Analisis Psikologis Tokoh Akihiro Dalam Novel Saga No Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AKIHIRO DALAM NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA

YOSHICHI SHIMADA NO SAKUHIN NO SAGA NO GABAI BAACHANTO IU SHOUSETSU DE NO AKIHIRO NO SHUJINKOU NO

SHINRITEKINA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh:

JULIANA CHRISTINA BR. PURBA 110708057

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AKIHIRO DALAM NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA

YOSHICHI SHIMADA NO SAKUHIN NO 「SAGA NO GABAI BAACHAN」 TO IU SHOUSETSU DE NO AKIHIRO NO SHUJINKOU NO

SHINRITEKINA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

JULIANA CHRISTINA BR. PURBA 110708057

Pembimbing I Pembimbing II

Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum, Ph.D Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19691011 2002 12 1 001 NIP. 19600919 1988 03 1 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 2015

Departemen Sastra Jepang Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP : 19600919 1988 03 1 001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya

Pada Hari : Tanggal :

Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP : 19511013 1976 03 1 001 Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )


(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AKIHIRO DALAM NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik secara moril maupun materi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni kepada: 1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Mhd.Pujiono, SS., M.Hum., Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberi perhatian penuh untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis di tengah-tengah kesibukan beliau.


(6)

ii

5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis dalam dunia kerja.

6. Ayahanda Darwis Purba dan ibunda tercinta Asni Ginting, orang tua penulis yang senantiasa memberikan kasih sayang beserta doa-doa dan semangat setiap harinya. Penulis bangga mempunyai orang tua seperti bapak dan ibu, teladan yang luar biasa kalian berikan.

7. Kakak-kakak penulis, Kak Henny, Kak Ribka, banyak dukungan yang telah kalian berikan. Walaupun jarak begitu jauh tidak menjadi halangan untuk memberikan waktu mendengar cerita dan memberikan saran-saran. Dan adik penulis Nella, “lanjutkan tongkat estafet ini dek, sama-sama kita banggakan keluarga”.

8. Seluruh teman-teman pengurus IMPERATIF Periode 2014-2015, Rendi, Afryna, Winda, Yenni, Elsa, Ingrid, Setri, Lia, Ester Rika, Rimma dan Yustri sangat banyak kenangan yang tidak terlupakan bersama kalian. Adik-adik rohani penulis, Eka, Chrisna dan Mega banyak hal yang kita dapat bersama-sama dan tetap “ciptakan pemuridan yang berkualitas sampai kapan pun dan terus jangkau jiwa”. Novita, Bina, Mike, Ayu, teman yang selalu memberikan semangat satu dengan yang lain serta kak Feberlina Sirait, SS yang selalu mendukung walaupun dengan jarak yang jauh, serta keluarga besar IMPERATIF yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu sebagai pemimpin luar biasa yang senantiasa mengingatkan, mendoakan, dan membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.


(7)

iii

9. Teman-teman satu stambuk 2011 Sastra Jepang “S-Eleven”, Yeni, Sion, Dea, Novita, Sarah, Olive, Yuki, Ester Rika, Dodi, Rasyid, Grace, Guslan, Agung, Ghaisani dan semua teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun kalian selalu memberikan semangat dan terus mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Mari kita tetap jadi teman dan sahabat yang saling mengingatkan dan saling mendukung satu dengan yang lain.

10. Abang Joko Santoso, Amd sebagai adminstrasi jurusan Sastra Jepang yang selalu membantu mengurus keperluan surat-surat penulis.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Semoga apa yang kalian kerjakan mendapatkan berkat dari Tuhan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis serta para pembaca.

Medan, Oktober 2015


(8)

ABSTRAK

Analisis Psikologis Tokoh Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada

Sastra adalah karya tulis yang memiliki ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Novel adalah sebuah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis. Dalam novel memiliki unsur cerita seperti tema, plot, tokoh, latar.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut seperti kebudayaan, sosial, psikologi, politik, dan agama. Psikologi merupakan ilmu jiwa dan perilaku manusia. Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis.

Tokoh yang diceritakan kondisi psikologisnya di novel ini adalah Akihiro. Akihiro adalah seorang anak yang dititipkan oleh ibunya di desa Saga bersama nenek Osano, setelah Perang Dunia ke II. Akihiro tinggal di desa Saga selama delapan tahun. Di Saga mereka tinggal dengan kondisi yang miskin. Berpisah dengan ibunya, hidup miskin, dan nenek yang selalu mengajarkan kemandirian sehingga membuat Akihiro semakin tertekan. Dari hal itu terdapat interaksi sistem kepribadian. Oleh sebab itu, penulis menggunakan dua teori yaitu psikologi sastra dan semiotika.

Menurut Sigmund Freud terdapat tiga sistem kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego. Id adalah dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasaan. Id tidak dapat membedakan benar atau salah dan tidak tahu moral. Ego mengikuti


(9)

prinsip kenyataan bertujuan mencegah terjadinya tegangan. Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik dan buruk.

Alasan penulis memilih topik ini karena termasuk kisah nyata dari pengarang dan ada hal yang menarik dalam kisah hidup tokoh utama yang berhubungan dengan kyouiku mama. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang psikoanalisa Sigmund Freud serta menambah wawasan tentang konsep kyouiku mama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan. Dengan mempelajari teori psikologis Sigmund Freud, lalu menganalisis sepuluh cuplikan.

Dalam novel ini menceritakan di desa Saga Akihiro diajarkan agar mandiri, dimulai dari memasak sendiri dan menyembah Budha setiap pagi. Walaupun merasa takut, tertekan, Akihiro tetap melakukan apa yang dikatakan nenek. Ketika masuk Sekolah Dasar, Akihiro ingin mengikuti kegiatan olahraga baseball

yang digemarinya. Superego menekan Id, dilihat dari nenek yang tidak mengizinkannya karena butuh biaya besar. Tetapi, nenek tidak habis akal untuk memenuhi kebutuhan Akihiro. Nenek menawarkan olahraga lari. Karena hanya itu yang diizinkan oleh nenek, akhirnya Akihiro memutuskan olahraga lari walaupun sendiri. Akihiro berlari setiap hari dan belajar serius untuk latihan lari. Dan dapat mengatur waktunya setiap hari. Ego mulai dapat mengendalikan Id untuk tetap menikmati olahraga lari sambil berharap dapat berjumpa dengan ibunya.

Akihiro di rumah adalah orang yang penurut, namun pada saat di Sekolah Menengah Pertama Akihiro mendapat masalah yang besar dengan gurunya.


(10)

Akihiro mengukir papan kelas tanpa merasa bersalah. Id mendominasi, mencari kesenangan sendiri tanpa melihat lingkungan. Namun, Superego menekan Id dengan mengingatkan untuk tetap menaati norma-norma. Dapat dilihat, ketika guru marah dan meminta ganti rugi karena ulahnya sudah kelewatan.

Keadaan psikologis yang ketakutan tersebut mengakibatkan Akihiro lebih hati-hati dan menghargai orang yang lebih tua. Secara keseluruhan dalam pembahasan analisis psikologis tokoh Akihiro dalam novel Saga no Gabai Baachan, awal di desa Saga , Superego bekerja baik. Id memang awalnya bekerja dominan, namun dengan cepat Ego dapat menengahi dan mengendalikan dorongan-dorongan ke tujuan yang moralistis.


(11)

要旨

島田洋七の作品

さくひん

の「佐賀のがばい ばあちゃん」 と言

う 小 説

しょうせつ

での明

広の主人子

し ゅ じ ん こ

の心理的

し ん り て き

な分析

ぶんせき

文学は独創ど く そ う、美術的び じ ゅ つ て き、内容な い よ うと語か たり方か たにおける美容び よ うがある作品さ く ひ んである。

小説

しょうせつ

は想像的又そ う ぞ う て き ま たは歴史的れ き し て きなキャラクターについての十分長い散文さ ん ぶ んの 形かたちの

ある作品である。その他に本質的

ほんしつてき

に小説はテーマ、プロット、キャラクタ

ーのような要素

よ う そ

をもっている。

外的要素

が い て き よ う そ

的 に小説は直 接

ちょくせつ

このような、文化的

ぶ ん か て き

、社会的

しゃかいてき

、心理的

し ん り て き

政治的

せ い じ て き

、 宗 教

しゅうきょう

についてをあらわすことである。心理的

し ん り て き

ものは 人間のこ

うどうと心理学

し ん り が く

である。文学

ぶんがく

的の心理

し ん り

学は文学作品ぶ ん が く さ く ひ んを研究するために

心理学

し ん り が く

アプローチで使用するものである。

こ の 小 説 に 心理状態し ん り じ ょ う た いが 語か たら れ る 主人公し ゅ じ ん こ うは 明 広 で あ る 。 明 広 は


(12)

る男の子である。明広が佐賀の村で八年間に住んだ。佐賀にあの人たちが

貧困ひ ん こ んな状態じょうたいで暮く れらた。お母さんと別わ かれるし、貧困ひ ん こ んな生活せ い か つし、そのために

おばちゃんがいつも自立じ り つを教お しえくれて、それで明広がもっと 張 力ちょうりょくになっ

てきた。それから人格じ ん か くシステムの相互そ う ごの作用さ よ うがでた。それで、筆者

ひっしゃ

は こ

の論文

ろんぶん

では 二の理論り ろ んしようして、それ は心理学

し ん り が く

文学的

ぶんがくてき

と記号論

き ご う ろ ん

であっ

た。

SIGMUND FREUD によって 人間のたましの経緯け い い が三つある。そ

れは ID, EGO とSUPER EGO である。IDと言うのは満足

まんぞく

を達

たっ

するため

に 無意識

む い し き

の 衝 動

しょうどう

である。ID と言うの は 正しい とか正しくない とか

度得ど と く を 知しらないことを区別く べ つしない。EGO は 張 力ちょうりょくの発生は っ せ いを防止ぼ う しすること

を目的も く て きする現実げ ん じ つの原理げ ん りに従したがう。SUPER EGOとは良

い面め んと悪わ るい面め んに関か んする

値又

あたいまた

はルールが含ふ くまれている人格じ ん か くシステムである。

この話題 わ だ い

を選 えら

ぶの理由は作家 さ っ か

の経 験 けいけん

に基 もと

づいて、 教 育 きょういく

ままに関 かん

する作家 さ っ か

の生 活 せいかつ

の 話 はなし

にある面 白 おもしろ

いことがあるからである。この 研 究 けんきゅう


(13)

の効 用 こうよう

は筆 者 ひっしゃ

と読 者 どくしゃ

の SIGMUND FREUD の精 神 分 析 せいしんぶんせき

についての知識 ち し き

を 加 くわ

え、 教 育 きょういく

ままの 概 念 がいねん

の知識 ち し き

も 加 くわ

えることである。使用

し よ う

するの

研 究 方 法

けんきゅうほうほう

は 文献調査

ぶんけんちょうさ

と 記述的

きじゅつてき

な 方法

ほうほう

で あ る 。SIGMUND FREUD の

精 神 分 析 せいしんぶんせき

の理論 り ろ ん

で、十 個 じゅうこ

の映 像 えいぞう

を分 析 ぶんせき

する。

この小説ではその村で明広は自分で調理

ち ょ う り

し、 毎 朝 仏 まいあさほとけ

を 巡 礼 じゅんれい

する

ことをはじめ、自立になるように育てられる。恐 こわ

く、落 お

ち込

んでいるが、

明広はおばあちゃんが言うと折

お り

にやり続

つ づ

けている。中学校

ちゅうがっこう

に入学

にゅうがく

したと

き、明広

あ き ひ ろ

は好

きな野球

や き ゅ う

の活動

か つ ど う

に入

は い

りたかった。SUPEREGOは IDを強制

きょうせい

て、大きなコストを必要

ひ つ よ う

とするため、おばあちゃんに許

ゆ る

させなかった。し

かし、おばあちゃんは明広のニーズを果

たすため、ほかの方法

ほ う ほ う

を探

さ が

す。お

ばあちゃんはランニングをとらさせられた。おばあちゃんはそれしか許

ゆ る

せないので、明広は一人でもランニングにした。明広は毎日走り、真 剣 しんけん


(14)

にランニングの練習をした。毎日の時間を構

か ま

えられる。母に会うことを

希望

き ぼ う

する間、ランニングを楽しむように、EGOはIDを制御

せいぎょ

し始める。

明広は家では 従 順じゅうじゅんな子であるが、中学生の時、明広は先生と大き

な問題を得

てしまった。IDは圧し、彼

か れ

は周

ま わ

りのところを問

わず、自分

じ ぶ ん

た の

しみを探

さ が

した。しかし、SUPEREGO はIDを規範

き は ん

に 従

したが

うために、リマ

インダーして圧

した。先生が怒

おこ

っており、補償

ほしょう

を求

もと

めた時、EGO も 正 直

しょうじき

にいって、教師

きょうし

に謝罪

しゃざい

と 主 張

しゅちょう

することによって制御

せいぎょ

することができると

みられた。

こわ

がっている心理的

し ん り て き

な 状 況

じょうきょう

のせいで、明広はもっと気

をつき、

年上

としうえ

の人

ひと

を認

みと

めるようになった。全体的

ぜんたいてき

に「佐賀のがばいばあちゃん」と

言う小説の主人公の明広の精神分析

せいしんぶんせき

、佐賀の村をはじめ、SUPEREGO が

うまく動作する。最初

さいしょ

はIDが支配的

し は い て き

に動作

ど う さ

したが、早速

さっそく

EGO が介在

か い ざ い

し、

SUPEREGOが道徳的

どうとくてき

に宛先

あてさき

への衝 動

しょうどう

を制御

せいぎょ


(15)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.6Metode Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA, DAN BIOGRAFI PENGARANG 2.1Definisi Novel ... 15

2.2Resensi Novel 2.2.1 Tema ... 19

2.2.2 Plot ... 20

2.2.3 Tokoh ... 22

2.3Setting dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada 2.3.1 Latar Tempat ... 24

2.3.2 Latar Waktu ... 24


(16)

v 2.4Psikoanalisa Sigmund Freud

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian ... 25

2.4.2 Sistem Kepribadian 2.4.2.1 Id ... 27

2.4.2.2 Ego ………. 28

2.4.2.3 Superego ... 30

2.5 Pola Didik Orang Tua dalam Konsep Kyouiku Mama ... 31

2.6 Biografi Pengarang ... 36

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH AKIHIRO DALAM NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA YOSHICHI SHIMADA 3.1 Sinopsis Cerita ... 38

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan ... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 62

4.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(17)

ABSTRAK

Analisis Psikologis Tokoh Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada

Sastra adalah karya tulis yang memiliki ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Novel adalah sebuah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis. Dalam novel memiliki unsur cerita seperti tema, plot, tokoh, latar.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut seperti kebudayaan, sosial, psikologi, politik, dan agama. Psikologi merupakan ilmu jiwa dan perilaku manusia. Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis.

Tokoh yang diceritakan kondisi psikologisnya di novel ini adalah Akihiro. Akihiro adalah seorang anak yang dititipkan oleh ibunya di desa Saga bersama nenek Osano, setelah Perang Dunia ke II. Akihiro tinggal di desa Saga selama delapan tahun. Di Saga mereka tinggal dengan kondisi yang miskin. Berpisah dengan ibunya, hidup miskin, dan nenek yang selalu mengajarkan kemandirian sehingga membuat Akihiro semakin tertekan. Dari hal itu terdapat interaksi sistem kepribadian. Oleh sebab itu, penulis menggunakan dua teori yaitu psikologi sastra dan semiotika.

Menurut Sigmund Freud terdapat tiga sistem kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego. Id adalah dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasaan. Id tidak dapat membedakan benar atau salah dan tidak tahu moral. Ego mengikuti


(18)

prinsip kenyataan bertujuan mencegah terjadinya tegangan. Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik dan buruk.

Alasan penulis memilih topik ini karena termasuk kisah nyata dari pengarang dan ada hal yang menarik dalam kisah hidup tokoh utama yang berhubungan dengan kyouiku mama. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang psikoanalisa Sigmund Freud serta menambah wawasan tentang konsep kyouiku mama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan. Dengan mempelajari teori psikologis Sigmund Freud, lalu menganalisis sepuluh cuplikan.

Dalam novel ini menceritakan di desa Saga Akihiro diajarkan agar mandiri, dimulai dari memasak sendiri dan menyembah Budha setiap pagi. Walaupun merasa takut, tertekan, Akihiro tetap melakukan apa yang dikatakan nenek. Ketika masuk Sekolah Dasar, Akihiro ingin mengikuti kegiatan olahraga baseball

yang digemarinya. Superego menekan Id, dilihat dari nenek yang tidak mengizinkannya karena butuh biaya besar. Tetapi, nenek tidak habis akal untuk memenuhi kebutuhan Akihiro. Nenek menawarkan olahraga lari. Karena hanya itu yang diizinkan oleh nenek, akhirnya Akihiro memutuskan olahraga lari walaupun sendiri. Akihiro berlari setiap hari dan belajar serius untuk latihan lari. Dan dapat mengatur waktunya setiap hari. Ego mulai dapat mengendalikan Id untuk tetap menikmati olahraga lari sambil berharap dapat berjumpa dengan ibunya.

Akihiro di rumah adalah orang yang penurut, namun pada saat di Sekolah Menengah Pertama Akihiro mendapat masalah yang besar dengan gurunya.


(19)

Akihiro mengukir papan kelas tanpa merasa bersalah. Id mendominasi, mencari kesenangan sendiri tanpa melihat lingkungan. Namun, Superego menekan Id dengan mengingatkan untuk tetap menaati norma-norma. Dapat dilihat, ketika guru marah dan meminta ganti rugi karena ulahnya sudah kelewatan.

Keadaan psikologis yang ketakutan tersebut mengakibatkan Akihiro lebih hati-hati dan menghargai orang yang lebih tua. Secara keseluruhan dalam pembahasan analisis psikologis tokoh Akihiro dalam novel Saga no Gabai Baachan, awal di desa Saga , Superego bekerja baik. Id memang awalnya bekerja dominan, namun dengan cepat Ego dapat menengahi dan mengendalikan dorongan-dorongan ke tujuan yang moralistis.


(20)

要旨

島田洋七の作品

さくひん

の「佐賀のがばい ばあちゃん」 と言

う 小 説

しょうせつ

での明

広の主人子

し ゅ じ ん こ

の心理的

し ん り て き

な分析

ぶんせき

文学は独創ど く そ う、美術的び じ ゅ つ て き、内容な い よ うと語か たり方か たにおける美容び よ うがある作品さ く ひ んである。

小説

しょうせつ

は想像的又そ う ぞ う て き ま たは歴史的れ き し て きなキャラクターについての十分長い散文さ ん ぶ んの 形かたちの

ある作品である。その他に本質的

ほんしつてき

に小説はテーマ、プロット、キャラクタ

ーのような要素

よ う そ

をもっている。

外的要素

が い て き よ う そ

的 に小説は直 接

ちょくせつ

このような、文化的

ぶ ん か て き

、社会的

しゃかいてき

、心理的

し ん り て き

政治的

せ い じ て き

、 宗 教

しゅうきょう

についてをあらわすことである。心理的

し ん り て き

ものは 人間のこ

うどうと心理学

し ん り が く

である。文学

ぶんがく

的の心理

し ん り

学は文学作品ぶ ん が く さ く ひ んを研究するために

心理学

し ん り が く

アプローチで使用するものである。

こ の 小 説 に 心理状態し ん り じ ょ う た いが 語か たら れ る 主人公し ゅ じ ん こ うは 明 広 で あ る 。 明 広 は


(21)

る男の子である。明広が佐賀の村で八年間に住んだ。佐賀にあの人たちが

貧困ひ ん こ んな状態じょうたいで暮く れらた。お母さんと別わ かれるし、貧困ひ ん こ んな生活せ い か つし、そのために

おばちゃんがいつも自立じ り つを教お しえくれて、それで明広がもっと 張 力ちょうりょくになっ

てきた。それから人格じ ん か くシステムの相互そ う ごの作用さ よ うがでた。それで、筆者

ひっしゃ

は こ

の論文

ろんぶん

では 二の理論り ろ んしようして、それ は心理学

し ん り が く

文学的

ぶんがくてき

と記号論

き ご う ろ ん

であっ

た。

SIGMUND FREUD によって 人間のたましの経緯け い い が三つある。そ

れは ID, EGO とSUPER EGO である。IDと言うのは満足

まんぞく

を達

たっ

するため

に 無意識

む い し き

の 衝 動

しょうどう

である。ID と言うの は 正しい とか正しくない とか

度得ど と く を 知しらないことを区別く べ つしない。EGO は 張 力ちょうりょくの発生は っ せ いを防止ぼ う しすること

を目的も く て きする現実げ ん じ つの原理げ ん りに従したがう。SUPER EGOとは良

い面め んと悪わ るい面め んに関か んする

値又

あたいまた

はルールが含ふ くまれている人格じ ん か くシステムである。

この話題 わ だ い

を選 えら

ぶの理由は作家 さ っ か

の経 験 けいけん

に基 もと

づいて、 教 育 きょういく

ままに関 かん

する作家 さ っ か

の生 活 せいかつ

の 話 はなし

にある面 白 おもしろ

いことがあるからである。この 研 究 けんきゅう


(22)

の効 用 こうよう

は筆 者 ひっしゃ

と読 者 どくしゃ

の SIGMUND FREUD の精 神 分 析 せいしんぶんせき

についての知識 ち し き

を 加 くわ

え、 教 育 きょういく

ままの 概 念 がいねん

の知識 ち し き

も 加 くわ

えることである。使用

し よ う

するの

研 究 方 法

けんきゅうほうほう

は 文献調査

ぶんけんちょうさ

と 記述的

きじゅつてき

な 方法

ほうほう

で あ る 。SIGMUND FREUD の

精 神 分 析 せいしんぶんせき

の理論 り ろ ん

で、十 個 じゅうこ

の映 像 えいぞう

を分 析 ぶんせき

する。

この小説ではその村で明広は自分で調理

ち ょ う り

し、 毎 朝 仏 まいあさほとけ

を 巡 礼 じゅんれい

する

ことをはじめ、自立になるように育てられる。恐 こわ

く、落 お

ち込

んでいるが、

明広はおばあちゃんが言うと折

お り

にやり続

つ づ

けている。中学校

ちゅうがっこう

に入学

にゅうがく

したと

き、明広

あ き ひ ろ

は好

きな野球

や き ゅ う

の活動

か つ ど う

に入

は い

りたかった。SUPEREGOは IDを強制

きょうせい

て、大きなコストを必要

ひ つ よ う

とするため、おばあちゃんに許

ゆ る

させなかった。し

かし、おばあちゃんは明広のニーズを果

たすため、ほかの方法

ほ う ほ う

を探

さ が

す。お

ばあちゃんはランニングをとらさせられた。おばあちゃんはそれしか許

ゆ る

せないので、明広は一人でもランニングにした。明広は毎日走り、真 剣 しんけん


(23)

にランニングの練習をした。毎日の時間を構

か ま

えられる。母に会うことを

希望

き ぼ う

する間、ランニングを楽しむように、EGOはIDを制御

せいぎょ

し始める。

明広は家では 従 順じゅうじゅんな子であるが、中学生の時、明広は先生と大き

な問題を得

てしまった。IDは圧し、彼

か れ

は周

ま わ

りのところを問

わず、自分

じ ぶ ん

た の

しみを探

さ が

した。しかし、SUPEREGO はIDを規範

き は ん

に 従

したが

うために、リマ

インダーして圧

した。先生が怒

おこ

っており、補償

ほしょう

を求

もと

めた時、EGO も 正 直

しょうじき

にいって、教師

きょうし

に謝罪

しゃざい

と 主 張

しゅちょう

することによって制御

せいぎょ

することができると

みられた。

こわ

がっている心理的

し ん り て き

な 状 況

じょうきょう

のせいで、明広はもっと気

をつき、

年上

としうえ

の人

ひと

を認

みと

めるようになった。全体的

ぜんたいてき

に「佐賀のがばいばあちゃん」と

言う小説の主人公の明広の精神分析

せいしんぶんせき

、佐賀の村をはじめ、SUPEREGO が

うまく動作する。最初

さいしょ

はIDが支配的

し は い て き

に動作

ど う さ

したが、早速

さっそく

EGO が介在

か い ざ い

し、

SUPEREGOが道徳的

どうとくてき

に宛先

あてさき

への衝 動

しょうどう

を制御

せいぎょ


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan karya seni yang dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang menyenangkan pembacanya dari isi karya sastra itu sendiri. Menurut Sugono (2011:159), sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Sehubungan dengan ini, dalam sastra juga harus terdapat nilai-nilai keindahan, kejujuran, dan kebenaran. Artinya dalam membaca sastra mampu meningkatkan pola pikir dalam harkat hidup dan bermanfaat bagi kehidupan.

Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Pradopo, 2001:61). Jenis karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu karya sastra imajinatif dan nonimajnatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra tersebut lebih menonjolkan sifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat estetika seni seperti puisi atau prosa naratif (novel,roman, dan cerpen), dan drama. Sedangkan ciri karya sastra nonimajinatif adalah karya sastra tersebut lebih banyak unsur faktual dan cenderung menggunakan bahasa yang denotatif, dan tetap memenuhi syarat estetika seni, seperti esai, biografi, autobiografi, dan sejarah (http://pelitaku. sabda.org/ pemahaman_tentang karyasastra.html).


(25)

2

Dalam kajian ini penulis akan mengkaji sebuah novel. Menurut Hornby dalam Aziez dan Hasim (2010:2), novel merupakan sebuah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang untuk dimuat dalam satu volume atau lebih, baik tentang tokoh-tokoh rekaan maupun historis.

Dalam novel disusun atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua unsur ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya untuk membentuk keindahan dalam cerita. Menurut Sukada (1987:47), unsur instrinsik adalah unsur yang membangun struktur karya sastra. Unsur-unsur ini terdiri atas insiden, perwatakan, plot, teknik cerita, komposisi cerita, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu unsur yang dikaitkan dengan data di luarnya untuk mengetahui seberapa jauh karya sastra itu memiliki dasar atau unsur kesejarahan, sosiologis, psikologis, religius, dan filosofi.

Dalam karya sastra tidak lepas dari tokoh, tokoh merupakan pelaku dalam karya sastra. Setiap tokoh memiliki karakter dan hal itu tidak lepas dari psikologi. Dalam cerita pengarang dapat mengungkapkan ekspresi jiwa, perasaan, dan pikiran yang akan tergambarkan dari karakter setiap tokoh.

Dari hal ini sastra dapat dipahami dari sudut pandang ilmu lain yaitu psikologi. Secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut Ilmu Jiwa (Ahmadi, 1998:1). Sedangkan psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif dan


(26)

3

pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya (Endraswara, 2013:96). Kesinambungan kedua ilmu ini akan mengungkap aspek kejiwaan tokoh dalam sastra.

