perguruan tinggi yang sama
Kesediaan mahasiswa menyeleseikan studi di perguruan tinggi tempat belajar saat ini
Kesediaan mahasiswa untuk mendorong teman memilih perguruan tinggi yang sama
Kesediaan mahasiswa merekomendasikan perguruan tinggi
sebagai lembaga
pendidikan terbaik
di wilayahnya.
Zeithaml, Berry, Parasuraman 1996 KepercayaanX2
Probity Equity
Reliability Satisfaction
Competency Communication
Michelle, Reast,
and Lynch, Selnes, 1998
Martensen, Gronholdt,
Eskildsen, Kristensen,
2000
Liliana Bove, 2005
Lee and Lau 1999
35
2.2.2 Hubungan Citra, Kepercayaan, dan Loyalitas
Menurut hasil penelitian Martensen, Gronholdt, Eskildsen, Kristensen 2000 menunjukkan bahwa citra institusi mempunyai pengaruh terhadap loyalitas
pelanggan.Selain itu, menurut hasil penelitian Ratna Soneta 2009 menunjukkan bahwa citra supermarket berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Hasil penelitian martensen, Gronholdt, Eskidsen, Kristensen 2000 menunjukkan bahwa citra institusi mempunyai pengaruh terhadap loyalitas
pelanggan. Abdullah, Al-Nasser, Husain 2007:105 juga melakukan penelitian dan memperoleh hasil bahwa loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh citra dari jasa.
Penelitian Chow and Holden1997 yang bermaksud melihat keterkaitan antara kepercayaan dan loyalitas, menunjukkan bahwa kepercayaan mempunyai
pengaruh positif yang kuat terhadap loyalitas. Hasil penelitian Lee and Lau1999 dalam Afzal Hasan, Aslam Khan-
Muhammad, Rehman Khasif, Ali Imran, Wajahat Sobia 2010, 45 menunjukkan bahwa citra merek membantu dalam mengembangkan kepercayaan konsumen.
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Tahun
Keterangan
1 Ratna Soneta
Pengaruh Citra Supermarket Terhadap
Loyalitas Pelanggan di Metro Supermarket
2009 Citra Supermarket
mempengaruhi Loyalitas Pelanggan
2 M. Susan
karnadi Pengaruh Kualitas
Jasa, Citra Institusi, dan Kepercayaan
Mahasiswa Terhadap Nilai Jasa Pendidikan
Tinggi serta Dampaknya pada
Loyalitas Mahasiswa 2005
Terdapat keterkaitan antara
variabel-variabel penelitian
3 Liliana Bove
The Impact of 2005
Kepercayaan
36 Relational benefits On
Customer Trust and Commitment
Konsumen mempunyai
pengaruh terhadap Loyalitas
4 Hennig-Thurau,
Langer, Hansen Modelling and
Managing Customer Loyalty
2001 Kepercayaan
menjadi mediator hubungan antara
kualitas jasa dan loyalitas
5 Martensen,
Gronholdt, Eskildsen,
Kristensen Benchmarking Student
Satisfaction in Higher Education Base on The
ECSI Methodology 2000
Citra Institusi mempunyai
pengaruh terhadap loyalitas pelanggan
6 Andreassen,
Tor Wallin ; Bodil Lindestad
Customer Loyalty and Complex Services
— The Impact of
Corporate Image on Quality, Customer
Satisfaction and Loyalty for Customers
with Varying Degrees of Service Expertise
1997 Citra terhadap
organisasi secara positif mempunyai
korelasi dengan loyalitas pelanggan
7 Simeon Chow ,
Reed Holden Toward an
understanding of loyalty: the moderating
role of trust. 1997
kepercayaan mempunyai
pengaruh positif yang kuat terhadap
loyalitas
8 Abdullah,
Mokhtar; Amjad D Al-
Nasser;Nooreha Husain.
Evaluating Function Relationship Between
Image, Customer Satisfaction and
Customer Loyalty Citra mempunyai
pengaruh yang positif terhadap
loyalitas pelanggan.
9 Afzal Hasan,
Aslam Khan- Muhammad,
Rehman Khasif, Ali
Imran, Wajahat Sobia
Consumer’s Trust in the Brand: Can it Be
Built through Brand Reputation,
Brand Competence and Brand Predictability
2010 citra merek
membantu dalam mengembangkan
kepercayaan konsumen
37 2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka pemikiran diatas, dan
untuk menjawab identifikasi masalah, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Citra institusi berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa.
2. Kepercayaan berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa.
3. Citra institusi dan kepercayaan berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa.
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN