PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH ( Studi pada Kabupaten/Kota D. I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH

( Studi pada Kabupaten/Kota D. I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)

THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURES

(Study at Goverment/City of D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)

Oleh : ESTI BUDIARTI

20110420300

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA

DAERAH

( Studi pada Pemerintahan/Kota D. I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)

EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO CAPITAL EXPENDITURES

(Study in The District/City D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : ESTI BUDIARTI

20110420300

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii SKRIPSI

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP BELANJA MODAL

(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta Tahun 2010- 2015)

THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO LOCAL

GOVERMENT EXPENDITURES

(Study in Goverment/City D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)

Diajukan Oleh ESTI BUDIARTI


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Esti Budiarti Nomor Mahasiswa : 20110420300

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta,


(5)

iv MOTTO

“Forgive, forget, for good”

“Jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk”

“Jadikanlah tempat pekerjaanmu sebagai rumah ternyamanmu”

“Jika ada pasir disepatumu, buanglah. Begitu juga apa yang menghalangimu, tinggalkanlah”


(6)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Kedua orang tua saya Bapak Budiman dan Ibu Sultiyah yang telah memberikan doa, semangat, dorongan, dukungan dan kasih sayang sehingga menjadikan motivasi untuk memberikan yang terbaik, memberikan kebanggaan, dan berusaha

untuk tidak pernah mengecewakan.

Keluarga besar saya, terimakasih telah mendoakan dan memberi dukungan.

Sahabat-sahabat terbaik saya yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Almamater saya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis ucapkan banyak terimakasih atas doa dan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan skripsi ini diharapkan dapat memberikan


(7)

vi THANK YOU TO :

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepadaku hingga saya bisa melewati semuanya dengan mudah, terimakasih Yaa Allah.

 Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa islam dari jaman kegelapan hingga terang benderang seperti sekarang ini.

 Kedua Orang tua, yang telah memberikan semangat, dukungan, do’a serta

restu hingga saat ini.

 Kerabat dekat yang telah mendukung dan membantu selama ini.

 Rekan-rekan seperjuangan akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogykarata angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama hingga kita semua dapat menyelesaikan studi dikampus kita tercinta.

 Dosen Pembimbing Bapak Bambang Jatmiko, yang telah membantu untuk mensukseskan dan membimbing sampai studi perkuliahan saya terselesaikan.

 Seluruh Dosen Mata Kuliah Akuntasi UMY yang telah memberikan ilmu, jasa dan bimbingannya.


(8)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap belanja daerahdi kabupaten/kota D.I. Yogyakarta periode 2010-2015.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian. Sampel yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 data Laporan Realisasi APBD kabupaten/kota D.I. Yogyakarta dengan periode 2010-2015. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Belanja Daerah.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Daerah.


(9)

viii ABSTRACT

This study aims to examine the effect of Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund in D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period.

In this study, the sampling method was saturation sampling technique in which the entire population will be used as a sample. Samples were obtained and used in this study were Realization Report Budget of 30 D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period. The method used in this study was linear regression model.

The results of this study concluded that the Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund is partially affected Regional Expenditure.

Keywords: Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund, and Regional Expenditure


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus” (studi kasus Pemerintah/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015).

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Nano Prabowo, S.E., M.Si , selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Bambang Jatmiko,M.Si.,Ak. selaku Dosen pembimbing yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penulisan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Ayah dan Ibu atas jasa-jasanya, kesabaran, dukungan, do’a dan yang tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada penulis.

4. Teman-teman tersayang atas kebersamaan. bantuan dan semangatnya yang berarti bagi penulis.

5. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.


(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN THANKS TO ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Teori Keagenan ... 12

2. Pertumbuhan Ekonomi ... 13

3. Pendapatan Asli Daerah ... 16


(12)

xi

5. Dana Alokasi Khusus ... 20

6. Belanja Modal ... 21

B. Pengembangan Hipotesis ... 24

1. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomidengan Belanja Modal ... 24

2. Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal ... 26

3. Hubungan antara Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal ... 27

4. Hubungan antara Dan Alokasi Khusus Dengan Belanja Modal ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Data ... 29

B. Jenis penelitian ... 30

C. Populasi dan Sample ... 30

D. Metode Pengambilan Data ... 30

E. Variabel Penelitian ... 31

1. Metode Analisis Data ... 35

2. Analisis Data Diskriptif ... 35

F. Teknik Analisis data ... 35

1. Analisis Data ... 35

2. UjiAsumsi Klasik ... 35

a. Uji Normalitas ... 35

b. Uji Multikolinieritas ... 36

c. Uji Heteroskedastisitas ... 36


(13)

xii

G. Uji Hipotesis ... 38

a. Uji Koefisien Determinasi ... 38

b. Uji Statistik F ... 38

c. Uji Statistik T ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 40

A. Kondisi Geografis DIY ... 40

B. Diskriptif Objek Penelitian ... 40

C. Uji Statistik Diskriptif ... 42

1. Asumsi Klasik ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Multikolinieritas ... 45

c. Uji Heteroskedastisitas ... 45

d. Uji Autokorelasi... 46

e. Uji Hipotesis ... 48

f. Uji Nilai F ... 48

g. Koefisien Determinasi ... 49

h. Uji nilai T ... 49

D. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 50

E. Pembahasan (Interpretasi) ... 52

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Modal ... 52

2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal ... 54

3. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal .. 56

4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal . 57 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN ... 59


(14)

xiii

A. Kesimpulan ... 59

B. Keterbatasan ... 60

C. Dampak Riset ... 61

D. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa/ Kelurahan di

DIY ... 41

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 44

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Nilai F ... 48

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 49

Tabel 4.9 Hasil Uji Nilai T ... 50


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rencana Anggaran Pendapatan Dareah DIY ... 8 Gambar 4.1 Rencana Pengeluaran/Belanja Daerah DIY ... 42


(17)

(18)

(19)

x INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap belanja daerahdi kabupaten/kota D.I. Yogyakarta periode 2010-2015.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian. Sampel yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 data Laporan Realisasi APBD kabupaten/kota D.I. Yogyakarta dengan periode 2010-2015. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Belanja Daerah.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Daerah.