Salah satu novel yang mengungkapkan masalah psikologi tokoh adalah novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada. Novel tersebut mengungkapkan psikologi tokoh utama Akihiro. Akihiro merupakan seorang anak yang dididik oleh nenek yang cara hidupnya disiplin dan tekun. Hal ini ditunjukkan dalam teks cerita dalam novel tersebut yang berupa interaksi Id, Ego, dan Superego Akihiro yang salah satunya terlihat dari cuplikan di bawah ini:

Meski saat itu aku masih kecil, aku mengharapkan akan mendengar kata-kata seperti berikut, “Selamat datang. Kau pasti lapar ya?” atau “Pasti sedih karena berpisah dari ibumu, tapi tak usah takut, Nenek akan menjagamu,” dan sebagainya. Tetapi, kata-kata yang keluar pertama kali dari mulut Nenek malah, “Ikuti aku”. Kemudian dengan langkah cepat, dia berjalan keluar melalui pintu belakang, menuju gubuk kecil yang berpisah dari sana. Lalu kepada diriku yang masih berdiri termangu tanpa tahu harus bagaimana, Nenek berkata, “Karena mulai besok Akihiro yang harus menanak nasi, perhatikan baik-baik”. Karena disuruh begitu, akupun menerima alat peniup api dari bambu yang diangsurkan kepadaku.

Dari cuplikan tersebut Id ditekan oleh Ego. Dimana Id merupakan suatu prinsip kesenangan yang ingin terwujud dari pribadi seseorang. Terbukti dari Akihiro yang ingin mendapatkan sambutan lembut dan hangat dari sang nenek, namun yang didapatkan adalah mengerjakan sesuatu yang sebelumnya


(27)

4

belum pernah dilakukan oleh Akihiro. Melihat hal ini, keadaan psikologi yang kecewa dan terkejut dengan sambutan sang nenek. Ditambah lagi ketika Akihiro sampai di rumah nenek, pertama kali sang nenek langsung menyuguhkan pekerjaan di rumah. Namun Ego dapat mengendalikan Id, terlihat pada cuplikan terakhir yaitu “karena disuruh begitu, akupun menerima alat peniup api dari bambu yang diangsurkan kepadaku”. Id juga bisa mendominasi yang tidak menghiraukan Ego maupun Superego atau sebaliknya. Dan hal ini akan dianalisis oleh penulis di Bab III.

Penulis memilih novel Saga no Gabai Bachaan karya Yoshichi Shimada karena merupakan novel memiliki kisah nyata tentang pengarang dan juga melihat tragedi pemboman Hiroshima pada 6 Agustus tahun 20 era Showa yang merupakan tragedi besar yang pernah terjadi di Jepang maupun dunia. Dari kejadian ini pula masyarakat Jepang memulai untuk kembali dari nol. Gangguan psikis, kemiskinan, maupun tantangan hidup melanda keras di Jepang. Setelah tragedi pemboman tersebut keluarga Akihiro berusaha untuk meneruskan kehidupan untuk tetap bertahan, ibu Akihiro tetap tinggal di Hiroshima sedangkan Akihiro harus berpisah dari ibunya dan tinggal bersama neneknya di desa kecil yaitu Saga yang letaknya sangat jauh dari Hiroshima untuk dapat meneruskan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik dan aman. Kehidupan yang miskin, berpisah jauh dengan ibunya, tinggal berdua bersama seorang nenek tua, dan cara hidup yang berbeda pula membuat anak yang masih duduk di Sekolah Dasar ini terkadang tertekan namun tetap terus berjuang menikmati proses yang ada. Dilanjutkan dengan didikan sang nenek


(28)

5

yang disiplin dan mengusahakan Akihiro mendapat yang terbaik terutama dalam pendidikan sekolahnya walaupun sang nenek hidup miskin.

Di Jepang terdapat istilah kyouiku mama yaitu ibu pendidik. Semasa Akihiro kecil ia dididik oleh sang nenek. Dalam hal ini sang nenek dapat dikatakan orang tua yang membesarkan Akihiro sebelum ia meranjak dewasa. Peran orang tua sangat besar dan berpengaruh terhadap pendidikan di Jepang. Dalam kyouiku mama orang tua/ibunya melakukan apa saja demi pendidikan sang anak dan ditekankan untuk belajar lebih besar lagi.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi psikologi tokoh Akihiro dalam novel ini. Untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologis Tokoh Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada”.

1.2Rumusan Masalah

Peranan orang tua dan pola didik yang diberikan sangat penting terutama dalam pembentukan karakter seseorang. Dalam novel Saga no Gabai Baachan Akihiro sebagai tokoh utama sebelum tinggal bersama neneknya, Akihiro dikenal anak yang tidak bisa jauh dengan ibunya semenjak ayahnya meninggal. Perilakunya yang memberontak, suka menangis, nekad, serta sering sekali merepotkan tetangga atas ulah tangisnya. Di samping itu melihat setelah tragedi pemboman Hiroshima yang pada umumnya membuat mental khususnya pada anak-anak tidak terkontrol dengan baik. Melihat Akihiro yang selalu ingin bersama ibunya dengan kondisi sang ibu harus menjaga bar sampai malam dilanjut lagi dengan kota Hiroshima yang masih


(29)

6

hancur, maka Akihiro dititipkan kepada neneknya di desa Saga demi kebaikan pendidikan dan kehidupan Akihiro kedepannya.

Nenek Osano tinggal di desa Saga merupakan nenek yang sangat tekun dan bersemangat. Ketika Akihiro dititipkan kepada neneknya selama delapan tahun cara mendidik Akihiro yang diterapkan sangat disiplin. Sang nenek menekankan kepada Akihiro agar dapat hidup mandiri dan mendapatkan yang terbaik walaupun dengan kondisi hidup miskin. Awalnya ketika bersama ibunya Akihiro mudah melakukan apa saja yang dia mau bahkan nekad menemui ibunya pada saat malam hari ketika ibunya menjaga bar, namun ketika bersama neneknya Akihiro harus melakukan apa yang dikatakan sang nenek dan menahan keinginan pribadinya. Dari hal ini dapat dilihat pola didik

kyouiku mama diterapkan oleh sang nenek kepada cucunya tersebut. Dan dari

kyouiku mama tersebut merupakan imbas dari terbentuknya karakter Akihiro menjadi penurut dan setia.

Selain itu, dalam novel Saga no Gabai Baachan pengarang juga mengungkapkan interaksi struktur kepribadian Id, Ego, dan Superego yang saling menyempurnakan dalam pribadi Akihiro. Saat bersama ibunya, Id yang merupakan prinsip kesenangan lebih mendominasi dan ketika sudah tinggal bersama neneknya Ego dan Superego mulai mengawal dan menuntun Idpada Akihiro.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut dan berkaitan dengan pendekatan psikologis yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam bentuk pertanyaan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:


(30)

7

1. Bagaimana keadaan psikologis tokoh Akihiro saat tinggal bersama nenek Osano di desa Saga dalam novel Saga no Gabai Baachan ?

2. Bagaimana interaksi struktur kepribadian tokoh Akihiro seperti Id, Ego, dan Superego dalam novel Saga no Gabai Baachan ?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini difokuskan pada sebuah novel terjemahan Jepang yang berjudul Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada yang diterbitkan kembali ditahun 2013 dengan editan terbaru yang terdiri atas 255 halaman yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini penulis hanya fokus membahas kondisi psikologis dari tokoh utama berupa analisis terhadap interaksi Id, Ego, dan Superego yang saling menekan satu dengan yang lain pada saat Akihiro tinggal bersama sang nenek selama delapan tahun yang diceritakan dalam novel Saga no Gabai Baachan.

Sebelum menganalisis sepuluh cuplikan dengan pendekatan psikologis, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan defenisi novel, resensi novel, teori psikoanalisa Sigmund Freud, pola didik orang tua dalam konsep kyouiku mama, dan biografi Yoshichi Shimada (pengarang).

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Secara eksistensial, sastra adalah sesuatu yang konkret dalam dirinya. Tetapi sebagai fenomena, sastra adalah cermin yang mendukung proses


(31)

8

kehidupan dan kemanusiaan (Sukada, 1987:88). Pembaca dapat menikmati sastra dari karya sastra yang dihasilkan. Salah satu jenis dari karya sastra adalah novel. Novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya (Badudu dan Zain dalam Aziez dan Hasim, 2010:2). Sastra dapat dikaji melalui beberapa pendekatan dan dalam novel

Saga no Gabai Baachan sudah dianalisis melalui pendekatan pragmatik dan pendekatan sosiologis.

Psikologi adalah ilmu jiwa. Psikologi merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah (http//Wikipedia.org/wiki/psikologi.html). Karya sastra merupakan ungkapan kejiwaan pengarang yang menggambarkan emosi dan pemikirannya. Hal ini dituangkan salah satunya melalui tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang dalam cerita. Oleh karena itu, karya sastra dapat diteliti melalui pendekatan psikologi. Menurut Endraswara (2013:97), karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang dan sekaligus memiliki psikologis terhadap pembaca. Dalam hal ini dapat diartikan bahwasanya, sastra dan psikologis memiliki hubungan atau titik temu yang membahas tentang “kejiwaan” seseorang (tokoh).

Psikologi sastra ditopang tiga pendekatan menurut Roekhan dalam Endraswara (2013:97-98) yaitu, pendekatan tekstual, pendekatan reseptif-pragmatik, dan pendekatan ekspresif. Pendekatan tekstual adalah yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Pendekatan


(32)

reseptif-9

pragmatik, yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya sastra yang dibacanya. Dan pandekatan ekspresif mengkaji aspek psikologis sang penulis. Dari hal ini penulis menggunakan pendekatan tekstual yang khusus mengkaji aspek psikologis tokoh.

