Analisis Pengaruh Usaha Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh :

SITI SATRIYA GUSRI

127003011/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SITI SATRIYA GUSRI

127003011/PWD

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Siti Satriya Gusri Nomor Pokok : 127003011

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Dr. Rujiman, MA Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc)


(4)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis,


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 Agustus 2014

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si Anggota : 1. Dr. Rujiman, MA

2. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si 3. Dr. H.B. Tarmizi, SU 4. Ir. Supriadi, MS


(6)

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Tanaman hias ini menjadi salah satu komoditas sektor pertanian yang prospektif untuk dikembangkan dengan keberadaan usahatani tanaman hias ini akan menambah pendapatan petani, dimana usahatani ini sebagai mata pencaharian petani untuk menghidupi keluarganya. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pengaruh usaha tanaman hias (modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida) terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. (2) Menganalisis dampak usahatani tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa tentang Analisis Pengaruh Usahatani Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 60 orang dari 150 orang jumlah populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara simultan variabel modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani. Secara parsial variabel modal dan bibit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani, upah tenaga kerja dan pupuk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan sedangkan pestisida berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap pendapatan petani. Variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap pendapatan petani adalah variabel modal kerja karena nilai t-hitung variabel modal kerja lebih besar dari nilai t-hitung variabel upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida.(2)Usahatani tanaman hias berdampak positif terhadap pengembangan wilayah, pertama dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja sebanyak 92 orang, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan dan akan meningkatkan kesejahteraan petani tanaman hias. Kedua dengan meningkatkan pendapatan petani tanaman hias yaitu melalui pemasaran hasil produksi. Pemasaran tanaman hias ini tidak hanya pada wilayah lokal dan luar daerah tetapi juga ada yang di ekspor. Hal ini dapat dilihat besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh petani per musim tanam (6 bulan) adalah sebesar Rp. 21.297.993,-. Nilai pendapatan ini cukup besar, dengan jumlah nilai tersebut akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah.


(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF DECORATIVE PLANT FARMING BUSINESS ON THE REGIONAL DEVELOPMENT

IN TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT DELI SERDANG DISTRICT

ABSTRACT

Decorative plant farming is a kind of the businesses which is lately mostly found especially in the area of Deli Serdang. These decorative plants become one of the commodities of agricutural sector which is prospective to be developed and with the existence of this decorative plant farming, the income of the farmers will increase in which this kind of farming is the livelihoods of the farmers to support the lives of the families. The purpose of this study was (1) to analyze the influence of decorative plant farming business (working capital, labor wage, seeds, fertilizers and pesticides) on tghe income of the farmers in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District, and (2) to analyze the impact of decorative plant farming business on the regional development in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. This study on the analysis of the influence of decorative plant farming business on the regional development in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District was conducted in Desa Bangun Sari. Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. The samples (respondents) of this study were 60 selected from the 150 persons that became the population of this study. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests and descriptive analysis.

The result of this study showed that (1) the result of multiple linear regression testsshowed that simultaneously the variables of working capital, labor wage, seeds, fertilizers and pesticides had significant influence on the income of the farmers. Partially, the variables of working capital and seeds had positive and significant influence on the income of the farmers, but the variables of labor wage and fertilizer had positive and insignificant influence on the income of the farmers. The variable with the most significant influence on the income of the farmers was working capital because its count value was bigger than that of the variables of labor wage, seeds, fertilizers and pesticides. (2) the decorative plant farming had positive impact on the regional development that can be seen from, first, it could hire or provide employment to 92 workers that it minimized the unemployment rate and poverty and will improve the welfare of decorative plant farmers, second, it could increase the income of decorative plant farmers through the marketing of their product. These decorative plants are not only marketed inside and outside local or regional areas but also exported overseas. This can be seen from the average income of Rp. 21.297.993.- gained by the farmers pergrowing season (6 months). The value of this revenue is quite big, and this big value will be able to push or generate the regional economy.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Usaha Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”. Tesis ini diajukan untuk melengkapi kewajiban dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada saya, sehingga tesis ini terselesaikan.


(9)

4. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada saya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Agus Suriadi, Ssos, M.Si, Dr. H.B. Tarmizi, SU dan Ir. Supriadi, MS selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukkan dan arahan demi kesempuranaan tesis ini.

6. Seluruh mahasiswa PWD angkatan 2012 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini. 7. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada

Ayahanda dan Ibunda yang telah turut setia mendoakan, menasehati, mendidik dan membantu penulis selama menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya atas segala kekurangan dalam penyusunan tesis ini, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Siti Satriya Gusri lahir di Medan, pada tanggal 15 Maret 1989, merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda tercinta Drs. H. Adios Gusri, MM dan Ibunda tercinta Dra. Hj. Sri Anum.

Pendidikan formal yang ditempuh, yaitu : Sekolah Dasar pada tahun 1995 di SD Swasta Eria Medan, pada tahun 2001 melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Medan, pada tahun 2004 melanjutkan ke SMA Negeri 5 Medan, pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara jurusan Agribisnis dan selesai tahun 2011 dengan gelar Sarjana Pertanian (SP) dan pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD).

Penulis bekerja sebagai pegawai Bank di PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dari tahun 2012 sampai dengan sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu... ... 8

2.2. Tanaman Hias ... 11

2.3. Pendapatan Usahatani ... 15

2.4. Pengembangan Wilayah ... 21

2.5. Kerangka Pemikiran ... 23

2.6. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Lokasi Penelitian... ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data... ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Penentuan Sampel ... 28

3.4. Metode Analisis Data ... 30

3.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 31

3.4.2. Pengujian Hipotesis ... 32

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35


(12)

4.1.2. Kependudukan ... 37

4.1.3. Sarana Ekonomi ... 40

4.1.4. Sarana Pendidikan ... 40

4.1.5. Sarana Keagamaan ... 41

4.1.6. Sarana Kesehatan ... 41

4.1.7. Sarana Pemerintahan ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 43

4.2.1. Umur ... 43

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 43

4.2.3. Jumlah Tanggungan ... 44

4.2.4. Luas Lahan ... 45

4.2.5. Pengalaman Bertani ... 46

4.3. Hasil Analisis ... 47

4.3.1. Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias ... 47

4.3.2. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Tanaman Hias ... 48

4.4. Pengaruh Usahatani Tanaman Hias Terhadap Pendapatan Petani.. ... 56

4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 56

4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 61

4.5. Dampak Usahatani Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Di Kabupaten Deli Serdang

Menurut Jenis Tanaman ... 2

3.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang ... 27

3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian ... 29

4.1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa ... 36

4.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/ Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa ... 37

4.3. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa ... 39

4.4. Sarana Ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 40

4.5. Sarana Pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa .. 40

4.6. Sarana Keagamaan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa .. 41

4.7. Sarana Kesehatan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa .... 41

4.8. Sarana Pemerintahan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 42

4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 43

4.10. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

4.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 44

4.12. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 45

4.13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani ... 46

4.14 Rata-rata Biaya Produksi Per m2 4.15. Rata-rata Produksi dan Pendapatan Per m Per Musim Tanam (6 Bulan) ... 47

2 (6 Bulan) ... 48

Per Musim Tanam 4.16. Uji Multikolinieritas ... 58

4.17. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 61

4.18. Distribusi Penyerapan Tenaga Kerja Tanaman Hias ... 68

4.19. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pertanian Per Musim Tanam ... 71


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Internal dan Eksternal ... 18

2.2. Skema Kerangka Pemikiran ... 25

4.1. Hasil Uji Normalitas dengan Menggunakan Normal P-P Plot ... 57

4.2. Hasil Uji Normalitas dengan Menggunakan Histogram ... 58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul 1. Kuisioner Penelitian

2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 3. Karakteristik Petani Tanaman Hias

4. Modal Kerja Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan) 5. Biaya Penggunaan Bibit Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam

(6 Bulan)

6. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan) 7. Biaya Penggunaan Pestisida Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan) 8. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan)

9. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan) 10. Produksi dan Penerimaan Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam

(6 Bulan)

11. Biaya Produksi Usaha Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan)

12. Total Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan)


(16)

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

ABSTRAK

Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Tanaman hias ini menjadi salah satu komoditas sektor pertanian yang prospektif untuk dikembangkan dengan keberadaan usahatani tanaman hias ini akan menambah pendapatan petani, dimana usahatani ini sebagai mata pencaharian petani untuk menghidupi keluarganya. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pengaruh usaha tanaman hias (modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida) terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. (2) Menganalisis dampak usahatani tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa tentang Analisis Pengaruh Usahatani Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan analisis deskriptif dengan jumlah sampel responden 60 orang dari 150 orang jumlah populasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa secara simultan variabel modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani. Secara parsial variabel modal dan bibit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani, upah tenaga kerja dan pupuk berpengaruh positif tetapi tidak signifikan sedangkan pestisida berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap pendapatan petani. Variabel yang memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap pendapatan petani adalah variabel modal kerja karena nilai t-hitung variabel modal kerja lebih besar dari nilai t-hitung variabel upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida.(2)Usahatani tanaman hias berdampak positif terhadap pengembangan wilayah, pertama dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja sebanyak 92 orang, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan dan akan meningkatkan kesejahteraan petani tanaman hias. Kedua dengan meningkatkan pendapatan petani tanaman hias yaitu melalui pemasaran hasil produksi. Pemasaran tanaman hias ini tidak hanya pada wilayah lokal dan luar daerah tetapi juga ada yang di ekspor. Hal ini dapat dilihat besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh petani per musim tanam (6 bulan) adalah sebesar Rp. 21.297.993,-. Nilai pendapatan ini cukup besar, dengan jumlah nilai tersebut akan mampu mendorong atau menggerakkan perekonomian daerah.


(17)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF DECORATIVE PLANT FARMING BUSINESS ON THE REGIONAL DEVELOPMENT

IN TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT DELI SERDANG DISTRICT

ABSTRACT

Decorative plant farming is a kind of the businesses which is lately mostly found especially in the area of Deli Serdang. These decorative plants become one of the commodities of agricutural sector which is prospective to be developed and with the existence of this decorative plant farming, the income of the farmers will increase in which this kind of farming is the livelihoods of the farmers to support the lives of the families. The purpose of this study was (1) to analyze the influence of decorative plant farming business (working capital, labor wage, seeds, fertilizers and pesticides) on tghe income of the farmers in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District, and (2) to analyze the impact of decorative plant farming business on the regional development in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. This study on the analysis of the influence of decorative plant farming business on the regional development in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District was conducted in Desa Bangun Sari. Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. The samples (respondents) of this study were 60 selected from the 150 persons that became the population of this study. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests and descriptive analysis.

The result of this study showed that (1) the result of multiple linear regression testsshowed that simultaneously the variables of working capital, labor wage, seeds, fertilizers and pesticides had significant influence on the income of the farmers. Partially, the variables of working capital and seeds had positive and significant influence on the income of the farmers, but the variables of labor wage and fertilizer had positive and insignificant influence on the income of the farmers. The variable with the most significant influence on the income of the farmers was working capital because its count value was bigger than that of the variables of labor wage, seeds, fertilizers and pesticides. (2) the decorative plant farming had positive impact on the regional development that can be seen from, first, it could hire or provide employment to 92 workers that it minimized the unemployment rate and poverty and will improve the welfare of decorative plant farmers, second, it could increase the income of decorative plant farmers through the marketing of their product. These decorative plants are not only marketed inside and outside local or regional areas but also exported overseas. This can be seen from the average income of Rp. 21.297.993.- gained by the farmers pergrowing season (6 months). The value of this revenue is quite big, and this big value will be able to push or generate the regional economy.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumberdaya hayati yang beraneka ragam. Hal tersebut dikarenakan letak geografis Indonesia yang berada pada garis katulistiwa tepatnya 6º LU - 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Keanekaragaman tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan bisnis di sektor pertanian. Potensi sumberdaya manusia yang melimpah, ketersediaan teknologi dan pasar Indonesia juga turut mendukung pengembangan usaha di sektor pertanian tersebut. Adapun salah satu subsektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan adalah holtikultura yang meliputi tanaman sayuran, tanaman hias (florikultura), buah-buahan dan tanaman obat-obatan (biofarmaka).

Kebutuhan akan bunga di Indonesia yang merupakan salah satu produk florikultura cukup mengesankan. Dalam hal ini dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bunga merupakan kebutuhan tak terpisahkan dalam upacara keagamaan, upacara perkawinan, upacara pemakaman, dan hari besar. Di Negara-negara Eropa pruduk hortikultura telah lama dijadikan komoditas perdagangan internasional yang sangat penting. Belanda sebagai contoh telah mampu memanfaatkan tanaman hias sebagai komoditas ekspor utama, misalnya bunga tulip dan beberapa stek tanaman hias (Ashari, 1995).


(19)

Dekade terakhir produksi tanaman hias berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan usaha tanaman hias ini memberikan peran lebih besar terhadap pembangunan perekonomian nasional dan juga diharapkan untuk membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan keluarga petani dan meningkatkan devisa Negara melalui ekspor nonmigas.

Di Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang paling banyak mengusahakan tanaman hias yang menjadi salah satu komoditas sektor pertanian yang prospektif untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya status sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian tanaman hias mempunyai prospek yang baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Berikut data luas panen dan produksi tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang Menurut Jenis Tanaman.

Tabel 1.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Di Kabupaten Deli Serdang Menurut Jenis Tanaman

No. Jenis Tanaman Hias (Tangkai)

Luas Panen (m2) Produksi (Tangkai)

1. Anggrek/Orchid 1.280 2.540

2. Anthurium 4.000 21.500

3. Anyelir/Carnation 3.000 18.000

4. Gerbera/Hebras 3.140 15.700

5. Gladiol/Gladiole 1.000 3.000

6. Heliconia 10 120

7. Krisan 18 156

8. Mawar/Rose 597 973

9. Sedap Malam 0 0

10. Dracanea 800 2.695

11. Melati/Jasmine 424 365

12. Palem/Palm 96 127

13. Aglaonema 2.300 4.000

14. Pakis 2.580 2.580


(20)

Tabel 1.1. memperlihatkan luas panen dan produksi beberapa jenis tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang, dimana tercatat bahwa jumlah produksi dari setiap jenis tanaman hias cenderung bervariasi jumlahnya karena sesuai dengan tersedianya lahan dalam pengembangan jenis tanaman hias diatas. Jumlah produksi tanaman hias yang terbesar pada tahun 2012 adalah jenis Anthurium, sedangkan produksi terkecil adalah jenis Sedap Malam, semuanya bernilai ekonomi tinggi yang dapat diusahakan semua pengusaha tanaman hias (Dinas Pertanian, 2012).

Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Usahatani ini dapat berupa budidaya tanaman hias dan perdagangan tanaman hias. Pada umumnya usahatani ini terletak di pinggir jalan dan membentuk sentra usaha, terutama untuk petani tanaman hias. Keberadaan usahatani tanaman hias dipinggir jalan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesejukan, keasrian dan kebersihan udara di sekitar lokasi, disamping dapat menjadi sumber pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, tanaman hias dapat memperindah dan mempercantik kota.

