UPAYA DAYA SAING UMKM LOKAL TERHADAP E-PROCUREMENT DI PROVINSI RIAU TAHUN 2011-2015
UPAYA DAYA SAING UMKM LOKAL TERHADAP E-PROCUREMENT DI PROVINSI RIAU TAHUN 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
AULIA NUR KASIWI 20130520022
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
UPAYA DAYA SAING UMKM LOKAL TERHADAP E-PROCUREMENT DI PROVINSI RIAU TAHUN 2011-2015
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
AULIA NUR KASIWI 20130520022
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
ueqBlurJelued
IfNCNf,d
I^III
NVNNSNS00'60-00'80 : ursf
leduroJ
Zevrel AODI Eueng :
9I0Z requasecl 6 '1uum1' : le8EuulTrreg
:?p€d
o 7 totl o16 otr qo tryowruoqnh[ sD t! s.t a ^!un
lltllod
nu[
uDp lDlsos nrufi swrulol uoqoru!"tawad nw[ tpruS ruogot4 {n8ua4wtl uodaplp
uDytlostp uzp uryuDqo1tailp q,tpJzz00z90tr0z
U$JSYX UNN VIINV
:!{alo
SIOZ.I IOZ NNHVJ NVIU ISNIAOUd
IC JNSI^ISUNJOUd-II dVCIVHUIIJ -IY)O1
hI)hIN
CNIYS VAVC VAVdNISdIU)[S
NYHVSgCNgd NVIAIY'IYH
(4)
-HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Aulia Nur Kasiwi
NIM : 20130520022
Program Studi : Ilmu Pemerintahan (S1)
Menyatakan bahwa, Skripsi dengan judul “UPAYA DAYA SAING UMKM LOKAL TERHADAP E-PROCUREMENT DI PROVINSI RIAU TAHUN 2011-2015” adalah benar hasil penelitian saya sendiri, kecuali pada bagian yang disebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran.
Yogyakarta, Desember 2016 Pembuat Pernyataan
Aulia Nur Kasiwi 20130520022
(5)
MOTTO
Peluang Setiap Orang Tidak Sama, Tetapi Peluang Itu Datang Kepada Siapa Saja Yang Mengejarnya. Tempatkanlah Posisi AndaPada Kondisi Apapun. Niscaya Kau Akan Jauh Dari Kata Penyesalan, Karena Semuanya Adalah Pembelajaran. Belajar Adalah Dimulai Dari Kita Tahu, Kita Melakukan, Kita Paham, Kita Jatuh, Dan Mampu Bangkit Lagi. Maka Itu Kamu Sudah Belajar.
4 Ha l y a n g t i d a k d a pa t d i t a r i k k e mb a l i
“ Ru h ” y a n g t e l a h b e r pi s a h d a r i j a s a d “ Ka t a ” y a n g s u d a h t e r u c a p
“ Ke s e mpa t a n ” y a n g d i s i a -s i a k a n “ Wa k t u ” y a n g t e l a h b e r l a l u
(6)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka Aulia menyampaikan hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan dukungan yang luar biasa hebatnya kepada saya sehingga saya bisa menjadi Aulia yang seperti sekarang. 2. Ibu Liyanti dan Bapak Aurik Agus Susasi yang telah mencintai saya sepenuh
hatinya sampai dengan saat ini, 20 tahun sudah mereka telah memberikan saya energy positif dan dukungan yang luar biasa hebatnya tanpa mengenal lelah. Mereka lah yang mengetahui tangis dan tawa Aulia.
3. Jaka Satria Nugraha adik pertama Aulia yang telah membantu mengajarkan saya untuk menggunakan Ms.Excel dan dengan sabarnya Jaka membantu Mbaknya dalam menyelesaikan Program S1. Bagas, Bintang dan Syifa juga merupakan Adik Aulia yang telah memberikan energy positif selalu mendukung Kakak Sulungnya untuk dapat terus berjuang dan pantang menyerah. Terimakasih adik-adiku untuk dukungan kalian.
4. Tante Iroh, Tante Ana, Abah dan Tante Nunung Serta Om Gatot yang juga menjadi semangat Aulia dalam menyelesaikan Program S1 ini.
5. Kepada Sthavenely yang selalu menjadi tempat untuk mengadu kedua dan sumber kehidupan setelah keluarga selama 8 tahun ini. Terimakasih sudah menjadi saudara yang baik untuk Aulia. (Sthavenely = Shintya Sandra Kusuma, Anita Muthia Rachmawati, Vebby Rudyandeni, Neli Afriliana, Aulia Widya Arini dan Aulia Nur Kasiwi) .
6. Terimakasih kepada pembimbing yang sangat di idolakan, Bapak Achmad Nurmandi
(7)
8. Terimakasih untuk teman-teman seperjuanganku di jogja ( Annisa Selma, Helen, Sofa, Suluh Milanti, Nicko, Fifi, Nensy, Dije, Boy, Hafiz, Elvin.)
9. Terimakasih kaka Agus sudah menemani ngelembur bareng kalau di Kantor
10. Terimakasih untuk rekan kantor Mbak Laeli, Mas Anwar dan Mas Parera serta Bu Sekar
11. Terimakasih Bu Ning, Mbak Ummi, Mbak Linda, Pak Wisnu, Pak Katon, Pak Wahid, Pak Sigit karena sudah mau direpotin Aulia.
12. Terimakasih untuk the best chers hidupku Paduan Suara Mahasiswa Sunshine Voice UMY (semuanya, dari angkatan Mas Ican, Kak tyo, sampai dengan Angkatan Bhakti ) akan kangen dengan the best chers.
13. Terimakasih kepada Mbak Ay, Mba Vera, Kak Azka, Mas Ican, Kak Empu, Kak Uki, Kak Aji, Dede, Bang Billy, Liya, Hanan, Kak Dana, Kak Sayo, Zaka, Yungke, Nana, Bakhtiar yang selalu membuat hari-hariku bahagia dengan bullian yang amat dahsyaaaaat.
14. Terimakasih kepada Math dari Thailand, Ha dari Vietnam, Manaf dari Afghanistan, Asma dari Beijing, Shourav dari Bangladesh yang selalu memotivasiku dalam segala hal yang membuat diriku terpacu semangat menempuh masa depan.
15. Terimakasih kepada mamaku tersayang yang selalau mengertiku
16. Terimakasih Mas Anwar yang selalu membuka pandanganku keluarsana yang lebih cerah lagi dan semangat meraih impianku.
17. Terimakasih kepada Bapak Kos yang selalu perhatian kepadaku selalu.
18. Terimakasih untuk Hoshizora Foundationsudah mau menerima saya menjadi part of sahabat bintang dan sudah memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.
(8)
19. Terimakasih untuk teman-teman Asia Pacific Future Leader 2016 yang juga telah memberikan semangat saya agar tetap pantang menyerah. ( Dzulkhi ITB, Tedy UNDIP, Nikita UNPAD, Fajar UNDIP, Risma UGM, Destri UGM, Qoqo UIN SUKA )
20. Terimakasih kepada Pak Sri Atmaja yang berkenan untuk direpoti saya saat keperluan Universitas
21. Terimakasih yang teramat sangat untuk Semua pihak yang telah memberikan saya pengalaman hidup yang sangat berarti.
Yogyakarta, November 2016 Aulia Nur Kasiwi NIM. 20130520022
(9)
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim… … …
A ssalamualaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuhi… …
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat merasakan nikmat, rahmat serta hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Tata Kelola Daya Saing UMKM Lokal Terhadap E-Procurement di Provinsi Riau Tahun 2011-2015”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Program Studi Ilmu Pemerintahan (S1), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Dr. Titin Purwaningsih, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Dr. H. Achmad Nurmandi, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Muchammad Zaenuri, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Juhari Sasmito Aji, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
(10)
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
8. Kedua orang tua penulis, Aurik Agus Susasi, SE dan Liyanti M.pd yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta kepercayaan yang luar biasa kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2013 yang tidak dapat satu persatu disebutkan yang telah menjadi teman dan rekan selama kuliah menempuh pendidikan dan bersama berjuang untuk meraih gelar sarjana.
10. Terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, almamater tercinta yang telah memberikan banyak ilmu, pembelajaran dan selama menempuh pendidikan strata 1 (S1).
Penulis berharap dan berdoa agar hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang baru baik bagi penulis maupun pembaca. Adapun kekurangan ada pada milik penulis, kesempurnaan hanya milik-Nya.