(20)

xi ABSTRACT

This study aims to examine the effect of Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund in D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period.

In this study, the sampling method was saturation sampling technique in which the entire population will be used as a sample. Samples were obtained and used in this study were Realization Report Budget of 30 D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period. The method used in this study was linear regression model.

The results of this study concluded that the Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund is partially affected Regional Expenditure.

Keywords: Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund, and Regional Expenditure


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Fenomena umum dari pembangunan daerah adalah desentralisasi, menurut ketentuan umum UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwujudan dari asas desentralisasi adalah berlakunya otonomi daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, Prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Maryati dan Endarwati, (2010).

Mendasarkan pada (Q.S Al-Isra’ 26-27) :

اًريِذْبَ ت ْرِذَبُ ت َََو ِليِبَسلا َنْباَو َنِكْسِمْلاَو ُهَقَح ََْٰرُقْلا اَذ ِتآَو

Artinya : Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. ( Q.S Al-Isra’ 26 )


(22)

2

اًروُفَك ِهِبَرِل ُناَطْيَشلا َناَكَو

ۖ

ِنِطاَيَشلا َناَوْخِإ اوُناَك َنيِرِذَبُمْلا َنِإ

Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. ( Q.S Al-Isra’ 27 )

Isi kandungan dari ayat Q.S Al-Isra’ 26-27 menjelaskan dan mengingatkan kepada kita, bahwa jika kita diberikan amanah, hendaknya di jalankan atau dipergunakan semestinya dan tidak digunakan untuk kepentingan lain. Pembelanjaan daerah seharusnya dipergunakan untuk belanja daerahnya sesuai dengan kepentingan daerah tersebut. Karena islam mengajarkan kita kesederhanaan dan tidak menghambur-hamburkan uang. Sehingga kita harus membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan belanja daerahnya.

Diterapkannya otonomi daerah baik di provinsi, kabupaten/kota memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah setempat untuk menggali potensi-potensi sumber keuangan di daerahnya sekaligus dapat mengalokasikan sumber daya ke belanja daerah sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat di daerahnya. Semakin banyak sumber-sumber keuangan yang berhasil digali disuatu daerah, maka hal ini akan meningkatkan pendapatan daerah yang semestinya diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan fasilitas, infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan publik. Andaiyani (2013) menyatakan bahwa kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,


(23)

3

baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik memengaruhi besarnya belanja modal. Sehingga pemerintah daerah seharusnya melakukan pergeseran komposisi belanja yang nantinya dapat meningkatkan kepercayaan publik.

Dengan adanya otonomi daerah pula, maka dengan tegas terjadi pemisahan fungsi antara fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan pembedaan fungsi tersebut, menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan, eksekutif melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas anggaran daerah, yang merupakan manifestasi dari pelayanan kepada publik, sedangkan legislatif berperan aktif dalam melaksanakan legislasi, penganggaran, dan pengawasan (Halim, 2006) dalam (Arwati dan Hardiati, 2013).

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 bahwa sumber-sumber pendapatan daerah salah satunya berasal dari pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan lain-lain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan mampu mendorong peningkatan alokasi belanja modal daerah. Sumber-sumber pendanaan lainnya adalah dana perimbangan, yang tediri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Suhardjanto, dkk. (2009) menyatakan bahwa dana perimbangan dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif pada belanja daerah. Pemberian DAU kepada kepada daerah bertujuan untuk mengatasi ketimpangan fiscal antar daerah dalam semangat pemerataan ekonomi yang dicanangkan pemerintah.


(24)

4

Tujuan dari transfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik. Adanya transfer dana ini bagi pemerintah daerah merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan diharapkan dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri yaitu PAD. Namun kenyataannya, transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi Utamanya sehari-hari atau belanja daerah, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan diperhitungkan dalam APBD. Harapan pemerintah pusat dana transfer tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula dilakukan secara transparan dan akuntabel.

Belanja daerah yang merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran ini berisikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan program kerja pemerintah. Komposisi belanja daerah ini juga harus diperhatikan sebaik mungkin dalam menunjang kebutuhan fasilitas publik agar dapat meningkatkan kepercayaan publik atas kinerja pemerintah daerah. Apabila kepercayaan publik ini meningkat maka dapat meningkatkan kontribusi masyarakat dalam membayar pajak daerah yang merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Sehingga untuk meningkatkan pelayanan publik ini alokasi belanja daerah pun harus mengalami perubahan, bila sebelumnya banyak digunakan untuk belanja aparatur maka jika ingin mendapatkan kepercayaan publik alokasi dana kepada pelayanan publik lebih


(25)

5

memprioritaskan alokasi belanja modal. Perubahan alokasi ini juga bertujuan agar adanya peningkatan fasilitas yang dapat menggairahkan peningkatan aktifitas ekonomi masyarakatyang tentunya akan semakin menumbuhkan investasi didaerah. Untuk meningkatkan fasilitas layanan publik ini, maka pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang lebih besar dalam bentuk belanja modal pada APBD. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardiasmo (2002) yang menyatakan bahwa era otonomi daerah, pemerintah daerah harus semakin mendekatkan diri pada pelayanan dasar public dengan memaksimalkan sumber pendapatan daerahnya untuk meningkatkan fasilitas pelayanan public. Oleh karena itu alokasi belanja modal memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan pelayanan dasar kepada masyarakat.

Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk asset tetap seperti infrastruktur, peralatan dan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perekonomian karena semakin tinggi belanja modal semakin tinggi pula produktivitas. Dalam Darwanto dan Yustikasari (2006) menyatakan bahwa penerimaan hendaknya lebih banyak untuk program-program pelayanan politik. Pendapat ini menyirat pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.

Setiap wilayah memiliki kekhasannya sendiri yang dapat dikembangkan menjadi sebuah pendapatan yang digunakan untuk membiayai belanja daerahnya masing-masing, Yogyakarta sebagai kota pariwisata yang setiap tahunnya selalu dikunjungi oleh turis domestic ataupun mancanegara, seharusnya mampu membiayai belanja daerahnya sendiri melalui pendapatan asli daerahnya.


(26)

6

Teori fiscal federalism menyatakan pertumbuhan ekonomi akan tercapai melalui desentralisasi fiscal. Dengan desentralisasi fiscal, setiap daerah diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam menggali sumber-sumber kuangan yang dimiliki untuk membiayai kebutuhan di daerahnya, tidak hanya keperluan rumah tangga pemerintahan daerah sehari-hari namun juga membiayai kebutuhan akan belanja modal. Pentury (2011) menyatakan bahwa dalam desentralisasi fiscal pemerintah daerah harus mampu memberikan fasilitas pelayanan public dengan baik untuk seluruh masyarakat local. Pemberian pelayanan public kepada masyarakat sangat penting artinya, mengingat masyarakat telah memberikan sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak- pajak yang mampu meningkatkan penerimaan public.

Pertumbuhan ekonomi semestinya mampu mendorong pembangunan daerah yang nantinya dapat meningkatkan alokasi belanja modal daerah. Hal ini senada dengan Taiwon &Abayoni (2011) yang menyatakn bahwa Antara pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal memiliki hubungan positif.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi wilayah yang memiliki keistimewaan khusus dalam penyelenggaraan urusan pemerintah dalam rangka NKRI. Keistimewaan yang dimaksud tertuang dalam UU Nomor 13 Tahun 2012 yang mengatur tentang kedudukan hokum DIY berdasarkan sejarah dan hak asal usul untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan pemerintah daerah, kebudayaan, pertahanan dan tata ruang. Dasar filosofi penyelenggaraan


(27)

7

pemerintahan dan pembangunan di DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakatenggaraan pemerintahan dan pembangunan di DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Secara administrative, wilayah DIY terbagi menjadi empat kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Kulon progo, Bantul, Gunung kidul, Sleman dan Kota Yogyakarta. Pusat pemerintahan DIY berada di Kota Yogyakarta. Berbeda dengan provinsi lain yang banyak mengalami pemekaran wilayah sejak pemberlakuan otonomi daerah pada tahun 2001, jumlah kabupaten/kota di DIY tidak mengalami perubahan. Demikian pula dengan jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, dalam beberapa tahun terakhir juga tidak mengalami perubahan. Jumlah kecamatan pada yahun 2015 sebanyak 78 kecamatan yang terbagi menjadi 438 desa/kelurahan.

Realisasi pendapatan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta selama tahun 2010 hingga 2014 berdasarkan data Pendapatan Asli Daerah menunjukan bahwa sumber penerimaan asli daerah yang berasal dari sector pajak daerah masih merupakan sumber yang paling besar. Adanya tren kenaikan pendapatan asli daerah dari tahun ke tahun menunjukan adanya kesadaran atas otonomi daerah yang semakin berkembang dari tahun ke tahun.


(28)

8

Realisasi Dan Alokasi Umum di Kabupaten di Provinsi D.I.Y mengalami peningkatan setiap tahunnya. Belanja daerah meningkat juga setiap tahunnya, dapat kita anggap bahwa belanja daerah benar dipengaruhi oleh DAU dan PAD.

Peneliti juga melakukan penelitian empiris tentang Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Daerah. Penerimaan daerah untuk membiayain kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang dikelola oleh pemerintah DIY berasal dari beberapa sumber yakni, PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK) daan penerimaan lain yang sah. Sampai saat ini, komponen PAD yang bersumber dari pajak daerah dan komponen DAU menjadi sumber penerimaan terpenting bagi pendapatan daerah DIY.

Penerimaan daerah untuk pembiayaan kegiatan pemerintah dan pembangunan yang dikelola pemerintah DIY berasal dari beberapa sumber, yakni Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (dana bagi hasil dan bukan pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus),satu penerimaan lain yang sah.sampai saat ini, komponen PAD yang bersumber dari pajak daerah dan komponen DAU menjadi sumber penerimaan terpenting bagi pendapatan daerah DIY.

Berdasarkan Rencana Anggaran Pendapata dan Belanja Daerah (RAPBD) DIY 2015. Selama enam tahun terakhir, nilai nominal pendapatan daerah yang direncaakan semakin meningkat secara signifikan terutama pasca disahkannya Undang-undan No 13 Tahun 2012 tentang keistimewaan DIY yang mulai direalisasikan pada tahun 2012. Dalam RAPBD 2015, semua sumber pendapatan


(29)

9

yang baik PAD, dana perimbangan maupun pendapatan lain yang sah mengalami peningkatan.

Secara persentasi , nilai PAD dalam RAPBD dari tahun 2010-2012 mengalami penurunan hinggan 41,34 persen. Kemudian di tahun 2013 dan 2015 mengalami peningkatan hingga 42,44 persen. Sedangkan untuk dana perimbangan dari tahun 2010-2015 mengalami penurunan dari 49,58 sampai dengan 30,57 persen. Hal ini berbalik dengan pendapatan asli daerah yang dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan yang cukup baik hingga 26,99 persen. Lihat gambar 1.1

Gambar 1.1

Rencana Anggaran Pendapatan Daerah DIY

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah”. Penelitian ini

meneliti kembali dari penelitian Wertianti dan Dwiranda (2013) dengan judul 0

10 20 30 40 50 60

2010 2011 2012 2013 2014 2015

RAPD (dalam persen)


(30)

10

penelitian “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi pada Belanja Modal dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Moderasi”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menjadikan variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus menjadi variabel dependen. Sampel penelitian ini tahun 2010- 2015. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap belanja daerah ?

2. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah ?

3. Apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah ?

4. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan meneliti sebagai berikut :


(31)

11

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap belanja daerah.

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah.

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu akuntansi, terutama akuntansi dalam sektor publik.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi pemerintahan daerah D.I.Yogyakarta sebagai pertimbangan dalam melakukan belanja daerah.

b. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di daerah D.I.Yogyakarta.

c. Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk membangun perusahan di D.I.Yogyakarta.

d. Bagi peneliti sebagai bahan referensi dalam penelitian kembali belanja daerah.


(32)

(33)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Stewardship Theory

Grand theory dalam Penelitian ini adalah menggunakan Stewardship Theory, Teori Stewardship menjelaskan mengenai situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individual melainkan lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi (Ddonaldson, 1989 dan Davis, 1991). Teori ini menggambarkan tentang adanya hubungan yang kuat Antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Etty Murwaningsih (2009) teori Stewardship berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia bahwamanusia dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan manusia merupakan individu yang berintegrasi.

Pemerintah selaku stewardship dengan fungsi pengelola sumber daya dan rakyat selaku principal pemilik sumber daya. Terjadi kesepakatan yang terjalin Antara pemerintah (stewardship) dan rakyat (principal) berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai tujuan organisasi. Organisasi sektor publik memiliki tujuan memberikan pelayanan kepada public dan dapat di pertanggungjawabkan kepada masyarakat (public). Sehingga dapat diterapkan dalam model khusus organisasi sector public dengan teori stewardship. Menurut Putro (2013) teori stewardship mengasumsikan hubungan yang kuat Antara kesuksesan organisasi dengan kepuasan pemilik. Pemerintah akan berusaha maksimal dalam menjalankan


(34)

14

pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apabila tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat selaku pemilik akan merasa puas dengan kinerja pemerintah.

1.1.2 Stakeholder Theory

Selain teori stewardship, teori lain yang mendasarkan penelitian ini adalah teori Stakeholder, istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh

Standford Research Institute (RSI) pada tahun 1963 (Freeman, 1984). Freeman (1984) mendefinisikan bahwa stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder teori merupakan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap organisasi. Sedangkan Byson (2011) mendefinisikan stakeholder ialah suatu individu, kelompok atau organisasi apapun yang dapat melakukan klaim terhadap sumber daya atau hasil dari organisasi atau dipengaruhi oleh hasil itu. Keberhasilan dalam organisasi publik maupun swasta ialah sejauh mana organisasi tersebut dapat menjamin kepuasan stakeholder utama (masyarakat sebagai stakeholder utama). Pemerintah selaku pemegang kekuasaan dalam roda pemerintahan harus menekankan aspek kepentingan rakyat selaku stakeholder (Putro, 2013). Pemerintah harus mampu mengelola kekayaan daerah, pendapatan daerah serta yang berupa aset untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 yang menyatakan bahwa seluruh


(35)

15

kekayaan alam yang dikuasai pemerintah harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Pemerintah dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan: perbaikan infrastruktur; peningkatan pendidikan; pelayanan kesehatan; membangun fasilitas yang dapat mendorong investasi baik asing maupun lokal; menyediakan perumahan dengan biaya rendah; melakukan restorasi lingkungan serta penguatan di sektor pertania (Saad, 2009) dalam Rizani, dkk, (2011).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke masyarakat bertambah (Sukirno, 2010). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi dari seluruh kegiatan pekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun.

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah diproksikan dengan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar untuk mengeliminasi faktor-faktor kenaikan harga.

Menurut (Nanga 2001) dalam (Indarti dan Sugiato 2012). pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagi peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan


(36)

16

ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, disini ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat (Boediono, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

1. Faktor sumber daya manusia, sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. sumber daya manusia merupakan factor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2. Faktor sumber daya alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu pada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih


(37)

17

berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor budaya, faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN dan sebagainya.

5. Sumber daya modal, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengelola SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang- barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD merupakan pendapatan rutin yang diperoleh dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerah untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya.


(38)

18

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pendapatan asli daerah setiap daerah berbeda beda. Daerah yang memiliki kemajuan dibidang industri dan memiliki kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki PAD yang lebih besar dibanding daerah lainnya, begitu juga sebaliknya. Disatu sisi ada daerah yang sangat kaya karena memiliki PAD yang tinggi dan disisi lain ada daerah yang tertinggal karena memiliki PAD yang rendah dalam (Rizani, dkk 2011).

Berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli

Daerah terdiri dari :

1. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah ( Bambang, 2003).

Jenis Pajak Daerah dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Pajak Daerah Provinsi yang terdiri dari:

1) Pajak Kendaraan Bermotor

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor


(39)

19

4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri dari:

1) Pajak Hotel dan Restoran

2) Pajak Hiburan

3) Pajak Reklame

4) Pajak Penerangan Jalan

5) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C

2. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang kusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Kesit Bambang, 2003), mendapat balas jasa langsung. Retribusi dibagi atas tiga golongan:

a. Retribusi jasa umum

b. Retribusi jasa usaha

c. Retribusi perizinan tertentu

Laba Badan Usaha Milik Daerah

Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan UU. Sebagian laba perusahaan daerah merupakan salah satu sumber PAD yang disebut bagian laba BUMD. BUMD dibentuk oleh


(40)

20

pemerintah daerah, terdiri dari perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan dan perbankan (bank pembangunan daerah dan bank pasar) dan dibidang lain, seperti jasa air bersih (PDAM), jasa disektor industri, pertanian, perkebunan dan lain-lain.

3. Penerimaan Lain-lain

Pengertian penerimaan lain-lain Daerah Kabupaten/Kota adalah penerimaan yang diperoleh Daerah Kabupaten/Kota diluar pajak, retribusi, bagian laba BUMD. Beberapa contoh penerimaan yang termasuk kategori penerimaan lain-lain misalnya penerimaan dan hasil penjualan aset milik Pemerintah Daerah dan jasa giro rekening Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2.1.5 Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang Dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut :

a. Dana Alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. b. Dana Alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk

daerah kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum sebagaimana ditetapkan diatas.

c. Dana Alokasi umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi


(41)

21

umum untuk daerah/kabupaten yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. (Prakosa, 2004).

Dana alokasi umum merupakan bantuan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui transfer untuk membantu keuangan daerah (PP No. 104 Th. 2000, pasal 15). Transfer dari Pempus penting untuk Pemda dalam menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri. Transfer rmerupakan konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan horisontal antar-daerah, mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar-daerah, dan untuk menciptakan stabilisasi aktivitas perekonomian didaerah. DiIndonesia, bentuk transfer yang paling penting adalah DAU dan DAK, selain bagi hasil (revenuesharing).

2.1.6 Dana Alokasi Khusus ( DAK)

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan-pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. DAK diukur dari


(42)

22

jumlah penerimaan DAK yang diberikan oleh pemerintah pusat (Maryati dan Endarwati 2010).

Dana alokasi khusus ini dialokasikan untuk daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah dibanding kemampuan fiskal daerah secara nasional. Penentuan pemerimaan dana alokasi khusus ini diatur sesuai dengan kriteria penerimaan DAK yang terdapat dalam undang-undang. Sesuai dengan pengertiannya dana alokasi khusus ini dialokasikan untuk mendanai kebutuhan program pemerintah daerah yang sejalan dengan kepentingan program nasional, terutama dalam pemenuhan sarana dan prasarana layanan dasar masyarakat.

Dana alokasi khusus sebagai bagian dari pendapatan daerah merupakan suatu bentuk transfer pusat guna mendanai kewenangan yang telah disentralisasikan, yang juga sekaligus mengemban tugas untuk mendukung prioroitas nasional (Lubis, 2010). Secara lebih rinci (Yani, 2008) menyatakan, bahwa dana alokasi khusus dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana yang menjadi ciri khas nasional seperti dibidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, serta lingkungan hidup.

2.1.7 Belanja Daerah

Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah. Dalam struktur anggaran daerah dengan pendekatan kinerja, pengeluaran daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, kelompok dan jenis belanja. Belanja daerah menurut organisasi


(43)

23

adalah suatu kesatuan penggunaan seperti sekretariat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya. Fungsi belanja misalnya pendidikan, kesehatan dan fungsi-fungsi lainnya. Kelompok belanja misalnya belanja administrasi umum, belanja operasi dan biaya pemeliharaan serta belanja investasi. Jenis belanja misalnya belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, dan belanja lain-lain.

Belanja daerah dibagi menjadi belanja rutin, belanja investasi, pengeluaran transfer dan pengeluaran tidak tersangka.

Belanja Rutin

Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak menambah aset kekayaan bagi daerah, belanja rutin terdiri dari :

Belanja administrasi umum :

A. Belanja Pegawai

B. Belanja Barang

C. Belanja Perjalanan Dinas

D. Belanja Pemeliharaan

E. Belanja operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum


(44)

24

Belanja investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya. Belanja investasi terdiri dari :

a. Belanja Publik : belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal yang berupa investasi fisik yang mempunyai nilai ekonomis lebih dan satu tahun dan mengakibatkan terjadinya penambahan aset daerah.

b. Belanja Aparatur : belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur. Belanja aparatur diperkirakan akan memberikan manfaat pada periode berjalan dan periode yang akan datang.

Pengeluaran Transfer

Pengeluaran transfer adalah pengalihan utang pemerintah daerah dengan kriteria :

a. Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layak terjadi dalam pembelian dan penjualan.

b. Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang, seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman.

c. Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya yang diharapkan pada kegiatan investasi.


(45)

25

Pengeluaran transfer terdiri atas angsuran pinjaman, dana bantuan dan dana cadangan.

Pengeluaran Tidak Tersangka

Pengeluaran tidak tersangka adalah pengeluaran yang disediakan untuk pembiayaan:

a. Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat membahayakan daerah.

b. Tagihan tahun lain yang belum diselesaikan dan/atau yang tidak tersedia anggarannya pada tahun lalu yang bersangkutan.

c. Pengembalian penerimaan yang bukan hak nya atau penerimaan yang dibebaskan dan atau di batalkan penerimaannya.

2.2 PENURUNAN HIPOTESIS

2.2.1 Pertumbuhan ekonomi dan Belanja daerah

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke masyarakat bertambah (Sukirno, 2010). Otonomi daerah mendorong pemerintah daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Tetapi, perbedaan kemampuan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dalam mengelola potensi


(46)

26

lokalnya dan ketersediaan sarana prasarana serta sumber daya menyebabkan pertumbuhan ekonomi Antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama. Ketika suatu pemerintah daerah memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik maka belanja yang ada di daerah juga akan ikut meningkat.

Penelitian pertumbuhan ekonomi dan belanja daerah telah beberapa kali diteliti oleh banyak peneliti, dan hasil yang mereka dapatkan kurang lebih memiliki pengaruh positif dan signifikan. Hal ini dibuktikan dari penelitian Wertianti dan Dwirandra (2013) yang mendapatkan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Bali. Kemudian terdapat juga hasil penelitian dari Mayasari, dkk (2014) yang mendapatkan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibentuklah hipotesisi sebagai berikut :

H1 : Pertumbuhan Ekonomi Berpengaruh Positif Terhadap Belanja Daerah.

2.2.2 Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah

Desentralisasi fiscal memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan dengan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakasa dan pemberdaya masyarakat setempat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (UU No 32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan sumber-sumber pendapatan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi ekonomi daerah setempat menjadi bentuk-bentuk kegiatan


(47)

27

ekonomi yang mampu menciptakan penerimaan daerah untuk membiayai pembangunan daerah tersebut.

PAD merupakan pendapatan rutin yang diperoleh dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerah untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya. PAD yang dimiliki daerah berbeda-beda, daerah yang memiliki kemajuan industri dan kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki PAD yang besar dibanding daerah lainnya, PAD yang besar ini akan memiliki belanja daerah yang besar juga.

Penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah telah diuji oleh beberapa penelitian diberbagai daerah di Indonesia dan memiliki banyak hasil. Hal ini dibuktikan oleh peneliti Edwin (2014) yang mendapatkan hasil, pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah di kota Bandung. Hal serupa juga telah diteliti oleh Mayasari, dkk (2014) yang mendapatkan hasil adanya pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah terhadap belanja modal. Maka dari itu peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal.

2.2.3 Dana Alokasi Umum dan Belanja daerah

Pelaksanaan desentralisasi, dimana pemerintah pusat menyerahkan kewenangannya kepada pemerintah daerah, menimbulkan konsekuensi pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Dana perimbangan ini bertujuan untuk


(48)

28

mengurangi kesenjangan fiskal Antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Antara pemerintah daerah itu sendiri. Pendanaan ini untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat yang ada di daerah (UU No. 33/2004).

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang Dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Untuk melakukan pemerataan kemampuan keuangan di setiap daerah pemerintah mengalokasikan dananya untuk melakukan belanja daerah. Semakin banyak dana yang dialokasikan maka belanja daerah akan semakin meningkat.