Potensi peminat atau pasar tanaman hias dewasa ini cukup besar, mengingat semakin banyaknya perumahan, perkantoran, ataupun hotel. Konsumen dari usaha ini meliputi konsumen individu, konsumen perusahaan/industri atau pedagang. Tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias taman di luar atau di dalam rumah, serta di halaman kantor ataupun di dalam kantor. Selain itu, tanaman hias juga dapat digunakan sebagai dekorasi dalam berbagai acara, baik bersifat formal maupun non formal. Usaha ini meliputi


(21)

penjualan tanaman hias yang dijual per pot atau per pohon, selain itu juga meliputi jasa pembuatan taman ataupun dekorasi ruangan (Suryowinoto, 1997).

Kendala usahatani tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang, adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani dan posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat. Pada umumnya hal-hal yang menjadi masalah-masalah ekonomi dalam pengembangan usahatani tanaman hias antara lain :

a. Keterbatasan lahan b. Pemasaran

c. Persaingan usaha d. Daya tahan produksi e. Permodalan

f. Transportasi

Di samping itu pengembangan budidaya tanaman hias secara umum di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang sekaligus juga akan dapat : a. Memberikan kesempatan bagi petani tanaman hias di pedesaan dalam usaha

komoditas ekspor nonmigas.

b. Penyediaan lapangan kerja di bidang budidaya tanaman hias bagi keluarga. c. Peningkatan pendapatan petani tanaman hias terhadap keluarga.

d. Pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal.

Pemasaran tercakup semua kegiatan yang berkaitan dengan usahatani memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/tata niaga. Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat saling


(22)

berhubungan. Bagi petani tanaman hias, pasar merupakan tempat menjual hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar dalam usahatani tanaman hias, seperti pasar khusus yang terdiri dari hotel, restoran, rumah tangga, florist dan kolektor (Soekartawi, 1993).

Jalur pemasaran tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang terdapat dua jalur, yaitu sebelum sampai ke tangan konsumen, produk dari tanaman hias ini selalu melalui perantara. Dimana agen/pedagang langsung mengambil dari petani/produsen dengan harga yang terjangkau, lalu dijual kembali ke konsumen. Selain itu, juga jalur pemasarannya ada tanpa perantara, yaitu konsumen langsung membeli dari petani/produsen.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman hortikultura. Selain berpotensi pada tanaman hortikultura, Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi tanaman hias (florikultura) yang terdapat di Daerah Deli Serdang dan beberapa daerah lainnya. Pada umumnya tanaman hias di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang mengalami kemajuan yang cukup pesat, bila diukur dari peningkatan produksi, pemenuhan bahan baku dan konsumsi masyarakat serta peningkatan devisa negara melalui ekspor produksi tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang. Keberadaan usahatani tanaman hias tidak saja memberikan keuntungan pada petani, namun diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.


(23)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh usahatani tanaman hias terhadap pengembangan wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :

1. Apakah modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida berpengaruh terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana dampak usahatani tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida berpengaruh terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menganalisis dampak usahatani tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang mengusahakan tanaman hias dalam mengembangkan kegiatan usahatani tanaman hias.

2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam menyusun perencanaan pengembangan usahatani tanaman hias.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis pengaruh usaha tanaman hias terhadap pengembangan wilayah, antara lain :

1. Hermanto (2003) dalam penelitiannya “Prospek Pengembangan Agribisnis Bunga Potong Di Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa usahatani bunga potong di Kabupaten Karo secara ekonomis layak untuk dikembangkan, angka perbandingan penerimaan dan biaya produksi lebih besar dari 1. Nilai ekonomis masing-masing bunga potong dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berkaitan dengan hari besar keagamaan dan event-event budaya pada masyarakat. Bunga krisan memiliki nilai ekonomis tertinggi yang disusul oleh gladiol dan sedap malam, sedangkan bunga ester merupakan bunga dengan nilai ekonomis lebih kecil. Namun secara umum tampak bahwa masing-masing jenis bunga potong memiliki prospek yang cukup baik dikembangkan. Hanya saja perlu adanya dukungan dari subsistem secara terpadu.

2. Nasution (2004) dalam penelitiannya “Pengaruh Pembudidayaan Ikan Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun. (Studi Kasus : Desa Nagori Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan)”, menyimpulkan bahwa kenaikan pendapatan peternak ikan lebih besar dibandingkan dengan harga ikan yang berlaku di pasar. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa semakin besar jumlah modal, luas lahan, tenaga kerja dan harga ikan, maka pendapatan peternak ikan akan mengalami peningkatan. Pendapatan budidaya ikan sebesar Rp 4.878.350,- per


(26)

kerambah. Pertambahan pendapatan petani dengan adanya usahatani pembudidayaan memiliki hubungan antara pendapatan yang meliputi : besarnya modal, luas lahan dan tenaga kerja, kecuali harga ikan yang tidak memiliki hubungan dalam usahatani pembudidayaan ikan. Dari hasil persamaan regresi linier berganda yang telah diperoleh bentuk hubungan antara variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perubahan pendapatan peternak ikan di Desa/Nagori Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan, dimana modal, luas lahan dan tenaga kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap pendapatan peternak ikan kecuali harga ikan.

3. Murni (2003) dalam penelitiannya “ Analisis Usahatani Kol dan Kaitannya dengan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa analisis yang telah dilakukan terhadap usahatani kol diperoleh koefisien elastisitas dari masing-masing variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi kol. Variabel penelitian yang mempunyai nilai elastisitas positif adalah luas lahan, bibit, pupuk organik dan pupuk anorganik. Sedangkan yang mempunyai koefisien elastisitas negatif adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Berdasarkan nilai F-hitung diketahui bahwa secara serempak seluruh variabel yang dianalisis berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi kol, yang artinya tingkat produksi kol dipengaruhi oleh : luas lahan, benih, pupuk (organik dan anorganik), obat-obatan dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis mengenai keterkaitan komoditi kol terhadap sektor perekonomian dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Karo dapat diketahui bahwa nilai total keterkaitan kebelakang adalah sebesar 1.78445. komoditi kol mempunyai indeks penyebaran 0,91349. Yang berarti bahwa sektor tanaman kol besar ketergantungannya terhadap sektor lainnya dalam proses


(27)

kegiatan produksinya. Sedangkan untuk keterkaitan kedepan sektor kol mempunyai nilai keterkaitan ke depan sebesar 1,09150. Komoditi kol mempunyai indeks kepekaan 0,55876, artinya bahwa daya dorong sektor tanaman kol terhadap perekonomian Sumatera Utara cukup lemah dibandingkan dengan sektor lain karena nilainya cukup kecil.

4. Damayanti (2013) dalam penelitiannya “Analisis Pengaruh Komoditi Jagung Terhadap Pengemabangan Wilayah Di Kabupaten Dairi”, menyimpulkan bahwa komoditi jagung menjadi basis dalam perekonomian Kabupaten Dairi. Kecamatan Tanah Pinem menjadi salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Dairi, dimana Kecamatan Tanah Pinem memberikan kontribusi sebesar 29,27% terhadap luas panen dan sebesar 37,78% terhadap produksi jagung. Komoditi jagung berpengaruh positif terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi, dimana perubahan produksi dan harga jagung akan mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan Tanah Pinem sebesar 85,9%. Secara parsial menunjukkan bahwa produksi dan harga jagung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Artinya, setiap peningkatan produksi dan harga jual jagung akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Juga dapat dilihat bahwa variabel yang lebih tinggi pengaruhnya terhadap pendapatan masyarakat adalah produksi jagung. Komoditi jagung berdampak positif terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Hal ini dapat dilihat dari keterkaitan kebelakang (backward linkage), yaitu pengembangan usaha-usaha penyediaan sarana produksi pertanian serta keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu berdirinya usaha penggilingan jagung serta pengembangan usaha peternakan.


(28)

5. Arumsari (2000) dalam penelitiannya “ Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Anggrek Dendrobium SPP Di Wilayah Kecamatan Kebun Jeruk dan Kecamatan Serpong”, menyimpulkan bahwa bisnis anggrek sebagai bagian dari bisnis florikultura memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis anggrek. Pendapatan tunai dan total yang diperoleh oleh petani tanaman hias anggrek Dendrobium sebelum masa krisis, selama satu periode produksi sebesar Rp 21.207.166,7 dan Rp 16.288.233,8. Di masa krisis besarnya pendapatan tunai meningkat sebesar 15,98 persen sedangkan pendapatan total menurun 10,47 persen. Dan hasil R/C rasio sebelum masa krisis adalah sebesar 3,06. Di masa krisis nilai rasio ini menjadi 1,93 yang menandakan usahatani tanaman hias anggrek Dendrobium masih layak untuk diusahakan.

2.2. Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan salah satu bagian dari subsektor pertanian hortikultura, tanaman ini dahulu merupakan tumbuhan yang ditanam orang sebagai hiasan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh peradaban Barat, penggunaan tanaman hias semakin meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah, dan tidak sedikit masyarakat mengusahakan tanaman hias sebagai salah satu jenis usaha yang menjadi sumber pendapatan utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Usahatani tanaman hias ini berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia dan berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting. Saat ini kegiatan usahatani tanaman hias dilakukan secara komersial, Usahatani tanaman hias mampu


(29)

menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usahatani tanaman hias di indonesia disebabkan karena meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, pembangunan kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran. Dengan meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan petani tanaman hias.

Kehadiran tanaman hias pada suatu tempat dapat menambah keindahan atau menghiasi halaman maupun ruangan di dalam rumah. Walaupun tanaman hias termasuk kebutuhan sekunder, tetapi pesonanya dapat menambah gengsi seseorang. Ada pula beberapa jenis tanaman hias yang dipercaya dapat membawa keberuntungan, misalnya pachira (money tree) dan bambu emerald. Untuk tanaman sejenis ini, banyak orang akan berusaha memperoleh dan memilikinya (Prihmantoro, et al, 2001).

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Rahardi, et al (1994) menjelaskan bahwa tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu. Di samping itu, juga mempunyai nilai ekonomis untuk keperluan hiasan di dalama dan di luar ruangan. Karena mengandung arti ekonomi, tanaman hias dapat diusahakan menjadi suatu bisnis yang menjanjikan keuntungan besar.

Tanaman hias biasanya ditanaman di dalam pot dengan media yang terbatas. Padahal media tersebut harus mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman, serta memiliki porositas yang baik. Kondisi ini sering menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang


(30)

tergenang menyebabkan akar membusuk, terutama bagi jenis-jenis tanaman sekulen yang bonggol dan perakarannya mengandung banyak air, seperti adenium dan euphorbia. (Redaksi Agromedia, 2007).

Keanekaragaman jenis tanaman hias di Indonesia sangat berlimpah. Tanaman hias dapat dijumpai, mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah, herba daun dan bunga, semak dan perlu yang menggerombol, liana yang menjalar, merambat dan menjuntai berenda-renda, hingga tanaman besar dalam bentuk pohon yang menjulang tinggi. Tanaman hias tersebut bebas dipilih dengan memperhatikan tampilan fisik (ukuran, bentuk, tekstur dan warna) dan persyaratan lingkungan (Arifin, 2004).

Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja. Manfaat lain menciptakan kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan. Tanaman hias mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman.

Dalam hal ini harus diakui bahwa penilaian terhadap keindahan suatu tanaman kadang-kadang sangat subjektif. Namun secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Dan dari sinilah muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga (Sudarmono, 1997).

Menurut Hanum (2008) Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman hias adalah

1. Menyiapkan media tanam yang baik dan gembur yang memiliki unsur hara yang cukup dengan menambahkan campuran pupuk kandang atau pupuk kompos.


(31)

Bagi tanaman dalam pot, maka dasari pot dengan beberapa pecahan genting atau batu bata sebagai pengikat air ketika disiram.

2. Lalu dapat menanamkan bibit tanaman atau tanaman muda ke dalam tanah. Bagi tanaman pot, sebaiknya anda menanamnya dengan menyisakan 2-3 cm pada bibir pot, sehingga dapat memudahkan penyiraman, dan pastikan pot memiliki lubang drainase yang cukup. Dinding pot juga harus dibersihkan sebelum dimasukkan dalam ruangan.

3. Selanjutnya proses penyiraman dilakukan dengan menggunakan air bersih, dan lebih baik menggunakan semprotan sehingga air tersiram menyeluruh pada tanaman. Penyiraman pun dapat dilakukan melalui alas pot bagi tanaman pot, sehingga air dapat naik ke atas ke media tanam yakni melalui sistem kapiler.

4. Usahakan agar tanaman memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya.

Selanjutnya perlu diketahui teknik budidaya tanaman hias secara umum, sehingga tanaman dapat tumbuh subur, cepat berbunga dan dapat tumbuh dalam waktu lama, yatiu:

1. Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali dengan dosis yang cukup dan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.


(32)

2. Penyiraman

Proses penyiraman dapat dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, dan terdapat beberapa jenis tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air, maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman agar tidak berlebihan.

3. Penyemprotan hama

Penting dilakukan agar tanaman tidak terserang penyakit, ini pun dapat dilakukan 3-4 hari sekali, dengan penyemprotan pestisida.

4. Pemotongan/Pemangkasan

Yakni khusus untuk tanaman yang tumbuh bercabang seperti tanaman perdu, sehingga perlu melakukan pemotongan pada cabang atau dahan yang mulai mengering, sehingga pertumbuhan bunganya tidak terhambat, dan pemotongan sebaiknya menggunakan gunting kebun.

2.3. Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1987) Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual atau yang tidak dijual. Pendapatan bersih (net farm income)

Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha meningkatkan hasil-hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi. Menurut Hernanto (1993), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:

didefinisikan sebagai selisih pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.


(33)

a. Pendapatan kerja petani (operator labor income), diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.

b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning), diperoleh dari menambahpendapatan kerja petani ditambah denganpenerimaan tidak tunai.

c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning), merupakan hasil balas jasadari petani dan anggota keluarga.

d. Pendapatan keluarga (family income), yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.

Keuntungan/profit adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total

biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c(q).

Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan keadaan yang akan datang.


(34)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka pengusaha seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh pengusaha, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan. (Fhadoli, 1991).

Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. (Soekartawi, 1989).

Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah komplek. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut :

1. Faktor internal dan faktor eksternal 2. Faktor Manajemen


(35)

Gambar 2.1. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor manajemen juga sangat menentukan dimana petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu:

1. Imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola. 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah

yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan.

Faktor Internal 1. Umur petani 2. Pendidikan,

Pengetahuan, pengalaman keterampilan

3. Jumlah tenaga kerja keluarga

4. Luas Lahan 5. Modal

Usahatani

Biaya dan Pendapatan

Faktor Eksternal 1. Input :

a. Ketersediaan b. Harga 2. Output :

a. Permintaan b. Harga


(36)

Pendapatan diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan, adalah:

Pd = TR – TC Dimana :

Pd = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR1 = Y1 . Py Yaitu: TR = Total Penerimaan

1

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga y (Soekartawi, 2002).

Menurut Soekartawi (1987), dalam usahatani tentunya para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

1. Biaya tunai

Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.


(37)

2. Biaya yang diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan.

Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) Biaya tetap (fixed cost); dan (2) Biaya tidak tetap (variabel cost).

1) Biaya tetap

Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat pertanian.

2) Biaya variabel

Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran, dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula “ongkos-ongkos” yang merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula


(38)

“input”. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

2.4. Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Unit geografi disini adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja melainkan meliputi aspek-aspek lain, seperti biologi, ekonomi, sosial dan budaya. Suatu wilayah sering dilakukan berdasarkan korelasi yang kuat dari bagian-bagian (baik fisik maupun non fisik) yang membentuk wilayah tesebut. Proses pengelompokkan ke dalam wilayah akan bermanfaat untuk membuat suatu deskripsi (Wibowo, et al, 2004).

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/ kawasan dalam rangka usaha memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat. Pengembangan wilayah ini juga adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, juga suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana (Hadjisarosa, 1995).

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan kualitas hidup masyarakat dari suatu wilayah tertentu. Tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan, yaitu sisi sosial ekonomi dan sisi ekologis. Menurut Triutomo (1999) pengembangan wilayah merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada


(39)

pembangunan suatu wilayah Beberapa kata kunci yang terdapat dalam pengembangan wilayah, yaitu:

• Program yang menyeluruh dan terpadu.

• Sumber daya yang tersedia dan kontribusinya terhadap wilayah. • Suatu wilayah tertentu.

Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja dan tingkat pendapatan. Selain defenisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada perbaikan wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi berkembang.

Pembangunan pengembangan wilayah, yang terpenting bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan potensi wilayah, baik potensi alam maupun buatan, yang harus dilaksanakan secara penuh dan efisien agar pemanfaatan potensi benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal sebagai akhir dari pembangunan dan pengembangan (Miraza, 2005).

Dalam pengembangan wilayah, peranan tata ruang wilayah-wilayah ditinjau dari perkembangan historis yang telah mengalami perubahan dan pertumbuhan. Beberapa kasus spasial (tata ruang wilayah) dapat dikemukakan seperti terjadinya pemusatan kegiatan-kegiatan industri dan urbanisasi ke kota-kota besar, terbentuknya pasar-pasar dan pusat-pusat baru yang menimbulkan perubahan dalam wilayah pengaruh atau wilayah pelayanan, antara kota dan wilayah pedesaan terdapat keterkaitan erat satu sama lain (Adisasmita, 2008).


(40)

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan manfaat wilayah bahi suatu masyarakat pada wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penduduk dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik, bertambahnya sarana dan prasarana, tersedianya barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat dan meningkatnya aktifitas usaha-usaha masyarakat baik dalam jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2006).

Menurut Hanafiah (1982), beberapa indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasikan perkembangan suatu wilayah antara lain :

a. Jumlah penduduk b. Pasar tradisional

c. Jumlah perusahaan kecil

d. Persepsi penduduk dan peran sertanya e. Tingkat kesejahteraan

f. Jumlah relatif pengusaha

g. Jumlah relatif sarana dan prasarana transportasi 2.5. Kerangka Pemikiran

Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Usahatani ini dapat berupa budidaya tanaman hias dan perdagangan tanaman hias. Pada umumnya usahatani ini terletak di pinggir jalan terutama di Desa Bangun Sari Gg. Madirsan dan membentuk sentra usaha. Keberadaan usahatani tanaman hias dipinggir jalan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesejukan, keasrian dan kebersihan udara di sekitar lokasi usaha, disamping dapat menjadi sumber pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja.


(41)

Produksi adalah total fisik yang diperoleh produsen dalam melakukan kegiatan usahatani. Dalam memperoleh produksi yang maksimal, seorang pengusaha/petani akan mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin guna tercapainya keuntungan yang maksimal. Biaya produksi merupakan nilai dari semua korbanan ekonomi yang diperlukan dan dapat diukur ataupun diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk. Cara pengukurannya dilakukan dengan menjumlahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap. Dalam mengahasilkan suatu produk itu sendiri diperlukan juga sarana produksi seperti lahan, pupuk, bibit, pestisida, modal dan tenaga kerja.

Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input yang diperlukan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan yang diperoleh adalah total penerimaan yang besarnya dinilai dalam satuan rupiah dan dikurangi dengan nilai total seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung.

Pendapatan Petani sendiri dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahai, modal kerja yang dikeluarkan, tenaga kerja yang dipakai dan pengalaman berusahatani.

Pada umumnya pengembangan wilayah adalah suatu tindakan atau upaya membangun daerah/ kawasan untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah ini juga adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sektor produksi dan penjualan usahatani tanaman hias di daerah penelitian.


(42)

Untuk lebih mempermudah pemahaman, maka disusun skema kerangka pemikiran yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Tanaman Hias

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Petani Tanaman Hias - Modal Kerja

- Upah Tenaga Kerja - Biaya Bibit

- Biaya Pupuk - Biaya Pestisida

Pengembangan Wilayah Penyerapan Tenaga Kerja


(43)

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida berpengaruh positif terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2. Usahatani tanaman hias berdampak terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Desa Bangun Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah dengan luas panen dan produksi tanaman hias terbesar di Kabupaten Deli Serdang, hampir seluruh masyarakatnya memiliki usahatani tanaman hias. Berikut tabel luas panen dan produksi bunga per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 3.1. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang

No Kecamatan Luas Panen (m2) Produksi (Kg)

1 Lubuk Pakam 0 0

2 Pagar Merbau 83 3.142

3 Beringin 37 866

4 Gunung Meriah 0 0

5 Biru-Biru 1.335 18.079

6 Patumbak 36 2.458

7 STM Hulu 0 0

8 STM Hilir 0 0

9 Deli Tua 0 0

10 Pancur Batu 4.008 7.475

11 Namorambe 1.035 1.265

12 Sibolangit 0 0

13 Kutalimbaru 0 0

14 Sunggal 0 0

15 Hamparan Perak 0 0

16 Labuhan Deli 491 5.460

17 Batang Kuis 0 0

18 Percut Sei Tuan 0 0

19 Pantai Labu 0 0

20 Tanjung Morawa 8.079 127.940

21 Galang 0 0

22 Bangun Purba 0 0

Jumlah 15.068 166.685


(45)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lapangan yang ditujukan kepada pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data primer yang dikumpulkan mencakup jumlah produksi petani, identitas petani, tingkat pendidikan petani, jumlah anggota keluarga, modal kerja, jumlah pekerja, sumber modal, sumber bahan baku, daerah pemasaran dan pertanyaan lain yang mendukung penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Kantor BPS, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, Kantor Desa Bangun Sari dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Deli Serdang serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, yang berjumlah 150 petani tanaman hias.

3.3.2. Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel yang dilakukan secara acak sederhana (Simple random sampling) di daerah penelitian. Teknik random sampling ini digunakan karena populasi yang terdapat di lokasi penelitian adalah homogen. Arti homogen adalah setiap petani tanaman


(46)

hias yang berlokasi di Desa Bangun Sari mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel. Maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008) sebagai berikut :

n = � 1+�(�2)

dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Presisi yang ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

Dengan demikian, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

n = 150 1+150�0,01

= 150 2,5

= 60 orang

Berikut populasi dan sampel desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian

No. Desa Populasi (Orang) Sampel (Orang)

1. Bangun Sari 150 60

Jumlah 150 60

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2013

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 petani tanaman hias.