Yogyakarta, Desember 2016
Aulia Nur Kasiwi 20130520022
(11)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...iii
MOTTO ...iv
HALAMAN PESEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR BAGAN ...xii
DAFTAR GAMBAR...xiii
DAFTAR TABEL ...xiv
SINOPSIS ...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat Penelitian ...8
E. Literature Review...9
F. Kerangka Teori ...17
1. Daya Saing ...17
a. Dimensi Daya Saing...19
b. Strategi Peningkatan Daya Saing ...21
c. Faktor-Faktor Daya Saing ...22
2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ...23
a. Asas dan Tujuan UMKM ...25
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM ...26
c. Peranan UMKM ...27
(12)
3. E-Procurement...29
G. Definisi Konseptual ...33
H. Definisi Operasional ...34
I. Metode Penelitian ...34
1. Jenis Penelitian...34
2. Unit Analisa...35
3. Sumber Data Penelitian ...35
a. Data Primer...35
b. Data Sekunder ...36
4. Teknik Pengumpulan Data...36
a. Wawancara Online ...36
b. Teknik Analisa Data ...37
BAB II DESKRIPSI WILAYAH...41
A. Deskripsi Provinsi Riau ...41
1. Visi dan Misi Provinsi Riau ...42
2. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Iklim Provinsi Riau ...44
B. Deskripsi Dinas Koperasi dan UMKM...46
C. Deskripsi LPSE Provinsi Riau ...49
BAB III PEMBAHASAN ...54
A. Temuan Penelitian ...54
B. Analisis Penelitian ...56
1. Pengaruh Biaya Dalam Keikutsertaan UMKM ...66
2. Pengaruh Dimensi Waktu yang Diikuti UMKM Pada E-Procurement ..68
3. Pengaruh Dimensi Kualitas Bagi UMKM Dalam Mengikuti E-Procurement 72 4. Fleksibilitas Selama Pelaksanaan UMKM...82
BAB IV PENUTUP ...85
A. Kesimpulan ...85
B. Saran ...85
LEMBAR GUIDELINE INTERVIEW ...89
(13)
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Pengambilan Sampel Penelitian ... 39 Bagan 3.1 Proses Yang Dibutuhkan Dalam Proses Pelaksanaan
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Teori Porter ... 18 Gambar 2.1 Peta Provinsi Riau ... 44 Gambar 3.1 Grafik Rasio Ukuran Kepuasan LPSE Dengan
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Sekunder Penelitian ... 36
Tabel 1.2 Daftar Narasumber Penelitian ... 37
Tabel 2.1 Daftar Kabupaten/Kota Provinsi Riau ... 45
Tabel 2.2 Daftar Jumlah Koperasi dan UMKM di Provinsi Riau ... 48
Tabel 2.3 Tabel Rasio Paket Lelang Melalui E-Procurement Tahun 2011-2015 ... 51
Tabel 2.4 Rasio Jumlah Responden UMKM di Provinsi Riau ... 52
Tabel 3.2.1 Rasio Kabupaten/Kota Yang Menduduki Unit UMKM Tertinggi Di Provinsi Riau Tahun 2011-2015 ... 57
Tabel 3.2.2 Daftar UMKM Yang Mengikuti Pelelangan Berturt-turut Pada Tahun 2011-2015 ... 58
Tabel 3.2.3 Klasifikasi UMKM, Perusahaan dan UMKM Serta Perusahaan Yang Berada di Luar Provinsi Riau Dalam E-Procurement Tahun 2011-2015 ... 63
Tabel; 3.2.4 Pesentase UMKM di Provinsi Riau, Perusahaan di Provinsi Riau dan UMKM Serta Perusahaan Yang Berada di Luar Provinsi Riau Tahun 2011-2015 ... 63
Tabel 3.2.5 Daftar UMKM Sebagai Penyedia Barang/Jasa Melalui E-Procurement di Tahun 2011-2015... 76
Tabel 3.2.6 Jumlah Rasio UMKM Yang Mengikuti E-Procurement Tahun 2011-2015 ... 81
(16)
i
SINOPSIS
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan upaya UMKM terhadap penggunaan e-procurement di Provinsi Riau Tahun 2011-2015 dalam rangka untuk merumuskan solusi untuk pengembangan UMKM. UMKM ini dianggap sebagai salah satu wadah dan juga mempunyai dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah serta mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Namun, UMKM di Provinsi Riau perkembangan yang terjadi belum merata pada seluruh daerah di Provinsi Riau yang juga disebabkan dengan faktor keberadaan sumber daya yang ada di 6 daerah di Provinsi Riau yang rendah dibandingkan dengan 6 daerah lainnya yang telah mampu berkembang.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan pada metodologi penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dan objek yang akan diteliti. Unit analisa pada penelitian ini adalah LPSE Provinsi Riau, Dinas Koperasi dan UMKM, Asosiasi UMKM dan UMKM. Data primer yang didapat pada penelitian ini berasal dari hasil olah wawancara dengan 6 UMKM yang mengikuti e-procurement di Provinsi Riau secara berturut-turut pada tahun 2011-2015, pihak LPSE Provinsi Riau dan juga Asosiasi UMKM di Provinsi Riau. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu diambil dari literature review dan juga olah data yang berasal dari website LPSE Provinsi Riau pada tahun 2011-2015.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa UMKM di Provinsi Riau mempunyai upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing, diantaranya dari aspek biaya, waktu, kualitas dan fleksibilitas serta UMKM di Provinsi Riau mendapatkan fasilitasi dari Asosiasi UMKM dengan adanya Klinik UMKM. Hal tersebut diperuntukan agar seluruh UMKM yang ada di Provinsi Riau dapat terus maju dan mengembangkan usaha yang dimiliki.
Upaya yang telah dilakukan diantaranya adalah pemerintah provinsi melakukan kerjasama dengan beberapa Bank untuk memberikan agunan atau KUR kepada UMKM yang sudah mempunyai Legalitas agar tetap dapat memajukan usaha yang dimiliki. Adapun dari LPSE Provinsi Riau akan merilis e-catalog local agar memudahkan para pelaku usaha meningkatkan ekonomi kecil kerakyatan. Asosiasi UMKM di Provinsi Riau juga telah melakukan upaya diantaranya memberikan wadah Klinik UMKM untuk media konsultasi UMKM yang memiliki hambatan pada usaha yang dimiliki.
(17)
ueqBlurJelued
IfNCNf,d
I^III
NVNNSNS00'60-00'80 : ursf
leduroJ
Zevrel AODI Eueng :
9I0Z requasecl 6 '1uum1' : le8EuulTrreg
:?p€d
o 7 totl o16 otr qo tryowruoqnh[ sD t! s.t a ^!un
lltllod
nu[
uDp lDlsos nrufi swrulol uoqoru!"tawad nw[ tpruS ruogot4 {n8ua4wtl uodaplp
uDytlostp uzp uryuDqo1tailp q,tpJzz00z90tr0z
U$JSYX UNN VIINV
:!{alo
SIOZ.I IOZ NNHVJ NVIU ISNIAOUd
IC JNSI^ISUNJOUd-II dVCIVHUIIJ -IY)O1
hI)hIN
CNIYS VAVC VAVdNISdIU)[S
NYHVSgCNgd NVIAIY'IYH
(18)
-i
SINOPSIS
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan upaya UMKM terhadap penggunaan e-procurement di Provinsi Riau Tahun 2011-2015 dalam rangka untuk merumuskan solusi untuk pengembangan UMKM. UMKM ini dianggap sebagai salah satu wadah dan juga mempunyai dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah serta mampu mengembangkan lapangan pekerjaan. Namun, UMKM di Provinsi Riau perkembangan yang terjadi belum merata pada seluruh daerah di Provinsi Riau yang juga disebabkan dengan faktor keberadaan sumber daya yang ada di 6 daerah di Provinsi Riau yang rendah dibandingkan dengan 6 daerah lainnya yang telah mampu berkembang.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan pada metodologi penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dan objek yang akan diteliti. Unit analisa pada penelitian ini adalah LPSE Provinsi Riau, Dinas Koperasi dan UMKM, Asosiasi UMKM dan UMKM. Data primer yang didapat pada penelitian ini berasal dari hasil olah wawancara dengan 6 UMKM yang mengikuti e-procurement di Provinsi Riau secara berturut-turut pada tahun 2011-2015, pihak LPSE Provinsi Riau dan juga Asosiasi UMKM di Provinsi Riau. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu diambil dari literature review dan juga olah data yang berasal dari website LPSE Provinsi Riau pada tahun 2011-2015.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa UMKM di Provinsi Riau mempunyai upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing, diantaranya dari aspek biaya, waktu, kualitas dan fleksibilitas serta UMKM di Provinsi Riau mendapatkan fasilitasi dari Asosiasi UMKM dengan adanya Klinik UMKM. Hal tersebut diperuntukan agar seluruh UMKM yang ada di Provinsi Riau dapat terus maju dan mengembangkan usaha yang dimiliki.
Upaya yang telah dilakukan diantaranya adalah pemerintah provinsi melakukan kerjasama dengan beberapa Bank untuk memberikan agunan atau KUR kepada UMKM yang sudah mempunyai Legalitas agar tetap dapat memajukan usaha yang dimiliki. Adapun dari LPSE Provinsi Riau akan merilis e-catalog local agar memudahkan para pelaku usaha meningkatkan ekonomi kecil kerakyatan. Asosiasi UMKM di Provinsi Riau juga telah melakukan upaya diantaranya memberikan wadah Klinik UMKM untuk media konsultasi UMKM yang memiliki hambatan pada usaha yang dimiliki.
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi untuk menghadapi perkembangan teknologi yang sangat pesat, pemerintah diharapkan mempunyai strategi untuk mampu menjalankan sistem demokratisasi yang efisien dan efektif. Dalam memberikan pelayanan kepada publik agar mampu memberikan suatu pelayanan yang baik sesuai kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini terkait dengan perkembangan teknologi berkaitan erat dengan informasi dan komunikasi, bahwasannya Informasi merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap orang untuk pengembangan pribadi maupun lingkungan sosial.
Kecanggihan teknologi yang telah berkembang pesat ini tidak akan berjalan maksimal tanpa adanya keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat yang kaya akan perkembangan zaman. Kebijakan yang dibuat mempunyai maksud, tujuan dan manfaatnya tersendiri untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, tetapi hal tersebut perlu adanya penekanan kepada strategi yang dirancang dalam kebijakan tersebut agar dapat mendorong partisipasi masyarakat. Dengan adanya arus globalisasi ini memudahkan pemerintah untuk menyediakan fasilitas kepada masyarakat yang diwujudkan melalui penggunaan ICT (Information Communication and Technology) yang pada saat ini penggunaan ICT mempunyai beberapa
(20)
2
keuntungan yang didapat seperti transparansi, akuntabilitas dan partisipasi (Abadi, 2014 ).
Penggunaan ICT ini sama halnya dengan melaksanakan paradigma baru yaitu pada pengembangan e-government yang merupakan salah satu bentuk dari reformasi birokrasi yang cepat memproduksi sebuah revolusi dalam cara orang berinteraksi dengan pemerintah melalui digital online service maupun media ICT yang disediakan. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi merupakan bidang yang baru di dunia pemerintahan di Indonesia, tetapi masyarakat mampu menerima perkembangan yang muncul. Dengan adanya inovasi baru ini menorong tenaga kerja khususnya aparat pemerintah agar mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya untuk mensukseskan e-government. Meskipun aparat pemerintah yang dibutuhkan perlu disediakan pelatihan untuk mengintegrasikan diri ke dalam struktur informasi baru. Sistem ini membutuhkan suatu kapasitas sumber daya manusia yang menguasai tiga hal yaitu : teknologi, komersial (pemasaran) dan manajemen.
E-Government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, maupun urusan bisnis dan serta hal-hal lain yang berurusan dengan urusan pemerintahan. UNDP (United Nations Development Program) memberikan pandangan prinsip-prinsip yang dijalankan saat menjalankan kepemerintahan, diantaranya adalah Salah satu penggunaan e-government yang sering dilakukan pemerintah saat ini yaitu dengan adanya sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik karena dianggap mampu menjalankan karakteristik good governance. Dengan adanya partisipasi,
(21)
3
transparan, daya tanggap, berorientasi konsensus, efektivitas dan efisien, akuntabilitas, strategis serta saling keterkaitan. Sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik dinamakan sebagai E-Procurement, dimana hal ini menjadi suatu sistem pengadaan barang dan jasa yang dilakukan melalui satu pintu atau satu portal website yang bisa diikuti dari beberapa perusahaan lokal maupun non lokal.
Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 menjelaskan bahwa E-Procurement
ini sistem pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan sistem elektronik dengan cara lelang yang dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan yang mempunyai produk atau jasa yang dibutuhkan. Pelaksanaannya tidak dengan melalui tatap muka tetapi dilakukan melalui internet. Indonesia menjalankan sistem ini agar mengurangi maupun mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, dibuat berdasarkan banyaknya peluang penyimpangan yang dilaksanakan pada pengadaan barang dan jasa pemerintah. Maka dengan adanya kebijakan ini akan mampu meminimalisir terjadinya tindakan korupsi maupun penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dengan adanya e-procurement, celah dalam tindakan yang cenderung menyimpang akan lebih diminimalisir dan kegiatan pengadaan yang dilakukan akan lebih transparan, lebih hemat waktu dan serta lebih mudah dalam melakukan pertanggung jawaban keuangan.
Dalam Kebijakan Peraturan Presiden 54 Tahun 2010 pasal 111 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan bahwa e-procurement dapat
(22)
4
meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan memunculkan persaingan sehat dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Pedoman pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang telah mengalami perubahan terdapat didalam Perpres No 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah pada pasal 135 yang didalamnya mengatur tujuan pengadaan secara elektronik yaitu :
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat 3. Memperbaiki tingkat efesiensi proses pengadaan
4. Mendukung proses monitoring dan audit, dan 5. Memenuhi akses informasi yang real time.
Pelaksanaan sistem e-procurement dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkualitas dan mempunyai nilai transparansi untuk menuju penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta bebas korupsi itu semua kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah harus mengikuti ketentuan dalam peraturan presiden yang sudah dibentuk. Hal itu bisa dilihat dari segi nilai pengadaan yang akan di lelang, sampai dengan proses pengadaan yang akan dilakukan. Dengan seiring berkembangnya zaman, semua kegiatan yang dilakukan dengan sistem konvensional dialih kan menjadi sistem one door service yang dapat dilakukan melalui online service. Hal itu didorong untuk mengurangi banyaknya penyimpangan dan kecurangan yang terjadi. Sehingga Mentri Dalam Negeri membuat sebuah kebijakan untuk melakukan proses pengadaan barang/jasa secara
(23)
5
elektronik untuk melakukan pembentukan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Secara resmi, LPSE Provinsi Riau telah membuat kebijakan Peraturan Gubernur Riau Nomor 22 Tahun 2010 tentang pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa secara Elektronik di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Berdasarkan peraturan tersebut, secara resmi LPSE Provinsi Riau terbentuk yang terdiri atas :
a. Pengelola LPSE
b. PA/KPA,PPK, Panitia Pengadaan, dan ULP c. Penyedia Barang/Jasa
LPSE Riau dalam periode tahun 2011-2015 telah mengadaan pelelangan pengadaan barang/jasa mencapai 3726 jenis lelang yang sudah dilakukan melalui
e-procurement. Peserta yang mengikuti kegiatan dalam hal ini pengadaan barang/jasa melalui e-procurement di LPSE Provinsi Riau tidak hanya berasal dari dalam wilayah Provinsi Riau saja tetapi peserta yang mengikuti kegiatan dalam hal ini pengadaan barang/jasa juga berasal dari luar wilayah provinsi Riau. Dimana dalam hal ini siapa yang dirasa memiliki kualitas dan kuantitas yang baik dalam pengadaan itu yang menjadi menjadi pemilik tender yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Wilayah-wilayah luar daerah yang menjadi pemenang pelelangan (tender) ini diantaranya, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI dan Bali (Riau, 2016).
(24)
6
Pada pelaksanaan e-procurement, adapun aktor yang terlibat pada kegiatan ini diantaranya adalah swakelola, perusahaan dan juga UMKM. Pada kasus yang terjadi pada pelelangan yang dilakukan LPSE Provinsi Riau ini mempunyai perhatian menarik terhadap UMKM karena ada beberapa UMKM yang terlibat dalam pelelangan tersebut dalam jangka waktu 5 tahun, baik pelelangan jenis pengadaan barang, jasa konstruksi dan jasa konsultasi. Dalam kaitannya, peran pada UMKM lokal ini mempunyai pengaruh terhadap tingkat perekonomian masyarakat lokal baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas yang dimiliki oleh masing-masing UMKM. Tidak banyak UMKM yang mengikuti pelelangan tersebut tetapi ada beberapa faktor yang perlu diketahui upaya-upaya UMKM tersebut untuk mampu berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa yang disediakan oleh LPSE provinsi Riau.
Pada Tahun 2010 Provinsi Riau mengalami lemahnya pemberian KUR yang mengakibatkan lemahnya perekonomian kerakyatan di Provinsi Riau dan mendorong pemerintah provinsi untuk membuat kebijakan dalam memberikan agunan kepada UMKM. Pada tahun 2012 pemerintah provinsi melakukan kerjasama dengan Bank untuk dapat memberikan bantuan KUR kepada usaha perekonomian kerakyatan. Beberapa bank yang terlibat kerjasama diantaranya seperti Bank Riau, Bank Nagari, BNI, BRI, Mandiri, BTN, Bukopin, BSM dan BNI Syariah (Rustam, 2012).
Dengan temuan tersebut maka dapat diketahui tingkat daya saing dan partisipasi UMKM Lokal terhadap pengadaan barang/jasa yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Dalam penerapan dan pelaksanaan e-procurement ini
(25)
7
mempunyai dampak bagi perekomonian serta pendapatan daerah maupun masyarakat atau memunculkan suatu problematika baru bagi masyarakat dan Pemerintah Provinsi. Maka penelitian ini membahas beberapa hal yang diantaranya terkait dengan upaya yang dilakukan oleh LPSE Provinsi Riau sebagai pelaksana barang/jasa pemerintah. Meskipun dalam hal ini lebih fokus kepada daya saing UMKM dalam mengikuti e-procurement.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya peningkatan daya saing UMKM melalui E-Procurement di Provinsi Riau Tahun 2011-2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk :
1. Untuk mengetahui keterlibatan UMKM pada pelelangan yang diadakan oleh LPSE Provinsi Riau.
2. Untuk mengetahui tingkat daya saing UMKM Lokal dalam mengikuti e-procurement di Provinsi Riau.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan setiap individu yang ada di UMKM dalam meningkatkan kemampuannya pada keterlibatan e-procurement.
4. Untuk menganalisis upaya-upaya yang dilakukan UMKM Lokal dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah 5. melalui E-Procurement di Provinsi Riau.
(26)
8
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai manfaat baik secara teoritis maupun praktis yang diperoleh oleh pembaca.
1. Manfaat Teoritis :
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi baru yang diharapkan mampu menambah wawasan terhadap upaya UMKM Lokal agar tetap berperan dalam segala partisipasi di tingkat daerah.
b. Sebagai media pembelajaran yang dapat menunjang sistem pembelajaran khususnya terhadap pengadaan barang dan jasa pemerintah.
c. Sebagai salah satu inovasi penelitian yang mengaitkan dengan teknologi dan keberadaan UMKM sebagai masyarakat lokal.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi positif dalam upaya menumbuhkan tingkat partisipasi UMKM Lokal dalam berdaya saing atau berdaya jual tinggi pada pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah khususnya di Provinsi Riau.
b. Mengkaji temuan pada UMKM Lokal yang ada terhadap keterlibatannya pada e-procurement LPSE Provinsi Riau.
(27)
9
c. Penelitian ini juga akan menjadi suatu pilihan dan cara baru yang dapat digunakan sebagai perbaikan pelayanan pada tingkat pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah Provinsi Riau yang akan mendorong masyarakat pribumi mempunyai daya saing pada perusahaan atau pemerintah.
E. Literature Review
Pengadaan barang dan jasa ini menjadi suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dengan swasta maupun Pemerintah karena kegiatan ini dilakukan sebagai pemenuh kebutuhan berupa barang dan jasa yang diperlukan oleh berbagai kegiatan lainnya untuk keberlangsungan operasional instansi atau suatu perusahaan. Seiring majunya perkembangan sistem informasi dan teknologi, inovasi layanan pengadaan barang dan jasa memanfaatkan teknologi informasi yang disebut dengan electronic procurement (e-procurement).
Hal ini akan menjadi faktor pendorong akan terjadinya sistem lelang yang dilakukan oleh LPSE ( Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik ) yang akan memudahkan perusahaan maupun instansi untuk dapat berpartisipasi dalam pengadaan yang disediakan. Sistem secara elektronik ini diupayakan agar terhindarnya dari tindakan KKN dan transparansi yang dilakukan sesuai dengan keadaan yang benar terjadi.
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang juga mempunyai fokus yang sama dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :
(28)
10
1. Studi Penerapan E-Procurement pada proses pengadaan di pemerintah kota Surabaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Hary Wijaya dkk pada tahun 2013 mengungkapkan bahwa pada kasus ini, Hubungan antara manajemen serta kualitas hasil dan produksi maupun hubungan kerjasama mampu mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengadaan barang dan jasa di pemerintah kota Surabaya. Penerapan yang dilakukan pada studi ini, menunjukan bahwa ada kepentingan didalamnya untuk dapat berpartisipasi dan menyeimbangkan daerah dengan daerah lainnya.
2. The Status of Indonesia’s E-Procurement
Penelitian yang dilakukan oleh Achmad Nurmandi, bahwasannya pada tahun 2013 ada 1.176 unit independen e-procurement di Indonesia dan tersedia 543 penyedia sistem e-procurement, penyedia layanan e-procurement ada 40 dan 583 e-procurement yang tersebar di 33 provinsi dan 731 instansi. Hal ini mendapat perhatian khusus karena mempunyai progress yang cukup baik, persentase peningkatannya sekitar 300%. Dan setelah 5 tahun terakhir mendapat jumlah yang naik dua kali lipat pada tahun 2013. Hal ini dipertegas bahwa adanya keterlibatan antara pemimpin dan regulasi yang berjalan ( Nurmandi, 2013 ).
(29)
11
3. Public Service Integrity Perception: Case Study In Kutai Kartanegara Regency, Indonesia .
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dyah Mutiarin di tahun 2014, pelayanan publik dapat dilihat integritas kinerjanya dengan menggunakan indeks kepuasan masyarakat. Kutai Kartanegara indeks persepsi korupsi dan indeks standar kepuasan publik sudah dikatakan cukup baik. Pada penelitian ini pun mempunyai fakta yang diantaranya adalah ada tiga indeks yang dapat menunjukan kinerja yang relative baik, ada variasi tinggi nilai-nilai indeks kepuasan public, indeks persentasi korupsi dan indeks standar kepuasan pelayanan secara minimal.Penyebab terjadinya hal seperti ini dikarenakan oleh sistem e-procurement melalui LPSE masih belum optimal, sistem control internal tidak memadai dalam unit pelayanan, dan yang utama pada bidang pengadaan barang dan jasa serta lisensi mengeluarkan dan juga izin yang diberikan tidak sesuai dengan sumber daya manusia yang ada karena masih lemahnya keahlian dalam pengadaan barang dan jasa.
4. Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) Pada Pemerintah Kota Yogyakarta
Pada penelitian Dwi Haryati d.k.k pada tahun 2011 melakukan penelitian yang mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik pada pemerintah Kota Yogyakarta ini didorong dengan semangat tinggi pemerintah Kota Yogyakarta untuk dapat meningkatkan kualitas dari pelaksanaan pengadaan barang/jasa tersebut yang didorong dengan adanya
(30)
12
peraturan Walikota Yogyakarta No 137 Tahun 2009 sebagai landasan hukumnya. Tetapi ada hal yang diakui oleh pemerintah Kota Yogyakarta pada sisem e-procurement yang sudah berjalan ini dapat meminimalisir tatap muka langsung antara para pihak dalam proses pengadaan guna mengurangi potensi korupsi, kolusi dan nepotisme.
5. E-procurement dalam Pengadaan Barang dan Jasa untuk Mewujudkan Akuntabilitas di Kota Yogyakarta
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kodar Udoyono pada tahun 2012, pada penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian sebelumnya tetapi fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah dengan akuntabilitas Kota Yogyakarta yang perlu adanya peninjauan. Tetapi dalam kasus ini yang dimunculkan yaitu untuk mewujudkan akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang mengaitkan dimensi fisibilitas dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta tahun 2009 meliputi regulasi, teknokratis dan administrasi, politik dan kebutuhan masyarakat, jadi temuan yang didapat pada e-procurement di tahun 2009 melaksanakan kebijakan secara fisibel tidak dengan akuntabel.
6. Analysis Influence of E-Procurement Against Good Governance in Kementerian Agama Republik of Indonesia.
Penelitian pada kasus ini, G.N. Hadi Budidharma menjelaskan bahwa pada analisis pengaruh adanya e-procurement ini terkait dengan prinsip-prinsip e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa terhadap good governance di
(31)
13
Kementerian Agama. Beberapa yang diketahui dari hasil adanya analisis kasus ini adalah adanya efisien terhadap good governance, dimana dalam penerapan efisien dalam teori good governance mempunyai hasil yang baik.Adapun baiknya penelitian ini tidak hanya berpacu dengan teori dari good governance, dengan dapat menjadi pembanding dan memperkuat argument yang ada.
7. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah Di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau Pada penelitian yang dilakukan oleh isjoni, program ekonomi berbasis masyarakat telah dikembangkan di kabupaten Indragiri Hulu. Program yang diajukan ini diduga mampu meningkatkan dan mengembangkan lingkungan bisnis, terutama usaha kecil dan menengah (UKM). Meskipun dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang dikaji,diantaranya adalah lemahnya struktur permodalan dan akses ke sumber daya modal, saham dan keberlanjutan bahan baku, sumber daya yang terbatas dan prestasi teknologi, kelemahan organisasi dan manajemen bahkan sampai pada kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia. Adapun solusi alternative yang diberikan yaitu dapat didukung melalui pembangunan ekonomi daerah yang dapat dikembangkan melalui UKM diantaranya : potensi masyarakat, pengusaha, lembaga perkreditan, instansi terkait dan koperasi sebagai salah satu badan usaha. Dari penelitian ini masih banyak sekali hal-hal yang perlu diuji atau dikembangkan untuk memajukan dan meningkatkan pemberdayaan UKM di Provinsi Riau Khususnya,.
(32)
14
8. Peran E-Commerce Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Dan Menengah ( UKM)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuryanti, tingkat daya saing dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, dimana hal ini akan mempunyai peluang besar bagi pebisnis tentunya dan juga peluang ekspor. Penelitian ini menekankan pada e-commerce. E-commerce yang dilakukan dengan memanfaatkan informasi teknologi tidak hanya memanfaatkan internet sebagai alat untuk melakukan promosi atau mencari peluang bisnis, tetapi kegiatan tersebut juga diimbangi dengan pengelolaan administrasi yang baik melalui penggunaan software yang tepat. Perlu adanya pengembangan website untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan pendapatan.
Dari hasil peningkatan pendapatan ini pada akhirnya akan mengembangkan usaha kecil dan menengah yang berada dalam wilayah tersebut.
E-commerce akandapat memperluas akses pasar setiap UKM yang sampai saat ini peneliti merasa itu adalah permasalahan dari UKM. Dengan hal tersebut yang dibantu dengan jangkauan media internet yang sangat luas menjadi peluang bagi UKM untuk dapat menembus pasar internasional. Meskipun peneliti masih merasa bahwa kendala yang terjadi pada UKM Indonesia dikarenakan penguasaan teknologi para pengusaha yang masih rendah.
(33)
15
9. Kebijakan Pemerintah Untuk Mendukung Umkm Dan Koperasi Dalam Menghadapi ACFTA
Pada penelitian ini, fokus yang diteleti mempunyai keterkaitan pada beberapa pihak, baik sektor publik maupun sektor privat. Teuku Syarif dan Ethy Budiningsih memaparkan bahwa dalam menghadapi ACFTA, UMKM dan koperasi harus berada pada posisi yang ideal. Dimana kedua sector tersebut mampu menjadi ujung tombak peningkatan ekonomi di tingkat nasional. Reposisi kedudukan UMKM dan Koperasi tersebut dapat ditumbuhkan melalui perkuatan kondisi internal dan penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM dan Koperasi. Karena dengan adanya kinerja UMKM ini mampu mendorong keberhasilan pemerintah dalam mengembangkan produktivitas dan efisiensi yang juga mendorong tingkat daya saing UMKM baik dalam pasar local maupun pasar internasional. Dengan adanya peningkatan daya saing yang dilakukan oleh UMKM maka akan memperbaiki kondisi kesejahteraan UMKM maupun pendapatan Negara. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan adalah :