Penelitian mengenai Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah telah diteliti oleh beberapa peneliti di berbagai daerah. Mayasari (2014) mendapatkan hasil, Dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah di kabupaten Buleleng. Dan juga Wisnu (2010) mendapatkan hasil, dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah di Yogyakarta. Maka, peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah.


(49)

29

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan-pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Dana alokasi khusus ini dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana daerah untuk meningkatkan otonomi daerah. Semakin tinggi dana yang dialokasikan maka semakin tinggi pula belanja daerah.

Penelitian mengenai Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah telah banyak diteliti diberbagai daerah. Wisnu (2010) memiliki hasil, dana alokasi khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Dan juga Marzel (2013) memiliki hasil, dana alokasi khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Maka penurunan hipotesisnya adalah :

H4 : Dana Alokasi Khusus Berpengaruh terhadap Belanja Daerah.


(50)

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah DI Yogyakarta mengenai jumlah realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Daerah

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) kabupaten/kota di Kabupaten/Kota DI Yogyakarta pada periode tahun 2010-2015. Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan data sekunder sebagai sumber data.

3.3 Populasi

Populasi penelitian ini adalah kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan adalah selama enam tahun, mulai 2010 sampai


(52)

dengan 2015. Periode tersebut diambil agar penelitian ini bisa menggunakan data terbaru sehingga diharapkan hasilnya masih relevan dengan kondisi saat ini.

Berdasarkan data pemerintah kabupaten/kota di DIY periode 2010-2015 diketahui total data adalah sebanyak 30 data. Data populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran APBD seluruh Pemerintahan DIY . Berdasarkan kriteria yang dipakai sebagai sampel adalah Kabupaten/Kota DI Yogyakarta yang memiliki pendapatan daerah aktif, dapat membiayai daerahnya sendiri yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD secara konsisten dari tahun 2010-2015.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan untuk menguji Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah, sehingga menggunakan metode dokumentasi. Menurut (Indriantoro 2013), metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, yaitu salah satu metode pengambilan data yang memuat informasi mengenai suatu subjek, objek atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan, dicatat dan disusun dalam arsip.

Data dikumpulkan dari pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan melalui situs resmi Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah dengan alamat (www.djpk.depkeu.go.id).

Sedangkan sifat data dari penelitian ini adalah kuantitaif, yaitu data yang berupa angka dan bersifat obyektif. Dari laporan realisasi ini diperoleh data mengenai dari


(53)

jumlah Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja daerah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus.

1. Variabel Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke masyarakat (Sukirno, 2010) :

PE = (PDRBt – PDRBt-1) x 100%

(PDRBt-1)

Keterangan :

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun t

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto satu tahun sebelum tahun t.

2. Variabel Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah :

PAD = HPD + RD + PLPD + PLS

Keterangan :

HPD = Hasil Pajak Daerah


(54)

PLPD = Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah

PLS = pendapatan lain-lain yang Sah

3. Variabel Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan antara daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan :

DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar

Keterangan :

CF = Kebutuhan Fiskal- Kapasitas Fiskal

AD = Gaji PNS di Daerah

CF = KbF + KpF

KbF = TPR ( IP + IW + IPM + IKK) + IPDRB per kapita

KpF = PAD + DBH ( PBB + BPHTB + PPh + SDA)

Keterangan :

KbF = Kebutuhan Fiskal

TPR = Total pengeluaran Rata-rata

IP = Indeks Jumlah Penduduk

IW = Indeks Luas Wilayah

IPM = Indeks Pembangunan Manusia


(55)

IPDRB= Indeks PDRB per Kapita

KpF = Kapasitas Fiskal

PAD = Pendapatan Asli Daerah

PBB = Pajak Bumi dan Bangunan

BPHTB= Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

PPh = Pajak Penghasilan

SDA = Sumber Daya Alam

PP nomor 55 tahu 2005 tentang Dana Perimbangan menjelaskan secara rinci mengenai formula DAU. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negri Sipil Daerah. Kebutuhan fiscal diukur menggunakan variable jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB per kapita, dan indek Pembangunan manusia. Sedangkan kapasitas fiscal diukur berdasarkan PAD dan Dana Bagi Hasil.

4. Variabel Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan-pendapatan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional :

Bobot DAK = bobot Daerah + Bobot Teknis

Bobot Daerah = IFW + IKK


(56)

IFW = Indeks Fiskal Wilayah

IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi

Bobot Teknis = IT x IKK

Keterangan :

IT = Indeks Teknis

IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi

5. Variabel Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintahan daerah :

Belanja Daerah = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja gedung dan bangunan + Belanja jalan, irigasi, jaringan + Belanja aset lain-lain.

H.5 Metode Analisis Data

H.5.1 Metode Analisis

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2009). Analisis ini untuk menyajikan


(57)

dan menganalisis data beserta perhitungannya agar keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan dapat diperjelas (Kono, 2013).

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik, untuk menghindari adanya estimasi yang bias karena tidak semua data dapat diterapkan dalam regresi (Kono, 2013). Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, varibel penganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009). Uji normalitas dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Jika angka probabilitas kurang dari 0,05, maka variabel ini tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti HA alternatif ditolak yang berarti variabel tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara variabel independen pada persamaan regresi (Ghozali, 2011 dalam Kono, 2012). Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi


(58)

yaitu dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang dipilih dan tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya (Ghozali, 2009). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi, dikarenakan VIF = 1/tolerance serta menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Cut off nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual antara satu pengamatan dengan lainnya (Indriani, 2010). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan cara melakukan Uji Glejser. Ada atau tidak terjadinya heteroskedastisitas adalah dengan melihat nilai sig > alpha 0,05.

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara model regresi dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya, jika ada maka disimpulkan adanya problem autokorelasi (Kono, 2013). Untuk menguji autokorelasi antara lain dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ghozali, 2005).

Model regresi tidak mengalami autokorelasi jika :


(59)

Alat pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis model regresi berganda dengan formulasi sebagai berikut :

BD = a + β1PE + β2PAD + β3DAU + β4DAK + e

dimana:

BD = Belanja Daerah

a = Konstanta

PE = Pertumbuhan Ekonomi

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DAU = Dana Alokasi Umum

DAU = Dana Alokasi Khusus

e = error

a. Koefisien Determinasi (Adj. R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan tingginya derajat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1 menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Penelitian ini menggunakan adjusted R2 antara 0 sampai 1. Jika nilai nilai adjusted R2 maka semakin baik model tersebut dalam menjelaskan varaiabel dependen, dan sebaliknya.