(47)

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab perumusan masalah pertama (1) dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda, dengan persamaan :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 Dimana :

+ ε

Y = Pendapatan Petani (Rp) b0

b

= Koefisien Intersep/ Konstanta 1,b2,b3,b4,b5

X1 = Modal Kerja (Rp)

= Koefisien Regresi/ Parameter

X2 = Upah Tenaga Kerja (Rp) X3 = Biaya Bibit (Rp)

X4 = Biaya Pupuk (Rp) X5 = Biaya Pestisida (Rp) Ε = Standard Error

Dan untuk memperoleh pendapatan adalah dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan, adalah:

Pd = TR – TC Dimana :

Pd = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya


(48)

3.4.1. Pengujian Asumsi klasik

Secara statistik model yang telah ditentukan, maka perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik (Gujarati, 2004). Dalam penelitian ini asumsi klasik yang diuji terdiri dari :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Maka model tersebut dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang


(49)

memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pada gambar scatter plot model tersebut. Bila titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas ataupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2. Pengujian Hipotesis

Analisis data diikuti dengan melakukan uji statistik. Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen. Menurut Algifari (2000) Masing-masing uji tersebut terdiri dari :

1. Uji-t (Uji Parsial)

Uji-t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas (independen variabel) secara individu/parsial terhadap variabel terikat (dependen variabel), dengan asumsi variabel bebas/independen lainnya konstan. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hitung dengan tabel. Jika nilai hitung > t-tabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol (Ho) ditolak, berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

2. Uji-F (Uji Simultan)

Uji-F dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.


(50)

Jika nilai F-hitung > F-tabel, pada tingkat kepercayaan 5% hipotesis nol (Ho) ditolak, berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti variabel independen secara bersama-sama/simultan mempengaruhi variabel dependen.

3. Uji R

Nilai R 2

2

(koefisien determinasi) menunjukkan seberapa besar variasi-variasi variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Nilai ini berkisar antara nol dan satu (0≤R2≤1). Semakin besar nilai R2

Untuk menjawab perumusan masalah kedua (2) dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif yang akan menganalisis indikator suatu kegiatan yang berdampak pada pengembangan wilayah, dilihat dari :

berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi-variasi variabel independen.

a. Penyerapan tenaga kerja

Usahatani tanaman hias ini memberikan dampak yang positip terhadap pengembangan wilayah, dengan adanya usahatani ini maka akan membuka kesempatan kerja baik di desa maupun di perkotaan, sehingga mengurangi tingkat pengangguran.

b. Pemasaran hasil produksi

Pemasaran hasil produksi tanaman hias juga memberikan dampak yang positip terhadap pengembangan wilayah, dengan dipasarkan tanaman hias ini ke berbagai daerah maupun di ekspor ke beberapa negara maka akan menambah devisa negara dan pendapatan petani akan meningkat.


(51)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

1. Usahatani tanaman hias adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman hias mulai dari budidaya sampai penjualan.

2. Pendapatan adalah total penerimaan dari hasil penjualan produksi dikurangi dengan biaya produksi berlangsung, diukur dalam satuan rupiah.

3. Modal kerja adalah total pengeluaran biaya per 6 bulan/per musim tanam yang digunakan dalam proses produksi, diukur dalam satuan rupiah.

4. Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan per 6 bulan/per musim tanam untuk perbanyakan/penangkaran yang siap untuk ditanam, bisa berasal dari perbanyakan generatif (biji/benih) dan bisa berasal dari perbanyakan vegetatif (cangkok, okulasi dan stek), diukur dalam satuan rupiah.

5. Biaya pupuk adalah biaya yang dikeluarkan per 6 bulan/per musim tanam material yang ditambahkan pada media tanam untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik, diukur dalam satuan rupiah.

6. Biaya pestisida adalah biaya yang dikeluarkan per 6 bulan/per musim tanam yang dapat digunakan untuk membunuh organisme pengganggu tanaman, diukur dalam satuan rupiah.

7. Upah Tenaga Kerja adalah Jumlah uang yang diterima para pekerja luar maupun dalam sebagai pembayaran tenaga mental atau fisik, diukur dalam satuan rupiah.

8. Pengembangan wilayah adalah suatu tindakan pengembangan dalam rangka untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat melalui sektor produksi dan penjualan usahatani tanaman hias.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di daerah Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 131,75 Km2 atau 13,175 Ha. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terletak di 03030’ sampai dengan 11060’ Lintang Utara dan 98046’ sampai dengan 103083’ Bujur Timur. Memiliki suhu udara rata-rata 230-330

Secara kewilayahan Kecamatan Tanjung Morawa terdiri dari 26 Desa dengan 184 Dusun dan 5 Lingkungan. Jarak kantor Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten 12 Km, sedangkan jarak kantor Kecamatan dengan Ibukota Provinsi adalah 16 Km. Kecamatan Tanjung Morawa terletak dibagian timur Kabupaten Deli serdang dengan ketinggian 30 meter dari permukaan laut dengan batas-batas :

C.

Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hilir

Sebelah Barat : Kecamatan Patumbak, Percut Sei Tuan dan Kota Medan Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagar Merbau

Dari luas wilayah Kecamatan Tanjung Morawa, yakni 131,75 Km2 tersebut, maka dapat dilihat distribusi luas wilayah menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa pada Tabel 4.1.


(53)

Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa No. Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase (%)

1. Medan Senembah 3,50 2,67

2. Bandar Labuhan 2,70 2,05

3. Bangun Rejo 6,92 5,25

4. Aek Pancur 5,01 3,80

5. Naga Timbul 5,00 3,80

6. Lengau Seprang 4,25 3,22

7. Sei Merah 22,04 16,73

8. Dagang Kerawan 1,96 1,49

9. Tanjung Morawa Pekan 0,50 0,38

10. Tanjung Morawa A 3,07 2,33

11. Limau Manis 8,11 6,16

12. Ujung Serdang 3,93 2,98

13. Bangun Sari 6,61 5,02

14. Bangun Sari Baru 6,53 4,96

15. Buntu Bedimbar 3,00 2,28

16. Telaga Sari 2,00 1,52

17. Dagang Kelambir 1,25 0,95

18. Tanjung Morawa B 6,00 4,55

19. Tanjung Baru 5,07 3,85

20. Punden Rejo 1,10 0,83

21. Tanjung Mulia 1,57 1,19

22. Perdamean 4,06 3,08

23. Wonosari 7,14 5,42

24. Dalu Sepuluh A 4,90 3,72

25. Dalu Sepuluh B 10,00 7,59

26. Penara Kebun 5,53 4,19

Jumlah 131,75 100,00

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Desa yang terluas adalah Desa Sei Merah, yaitu mencapai 22,04 Km2 (16,73%) kemudian Desa Dalu Sepuluh B, yaitu mencapai, 10,00 Km2 (7,59%). Sedangkan desa yang terkecil luasnya adalah Desa Tanjung Morawa Pekan, yaitu mencapai 0,50 Km2 (0,38%) dan Desa Punden Rejo, yaitu mencapai 1,10 Km2 (0,83%).