1. Pemberian kesempatan usaha yang lebih besar kepada UMKM dan koperasi.
2. Peningkatan kualitas SDM, UMKM dan Koperasi 3. Perkuatan di bidang permodalan teknologi dan informasi
(34)
16
10. E-Procurement System Technology: An Analysis in Electronic Procurement Service Unit (LPSE) of Kepulauan Riau Province
Penelitian yang dilakukan oleh Nurmandi ( 2014) menunjukan bahwa adanya sistem e-procurement ini tidak hanya dapat dilihat secara teknis, tetapi juga menunjukan bagaimana pengaruh proses politik ke implementasi dari e-procurement ini. Hal ini menunjukan bahwa untuk membuat e-procurement yang efektif juga diikuti dengan kemauan politik yang kuat dalam melaksanakan sistem
e-procurement yang kemudian dapat meningkatkan kualitas dalam pengadaan abrang dan jasa. Tidak hanya itu saja tetapi proses politik juga menentukan peraturan yang telah dibuat untuk menghindari penyimpangan dalam penerapan sistem e-procurement. Selain itu proses politik juga menentukan ketersediaan sumber daya manusia dan juga sumber anggaran serta infrastruktur yang dibutuhkan untuk memenuhi fasilitas dan prasarana.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas, bahwaasannya dalam hal ini penelitian yang berfokuskan kepada pengadaan barang dan jasa melalui elektronik (e-procurement) ini tidak hanya terfokus pada internal pengadaan barang dan jasa saja tetapi ingin memunculkan suatu peran dari masyarakat asli daerah tersebut untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Jika diketahui, masyarakat merupakan elemen pertama untuk mensukseskan keberhasilan suatu program yang dijalankan oleh pemerintah karena apa yang dilakukan oleh pemerintah disini akan kembali lagi hasilnya untuk rakyat dan/ atau masyarakat. Dalam penelitian ini tidak hanya pemerintah dan masyarakat saja
(35)
17
yang terlibat tetapi peran UMKM dalam kegiatan e-procurement ini juga dapat diikutsertakan sebagai salah satu faktor pendukung meningkatnya daya saing masyarakatnya dan potensi masyarakat yang dimiliki dan hasil yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu akan dapat teridentifikasi bagaimana peran UMKM daerah dalam keikutsertakannya pada tender yang disediakan oleh pemerintah Provinsi Riau. Maka dari situlah akan muncul suatu propaganda apakah dengan adanya keterlibatan UMKM akan mampu mendorong potensi sumber daya manusia di daerah Provinsi Riau.
F. Kerangka Teori
Untuk dapat memulai dan menganalisis penelitian ini yang berjudul Upaya Tata Kelola Daya Saing UMKM Lokal Terhadap E-Procurement di Provinsi Riau Tahun 2011-2015, maka ada beberapa teori yang diperlukan sebagai faktor pendukung keberhasilan analisis penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Daya Saing
Daya saing berkaitan dengan kata persaingan yang merupakan inti dari kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan melalui daya saing, yaitu sisi kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan atau swakelola untuk lebih dinamis dan bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan kualitas yang terbaik bagi pasar atau masyarakat, sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan disisi lain adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat statis,
(36)
18
takut akan persaingan dan tidak mampu untuk dapat menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga persaingan merupakan ancaman bagi perusahaan yang tidak dapat berjalan statis.
Gambar 1.1 Teori Porter
Competition is at the core of the success or failure of firms
Sumber: Porter, 2007.
Didalam teori daya saing Michael Porter yang terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis juga dikenal dengan istilah Porter Five Forces Model yang menilai bahwa perusahaan secara nyata tidak hanya mengukur daya saing dengan perusahaan yang ada dalam industri saat ini. Analisis yang biasa digunakan oleh perusaahan adalah siapa pesaing langsung perusahaan tersebut dan akhirnya mereka terjebak dalam “ competitor oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas. Michael Porter juga mengambarkan suatu kekuatan yang
(37)
19
digunakan untuk mengukur potensial suatu perusahaan agar dapat bersaing dalam five forces model diantaranya adalah :
a. Intensitas persaingan antar pemain yang ada saat ini
Intensitas persaingan itu dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya struktur biaya produksi. Sebagai contoh, jika memiliki porsi biaya struktur yang cukup besar, maka semakin tinggi intensitas persaingan yang disebabkan oleh tingkat break even point yang tinggi sehingga pada umumnya harus menjual produk dalam jumlah yang besar.
b. Ancaman masuk pendatang baru
Kekuatan kedua ini merupakan suatu ancaman yang dipengaruhi oleh masuknya pendatang baru yang sebagian besar dipengaruhi oleh besarnya biaya investasi yang dibutuhkan, maupun dari sisi perijinan. Semakin besar hambatan masuk akan semakin rendah ancaman yang masuk dari pendatang baru.
c. Kekuatan tawar menawar pemasok
Semakin sedikit jumlah pemasok, maka akan semakin penting produk yang dipasok, dan semakin kuat posisi tawarnya.
d. Kekuatan tawar pembeli, dan
Semakin besar pembeli, maka akan semakin banyak pilihan yang disediakan bagi pembeli dan pada umumnya akan membuat posisi pembeli akan menjadi semakin kuat.
(38)
20
e. Ancaman produk pengganti
Kekuatan kelima ini berkaitan dengan produk-produk substitusi, seberapa banyak produk yang akan diproduksi maupun ketersediaan produk substitusi yang banyak akan membatasi keleluasaan pemain dalam industry untuk menentukan harga jual produk.
a. Dimensi Daya Saing
Dimensi merupakan salah satu bentuk untuk dapat mengukur sesuatu yang dapat memberikan standar penilaian dari apa yang akan dinilai. Dimensi daya saing dalam perusahaan dapat diukur melalui :
1. Biaya, dalam dimensi daya saing indikator yang mencakup dalam dimensi ini adalah :
- biaya produksi,
- produktifitas tenaga kerja,
- penggunaan kapasitas produksi dan persediaan.
Dimensi ini mempunyai kekuatan mutlak yang digunakan sebagai modal utama yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya, produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan adanya cadangan produksi (persediaan yang sewaktu dapat digunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.
(39)
21
2. Kualitas, dalam dimensi daya saing kualitas ini dimaksudkan sangat penting setelah adanya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk terhadap spesifikasi desain. Kualitas ini biasanya dilihat dan dapat tercerminkan melalui desain sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan produk.
3. Waktu, dimensi ketiga ini merupakan dimensi daya saing yang meliputi indikator yang diantaranya adalah :
- Ketepatan waktu produksi,
- Pengurangan waktu tunggu produksi, dan - Ketepatan waktu penyampaian produk.
Dari ketiga indikator yang ada pada dimensi ini sangat berkaitan.
4. Fleksibilitas, atau biasa disebut dapat disesuaikan dengan adanya kecepatan menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.
b. Strategi Peningkatan daya saing
Keunggulan yang didapat dalam usaha bersaing dengan membangun hubungan yang didasarkan pada:
(40)
22
Nilai ini merupakan perbedaan antara nilai total bagi pelanggan dan biaya total pelanggan terhadap penawaran pemasaran.
2. Kepuasan pelanggan
Strategi ini merupakan penilaian terhadap sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah produk yang sepadan dengan harapan pembeli.Jika kinerja produk ini kurang dari yang diharapkan, maka pembeliannya tidak puas.
c. Faktor-faktor daya saing
Adapun beberapa faktor yang diduga dapat untuk mempengaruhi daya saing adalah :
1. Lokasi
Dengan memperhatikan lokasi usaha yang digunakan sangat penting untuk kemudahan pembeli dan menjadi factor utama bagi kelangsungan usaha. Lokasi usaha yang strategis dan menarik dapat menarik perhatian pembeli ( Frans, 2003 ).
2. Harga
Factor ini menjadi jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat yang dimiliki dari produk atau jasa tersebut ( Sunarto, 2004 ). Harga akan menentukan sebuah
(41)
23
produsen banyak dikunjungi konsumen atau akan minim akan konsumen.
3. Pelayanan
Pelayanan program pelayanan/service akan seringkali menjadi pokok pemikiran konsumen pada penyedia barang dan jasa yang disediakan. Pelayanan yang dilakukan melalui produk berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui persediaan produk yang ada, produk yang diberikan bermutu dan bernilai jual tinggi.
4. Mutu atau Kualitas
Kualitas ini disesuaikan dengan spesifikasi desain dengan fungsi atau kegunaan produk itu sendiri, dan juga kesesuaian produk dengan spesifikasi desainnya.
“ product quality is the appropriateness of design specifications to function and use as well as the degree to which the product conforms to the design specifications”
Secara garis besar, salah satu perusahaan akan memiliki daya saing apabila perusahaan itu menghasilkan produk yang berkualitas dalam arti sesuai dengan kebutuhan pasarnya.
5. Promosi
Semakin banyak suatu perusahaan melakukan promosi, semakin banyak pula pengunjung dalam memenuhi
(42)
24
kebutuhannya. Promosi akan dapat dilakukan melalui berbagai iklan baik di media cetak, elektronik, maupun media lain ( Sunarto, 2004 ).
2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Berdasarkan pada UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dimaksudkan Bahwa Usaha Mikro Kecil Menengah yaitu terdiri atas:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro yang diantaranya adalah :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah). 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian secara langsung maupun tidak langsung dari Usaha
(43)
25
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil yang diantaranya adalah :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).
3. Usaha Menengah adalah Usaha Ekonomi Produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang diantaranya adalah :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00
(Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (Sepuluh Milyar
(44)
26
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Milyar Rupiah).
a. Asas dan Tujuan UMKM
Berdasarkan Pada UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Pasal 2 yakni pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai tugas untuk memberikan layanan yang berasas kan dengan:
a. Kekeluargaan b. Demokrasi Ekonomi c. Kebersamaan
d. Efisiensi Berkeadilan e. Berkelanjutan
f. Berwawasan Lingkungan g. Kemandirian
h. Keseimbangan Kemajuan; dan i. Kesatuan Ekonomi Nasional
(45)
27
b. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM 1) Prinsip Pemberdayaan UMKM
Merujuk pada pasal 4 UU No 20 Tahun 2008 UMKM dalam menjalankan fungsi dan tugasnya mempunyai prinsip yang mendasar untuk dapat memperdayakan UMKM tersebut diantaranya adalah :
a. Penumbuhan Kemandirian, Kebersamaan, dan Kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan,
e. Penyelenggaraan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu.