(60)

Uji Statistik F berguna untuk mengetahui apakah semua variabel independen sudah, masuk dalam model regresi dan memiliki pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011 dalam Kono, 2013). Signifikansi probabilitas adalah < 0,05, maka variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Statistik T

Uji statistik t digunakan agar diketahuinya seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011 dalam Kono, 2013). Kriteria penerimaan hipotesis yaitu, (1) Jika nilai sig < alpha 0,05, (2) Jika koefisien regresi searah dengan hipotesis.


(61)

59

59

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tersebut, simpulan yang dihasilkan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 tidak berpengaruh positif terhadap belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. 2. Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan

provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 berpengaruh positif terhadapa belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. 3. Dana Alokasi Umum pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan

provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 tidak berpengaruh positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. 4. Dana Alokasi Umum pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan

provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.


(62)

60

60

B. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini yang dapat dijadikan implikasi penelitian selanjutnya, sebagai berikut:

1. Sampel yang digunakan hanya terbatas didaerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta sehingga hasil temuan dan rekomendasi dari peneliti kurang dapat diberlakukan untuk mengukur tren kinerja pemerintah daerah seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia karena penelitian hanya melingkupi wilayah Yogyakarta.

2. Rentang waktu penelitian hanya 6 tahun anggaran, sehingga hasil penelitian belum komperhensif dikarenakan adanya beberapa perubahan nomenklatur pengkodean jenis belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

3. Nilai R Square karena regresi sederhana untuk persamaan kedua dalam penelitian ini hanya sebesar 0,05. Hal ini menjelaskan 0,5% variasi pendapatan perkapita dapat dijelaskan secara signifikan oleh belanja modal (BM), sedangkan sisanya 95,5% pendapatan perkapita dijelaskan oleh variabel lain.


(63)

61

61

C. Dampak Riset

1. Secara teoritis

hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu akuntansi, terutama akuntansi dalam sektor publik.

a. Untuk lingkungan

penyediaan rincian Belanja Daerah hendaknya dirinci sesuai dengan standar pernyajian yang berlaku di daerahnya supaya lebih tertata dan transparansi. b. Untuk ekonomi

c. Untuk sosial

Implikasi terhadap sosial yaitu sebagai pertimbangan bagi investor dan masyarakat sekitar dalam berinvestasi dan pengembangan belanja didaerahnya

1. Secara Praktis

a) Bagi pemerintahan daerah D.I.Yogyakarta

sebagai pertimbangan dalam melakukan belanja daerah.

b) Bagi investor


(64)

62

62

c) Bagi perusahaan

sebagai bahan pertimbangan untuk membangun perusahan di D.I.Yogyakarta.

d) Bagi peneliti

sebagai bahan referensi dalam penelitian kembali belanja daerah.

D. Saran

Dengan memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat diberi saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambah sampel penelitian dengan mengambil sampel pada tiap-tiap provinsi bagian Indonesia seperti provinsi Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur yang akan tersedianya data atau seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia. 2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel dengan rentang

waktu yang lebih panjang.

3. Berdasarkan hal tersebut, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain yang lebih sesuai untuk menjelaskan dan memediasi Pendapatan Perkapita.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arwati dan Hadiati. 2013. Pengaruh Pertumbuhan, Pendapatan asli Daerah dan alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modalpada Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Terapan 2013.

Boebiono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi ketujuh. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indarti dan Sugiartana. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian anggaran Belanja Modal di Kota Semarang Periode 2005-2009. Fokus Ekonomi Volume 7 No. 2: 1-15.

Maryati dan Endarwati. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Sumatera Barat. ISSN 1858-3687 Jurnal & Manajemen Vol 5 No. 2 : 68-84.

Rizani, dkk. 2011. Pengaruh pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Pada Belanja Daerah pemerintah Kota di Provinsi kalimantan Selatan. JEPMA Vol. 10, No. 1 April hal. 19-27.

Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah.

Undang-undang No. 32 Tahun 2008. Tentang Pemerintah Daerah.

Wertianti Gede dan Dwirandra. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Pada Belanja Modal Dengan PAD dan DAU sebagai Variabel Moderasi: Studi Kasus Bali. ISSN :2302-8556 Jural Akuntansi Vol. 4 N0. 3: 567-584.


(66)

Andiani. 2013. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Operasional Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Daerah ,1.

Edwin, Kadafi. 2013. Pendapatan asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal. 14/BAN-PT/AK-XII/SI/VI/2009.

Lubis, Indra Syahputra. 2010. Pengaruh Pendapata Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di provinsi sumatera Utara, Tesis program Pascasarjana Ekonomi USU, Medan.

Jensen,M. Dan Meckling,W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economi9cs, 3(4), pp: 305-360

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Yani, Ahmad. 2005. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jarawali Pers.

Rani, dkk. 2014. Pertumbuhan Ekonomi, Pendapata Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Buleleng. Jurnal SI AK Vol. 2 No. 1

Hardiningsih Pancawati dan Oktaviani Meita Rachmawati, 2013. Determinan Belanja Modal dan Konsekuensi terhadap Pendapatan Perkapita: Studi Kasus Wilayah Jawa Tengah. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Sesi 1 Manado.

Iqbal, Muhammad. 2011. Diskriminatif Dana Perimbangan dan Menuju PolaDesentralisasi Fiskal yang Berkeadilan: Studi Telaah Kritis terhadap Alokasi DAU Nasional kasus pada Provinsi Kalimantan Timur).


(67)

Ietje Nazarudin, 2012. Praktik Komputer Statistika, SPSS. Penerbit Kampus Terpadu UMY. Yoyakarta.

Lilis, dan Yohana. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, PAD terhadap Indeks Pembngunan Manusia Dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai Variable Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota se- Jawa Tengah). Jurnal Stie Bank BPD Jateng, prestasi vol. 9 no. 1 juni 2102, ISSN 1411- 1497

Bambang, Saputra. 2013. Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masayarakat. Jurnal Borneo Administrator/ Volume/ 9/ No.1/ 2013. STIE Mandani Balikpapan.