(54)

4.1.2. Kependudukan

Kecamatan Tanjung Morawa memiliki jumlah penduduk 181.145 jiwa yang terdiri dari 91.333 laki-laki dan 89.812 perempuan dengan jumlah rumah tangga 42.867 kepala keluarga (KK). Berikut ini distribusi jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa

Penduduk (Jiwa) No. Desa/Kelurahan

Laki-laki

Perempuan Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

1. Medan Senembah 3.337 3.185 6.522 1.863

2. Bandar Labuhan 2.644 2.544 5.188 1.921

3. Bangun Rejo 5.550 5.353 10.903 1.576

4. Aek Pancur 222 174 396 79

5. Naga Timbul 1.921 1.816 3.737 747

6. Lengau Seprang 2.024 1.995 4.019 946

7. Sei Merah 620 548 1.168 53

8. Dagang Kerawan 2.547 2.500 5.047 2.575

9. Tanjung Morawa Pekan 3.661 3.506 7.167 14.334 10. Tanjung Morawa A 6.729 6.514 13.243 4.314

11. Limau Manis 8.005 7.791 15.796 1.948

12. Ujung Serdang 1.685 1.725 3.410 868

13. Bangun Sari 7.434 7.487 14.921 2.257

14. Bangun Sari Baru 4.173 4.028 8.201 1.256 15. Buntu Bedimbar 7.559 7.675 15.234 5.078

16. Telaga Sari 3.198 3.125 6.323 3.162

17. Dagang Kelambir 1.587 1.535 3.122 2.498 18. Tanjung Morawa B 8.193 8.272 16.465 2.744

19. Tanjung Baru 4.134 4.164 8.298 1.637

20. Punden Rejo 1.154 1.091 2.245 2.041

21. Tanjung Mulia 823 784 1.607 1.024

22. Perdamean 2.366 2.424 4.790 1.180

23. Wonosari 5.245 5.365 10.610 1.486

24. Dalu Sepuluh A 3.285 3.109 6.394 1.305

25. Dalu Sepuluh B 2.972 2.853 5.825 583

26. Penara Kebun 265 249 514 93

Jumlah 91.333 89.812 181.145 57.568


(55)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Desa Tanjung Morawa B, yaitu sebanyak 16.465 jiwa, kemudian Desa Limau Manis, yaitu sebanyak 15.796 jiwa. Sedangkan desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Aek Pancur, yaitu sebanyak 396 jiwa dan Desa Penara Kebun, yaitu sebanyak 514 jiwa. Sedangkan berdasarkan kepadatan penduduk, desa yang paling padat penduduknya adalah Desa Tanjung Morawa Pekan dengan kepadatan 14.334 jiwa/km2 dan Desa Buntu Bedimbar dengan kepadatan 5.078 jiwa/km2 dan desa yang tidak padat penduduknya adalah Desa Sei Merah, yaitu 53 jiwa/km2 dan Desa Aek Pancur, yaitu 79 jiwa/km2

Keseluruhan penduduk Kecamatan Tanjung Morawa adalah warga negara Indonesia yang sebahagian besar berasal dari suku Jawa, Melayu, Toba, Minang, Karo, Simalungun, Tapsel, Aceh dan lainnya. Agama yang dianut adalah Islam, Protestan, Katolik, Budha dan Hindu.

. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk tidak merata pada setiap desa.

Sumber mata pencaharian utama penduduk menurut desa di Kecamatan Tanjung Morawa adalah pada sektor industri dan tani. Berikut ini distribusi jumlah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.3.


(56)

Tabel 4.3. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa

No. Desa/Kelurahan Tani Industri Pedagang Angkutan PNS/ TNI Polri

Lain Nya

1. Medan Senembah 194 373 41 14 47 22

2. Bandar Labuhan 37 75 46 189 119 17

3. Bangun Rejo 110 632 81 23 49 18

4. Aek Pancur - - 8 4 5 11

5. Naga Timbul 452 40 45 16 9 11

6. Lengau Seprang 503 59 37 17 28 6

7. Sei Merah - 65 13 - 32 4

8. Dagang Kerawan 21 14 91 1 55 12

9. Tanjung Morawa Pekan

5 42 431 596 72 11

10. Tanjung Morawa A 213 1.553 130 37 68 20

11. Limau Manis 515 800 125 79 940 33

12. Ujung Serdang 149 2.114 50 21 48 21

13. Bangun Sari 132 2.324 74 - 117 11

14. Bangun Sari Baru 630 445 77 24 72 8

15. Buntu Bedimbar 92 2.391 132 82 592 15

16. Telaga Sari 95 1.210 76 - 24 21

17. Dagang Kelambir 186 634 32 44 23 13

18. Tanjung Morawa B 375 10.428 238 61 146 19

19. Tanjung Baru 414 2.156 85 5 67 9

20. Punden Rejo 384 - 21 9 30 7

21. Tanjung Mulia 788 15 16 26 33 8

22. Perdamean 931 84 83 37 229 12

23. Wonosari 1.281 213 116 62 383 11

24. Dalu Sepuluh A 1.019 1.500 63 - 30 15

25. Dalu Sepuluh B 638 300 60 - 38 36

26. Penara Kebun - 29 7 4 15 29

Jumlah 9.164 27.496 2.178 1.351 3.271 400 Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sumber mata pencaharian utama penduduk menurut desa/Kelurahan di Kecamatan Tanjung Morawa adalah dari sektor industri (64%) dan tani (21%) dengan jumlah kepala keluarga 42.867 KK.


(57)

4.1.3. Sarana Ekonomi

Sarana ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sarana Ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No. Sarana Ekonomi Jumlah (Unit)

1. Bank 3

2. BPR 4

3. Pegadaian 1

4. Pasar Desa 6

5. Toko 286

6. Kios 393

7. Warung 519

Jumlah 1.212

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana ekonomi yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa cukup banyak untuk menunjang keberhasilan dari suatu proses dalam pelayanan publik.

4.1.4. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang memberikan suatu investasi yang sangat besar karena pembangunan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam saja, tetapi harus di dukung oleh sumber manusia yang handal. Berikut ini sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Sarana Pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1. Taman Kanak-kanak (TK) 16

2. Sekolah Dasar (SD) 68

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 19 4. Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) 23

Jumlah 126


(58)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa sudah berkembang dengan baik, dimana sarana pendidikan telah tersedia dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) dan untuk pendidikan Perguruan Tinggi masyarakat Kecamatan Tanjung Morawa dapat meneruskan di daerah Medan yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kecamatan Tanjung Morawa.

4.1.5. Sarana Keagamaan

Sarana keagamaan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Sarana Keagamaan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No. Sarana Keagamaan Jumlah (Unit)

1. Mesjid 74

2. Musholla 55

3. Gereja 12

4. Wihara 9

Jumlah 150

Sumber : Kecamatan Tanjung Morawa Dalam Angka, 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana keagamaan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa sudah cukup banyak.

4.1.6. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.7.