Menganalisis aspek psikologis seseorang ataupun tokoh harus berdasarkan aturan-aturan ataupun teori yang khusus menjelaskan tentang perilaku dan karakter manusia. Untuk menopang pendekatan psikologis dari aspek tekstual dalam novel ini, penulis menggunakan teori kepribadian oleh Sigmund Freud.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam menganalisis suatu karya sastra, diperlukan suatu teori pendekatan yang berfungsi sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan psikologis yaitu teori kepribadian oleh Sigmund Freud dan pendekatan semiotika.

Teori kepribadian merupakan segugusan asumsi tentang tingkah laku manusia beserta defenisi-defenisi empirisnya. Teori harus siap menangani, atau membuat prediksi-prediksi tentang berbagai macam tingkah laku manusia (Hall, 1993:37).

Pada teori Sigmund Freud menyatakan bahwa kehidupan psikis itu sebenarnya tidak disadari. Pengaruh-pengaruh ketidaksadaran memainkan peranan yang besar (Mar’at, 2006:64). Artinya bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai alam bawah sadar. Oleh karena itu, perilaku manusia


(33)

10

didasari hal yang tidak disadari, seperti keinginan atau dorongan. Dari hal ini terbentuklah struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego.

Idmerupakan kebutuhan dan emosi yang tidak tertata, tidak konsisten, kadang tidak dikenal, dan bahkan bersifat antisosial yang melekat pada tubuh kita (Nelson, 2003:17). Dapat diartikan Id merupakan hal yang tidak disadari yang terdapat di bawah alam sadar sesorang yang hanya mengikuti prinsip kepuasaan orang itu sendiri, mengandalkan pengalaman subjektif, secara sederhana Id merupakan prinsip kesenangan. Menurut Hall (1995:30), tujuan dari prinsip kesenangan adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan sehingga menjadi lebih sedikit untuk menekannya sehingga sedapat mungkin menjadi tetap/konstan. Secara sederhana yaitu usaha mencegah penderitaan dan menemukan kesenangan.

Ego adalah sesuatu yang tertata, lebih atau kurang sadar dan lebih atau kurang konsisten terhadap prinsip prasangka yang secara bebas yang diartikan sebagai diri (Nelson, 2003:17). Berdasarkan hal tersebut dikatakan Ego bila perilakunya berdasarkan prinsip kenyataan yang peranan utamanya adalah penyeimbang dari kebutuhan-kebutuhan insting dari seseorang.

Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian; ia mencerminkan yang ideal bukan yang real; dan memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui wakil-wakil masyarakat (Hall, 1993:67). Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).


(34)

11

Berdasarkan teori kepribadian di atas, maka penulis akan melihat interaksi struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego yang dilahirkan oleh tokoh utama. Ketiga struktur kepribadian ini saling mengisi dimana Id dapat ditekan oleh Ego, Ego dapat ditekan oleh Id, atau sebaliknya. Dalam Hall (1993:63), masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan mekanisme sendiri, namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.

Untuk menganalisis dari kepribadian tersebut penulis menggunakan pendekatan semiotik. Semiotik berasal dari bahasa Yunani: semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda yang dianggap mewakili objek secara representatif (Endraswara, 2013:64). Tanda-tanda akan tampak pada setiap komunikasi manusia lewat bahasa, baik lisan maupun isyarat. Demikian pula saling berhubungan dan mendukung dalam karya sastra dimana karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan lewat bahasa. Penulis menggunakan pendekatan semiotika ini untuk melihat interaksi Id, Ego, dan Superegodalam cerita dan penulis dapat menunjukkan kepribadian tokoh Akihiro maupun tindak perilaku atau sikap dari pengaruh lingkungan dan pola didik dari setiap dialog dalam cerita.


(35)

12 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan, maka secara ringkas tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan psikologis Akihiro saat tinggal bersama nenek Osano di desa Saga dalam novel Saga no Gabai Baachan.

2. Untuk mendeskripsikan interaksi struktur kepribadian tokoh Akihiro seperti Id, Ego, dan Superegodalam novel Saga no Gabai Baachan.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai psikologi kepribadian oleh Sigmund Freud melalui karya sastra non fiksi.

2. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai pola didik orang tua dalam konsep kyouiku mama.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat sebagai bahan penunjang untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai bahan penunjang dalam penulisan. Metode dilakukan dengan langkah-langkah kerja yang diatur sebagaimana yang berlaku bagi penelitian–penelitian pada umumnya. Dalam hal ini penulis harus memilih metode dan langkah-langkah


(36)

13

yang tepat, yang sesuai dengan karateristik objek kajiannya (Pradopo, 2001:12). Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang dianalisis dalam novel Saga no Gabai Baachan ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang didalamnya terkandung metode penelitian secara deskriptif.

Menurut Djodjosuroto, dkk (2000:9) data kualitatif adalah data yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis, dan data ini tidak berbentuk angka. Dan metode penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan informasi secara sangat tepat dan teliti

(acurately and precisely) tentang karaktristk yang sangat luas dari suatu populasi.

Data-data juga diperoleh dari Library Research atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2005:11). Penulis juga melakukan penelusuran data melalui internet seperti blog-blog yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Setelah data diperoleh dari referensi yang berkaitan, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data dan refrensi atau buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.


(37)

14

2. Membaca novel Saga no Gabai Baachan karya Yoshichi Shimada yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

3. Mencari, mengumpulkan, menganalisis, mendeskripsikan cuplikan yang berhubungan dengan psikologis.


(38)

15 BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL, PSIKOANALISA SIGMUND FREUD, POLA DIDIK ORANG TUA DALAM KONSEP KYOUIKU MAMA,

DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Defenisi Novel

Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang pada hakikatnya sebuah cerita/narasi yang digambarkan dalam plot. Menurut Rees dalam Aziez dan Hasim (2010:1), novel pada hakikatnya sebuah cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata, dan yang digambarkan dalam satu plot yang kompleks. Sehubungan dengan ini, menurut Decaremon dalam Aziez dan Hasim (2010:8), novel yang merupakan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku. Kata novel berasal dari bahasa Italia, “novella” yang berarti ‘sebuah kisah, sepotong berita’. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktur dan materikal sandiwara atau sajak (Decaremon dalam Aziez dan Hasim, 2010:10).

Perkembangan novel di dunia terdapat jenis-jenis dari novel itu sendiri, yaitu :


(39)

16 A. Novel Picaresqua

Menurut akar katanya ia berasal dari kata picaro yang dalam bahasa Spanyol berarti ‘bandit’. Novel ini biasanya bersifat episodik, sering tidak memiliki plot yang tidak baik, serta langkanya tokoh yang mengalami perubahan psikologis.

B. Novel Epistolari

Novel jenis ini merebak pada abad kedelapan belas yang memanfaatkan surat yang dikirim di antara tokoh-tokoh yang ada di dalamnya sebagai indeks media penyampaian cerita.

C. Novel Sejarah

Jenis novel yang latar belakangnya merupakan sejarah, termasuk tokoh sejarah yang dimasukkan dalam rangkaian cerita. Novel ini sering ditandai dengan penggambaran rinci tentang suatu perilaku, bangunan, ataupun pranata. D. Novel Regional

Novel regional adalah novel yang latarnya, atau “warna daerahnya”, memainkan peranan yang penting.

E. Novel Satir

Novel yang mengandung makna yang “melebih-lebihkan”, yang melibatkan khayalan fiktif dalam kadar tertentu.


(40)

17 F. Bildungsroman

Novel ini merujuk pada sejenis novel yang mengonsentrasikan dirinya pada perkembangan diri sang tokoh, dari masa muda atau kanak-kanak sampai masa dewasa.

G. Novel Tesis

Novel tesis merupakan novel yang berkenaan dengan suatu upaya untuk mendorong dilakukannya reformasi sosial atau koreksi atas perilaku-perilaku tertentu.

H. Novel Gotik (Roman Notir)

Novel ini berhubungan erat dengan aspek-aspek romantisisme yang menggandrungi hal-hal misterius.

I. Roman-Fleuve

Novel ini berhubungan erat dengan apa yang disebut sebagai “novel saga”, rangkaian novel tentang satu keluarga besar yang masing-masing novel mengutamakan ceritanya pada satu cabang keluarga tertentu.

J. Roman Feuilleton

Novel ini merupakan novel yang diterbitkan secara “mencicil” dan tanpa mengalami pemotongan dalam suatu surat kabar.

K. Fiksi Ilmiah

Novel ini berkenaan dengan penggambaran ilmu pengetahuan modern yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh sastra fantasi, yaitu latarnya yang melibatkan perjalanan antarplanet, robot, masa, dan kehidupan depan.


(41)

18 L. Novel Baru

Novel jenis ini konvensi-konvensi penulisan fiksi yang sudah mapan secara sengaja disimpangkan atau diperlakukan sedemikian rupa untuk membingungkan pembaca dan untuk mencapai efek tertentu yang berbeda. M. Metafiksi

Novel ini merujuk pada sejenis novel yang sengaja mengoyak ilusi fiktif dan mengomentari secara langsung hakikat fiktifnya sendiri atau proses penulisannya.

N. Faksi

Dalam karya novel ini teknk-teknik novel digunakan untuk memunculkan kembali peristiwa-peristiwa sejarah bagi pembacanya.