(1)

60

60 B. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini yang dapat dijadikan implikasi penelitian

selanjutnya, sebagai berikut:

1. Sampel yang digunakan hanya terbatas didaerah kabupaten/kota di

Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta sehingga hasil temuan dan

rekomendasi dari peneliti kurang dapat diberlakukan untuk mengukur tren

kinerja pemerintah daerah seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia

karena penelitian hanya melingkupi wilayah Yogyakarta.

2. Rentang waktu penelitian hanya 6 tahun anggaran, sehingga hasil

penelitian belum komperhensif dikarenakan adanya beberapa perubahan

nomenklatur pengkodean jenis belanja pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah

3. Nilai R Square karena regresi sederhana untuk persamaan kedua dalam

penelitian ini hanya sebesar 0,05. Hal ini menjelaskan 0,5% variasi

pendapatan perkapita dapat dijelaskan secara signifikan oleh belanja modal

(BM), sedangkan sisanya 95,5% pendapatan perkapita dijelaskan oleh


(2)

61

61 C. Dampak Riset

1. Secara teoritis

hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan

ilmu akuntansi, terutama akuntansi dalam sektor publik.

a. Untuk lingkungan

penyediaan rincian Belanja Daerah hendaknya dirinci sesuai dengan standar

pernyajian yang berlaku di daerahnya supaya lebih tertata dan transparansi.

b. Untuk ekonomi

c. Untuk sosial

Implikasi terhadap sosial yaitu sebagai pertimbangan bagi investor dan

masyarakat sekitar dalam berinvestasi dan pengembangan belanja

didaerahnya

1. Secara Praktis

a) Bagi pemerintahan daerah D.I.Yogyakarta

sebagai pertimbangan dalam melakukan belanja daerah.

b) Bagi investor


(3)

62

62 c) Bagi perusahaan

sebagai bahan pertimbangan untuk membangun perusahan di D.I.Yogyakarta.

d) Bagi peneliti

sebagai bahan referensi dalam penelitian kembali belanja daerah.

D. Saran

Dengan memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah

dijelaskan, maka dapat diberi saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambah sampel

penelitian dengan mengambil sampel pada tiap-tiap provinsi bagian

Indonesia seperti provinsi Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur yang

akan tersedianya data atau seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia.

2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel dengan rentang

waktu yang lebih panjang.

3. Berdasarkan hal tersebut, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan

untuk menggunakan variabel lain yang lebih sesuai untuk menjelaskan dan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arwati dan Hadiati. 2013. Pengaruh Pertumbuhan, Pendapatan asli Daerah dan alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modalpada Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Terapan 2013.

Boebiono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi ketujuh. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indarti dan Sugiartana. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian anggaran Belanja Modal di Kota Semarang Periode 2005-2009. Fokus Ekonomi Volume 7 No. 2: 1-15.

Maryati dan Endarwati. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Sumatera Barat. ISSN 1858-3687 Jurnal & Manajemen Vol 5 No. 2 : 68-84.

Rizani, dkk. 2011. Pengaruh pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Pada Belanja Daerah pemerintah Kota di Provinsi kalimantan Selatan. JEPMA Vol. 10, No. 1 April hal. 19-27.

Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah.

Undang-undang No. 32 Tahun 2008. Tentang Pemerintah Daerah.

Wertianti Gede dan Dwirandra. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Pada Belanja Modal Dengan PAD dan DAU sebagai Variabel Moderasi: Studi Kasus Bali. ISSN :2302-8556 Jural Akuntansi Vol. 4 N0. 3: 567-584.


(5)

Andiani. 2013. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Operasional Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Daerah ,1.

Edwin, Kadafi. 2013. Pendapatan asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Modal. 14/BAN-PT/AK-XII/SI/VI/2009.

Lubis, Indra Syahputra. 2010. Pengaruh Pendapata Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di provinsi sumatera Utara, Tesis program Pascasarjana Ekonomi USU, Medan.

Jensen,M. Dan Meckling,W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economi9cs, 3(4), pp: 305-360

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Yani, Ahmad. 2005. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jarawali Pers.

Rani, dkk. 2014. Pertumbuhan Ekonomi, Pendapata Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten Buleleng. Jurnal SI AK Vol. 2 No. 1

Hardiningsih Pancawati dan Oktaviani Meita Rachmawati, 2013. Determinan Belanja Modal dan Konsekuensi terhadap Pendapatan Perkapita: Studi Kasus Wilayah Jawa Tengah. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Sesi 1 Manado.

Iqbal, Muhammad. 2011. Diskriminatif Dana Perimbangan dan Menuju PolaDesentralisasi Fiskal yang Berkeadilan: Studi Telaah Kritis terhadap Alokasi DAU Nasional kasus pada Provinsi Kalimantan Timur).


(6)

Ietje Nazarudin, 2012. Praktik Komputer Statistika, SPSS. Penerbit Kampus Terpadu UMY. Yoyakarta.

Lilis, dan Yohana. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, PAD terhadap Indeks Pembngunan Manusia Dengan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal sebagai Variable Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten dan Kota se- Jawa Tengah). Jurnal Stie Bank BPD Jateng, prestasi vol. 9 no. 1 juni 2102, ISSN 1411- 1497

Bambang, Saputra. 2013. Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masayarakat. Jurnal Borneo Administrator/ Volume/ 9/ No.1/ 2013. STIE Mandani Balikpapan.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DAMPAKNYA PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI WILAYAH TAPAL KUDA JAWA TIMUR

2 14 56

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA BAGI HASIL, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Se- PROPINSI LAMPUNG

1 44 61

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH DI PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG (TAHUN 2001-2012)

0 19 77

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH

0 0 7

1 PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI SUMATERA

1 2 28

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL PADA PROVINSI JAWA TENGAH

1 1 13

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL di D.I YOGYAKARTA TAHUN 2012-2016

0 9 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA MODAL (STUDI PADA KABUPATENKOTA DI WILAYAH ACEH)

0 1 9

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL Se-Provinsi Sumatera Utara 2007-2010

0 0 12

SKRIPSI PENGARUH RASIO EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATENKOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008-2012

0 0 10