- Lakukan pemeriksaan colok dubur?
Adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat, tinja, darah, atau lendir?
- Pemeriksaan vagina
Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan vagina
- Pemeriksaan urin dan feses
Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan urin dipstik ± mikroskopik dan feses darah
samar.
4. SISTEM PENDENGARAN
Gejala utama penyakit telinga -
Kehilangan pendengaran -
Pusing atau sensasi berputar -
Telinga berdenging atau bunyi mendengung -
Pengeluaran cairan -
Nyeri telinga -
Gatal Alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan system pendengaran :
- Otoskop
- Spekulum
- Lampu senter kecil
- Garputala 512 Hz
- Iluminator nasal yang dilekatkan pada otoskop
- Spekulum hidung
- Telinga
Mulai dengan periksa telinga yang tidak mempunyai keluhan. Pemeriksaan telinga mencakup : -
Pemeriksaan luar -
Ketajaman pendengaran -
Pemeriksaan otoskopik Inspeksi struktur telinga luar :
- Pinna : ukuran, posisi, bentuk, ditengah, sesuai besarnya wajah dan kepala
- Lesung kecil depan tragus : sisa arkus brakialis pertama
- Telinga luar : deformitas, nodul, peradangan, lesi
- Tofi : endapan kristal asam urat
gout, nodul keras di heliks atau antiheliks -
Pengeluaran sekret putih kadang berkaitan dengan tofi -
Telinga kembang kol : pinna yang berlekuk sebagai akibat trauma yang berulang-ulang -
Inspeksi pengeluaran cairan, catat warna, konsistensi, dan kejernihan. Palpasi Struktur Telinga Luar
- Pinna : nyeri tekan, pembengkakan, nodulus
- Tarik pinna ke atas dan ke bawah, atau tekan pada tragus : nyeri
infeksi telinga luar
- Telinga posterior : jaringan parut, pembengkakan
- Tekan ujung mastoid
tidak nyeri normal -
Nyeri proses supuratif os mastoid
Ketajaman Pendengaran -
Tutup satu kanalis eksternus dengan menekan tragus -
Berbisik ke telinga lainnya -
Sembunyikan mulut : menghindari pembacaan gerak bibir oleh pasien -
Bisikkan kata seperti “park”, “dark”, “day dream” pada telinga yang tidak ditutup dan apakah pasien dapat mendengarnya.
- Diulang pada telinga yang lain
- Menanyakan pasien apakah dapat mendengar jam berdetik di dekat telinga.
- Uji garputala lebih tepat dan seharusnya dilakukan tanpa memperhatikan hasil tes berbisik
- Garputala yang baik digunakan 512 Hz
- Dipegang tangkainya, ujungnya dipukulkan dengan cepat pada telapak tangan
- Ada 2 uji : Uji Rinne dan Uji Weber
Uji Rinne -
Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang -
Pemeriksa memukulkan garputala 512 Hz pada telapak tangannya dan meletakkan tangkainya pada ujung mastoid
- Pasien ditanya apakah ia mendengar bunyinya dan diminta untuk memberitahukan kapan ia
tidak mendengarnya lagi -
Kalau pasien sudah tidak mendengarnya, gigi garputala yang sedang bergetar diletakkan di depan meatus auditorius eksternus telinga yang sama, dan pasien ditanya apakah ia masih
mendengarnya. -
Normal : Hantaran udara lebih baik dari hantaran tulang. -
Pasien akan dapat mendengar garputala pada meatus auditorius eksternus setelah tidak dapat mendengarnya lagi pada ujung mastoid
positif. Uji Weber
- Membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga
- Berdirilah di depan pasien dan letakkan garputala 512 Hz yang sedang bergetar dengan kuat di
bagian tengah dahi pasien -
Mintalah pasien untuk menunjukkan apakah ia mendengar atau merasa bunyi pada telinga kanan, kiri, atau tengah dahinya.
- Mendengar bunyi, merasakan getaran pada bagian tengah adalah respons normal
- Jika bunyi tersebut tidak terdengar di bagian tengah, dikatakan lateralisasi dan ada gangguan
pendengaran. -
Lateralisasi ke arah telinga yang sakit pada tuli konduktif -
Lateralisasi pada telinga yang sehat pada tuli sensorineural Pemeriksaan Otoskopik dengan memakai otoskop
- Visualisasi struktur telinga dengan baik tidak menuntut didorongnya otoskop ke dalam kanal
- Bersikap lemah lembut
- Pilih ukuran speculum yang tepat
- Cukup kecil untuk menghindari timbulnya rasa tidak enap pada diri pasien
- Cukup besar untuk memberikan arus cahaya yang memadai.
- Teknik Pemeriksaan
◦ Memegang otoskop dengan tangan kanan
◦ Kanalnya diluruskan oleh tangan kiri pemeriksa yang menarik daun telinga ke atas, luar, dan
belakang. ◦
Makin lurus kanalnya, makin mudah visualisasi dan pemeriksaan akan dirasakan makin nyaman oleh pasien
◦ Anak : kanal harus diluruskan dengan menarik daun telinga ke bawah dan belakang.
◦ Pasien diminta memutar sedikit kepala ke samping
pemeriksa lebih nyaman ◦
Cara I : memegang seperti sebuah pensil, aspek ulnar tangan bersandar pada sisi wajah pasien, menghindari gerakan tiba-tiba, aman untuk anak2
◦ Cara II : memegang ke arah atas, lebih nyaman, gerakan pasien tiba2 dapat menyebabkan
nyeri dan cedera pada pasien. Inspeksi Kanalis Eksternus
◦ Dengan hati-hati, masukkan spekulum dan periksalah kanalis eksternus
◦ Perhatikan kemerahan, bengkak, nyeri tekan
peradangan ◦
Bebas dari benda asing, skuama, sekret ◦
Jika ada benda asing, perhatikan kanalis telinga sisi yang lain. ◦
Serumen harus dibiarkan begitu saja, kecuali mengganggu visualisasi kanalis membran timpani ◦
Dilakukan oleh pemeriksa berpengalaman traumaabrasi, perhatikan sumber sekret
Inspeksi Membran Timpani ◦
Membran timpani : selaput utuh, translusen, abu-abu seperti mutiara pada akhir kanal ◦
Tangkai malleus terlihat di dekat bagian tengah membran timpani ◦
Dari ujung bawah tangkai tersebut, nampak kerucut segitiga terang yang dipantulkan dari pars tensa
◦ Disebut refleks cahaya yang menuju ke anteroinferior
◦ Uraikan warna, keutuhan, transparansi, posisi, bagian2 penting membran timpani
◦ Sakit : pudar, merah, kuning, kongesti, bercak-bercak putih, menonjol, retraksi, perforasi
◦ Pada pemeriksaan telinga kiri, otoskop dipegang dengan tangan kiri dan meluruskan kanalis
dengan tangan kanan.
5. SISTEM PENGLIHATAN