Berdasarkan pemaparan di atas, novel Saga no Gabai Baachan

termasuk ke dalam jenis Billdungsroman. Di dalam novel tersebut menceritakan perjalanan dan perkembangan hidup sang tokoh mulai dari kanak-kanak hingga beranjak remaja yang merupakan pengarang cerita itu sendiri.

2.2 Resensi Novel

Sebuah karya sastra dibangun atas unsur instrinsik seperti tema, alur atau plot, dan tokoh. Hal ini merupakan struktur formal dalam sebuah novel yang menjadi fokus dalam membantu menganalisis novel Saga no Gabai Baachan .


(42)

19 2.2.1 Tema

Tema merupakan menyiratkan pokok pikiran yang akan dikemukakan pengarang kepada pembaca. Hal ini yang menjadi dasar, gagasan utama, atau tema cerita (Sugono, 2011:91). Sehubungan dengan itu, menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91), menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message. . . theme does relate to meaning and purpose, in the sense.

Karena tema adalah kaitan hubungan antara makna dan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan, bahwa tema adalah dasar/pondasi pengarang untuk mengembangkan suatu cerita.

Menurut Aminuddin ( 2000:92) dalam upaya pemahaman dan menilai tema suatu karya sastra, pembaca memperhatikan beberapa langkah :

1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan dalam pelaku prosa fiksi yang dibaca.

3. Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.

4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkan.


(43)

20

7. Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran serta sikap penyair yang ditampilkannya.

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkan dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya

Berdasarkan penelitian di atas maka tema pada novel Saga no Gabai Bachaan adalah tentang perjuangan seorang nenek dan cucunya (Akihiro) dalam kehidupannya dengan pola didik nenek yang mengubahkan karakter Akihiro menjadi lebih baik.

2.2.2 Plot (Alur)

Plot (alur) merupakan struktur rangkaian cerita dalam novel. Menurut Aminuddin (2000:83), plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Sehubungan dengan ini, menurut Sukada (1987:74), plot juga merupakan unsur terpenting dalam elemen karya sastra, dalam arti unsur ini memegang dominasi mempersatukan segala unsur yang ada dalam konteks isi karya sastra.

Adapun fungsi dari plot (alur) menurut Boulton dalam Sukada (1987:73) ada dua macam yaitu :

1. Plot membawa pembaca ke arah maju dalam memahami cerita, sekalipun sesungguhnya tidak semua detail diketahuinya.

2. Secara sederhana, plot menyediakan tahap atau peluang bagi penulis, untuk meletakkan sesuatu yang dikehendakinya untuk diperlihatkan.


(44)

21

Menurut Nurgiyantoro dalam http://eprints.uny.ac.id/8242/3/BAB% 202-08205241004.pdf, alur atau plot dapat dilihat dari urutan waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan yaitu:

1. Plot lurus atau progresif, apabila yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal, yaitu penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik, tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir penyelesaian.

2. Plot sorot balik atau flash back, urutan kejadian yang disajikan dalam sebuah karya fiksi dengan alur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal melainkan mungkin disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap akhir, kemudian tahap awal cerita disajikan. Sastra dengan jenis ini, langsung menyuguhkan konflik bahkan telah sampai pada konflik yang meruncing.

Adapun alur yang terdapat dalam novel Saga no Gabai Baachan

adalah plot lurus atau progresif karena cerita ini dimulai ketika Yoshichi Shimada (pengarang) teringat akan masa kecilnya dahulu. Setelah terjadinya pemboman kota Hiroshima tempat keluarganya tinggal, pengarang cerita harus tinggal bersama neneknya di sebuah desa bernama Saga pada saat berumur 8 tahun dan harus berpisah dengan ibunya selama 8 tahun. Cerita terus berlanjut dengan cerita bagaimana pengarang mengadaptasikan dirinya di lingkungannya yang diselingi dengan pola didik nenek yang semakin membentuk karakter pengarang. Dan dalam akhir cerita pengarang


(45)

22

menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada usia 16 tahun dan kembali bersama ibunya di kota Hiroshima.

2.2.3 Tokoh

Tokoh cerita memiliki peran penting sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau segala sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Aminuddin (2000:79), tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan.

Dalam sebuah cerita terdapat tokoh utama serta tokoh tambahan. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000:80). Selain terdapat pelaku utama, pelaku tambahan, menurut Aminuddin (2000:82-83) terdapat sejumlah ragam pelaku yang lain yaitu :

1. Simple character, bila pelaku itu tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada satu permasalahan tertentu yang tidak banyak menimbulkan adanya obsesi-obsesi batin yang kompleks.

2. Complex character, pada umumnya merupakan pelaku utama. Pelaku yang pemunculannya banyak dibebani permasalahan dan ditandai dengan munculnya pelaku yang memiliki obsesi batin yang cukup kompleks sehingga kehadirannya banyak memberikan gambaran perwatakan yang kompleks pula.


(46)

23

3. Pelaku dinamis, pelaku yang memiliki perubahan dan perkembangan batin dalam keseluruhan penampilannya. Watak pelaku sewaktu kecil berbeda dengan setelah dewasa, sementara watak setelah dewasa juga masih mengalami perkembangan setelah menjelang tua.

4. Pelaku statis, pelaku yang tidak menunjukkan adanya perubahan atau perkembangan sejak pelaku itu muncul sampai cerita berakhir.

Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas tokoh utama dalam novel Saga no Gabai Baachan yang bernama Akihiro Tokunaga dan termasuk tokoh yang memiliki complex character. Meskipun demikian, tokoh utama tidak terlepas dari interaksinya dengan tokoh-tokoh lainnya dalam novel Saga no Gabai Baachan ini.

2.3Setting dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshichi Shimada Dalam karya sastra tokoh diceritakan tidak luput dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Peristiwa/kejadian, tempat, waktu maupun keadaan masyarakat sekitar yang mendukung cerita dapat dikatakan setting atau latar. Dalam (http://www.noviasyahidah.com/hanya-teori-kepenulisan-latar-setting) latar merupakan background sebuah cerita, tempat kejadian, daerah penuturan atau wilayah yang melingkupi sebuah cerita. Sehubungan dengan hal ini menurut Fananie (2000: 97-98) mengatakan bahwa, walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen settingpada hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui


(47)

24

sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakatnya.

Dalam

http://www.noviasyahidah.com/hanya-teori-kepenulisan-latar-setting, pada umumnya latar dibagi menjadi tiga, yaitu mengenai tempat, waktu, dan latar sosial.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menggambarkan atau mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Penggambaran lokasi tempat terjadinya peristiwa hendaklah tidak bertentangan dengan realita yang bersangkutan agar pembaca dapat mengerti dan tahu tempat jalan cerita sebenarnya terutama dalam cerita karya sastra non fiksi.

Dalam novel Saga no Gabai Baachan terdapat dua lokasi berlangsungnya cerita yaitu Hiroshima ketika Akihiro masih kecil, rumah di sebuah kota kecil bernama Saga yang terletak di Prefektur Saga Jepang bagian selatan, dan Sekolah Dasar Akamatsu yang berada dalam reruntuhan istana desa Saga.

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu mengacu pada kapan peristiwa itu terjadinya yang dituangkan dalam cerita. Dalam cerita non fiksi latar waktu merupakan hal yang penting diperhatikan agar tidak menimbulkan kerancuan cerita nyata itu sendiri.

Latar waktu dalam novel Saga no Gabai Baachan adalah tahun 1958 atau tahun era Showa sampai tahun 1966 atau tahun 41 era Showa.


(48)

25 2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial merupakan pencakupan tentang hal-hal yang memiliki hubungan dengan masyarakat atau tokoh cerita termasuk keyakinan, adat istiadat, budaya, perilaku, dan fenomena yang terdapat dalam cerita.

Dalam cerita novel Saga no Gabai Baachan kehidupan Akihiro bersama neneknya tergambar pada zaman era Showa tahun 1958. Pada era Showa ditandakan dengan kalahnya Jepang terhadap Sekutu dalam Perang Dunia ke II. Pada masa itu masyarakat Jepang yang masih dalam proses untuk memperbaiki keadaan hidup mereka, baik dalam segi ekonomi dan pendidikan.

Latar sosial yang diambil adalah kyouiku mama (ibu pendidik). Dimana kyouiku mama itu sendiri sudah ada dari sebelum perang dunia ke II.

Kyouiku mama yaitu para ibu yang memiliki ambisi mendidik anak untuk menjadikan mereka manusia yang berkualitas dan berguna bagi bangsa mereka dengan kedisiplinan. Dalam novel Saga no Gabai Baachan yang menerapkan kyouiku mama adalah nenek Osano yang merawat Akihiro selama delapan tahun, mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2.4Psikoanalisa Sigmund Freud

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Psikoanalisis merupakan teori psikologi yang sering digunakan dalam menganalisis sebuah karya sastra jika dilihat dalam segi pendekatan psikologis. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa psikoanalis adalah wilayah kajian psikologi sastra. Psikoanalisa merupakan teori kepribadian yang dikemukakan


(49)

26

oleh Sigmund Freud mengenai tingkah laku manusia. Menurut Zaviera (2007:80), hal pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tak sadar (alam bawah sadar). Alam bawah sadar (unconscious mind) mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya alam bawah sadar, seperti nafsu, kenangan atau emosi, dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri manusia.