2) Tujuan Pemberdayaan UMKM
Dalam menjalankan Tujuannya, UMKM telah membuatnya dan membentuk tujuan pemberdayaan agar tetap berjalan diantaranya yaitu :
(46)
28
a. Mewujudkan struktur perekonomian yang seimbang, berkembang dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
c. Peranan UMKM
Usaha Mikro Kecil Menengah mempunyai peranan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, adapun kebijakan yang dilakukan pemerintah unruk meningkatkan pertumbuhan UMKM diantaranya adalah :
a. Kebijakan do nothing policy
Pemerintah pada apapun alasannya sadar bahwa tidak perlu melakukan perbuatan apa-apa dan membiarkan UMKM berjalan dengan kebijakan yang dibuat secara internal.
b. Kebijakan memberi perlindungan (Protection policy)
(47)
29
UMKM dalam kompetisi dan bahkan untuk memberikan subsidi kepada UMKM.
c. Kebijakan berdasarkan ideology pembangunan (Developmentalist). Kebijakan ini memilih industri yang potensial (picking the winner) namun tidak diberi subsidi.
d. Kebijakan Market Friendly Policy
Kebijakan ini menjadi semakin popular dengan adanya penekanan pada pilihan brood based dengan tanpa adanya subsidi dan kompetisi.
d. Faktor Pendukung
Dalam mengembangkan suatu perubahan yang baik tentu diiringi dengan adanya inovasi dari kebijakan yang dibuat, atau media yang dipergunakan. UMKM memiliki dua indikator yang dipergunakan dalam mencipatakn inovasi pada pengembangan dunia industrialisasi diantarnaya adalah (Emrizal, 2008) :
a. Sumbangan Nilai Tambah
Sumbangan nilai tambah dalam pertumbuhan dapat digunakan sebagai petunjuk yang baik untuk menunjukan efek empirik ekonomi global. Hipotesa kerjanya adalah apabila terdapat kenaikan sumbangan nilai tambah dalam pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi kerja UMKM diberbagai sektor Ekonomi.
(48)
30
b. Kondisi Teknologi UMKM
Adanya perubahan teknologi pada tiap unit usaha dan secara terus menerus akan dapat mengalami perkembangan sehingga kualitas produk dapat bersaing dipasar eksport dan domestik. Sifat teknologi yang digunakan untuk industri kecil dan menegah tergantung pada sektor ekonomi.
3. Elektronik Procurement (E-Procurement)
Elektronik procurement adalah proses pembelian barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan operasional organisasi secara elektronik. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untukmemperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan melalui :
a. Swakelola; dan/atau
b. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Dalam hal ini, pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam Peraturan Presiden ini mencakup diantaranya :
a. Barang
(49)
31
c. Jasa Konsultasi; dan d. Jasa Lainnya
Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang dipraktekkan secara internasional, diantaranya adalah :
a. Efisiensi
Prinsip efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan menggunakan sumber daya yang tersedia sesuai dengan jumlah barang dan jasa, kualitas yang diharapkan dan mempergunakan waktu yang optimal.
b. Efektif
Prinsip ini dalam pengadaan barang dan jasa merupakan sumber daya yang tersedia diperoleh dari barang dan jasa yang mempunyai nilai manfaat yang cukup baik.
c. Persaingan
Prinsip persaingan merupakan faktor pendukung dari adanya suatu daya saing perusahaan atau penyedia tender yang juga perlu adanya etika dan norma pengadaan yang berlaku, tidak terjadi kecurangan dan praktek KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
(50)
32
d. Terbuka
Prinsip ini akna menjadi kesempatan penting dalam pengadaan barang dan jasa untuk dapat memberikan kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa yang kompeten untuk mengikuti pengadaan.
e. Transparansi
Prinsip transparansi dalam pengadaan abrang dan jasa sebagai media pemberi informasi yang lengkap tentang aturan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat serta juga masyarakat yang mempunyai peran sebagai rakyat. f. Tidak Diskriminatif
Prinsip ini diduga agar dapat memberi perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan jasa.
g. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa sebagai pertanggungjawaban dari terlaksananya pengadaan barang dan jasa kepada para pihak yang terkait dan masyarakat. Hal ini didasari dengan etika, norma, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
E-Procurement merupakan salah satu pendekatan terbaik dalam mencegah terjadinya tingkat KKN ( Korupsi, Kolusi,
(51)
33
Nepotisme ) dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dengan adanya e-procurement peluang untuk dapat menjalin kontak langsung antar penyedia barang/jasa dengan panitia pengadaan menjadi semakin kecil, lebih transparan, lebih hemat waktu serta biaya dalam pelaksanaannya mudah untuk melakukan pertanggung jawaban keuangan. Hal ini juga didorong karena sistem elektronik tersebut mendapatkan sertifikasi secara internasional (Hariyanti, 2013). Penggunaan E-procurement secara rasional dapat menghemat anggaran 20-40%. Selain itu, e-procurement dapat menghemat 50% anggaran untuk kontrak kecil dan 23 % untuk kontrak besar (Anggaraini, 2013).
Kebijakan implementasi pada Keputusan Presiden No 80 Tahun 2003 bahwa E-Procurement dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mewujudkan good governance melalui pengadaan barang dan jasa yang bebas KKN. Sasaran diterapkanya sistem E-Procurement adalah untuk memberikan media proses pengadaan barang yang transparan, kompetitif, efektif, efisien, adil dan tidak diskriminatif dan akuntabel. Secara umum, E-Procurement merupakan suatu sistem data base yang terintegrasi dan mencakup area yang luas berbasi internet dengan jaringan sistem komunikasi dalam sebagaian atau seluruh proses pembelian barang dan jasa. Kesiapan
(52)
34
aparat pemerintah menjadi factor utama untuk mencapai keberhasilan dari e-procurement ( Oliviera, 2010 ).
G. Definisi Konseptual
1. Daya Saing adalah tingkat produktifitas yang diartikan sebagai output yang dihasilkan oleh suatu tenaga kerja (Porter M. E., 2007).
2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM ) adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah produktif milik orang/ perorangan yang bukan anak perusahaan maupun cabang dari suatu perusahaan besar dan tidak dikuasai oleh perusahaan besar baik secara langsung maupun tidak langsung
3. Electronic Procurement (e-procurement) adalah pengadaan barang dan jasa secara elektronik atau pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
H. Definisi Operasional
Indikator daya saing yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Biaya
2. Kualitas 3. Waktu 4. Fleksibilitas
Indikator pengadaan barang dan jasa yang digunakan : 1. Pengadaan Barang
(53)
35
2. Jasa Konstuksi 3. Jasa Konsultasi 4. Jasa Lainnya
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis yang digunakan peneliti adalah penelitian Kualitatif yakni penelitian yang menekankan pada pendeskripsian sebuah obyek masalah yang diteliti (Sugiono, 2012). Jadi bentuk dari hasil, laporan yang menggunakan metode kualitatif akan berbentuk narasi panjang. Dengan adanya penelitian menggunakan metode kualitatif proses temuan masalah akan lebih lengkap dan komprehensif. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana perbedaan daya saing yang ada dalam pengadaan barang dan jasa melalui e-procurement dari vendor
yang berada di daerah maupun vendor yang berasal dari luar daerah.
2. Unit Analisa
Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah UMKM Lokal yang telah terlibat dalam pelelangan tender pada tahun 2011-2015 didapat melalui LPSE Provinsi Riau. yang beralamatkan http://lpse.riau.go.id/eproc/ . Kedua berasal dari Pihak Dinas Koperasi dan UMKM untuk crosscheck data yang ada sebagai penguat data yang diperoleh.
(54)
36
3. Sumber Data Penelitian
a. Data Primer
Data Primer pada penelitian ini didapat dari pihak yang bersangkutan. Data ini juga dapat disebut dengan data asli atau data baru. Dalam hal ini data primer yang dilakukan melalui wawancara yang dilakukan melalui surat elektronik (e-mail) maupun via telepon
b. Data Sekunder
Tabel 1.1 Data Sekunder Penelitian
No Dokumen Metode
1 Paket Lelang Tahun 2011-2015 LPSE Provinsi Riau
Dengan melakukan pengolahan data base pelelangan secara elektronik pada tahun 2011-2015 lalu diambil sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini
2 Data MonEv Online LPSE Provinsi Riau
Menggunakan dokumen yang tersedia pada website resmi LPSE Provinsi Riau
Data tersebut diambil dari referensi studi kepustakaan (berasal dari sumber-sumber yang telah ada) untuk kemudian menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya.