(1)

29 1500 15.345.000 2.640.000 4.800.000 7.050.000 29.835.000 350.100 1.250.000 1.600.100 31.435.100

30 300 3.780.000 510.000 1.200.000 4.485.000 9.975.000 133.200 750.000 883.200 10.858.200

31 400 4.750.000 1.220.000 1.260.000 4.485.000 11.715.000 171.000 750.000 921.000 12.636.000

32 800 11.335.000 1.930.000 1.920.000 5.400.000 20.585.000 271.350 1.250.000 1.521.350 22.106.350

33 600 7.358.000 1.870.000 1.440.000 5.250.000 15.918.000 224.550 1.000.000 1.224.550 17.142.550

34 500 5.200.000 1.420.000 1.700.000 4.485.000 12.805.000 172.350 750.000 922.350 13.727.350

35 400 3.940.000 1.220.000 1.260.000 4.485.000 10.905.000 167.850 750.000 917.850 11.822.850

36 600 5.912.000 1.730.000 576.000 5.250.000 13.468.000 224.550 1.000.000 1.224.550 14.692.550

37 1000 10.287.000 2.130.000 2.880.000 6.600.000 21.897.000 310.050 1.250.000 1.560.050 23.457.050

38 250 3.156.000 770.000 950.000 4.485.000 9.361.000 123.750 750.000 873.750 10.234.750

39 500 3.297.000 1.420.000 1.200.000 4.620.000 10.537.000 169.650 750.000 919.650 11.456.650

40 400 4.494.000 1.220.000 1.000.000 4.485.000 11.199.000 169.200 750.000 919.200 12.118.200

41 300 3.890.000 510.000 1.200.000 4.485.000 10.085.000 134.100 750.000 884.100 10.969.100

42 500 6.890.000 1.420.000 1.600.000 4.620.000 14.530.000 172.800 750.000 922.800 15.452.800

43 1000 12.420.000 1.920.000 2.880.000 6.600.000 23.820.000 310.050 1.250.000 1.560.050 25.380.050

44 2500 19.915.000 3.660.000 6.720.000 10.350.000 40.645.000 451.350 1.500.000 1.951.350 42.596.350

45 400 5.690.000 1.220.000 960.000 4.485.000 12.355.000 173.250 750.000 923.250 13.278.250

46 500 5.350.000 820.000 1.600.000 4.620.000 12.390.000 172.350 750.000 922.350 13.312.350

47 500 5.170.000 1.420.000 1.200.000 4.620.000 12.410.000 169.650 750.000 919.650 13.329.650

48 300 2.915.000 910.000 1.000.000 4.485.000 9.310.000 133.650 750.000 883.650 10.193.650

49 1000 13.050.000 2.130.000 2.880.000 6.600.000 24.660.000 316.800 750.000 1.066.800 25.726.800

50 400 4.470.000 1.220.000 1.000.000 4.485.000 11.175.000 172.800 750.000 922.800 12.097.800

51 900 9.808.000 1.180.000 2.400.000 6.600.000 19.988.000 278.100 750.000 1.028.100 21.016.100

52 600 7.073.000 1.870.000 1.440.000 5.250.000 15.633.000 226.800 1.000.000 1.226.800 16.859.800

53 200 3.090.000 770.000 750.000 4.485.000 9.095.000 120.150 750.000 870.150 9.965.150

54 800 8.310.000 1.930.000 2.420.000 5.400.000 18.060.000 270.900 1.250.000 1.520.900 19.580.900

55 1500 14.275.000 2.640.000 5.400.000 6.750.000 29.065.000 348.300 1.250.000 1.598.300 30.663.300

56 400 5.350.000 1.220.000 1.260.000 4.485.000 12.315.000 172.350 750.000 922.350 13.237.350

57 2000 15.955.000 3.050.000 5.760.000 7.050.000 31.815.000 403.200 1.500.000 1.903.200 33.718.200

58 600 5.378.000 1.730.000 1.740.000 5.250.000 14.098.000 222.750 1.000.000 1.222.750 15.320.750

59 1500 13.275.000 2.640.000 4.800.000 6.750.000 27.465.000 353.700 1.250.000 1.603.700 29.068.700

60 500 3.910.000 820.000 1.600.000 4.620.000 10.950.000 166.050 750.000 916.050 11.866.050

Total 38.500 443.430.000 84.550.000 110.656.000 314.190.000 952.826.000 12.699.450 55.250.000 67.949.450 1.020.775.450 Rataan 641,66667 7.390.500 1.409.167 1.844.267 5.236.500 15.880.433 211.658 920.833 1.132.491 17.012.924


(2)

Lampiran 12. Total Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Tanaman Hias Per Petani Per Musim Tanam (6 Bulan)

No Luas Lahan Total Penerimaan Total Biaya Produksi Pendapatan

(m2) (Rp)/Petani (Rp)/Petani (Rp)/Petani

1 400 31.700.000 12.038.700 19.661.300

2 500 37.725.000 14.512.800 23.212.200

3 100 8.500.000 6.742.350 1.757.650

4 800 62.510.000 21.361.800 41.148.200

5 250 21.030.000 10.085.850 10.944.150

6 600 41.775.000 18.434.850 23.340.150

7 300 21.525.000 11.755.900 9.769.100

8 500 39.575.000 15.153.250 24.421.750

9 400 27.335.000 12.171.500 15.163.500

10 500 33.650.000 14.695.950 18.954.050

11 1000 57.975.000 26.833.650 31.141.350

12 600 29.640.000 15.136.400 14.503.600

13 400 24.985.000 12.062.500 12.922.500

14 100 17.725.000 9.526.600 8.198.400

15 400 39.325.000 16.293.700 23.031.300

16 150 17.885.000 10.206.900 7.678.100

17 400 32.340.000 12.473.600 19.866.400

18 250 19.550.000 10.634.150 8.915.850

19 800 46.505.000 19.358.200 27.146.800

20 1000 71.450.000 29.038.200 42.411.800

21 500 34.225.000 15.296.900 18.928.100

22 400 21.275.000 13.645.100 7.629.900


(3)

23 300 21.875.000 11.604.600 10.270.400

24 1200 83.530.000 30.827.700 52.702.300

25 600 24.025.000 13.979.150 10.045.850

26 900 51.090.000 21.789.000 29.301.000

27 500 23.100.000 12.220.100 10.879.900

28 1000 60.800.000 27.575.350 33.224.650

29 1500 74.210.000 31.435.100 42.774.900

30 300 21.500.000 10.858.200 10.641.800

31 400 27.475.000 12.636.000 14.839.000

32 800 52.465.000 22.106.350 30.358.650

33 600 38.250.000 17.142.550 21.107.450

34 500 30.600.000 13.727.350 16.872.650

35 400 23.720.000 11.822.850 11.897.150

36 600 28.970.000 14.692.550 14.277.450

37 1000 50.655.000 23.457.050 27.197.950

38 250 23.035.000 10.234.750 12.800.250

39 500 19.305.000 11.456.650 7.848.350

40 400 29.450.000 12.118.200 17.331.800

41 300 21.540.000 10.969.100 10.570.900

42 500 41.350.000 15.452.800 25.897.200

43 1000 67.485.000 25.380.050 42.104.950

44 2500 93.055.000 42.596.350 50.458.650

45 400 30.175.000 13.278.250 16.896.750

46 500 23.175.000 13.312.350 9.862.650

47 500 28.715.000 13.329.650 15.385.350

48 300 17.550.000 10.193.650 7.356.350


(4)

49 1000 74.040.000 25.726.800 48.313.200

50 400 25.100.000 12.097.800 13.002.200

51 900 50.120.000 21.016.100 29.103.900

52 600 36.255.000 16.859.800 19.395.200

53 200 15.900.000 9.965.150 5.934.850

54 800 48.005.000 19.580.900 28.424.100

55 1500 71.225.000 30.663.300 40.561.700

56 400 29.400.000 13.237.350 16.162.650

57 2000 84.890.000 33.718.200 51.171.800

58 600 32.100.000 15.320.750 16.779.250

59 1500 61.640.000 29.068.700 32.571.300

60 500 24.675.000 11.866.050 12.808.950

Total 38.500 2.298.655.000 1.020.775.450 1.277.879.550

Rataan 641,6666667 38.310.917 17.012.924 21.297.993


(5)

Lampiran 13. Foto-Foto yang Terkait Di Daerah Penelitian

1. Berbagai Macam Tanaman Hias


(6)