Dalam mengungkapkan tingkah laku manusia psikoanalisa kepribadian meliputi tiga unsur kejiwaan yaitu, Id, Ego, dan Superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas atau kesatuan yang maksimal walaupun memiliki tugas/fungsi, sifat, dan prinsip kerja yang berbeda, dan wujud tingkah laku manusia tidak lain merupakan interaksi dari ketiga sistem kepribadian tersebut.

Dalam teori Sigmund Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas dari sistem kepribadian.

2.4.2 Sistem Kepribadian

Dalam teori psikoanalisa, sistem kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Id, Ego, dan Superego.


(50)

27 2.4.2.1 Id

Id merupakan sistem kepribadian yang asli/paling dasar yang berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir. Freud menyebutkan Id adalah “keadaan psikis yang sebenarnya”, karena Id mempresentasikan dunia batin pengalaman yang subjektif dan tidak mengenal kenyataan yang objektif. Id seluruhnya berada pada alam bawah sadar seseorang.

Menurut Hall (1993:64), Id tidak bisa menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu, apabila tingkat tegangan organisme meningkat, baik sebagai akibat stimulasi dari luar atau rangsangan yang timbul dari dalam, maka Id akan bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip tersebut merupakan cara kerja Id yang disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya, Id dilandasi oleh maksud mempertahankan keinginan sendiri untuk menghindari keadaan yang tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan.

Untuk mencapai maksud, tujuan, dan menghindari rasa sakit, Id memiliki dua proses. Proses pertama adalah tindakan reflex, yaitu suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang otomatis dan segera/bawaan. Contohnya reflex menghisap, batuk, mengedipkan mata. Proses yang kedua adalah proses primer, yaitu suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi


(51)

28

psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar atau salah, tidak tahu moral.

Freud dalam Hall (1995:35) memiliki beberapa pendapat mengenai Id, yaitu :

1. Id lebih dekat dengan hubungannya dengan tubuh dan proses-prosesnya

daripada dunia luar.

2. Id kekurangan organisasi dibandingkan dengan Ego dan Superego.

3. Id tidak berubah menurut masa; ia tidak dapat diubah oleh pengalaman,

karena ia tidak ada hubungan dengan dunia luar. Akan tetapi Id dapat dikontrol dan diawasi oleh Ego.

4. Id tidak diperintah oleh akal dan ia tidak memilikin nilai, estetika, atau akhlak. Ia hanya dapat didorong oleh satu kemungkinan keinginan hatinya, sesuai dengan prinsip kesenangan.

Dengan demikian, individu membutuhkan sistem lain yang bisa mengarahkannya kepada pengurangan tegangan secara nyata, yang bisa memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru, khususnya masalah moral. Sistem yang dibutuhkan itu tidak lain adalah Ego.

2.4.2.2 Ego

Ego merupakan bagian dari Id yang hadir untuk memajukan tujuan Id dan bukan untuk mengecewakan Id, namun menengahi kebutuhan-kebutuhan instingtif dari individu dan kebutuhan-kebutuhan lingkungan sekitarnya;


(52)

29

mempertahankan dan memperhatikan kehidupan individu tersebut. Menurut Hall (1993:65), perbedaan pokok antara Id dan Ego ialah bahwa Id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan Ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal-hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Egomengikuti prinsip kenyataan yang tujuannya mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan hal untuk pemuasan kebutuhan individu tersebut. Dapat dikatakan prinsip ini menunda prinsip kenikmatan dan mengontrol tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Egoharus berusaha mengintegrasikan tuntutan Id, Superego, dan dunia luar yang sering bertentangan.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:34), Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan Ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, Ego memformulasikan rencana bagi pemuasaan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut bisa dilaksakan atau tidak. Dengan demikian Ego bagi individu tidak hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan (reality tester). Dan dalam memainkan peranannya ini Ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yakni kognitif atau intelektual.

Pelaksanaan potensi dicapai melalui pengalaman, latihan dan pendidikan. Setiap pendidikan formal, misalnya, mempunyai tujuan utama untuk mengajar manusia bagaimana caranya berfikir dengan lebih tepat, berfikir secara tepat berarti kemampuan untuk tiba kepada kebenaran, dalam arti kata bahwa kebenaran itu dianggap sesuatu yang ada.


(53)

30

Ego dikatakan proses sekunder dimana menuaikan apa yang tidak dapat dilakukan proses primer, yaitu untuk memisahkan dunia pikiran yang subjektif dari dunia kenyataan wujud yang objektif. Proses sekunder tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh proses primer, ialah menganggap gambaran suatu benda sebagai benda itu sendiri. Proses sekunder juga berfungsi dalam penghidupan seseorang, mendorong pertumbuhan dan penyempurnaan proses rohaniah dari pengamatan, ingatan, pikiran, dan tindakan (Hall, 1995:39).

2.4.2.3 Superego

Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian; mencerminkan yang ideal dan bukan real, dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat. Adapun yang menjadi perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.

Menurut Freud dalam Koswara (1991:35), Superego memiliki fungsi-fungsi pokok yaitu :

1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau implus-implus tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. 2. Mengarahkan Ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan

tujuan-tujuan yang moralistis.


(54)

31

Adapun Superego terdiri dari dua anak sistem yaitu ego ideal dan hati nurani. Ego ideal merupakan sesuatu pengertian–pengertian anak tentang apa yang secara moril dianggap baik oleh orang tuanya. Dan sebaliknya, hati nurani sesuai dengan pengertian-pengertian anak tentang apa yang oleh orang tuanya dianggap moril buruk.

Superego berkembang dari Ego sebagai akibat dari perpaduan yang dialami seorang anak dari ukuran-ukuran orang tuanya mengenai apa yang baik dan saleh dan apa yang buruk dan batil dan mengontrol dan mengatur gerak hati yang kalau dinyatakan secara sewenang-wenang akan membahayakan kemantapan masyarakat itu sendiri (Hall, 1995:45).

2.5 Pola Didik Orang Tua dalam Konsep Kyouiku Mama

Di dalam keluarga sebagai orang tua atau pengasuh dari seorang anak akan memberikan pola didik agar menciptakan sifat maupun sikap yang baik terhadap lingkungannya. Pola didik dapat saja diterima dari budaya dari masyarakat itu sendiri atau kondisi yang dialami dari sang pendidik sebelumnya. Demikian pula di Jepang terdapat budaya ibu pendidik atau

kyouiku mama.

Menurut Cummings dalam http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf, kyouiku dalam pengertian kyouiku mama ini lebih dekat pada istilah yang terdapat dari dua kanji dalam kata kyouiku yakni (教え る 育 て る こ と ) oshieru sodateru koto yang berarti mendidik dan membesarkan. Istilah ini biasanya digunakan dalam rangka pembentukan karakter anak yang dilakukan oleh ibu di luar pendidikan sekolah. Adapun


(55)

32

pendidikan yang diberikan yaitu menanamkan serta mensosialisasikan kebudayaan dan nilai-nilai dalam masyarakat Japang. Sedangkan mama (マ

マ) yang berarti dan merupakan kata yang diadopsi dari bahasa Inggris. Makna yang terkandung dalam kata マ マ berbeda dengan makna yang terkandung dalam kata okaasan (おかあさん) yang juga berarti ibu dalam bahasa Jepang. Kata ママ memiliki makna lebih umum yang menggambarkan peran ibu sama pentingnya peran ayah dalam keluarga. Sedangkan おかあさ ん memiliki makna terhormat dalam kebudayaan Jepang.

Kyouiku mama bertujuan yakni seorang istri difokuskan untuk mendidik anaknya menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi bangsa dan negaranya dan ibu pendidik ini dituntut tidak hanya mengurus masalah rumah tangga tapi juga mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang berhasil.

Kyouiku mama sudah ada mulai dari sebelum Perang Dunia ke II dan semakin dikenal dan diaplikasikan sesudah Perang Dunia ke II yang mana ditujukan untuk bagian rumah tangga dari keluarga sarariman. Ini mencakup untuk mengasuh anak terutama pada anak laki-laki. Hal yang melatarbelakangi timbulnya konsep kyouiku mama di kalangan wanita/ibu adalah tidak terlepas dari ketidakhadiran seorang suami/ayah di tengah-tengah keluarga. Ayah menjadi sarariman yang selalu bertekad untuk menghidupi keluarga dan tidak kekurangan apapun. Inilah yang menyebabkan seorang ayah rela tidak bersosialisasi dengan keluarga dan anak-anaknya. Semua yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga ia serahkan pada sang istri.


(56)

33

Penanaman nilai-nilai disiplin dan bijaksana yang seharusnya diajarkan oleh ayah pun tidak lagi didapat oleh anaknya. Inilah yang menyebabkan seorang

kyouiku mama semakin bertambah dekat dengan sang anak dan sebaliknya hubungan kyouiku mama dengan sang suami semakin jauh. Dan di Jepang sudah lama terdapat kecenderungan sang istri untuk bersikap kolot dalam menyatakan cintanya kepada suami, dan menjadikan anak laki-lakinya yang akan menggantikan keluarga (Okamura dalam Saragih, 2014:28-29). Sehubungan dengan ini menurut Fukushima dalam http://thesis.binus.ac.id/ Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf,

日本の教育がむかしはまずしかったので、好きなだけ教育を受 けられなかったのです。ですから、かわりに自分の子どもには、良い 教育をさせたい、と思う母親がたくさんおおかったです。

Terjemahan:

Karena perekonomian Jepang zaman itu sulit maka mereka hanya bisa mengikuti pendidikan yang disukai saja. Oleh karena itu, banyak para ibu yang berfikir bahwa sebagai penggantinya, mereka memberikan anak-anaknya pendidikan yang terbaik.