(55)
37
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Wawancara Online
Wawancara Online yang dilakukan pada penelitian ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data dengan memanfaatkan perkembangan teknologi melalui surat elektronik yang disebarkan kepada setiap narasumber yang mengikuti pengadaan barang dan jasa secara elektonik di LPSE Provinsi Riau pada tahun 2011-2015. Beberapa narasumber yang terlibat diantaranya adalah
Tabel 1.2 Daftar Narasumber Penelitian
No Narasumber Metode
1 Kepala Bagian Administrasi LPSE Surat Elektronik & Telepon 2 Kepala Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Riau (Disposisi)
Surat Elektronik & Telepon 3 5 UMKM Provinsi Riau yang
mengikuti Pelelangan secara e-Procurement di tahun 2011-2015
Surat Elektronik & Telepon 4 Asosisasi UMKM di Provinsi Riau Surat Elektronik &
Telepon
(56)
38
Data yang didapat melalui e-procurement dari tahun 2011-2015 diolah untuk dapat dianalisis. Dalam proses analisis data dalam penelitian kualitatif sudah dimulai dan dilakukan sejak awal penelitian hingga penelitian selesai. Dimaksudkan yaitu bahwa setiap peneliti akan melakukan yang diantaranya adalah :
1. Pengambilan Sampel Penelitian
Dalam teknik yang pertama ini dilakukan suatu analisis dari pemilahan data yang akan di analisis. Saat penelitian dimulai, peneliti akan melakukan olah data yang sudah ada pada website LPSE Provinsi Riau pada tahun 2011-2015. Data yang sudah ada dikemas dan di urutkan berdasarkan kategori yang ada untuk dapat diolah. Jika semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan hasilnya dapat digeneralisasikan (Gay dan Diehl, 1992). Penelitian ini bersifat deskriptif, maka sampel yang diambil dari populasi sebesar 10% (Gay dan Diehl, 1992). Proses pengambilan sampel ini menggunakan teknik Purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan. Adapun kriteria yang digunakan untuk mengambil sampel adalah :
(57)
39
b. Telah mengikuti Paket Lelang di LPSE Provinsi Riau Tahun 2011-2015
c. Usaha Mikro dengan nilai pekerjaan kurang dari Rp. 300 juta.
d. Usaha Kecil dengan nilai pekerjaan kurang dari Rp. 2,5 Milyar.
e. Menjadi pemenang paket lelang selama periode tahun 2011-2015 minimum 2 kali pelaksanaan
f. Berkenan untuk dijadikan responden Bagan 1.1 Pengambilan Sampel Penelitian
Jumlah Populasi Paket Lelang : 3649 Paket (LPSE Provinsi Riau)
Sampel yang diambil 10% : 387 Paket Lelang
Usaha Mikro 124 Paket Lelang
Usaha Kecil 202 Paket Lelang
Usaha Menengah 61 Paket Lelang
Responden
5 Responden ( Berdasarkan Kriteria yang digunakan oleh penulis)
(58)
40
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu proses penyeragaman dan penggabungan dari semua bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk hasil data base maupun tulisan agar dapat dipahami hasil dan temuan dari data tersebut untuk dapat diteliti.
3. Display Data
Display data merupakan proses pengolahan semua data berbentuk tulisan dan data base yang dikelompokan menjadi beberapa kategori sesuai dengan kelompok masing-masing yang juga disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
(59)
1
BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Provinsi
Riau
Secara etimologi, kata Riau berasal dari bahasa Portugis, yaitu ‘ Rio’, yang berarti sungai. Riau dirujukan hanya kepada wilayah yang dipertuan mudai oleh Raja Bawahan Johor di Pulau Penyengat. Wilayah tersebut kemudian menjadi wilayah Residentie Riouw pemerintai Hindia Belanda yang berkedudukan di Tanjung Pinang; dab Riouw oleh masyarakat setempat dieja menjadi Riau. Daerah Riau ini sendiri merupakan penggabungan dari sejumlah kerajaan Melayu yang pernah perjaya di wilayah ini, yaitu Kerajaan Indragiri pada tahun 1658-1838, Kerajaan Siak Sri Indrapura pada tahun 1723-1858, Kerajaan Pelalawan pada tahun 1530-1879, dan Kerajaan Riau-Lingga pada tahun 1824-1913 dan masih ada beberapa kerajaan kecil lainnya.
Pembangunan Provinsi Riau telah disusun melalui Undang-undang Darurat No 19 tahun 1957 yang kemudian disahkan sebagai Undang-undang No 61 tahun 1958. Provinsi Riau dibangun cukup lama dengan usaha keras dalam kurun waktu hampir 6 tahun sekitar 17 November1952 s/d 5 Maret 1958. Melalui keputusan Presiden RI pada tanggal 27 Februari tahun 1958, Mr.S.M. Amin ditugaskan sebagai Gubernur KDH Provinsi Riau pertama pada 5 maret 1958 di Tanjung Pinang oleh Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen Mr. Sumarman (Umum, 2013).
(60)
2
1. Visi dan Misi Provinsi Riau
Visi jangka panjang pembangunan Provinsi Riau hingga tahun 2020 merupakan cerminan dari komitmen seluruh masyarkat Riau yang telah disepakati dan ditetapkan berdasarkan perda Provinsi Riau Nomor 36 tahun 2001 tentang pola dasar pembangunan daerah Provinsi Riau 2001-2005, yakni:
“Terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di kawasan Asia Tenggara tahun 2020”
Disusunlah visi antara pembangunan jangka menengah lima tahun kedua oleh kepala daerah yang kemudian ditetapkan sebagai visi pembangunan jangka menengah (RPJMD) Provinsi Riau tahun 2009-2013, yaitu:
“Terwujudnya pembangunan ekonomi yang mapan dan pengembangan budaya Melayu secara profesional melalui kesiapan Infrastruktur dan peningkatan dalam masyarakat yang agamis”
Guna melanjutkan visi pembangunan Provinsi Riau diatas, maka disusunlah visi antara pembangunan jangka menengah lima tahun kedua oleh kepala daerah yang kemudian ditetapkan sebagai visi pembangunan jangka menengah (RPJMD). Sebagai gambaran nyata dari penjabaran misi
(61)
3
pembangunan Riau 2020, perlu adanya visi 5 tahun agar pada tiap tahap periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai secara optimal.
“Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya Melayudan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja serta pemantapan aparatur”
Misi pembangunan jangka menengah Provinsi Riau tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan Pembangunan Insfrastruktur. 2. Meningkatkan Pelayanan Pendidikan. 3. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan. 4. Menurunkan Kemiskinan.
5. Mewujudkan Pemerintahan yang handal dan Terpercaya serta Pemantapan Kehidupan Politik.
6. Pembangunan masyarakat yang berbudaya melayu, beriman dan bertaqwa. 7. Memperkuat Pembangunan Pertanian dan Perkebunan.
8. Meningkatkan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Pariwisata.
(62)
4
2. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Iklim Provinsi Riau Gambar 2.1 Peta Provinsi Riau
Sumber : (Umum, 2013)
Provinsi Riau secara georgrafis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategus baik pada masa kini maupun masa yang akan datang karena terletak pada wilayah jalur perdagangan Regional maupun Internasional di Kawasan ASEAN melalui kerjasama IMT-GT dan IMS-GT. Wilayah Provinsi Riau terletak antara 01o05’00’’ Lintang Selatan sampai 02o25’00’’ Lintang Utara dan 100o00’00’’ sampai 105o05’00’’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat
(63)
5
Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat
Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka Tabel 2.1 Daftar Kabupaten dan Kota Provinsi Riau
No Kabupaten/Kota Ibu Kota/Kabupaten Luas (Ha) Luas Area (%) 1 Kuantan Singingi Taluk Kuantan 520.216 5,84
2 Indragiri Hulu Rengat 767.627 8,61
3 Indragiri Hilir Tembilahan 1.379.837 15,48 4 Pelalawan Pangkalan Kerinci 1.240.414 13,91 5 Siak Siak Sri Indrapura 823.357 9,24
6 Kampar Bangkinang 1.092.820 12,26
7 Rokan Hulu Pasir Pangaraiyan 722.978 8,11
8 Bengkalis Bengkalis 843.720 9,46
9 Rokan Hilir Bangan Siapi-api 896.143 10,05 10 Kepulauan
Meranti
Selat Panjang 360.703 4,05
11 Pekanbaru Pekanbaru 63.301 0,71
12 Dumai Dumai 203.900 2,29
Provinsi Riau 8.915.016 100,00
(64)
6
B. Deskripsi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Riau memiliki posisi yang strategis untuk mensukseskan program-program pemerintah karena berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan bagi sebagian besar rakyat khususnya di provinsi Riau (pro poor). Selain itu, potensi dan peran strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggerakkan kembali potensi-potensi usaha yang ada (pro growth). Keberadaan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang dominan sebagai pelaku ekonomi nasional juga merupakan subyek vital dalam pembangunan, khususnya dalam rangka perluasan kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran (pro job) serta pro environment. Dengan demikian, telah menjadi langkah kongkrit bagi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Riau untuk merealisasikan secara penuh komitmen Millenium Development Goal
(MDGs) yaitu Pro Poor, Pro Growth, Pro Job dan Pro Environment. Jumlah koperasi dan anggota Koperasi di Provinsi Riau posisi 31 Desember 2013. Jumlah Koperasi sebanyak 5.106 unit dan jumlah anggota sebanyak 616.833 orang. Selanjutnya jumlah Usaha Mikro dan Kecil di Provinsi Riau Tahun 2013 sebanyak 525.800 unit (Dinas Koperasi, 2013).
Visi yang dibuat oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Riau adalah “Terwujudnya Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (KUMKM) Provinsi Riau Sehat dan Mandiri Serta Mempunyai Daya Saing”. Misi yang dibuat oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Riau adalah “Memberdayakan
(65)
7
Koperasi Dan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (KUMKM) Di Provinsi Riau Yang Berkualitas, Mempunyai Daya Saing Dan Berkelanjutan Di Provinsi Riau”. Adapun Peraturan yang mengatur UMKM yaitu diantaranya adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah.
2. Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor :
23/PER/M.KUKM/XI/2005 Tentang Perubahan Atas Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah NOMOR : 32/Kep/M.KUKM/IV/2003 Tentang Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil Dan Menengah.
3. Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : /Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang Pedoman Teknis Bantuan Untuk Teknologi Tepat Guna Kepada Usaha Kecil Dan Menengah Di Sentra.
4. Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor :
19/Per/M.KUKM/VIII/2006 Tentang Pedoman Teknis Perkuatan Permodalan Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Di Kawasan Industri.
5. Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor : 02/Per/M.KUKM/I/2008 Tentang
(66)
8
Pedoman Pemberdayaan Business Development Services-Provider (BDS-P) Untuk Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM) Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia.
Berdasarkan dengan adanya data UMKM yang berada di Provinsi Riau yaitu adanya Unit Koperasi dan UMKM yaitu diantaranya adalah :
Tabel 2.2 Daftar Jumlah Koperasi dan UMKM di Provinsi Riau tahun 2011-2015
NO KAB / KOTA 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 4 5 6 7 8
1 PELALAWAN 21.300 21.548 21.633 21.633 22.260 2 INDRAGIRI HILIR 54.522 54.584 54.584 54.584 56.167 3 KAMPAR 53.059 53.147 53.307 53.307 54.853 4 ROKAN HILIR 38.686 39.319 39.319 39.319 40.459 5 S I A K 30.994 31.157 31.183 31.183 32.087 6 KABUPATEN
BENGKALIS 39.300 39.406 39.573 46.727 48.082 7 MERANTI 10.898 11.016 11.016 11.016 11.335 8 PEKANBARU 93.095 93.161 93.161 93.161 95.863 9 KUANTAN SINGINGI 28.735 29.088 29.088 30.410 31.292 10 D U M A I 39.398 39.497 45.135 45.363 46.678 11 INDRAGIRI HULU 36.280 36.322 71.757 71.757 73.838 12 ROKAN HULU 35.926 36.044 36.044 36.044 37.089 TOTAL 482.193 484.289 525.800 534.504 550.003
(67)
9
C. Deskripsi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Riau
LPSE adalah unit kerja yang dibentuk di seluruh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I) untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik. ULP/Pejabat Pengadaan pada Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN yang tidak membentuk LPSE dapat menggunakan fasilitas LPSE yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan secara elektronik. Selain memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik LPSE juga melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja LPSE yang bersangkutan
Pengadaan barang/jasa secara elektronik akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring dan audit dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna mewujudkan clean and good government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Dasar hukum pembentukan LPSE adalah Pasal 111 Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 tentang Layanan pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem
(1)
REFERENSI
BUKU
Astamoen, I. H. (2005). Entrepreneurship.Bandung: Alfabeta.
G, K. P. (2001). Prinsip Pemasaran, edisi kedelapan jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Gromang, F. (2003). Management Kepariwisataan. Terjemahan dari Tourism Management Karya Salah Wahab.Jakarta: Karya Grafis Digital.
Hariani, E.-E. (2013). Penerapan Aplikasi E-Procurement di Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Manado Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. .Yogyakarta: Tesis Magister Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Haris, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Indrajit, R. (2001). Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta: Elex Media Komputendo.
Kotler, P. (2003). Marketing Management Edisi 11. New Jersey : Prentice Hall Int'l .
Muhadi. (2007). Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Muhammad, B. H. (2008). Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta: Salemba Humanika.
Porter, M. (2013). Porter Five Forces.Management & Marketing.
Porter, M. E. (2007). Strategi Bersaing (Competitive Strategy ). Tangerang: Kharisma Publishing Group.
(2)
Sunarto. (2004). Prinsip-prinsip Pemasaran.Yogyakarta: Amus.
Wijaya, W. H. (2013). Studi Penerapan E-Procurement pada Proses Pengadaan Barang di Pemerintah Kota Surabaya .Surabaya: Grahapustaka.
INTERNET
Anggar, R. W. (2013). Efektifitas dan Efisiensi E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Surabaya.
Retrieved Agustus 20, 2016, from
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/25125079/its-master-17100-paper
pdf.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=147 5293800&Signature=A0YBMTZizETiEO0ShQmRdm7m91U%3D&respo
nse-content-disposition=inline%3B%20filename%3DSTUDI_PENERAPAN_E_PR BPS. (2016). Data Provinsi Riau. Retrieved october Senin, 24, 2016, from
www.riau.go.id: https://www.riau.go.id/home/content/65/industri-perdagangan-lembaga-keuangan-koperasi-dan
Budi Ramanda Bustami, P. H. (n.d.). Analisis Daya Saing Produksi Ekspor Provinsi Sumatera Utara. Retrieved Agustus 23, 2016, from , http://202.0.107.5/index.php/edk/article/view/1489
Emrizal. (2008, April). Industrialisasi Berbasis UMKM Inovatif Untuk Pembangunan Ekonomi di Indonesia. Retrieved September 1, 2016, from Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 3 No 1: . http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JEB/article/download/272/273
LPSE Provinsi Riau. (n.d.). Retrieved Agustus 20, 2016, from lpse.riau.go.id: http://lpse.riau.go.id/eproc/lelang?s=5,
(3)
Riau, L. P. (2016, Oktober). LPSE Provinsi Riau. Retrieved Oktober Selasa, 25, 2016, from www.lpse.riau.go.id: http://lpse.riau.go.id/eproc/lelang?s=3
Rustam, B. R. (2012, mei 7). riaupos. Retrieved from www.riaupos.co:
http://www.riaupos.co/911-opini-optimalisasi-penyaluran-kur-di-riau.html#.WC-B0tAZvQI
Sudyana, D. (n.d.). E-Procurement Pemerintah Provinsi Riau. Retrieved Agustus
20, 2016, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/14606672/EPROCUREMENT_PEMERINTA H_PROVINSI_RIAU
Umum, D. (2013, 1 mei Rabu, ). Pemerintah Provinsi Riau. Retrieved Oktober 5, 2016, from riau.go.id: https://www.riau.go.id/home/content/61/data-umum
UNDP. (2013, januari). Prinsip-prinsip Pemerintahan Yang Baik. Retrieved agustus 18, 2016, from www.edukasippkn.com:
http://www.edukasippkn.com/2015/10/prinsip-prinsip-pemerintahan-yang-baik.html.
JURNAL
Ana Ranitania, A. F. (2013). Analisis Tata Kelola Proses Layanan Keamanan Informasi Penyedia Barang/Jasa Dalam Kegiatan E-Procurement Pada LPSE Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Kerangka Kerja Cobit 5. Budidharma, G. H. (Maret 2013). Analysis Influence Of E-Procurement Against
Good Governance In Kementerian Agama Republik Of Indonesia. Vol. IV No 1 Hal. 85-104.
Budiningsih, T. S. (2010). Kebijakan Pemerintah Untuk Mendukung UMKM dan Koperasi dalam Menghadapi ACFTA. INFOKOP Vol. 18, Hal. 66-82.
Drs. Asril, M. d. (2013). Strategi Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
(4)
Dwi Haryati, N. A. (2011). Pengadaan Barang/Jasa Secara ELektronik (E-Procurement) Pada Pemerintah Kota Yogyakarta. Journal Government and Politic, 237-429.
Eugene W Anderson, C. F. (1994). Customer Satisfaction, Market Share and Profitability : Finding From Sweden. Journal of Marketing Vol 58, 53-66.
Isjoni. (2003). Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Jurnal Industri dan Perkotaan , Vol. VIII No 13.
Mutiarin, D. (2014). Public Service Integrity Perception : Case Study In Kutai Kartanegara Regency, Indonesia. Journal Government and Politics, Vol. 5 No 1.
Ndou, V. D. (2004). E- Government For Develpment Countries : Opportunities And Challenges. The Elektronic Journal On Information Systems In Developing Countries.
Nurmandi, A. (2013). The Status Of Indonesia's E- Procurement. Journal Government and Politic, Vol 4 No 2.
Nuryanti. (2013). Peran E-Commerce Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jurnal Ekonomi Vol 21 No 4 Desember 2013, 2.
Nuryanti. (2013). Peran E-Commerce Untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jurnal Ekonomi , Vol. 21 No 4.
Raja Adro Satriawan Surya, K. d. (2015). Peningkatan Daya Saing Usaha UMKM Batik dan Tenun Riau Melalui Efisiensi Produksi. Jurnal Pekbis Vol. 7 No 2, Hal. 110-121.
Totok Wahyu Abadi, d. (2014). Performance E-Government untuk Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Ifrastruktur di Kabupaten
(5)
Sidoarjo. The Elektronic Journal On Information Systems In Developing Countries, 225-330.
Udoyono, K. (2012). E-Procurement Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Untuk Mewujudkan Akuntabilitas di Kota Yogyakarta. Journal Government and Politic , Vol 5 No 1.
PERATURAN-PERATURAN
Dinas Koperasi, U. M. (2013). Lakip tahun 2013. Riau: Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Peraturan Kepala LKPP No 2 Tahun 2010 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Peraturan Kepala LKPP No 1 Tahun 2011 Tentang Tata Cara E-Tendering
PP No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
UU No 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
WAWANCARA
Husein. (2016, Oktober Kamis, 20). Daya Saing UMKM di Provinsi Riau. (Aulia, Interviewer)
Imam, I. (2016, November 1). Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Riau. (Aulia, Interviewer)
Juli. (2016, November Sabtu, 5). Upaya Meningkatkan Daya Saing UMKM terhadap e-Procurement di Provinsi Riau. (Aulia, Interviewer)
(6)
Raja. (2016, oktober Kamis, 13). Verifikator LPSE Provinsi Riau. (Aulia, Interviewer)