Instrumen Penelitian DESAIN DIDAKTIS DENGAN MODEL INKUIRI UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (kasus: Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel pada Siswa Kelas VII MTsN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2

∑ Keterangan: = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya butir soal = jumlah varians skor setiap item = varians total skor Untuk mengetahui tingkat reliabilitas, berikut ini interpretasi mengenai besarnya koefisien reliabilitas. Tabel 3.4. Interprestasi Koefisien Reliabilitas Koefisien reliabilitas Kriteria reliabilitas 0.81 – 1.00 0.61 – 0.80 0.41 – 0.60 0.21 – 0.40 0.00 – 0.20 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Arikunto, 2012:89 Perhitungan reliabilitas menggunakan program excel, dan hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas untuk tes kemampuan pemecahan masalah r 11 = 0,86, berdasarkan tabel interprestasi koefisien reliabilitas bahwa tes soal kemampuan pemecahan masalah memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. c. Tingkat Kesukaran Butir soal dikatakan baik, jika butir soal-soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung menggunakan rumus Sudjana, 2009. Keterangan: IK = tingkat kesukaran = jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa pada satu butir soal diolah = jumlah skor idealmaksimum yang diperoleh pada satu soal tersebut Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal Sudjana, 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.5 dibawah ini. Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran Kategori Soal 0,00 TK 0,30 Sukar 0,30 TK 0,70 Sedang 0,71 TK 1,00 Mudah Hasil Perhitungan tingkat kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Jenis Tes No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 1 0,73 Mudah 2 0,67 Sedang 3 0,60 Sedang 4 0,71 Mudah 5 0,62 Sedang 6 0,56 Sedang 7 0,57 Sedang 8 0,57 Sedang 9 0,29 Sukar 10 0,27 Sukar d. Uji Daya Pembeda Daya pembeda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda Sudijono, 2008. Keterangan: DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah = Skor maksimum butir soal yang diolah Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir soal digunakan kriteria menurut Arikunto 2009 sebagai berikut . Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 DP ≤ 0,70 Baik 0,70 DP ≤ 1,00 Sangat Baik Arikunto,2009 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh daya pembeda soal sebagai berikut: Tabel 3.8. Hasil Uji Daya Pembeda Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 1 0,52 Baik 2 0,52 Baik 3 0,28 Cukup 4 0,41 Baik 5 0,28 Cukup 6 0,21 Cukup 7 0,28 Cukup 8 0,37 Cukup 9 0,21 Cukup 10 0,35 Cukup

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kevalidan

Untuk menganalisis data validasi ahli akan digunakan analisis deskriptif dengan cara merevisi desain didaktis berdasarkan masukan dan catatan dari validator. Tahapan untuk menganalisis tingkat validasi desain didaktis yakni sebagai berikut. a. Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban sangat baik 4, baik 3, cukup 2, kurang baik 1. b. Menjumlahkan keseluruhan skor yang diberikan oleh validator pada setiap aspek lembar validasi. c. Menghitung rata-rata setiap aspek lembar validasi. d. Mencocokan nilai validisi rata-rata yang didapat dengan kriteria kevalidan. Tabel 3.9 Kriteria Pengkategorian Kevalidan Persentase Kriteria Validasi 76-100 Valid 56-75 Cukup Valid 40-55 Kurang Valid 0-39 Tidak Valid Arikunto,2006 Penilaian yang diperoleh dari lembar pengisian desain didaktis oleh ahli desain dan ahli materi matematika diperoleh 72 artinya cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Menurut ahli desain didaktis yang dikembangkan layak digunakan akan tetapi ada saran yaitu untuk membuat rangkuman dan kunci jawaban. Saran dari ahli materi yaitu untuk memperbaiki soal dan penggunaan satuan yang tidak tepat, tanda penghubung “≥” dan “≤” masih salah dan penggunaan dkk perlu diperbaiki.

2. Data Observasi

Data observasi disposisi pemecahan masalah matematis diperoleh melalui hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer. Observer ini mengamati siswa menggunakan lembar disposisi pemecahan masalah matematis dan selanjutnya memberikan ceklis poin. Jika siswa yang diamati melakukan salah satu indikator dalam lembar observasi. Dari setiap pertemuan, poin tersebut dihitung persentasenya untuk melihat disposisi pemecahan masalah matematis siswa. Persentase rata-rata tiap pertemuan dan rata-rata tiap indikator tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

3. Analisis Data Skor Tes

Data skor tes diperoleh dari tes yang dilakukan pada pertemuan terakhir. Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Pemberian skor pada tes dilakukan dengan aturan penskoran model Schoen dan Oehmka yang dikemukakan oleh Darta 2004:16, seperti pada Tabel 3.10. Tabel 3.10. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Memahami Masalah Membuat Rencana Pemecahan Melakukan Perhitungan Memeriksa Kembali Hasil Salah menginterpretas ikan salah sama sekali Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan Tidak melakukan perhitungan Tidak ada pemeriksaantidak ada keterampilan lain 1 Salah menafsirkan masalah, mengabaikan kondisi soal Membuat rencana pemecahan soal yang tidak dapat dilaksanakan Melaksanakan prosedur yang benar, mungkin menghasilkan jawaban yang benar, tetapi salah perhitungan Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas 2 Memahami masalah soal selengkapnya Membuat rencana yang benar, tetapi salah dalam hasiltidak ada hasil Melakukan proseadur yang benar dan mendapatkan hasil yang benar Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses 3 - Membuat rencana yang benar, tetapi belum lengkap - - 4 - Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan memperoleh jawaban yang benar - - Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2 Setelah tes kamampuan pemecahan masalah diberikan skor selanjutnya berdasarkan Sanjaya 2010: 162 bahwa “ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator dengan batas kriteria ideal minimum 7 5”. Artinya ketuntasan belajar ideal terjadi apabila 75 dari kesuluruhan siswa dikatakan tuntas atau mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 5 56

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 14 49

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 19 66

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padang Cermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 5 58

Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel

0 2 21

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

0 0 56