Konsep kyouiku mama menurut Stedee dalam thesis.binus.id/Asli/ Bab2/2008-2-00334-jp2.pdf terdapat dua keyakinan (ranjau mental) dalam

kyouiku mama yaitu:

1. Ranjau Mental Pertama (harus menjadi yang terbaik dalam segala hal) Kebanyakan orang tua ingin mendorong buah hatinya untuk melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Orang tua ingin anak-anak mereka bebas menggali bakat dan minat yang dimilikinya. Kendati bertujuan baik,


(57)

34

para orang tua itu bisa tanpa sengaja mengirimkan pesan-pesan yang sebenarnya tidak ditujukan kepada buah hatinya. Ada garis tipis yang memisahkan antara memotivasi anak-anak untuk melakukan yang terbaik dalam segala hal. Ranjau mental ini tertanam pada saat kita mendorong anak-anak ke dalam aktivitas yang kurang diminati anak-anak. Ranjau mental ini ke dalam benak anak setiap kali menerima hasil yang kurang memuaskan dari aktivitas yang mereka lakukan.

Apabila ranjau mental menjadi suatu keyakinan dalam diri anak, menyebabkan rasa percaya diri anak mengalami erosi yang sangat drastis. Sangat tidak mungkin lagi seorang anak menjadi yang terbaik dalam segala hal. Anak yang merasa tidak menjadi yang terbaik dengan segera akan meyakini bahwa ia telah mengecewakan orang tuanya dan dirinya sendiri. Beberapa orang dewasa yang telah tertanam dalam ranjau ini pada masa kanak-kanaknya sering menjadi mudah marah atau depresi ketika merasa tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan orang lain.

Biasanya, orang tua yang demikian hanya melihat kesuksesan belaka. Baik kesuksesan pada dirinya atau orang lain. Mereka ingin melihat kesuksesan pada diri anak, walaupun dengan cara memaksanya.

2. Ranjau Mental Kedua (harus berprestasi)

Hal yang penting diketahui dalam kyouiku mama adalah anak-anak mengalami kesulitan untuk membedakan antara menerima atau menolak. Dengan kata lain, peneriman dari orang tua terhadap suatu prestasi yang dicapai anak bisa diinterpretasikan oleh anak sebagai rasa cinta terhadap mereka. Sebaliknya, penolakan terhadap suatu tindakan dapat diartikan bahwa


(1)

60

Kubo bangkit dan meraih bungkusan besar yang dibawanya. Dari dalam bungkusan itu, dia mengeluarkan sarung tangan cather dan tongkat pemukul yang baru, beserta tiga dus bola baseball.

Sambil mengamati semua peralatan baru yang begitu menyilaukan mata itu, aku pun teringat ke belakang. Ketika separuh disodori secara paksa, Kubo memang menerima uang itu, tapi dia hanya berkata. “Baiklah, aku jaga.”

Sejak detik itu, Kubo pasti telah memutuskan di dalam hati. “Maaf, Kubo. Maaf ya.”

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku duduk bersimpuh dan meminta maaf. Bukannya aku berfikir kalau tidak melakukannya ini, Kubo tidak akan memberi maaf. Hanya saja saat itu aku benar-benar merasa bersalah, aku ingin meminta maaf dari lubuk hatiku yang terdalam.

Analisis :

Dari cuplikan di atas menggambarkan kekesalannya terhadap Kubo teman satu tim baseball di sekolah karena merasa tertipu atas ketidakhadirannya mengikuti trip sekolah. Trip tersebut merupakan perpisahan kelas tiga siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada saat itu. Padahal uang yang diberikan Akihiro dan satu timnya merupakan uang hasil kerja keras mereka agar Kubo ikut trip sekolah. Namun karena Akihiro merasa tertipu, Id tidak terkontrol ditunjukkan pada cuplikan, “Akihiro mendorongnya dengan kasar hingga membuat Kubo jatuh”. Memuaskan rasa marah dan kekecewaanya membuat keadaan semakin tegang. Id dominan dalam sistem


(2)

61

kepribadian Akihiro, Ego tidak dapat mengawasi dan mengontrol alam bawah sadar dari tindakannya.

Setelah penjelasan Kubo mulailah Akihiro mulai berfikir dan Ego mulai mengontrol kerja Id. Kubo dengan menjelaskan bahwa uang yang diberikan mereka untuk membelikan perlengkapan baseball untuk junior setelah mereka tamat dari sekolah tersebut. Hal itu membuat Akihiro semakin merasa bersalah dimana Ego mencoba mengontrol dengan mengingatkan yang dikatakan Kubo sebelumnya “…aku pun teringat ke belakang. Ketika separuh disodori secara paksa, Kubo memang menerima uang itu, tapi dia hanya berkata. “Baiklah, aku jaga.” Sejak detik itu, Kubo pasti telah memutuskan di dalam hati”. Penyesalan semakin dalam dilihat dari cuplikan di atas “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku duduk bersimpuh dan meminta maaf”.

Keadaan psikologis Akihiro yang bertanggung jawab dan mengangkat kebenaran. Dari sisi keadaan psikologis, dapat dianalisis bahwasanya Akihiro termasuk pribadi yang emosional, mudah kecewa. Tetapi, jika Akihiro merasa dia adalah orang yang salah Akihiro mampu dan terbuka untuk mengaku kesalahannya.


(3)

62 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Di dalam akhir penulisan skripsi ini, penulis membuat beberapa kesimpulan dari keseluruhan bab sebelumnya yaitu :

1. Novel Saga no Gabai Baachan merupakan novel non fiksi. Novel biografi yang menceritakan kehidupan seorang anak bernama Akihiro tinggal selama delapan tahun di desa Saga bersama neneknya. Melanjutkan kehidupan di Saga merupakan keputusan ibunya untuk mempersiapkan dan memperbaiki masa depan Akihiro pasca Perang Dunia ke II.

2. Dalam novel ini tidak lepas dari unsur-unsur ekstrinsik khususnya psikologis. Untuk mengetahui interaksi sistem kepribadian psikologi tokoh, penulis menggunakan teori Sigmund Freud. Sistem kepribadian Akihiro pada novel ini dinilai semakin seimbang. Awalnya keadaan psikologis Akihiro kurang baik akibat dari perpisahan dengan ibunya dan tinggal bersama sang nenek yang miskin serta ajarannya yang disiplin.

3. Adanya konsep kyouiku mama yang diterapkan sang nenek selama delapan tahun. Kyouiku mama memicu saling menekannya sistem kepribadian tokoh (Akihiro) hingga semakin terbentuk dan seimbangnya Id, Ego, dan Superego tokoh tersebut.

4. Nenek Osano adalah nenek yang melaksanakan kyouiku mama. Pada umumnya anak yang mendapatkan pola kyouiku mama akan mengalami


(4)

63

depresi, tekanan batin atau stress. Dan dari sisi positif Akihiro menjadi pribadi yang mandiri, pekerja keras, disiplin, meminta maaf ketika bersalah, menghargai tata krama leluhurnya dan menghargai orang yang lebih tua darinya.

5. Kedisiplinan merupakan salah satu karakter pemenang yang menghasilkan buah yang manis ke depannya.

4.2 Saran

Melalui penulisan skripsi ini ada beberapa saran yaitu :

1. Agar setiap penikmat karya sastra dalam menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik lebih teliti dengan membaca secara berulang-ulang dan menggali lebih dalam lagi khususnya cerita yang memiliki latar sosial/ budaya yang berhubungan dengan pendekatan yang digunakan.

2. Dalam mendidik anak sangat perlu diperhatikan agar tidak menjadi beban psikis pada anak. Dari pola didik yang diberikan menjadi penentu bagaimana psikologis dan karakter yang dimiliki seorang anak.

3. Skripsi ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Aziez, Furqonul & Hasim, Abdul. 2010. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia

Djojosuroto, Kinayati dkk. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra. Bandung. Penerbit Nuansa

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi: Edisi Terbaru.Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hall, Calvin S. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius

____________. 1995. FREUD: Seks, Obsesi, Trauma, dan Katarsis. Jakarta: Delapratasa

Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT ERESCO

Mar’at, Samsunuwiyati. 2006. Perilaku Manusia. Bandung: PT Refika Aditama Nelson, Benjamin. 2003. FREUD:Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20.

Surabaya : Ikon Teralitera


(6)

Pradopo, Rachmat. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia.

Saragih, Butet Marthalina. 2014. Fenomena Kyouiku Mama Terhadap Sistem Pendidikan di Jepang. Skripsi : Medan. USU Press

Sugono, Dendy.2011. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1,2, Jakarta Timur: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Denpasar: Angkasa

Shimada, Yoshichi. 2013. Saga no Gabai Baachan, terjemahan. Indah Pratidina. Jakarta: Mahda Books

Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud, Jogjakarta: PRISMASOPHIE

http://eprints.uny.ac.id/8242/3/BAB%202-08205241004.pdf http:// pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang karyasastra.html

http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00334-JP%20Bab%202.pdf http//Wikipedia.org/wiki/psikologi.html