Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

(1)

KUALITAS HIDUP LANSIA DI KECAMATAN COT GIREK

KABUPATEN ACEH UTARA

SKRIPSI

Oleh

TIA DESTRIANA

111121059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

Judul : Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Nama : Tia Destriana Fakultas : Keperawatan Nim : 111121059 Tahun : 2012/2013

ABSTRAK

Kualitas hidup adalah persepsi seseorang dalam hidupnya yang ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sampel pada penelitian sebanyak 91 responden dengan cara accidental sampling. WHOQOL digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 71-80 tahun 48 responden (52.7%), berjenis kelamin laki-laki 55 responden (60.4%), agama islam 91 responden (100%), bersuku Aceh yaitu 51 responden (56.0%), hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak yaitu 40 responden (44.0%). Niai mean pada domain fisik adalah 17.96, domain psikologis 15.76, domain hubungan sosial 7.14, domain lingkungan 19.90. Berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya adalah biasa-biasa saja 69.2%. Hal ini dikarenakan banyak lansia yang belum mau menerima bantuan tenaga medis dalam pemulihan kesehatannya dan kurangnya perhatian dari keluarga. Diharapkan kepada semua pihak, khususnya bagi keluarga lansia untuk meningkatkan perannya dalam melakukan perawatan terhadap kesehatan lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara”.

Skripsi ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Sri Eka Wahyuni S.kep , Ns, M.kep selaku dosen penguji I

5. Ibu Lutfiani S.kep, Ns, M.kes selaku dosen penguji II dan seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang memberikan ilmu berharga kepada penulis dan seluruh staf kepegawaian Fakultas Keperawatan USU yang memperlancar proses akademik dan adminitrasi penulis.

6. Ibu Cholina T Siregar, S.kep, Ns, M.kep, Sp.KMB, selaku dosen pembimbing akademik.


(5)

7. Ibu marsiyem, selaku kepala Puskesmas Cot Girek yang telah memberi ijin saya untuk melakukan penelitian dan membantu saya dalam memperoleh data yang saya pelukan.

8. Teristimewa kepada keluargaku tercinta Ayah, Ibu, Abang dan Adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, Do’a dan dorongan serta memotivasi penulis.

9. Sahabat-sahabat ku Atika, Khairani, Maya, Nazli, widia, imel, vera yang banyak membantu, selalu mendukung dan mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman terbaik ku Muhajir, Ira, dan Yuli yang telah menemani ku dalam mencari informasi dan data yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 11.Rekan-rekan mahasiswa PSIK-B USU 2011, yang telah memberikan

semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 06 Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul. ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran. ... vii

Daftar Tabel. ... viii

Daftar Skema. ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Lansia ... 6

2.1.1. Definisi Lansia ... 6

2.1.2. Batasan-batasan Lansia ... 6

2.1.3. Teori-teori penuaan ... 7

2.1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia. ... 8

2.2. Kualitas Hidup ... 14

2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup ... 14

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup ... 15

2.2.3. University of Toronto ... 15

2.3. Kebudayaan Aceh ... 24

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 26

3.2. Definisi Konseptual ... 27

3.3. Defenisi Operasional ... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 29

4.2. Populasi dan Sampel ... 29

4.2.1. Populasi ... 29

4.2.2. Sampel ... 29

4.2.3. Sampling ... 30

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.4. Pertimbangan Etik ... 30

4.5. Instrumen Penelitian ... 31

4.6. Uji Validitas ... 33

4.7. Uji Reabilitas ... 33

4.8. Pengumpulan Data ... 34

4.9. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 36


(7)

5.2. Pembahasan ... 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 56 6.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

1. Informed Consent

2. Instrumen Penelitian Data Demografi 3. Instrumen Penelitian Kualitas Hidup 4. Rincian Biaya Proposal Penelitian 5. Jadwal Kegiatan Proposal Penelitian 6. Lembar Bukti Bimbingan

7. Surat Penelitian 8. Hasil Uji Reabilitas 9. Analisa Data 10. Curriculum Vitae


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik

Data Demografi Lansia di Kec, Cot Girek Kab, Aceh Utara ... 36 Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain ... 39 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada frekuensi ... 40 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada kapasitas ... 41 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada evaluasi ... 41 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain fisik fokus pada intensitas ... 42 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada frekuensi ... 43 Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada intensitas ... 44 Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada evaluasi ... 44 Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Psikologis fokus pada frekuensi ... 44 Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Hubungan Sosial fokus pada evaluasi ... 45 Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada intensitas ... 46 Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada kapasitas ... 47 Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase responden berdasarkan

Domain Lingkungan fokus pada kapasitas ... 48 Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Persepsi


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konseptual Penelitian Kualitas Hidup Lansia di Graha Residen Senior Karya Kasih ... 26


(10)

Judul : Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Nama : Tia Destriana Fakultas : Keperawatan Nim : 111121059 Tahun : 2012/2013

ABSTRAK

Kualitas hidup adalah persepsi seseorang dalam hidupnya yang ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sampel pada penelitian sebanyak 91 responden dengan cara accidental sampling. WHOQOL digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 71-80 tahun 48 responden (52.7%), berjenis kelamin laki-laki 55 responden (60.4%), agama islam 91 responden (100%), bersuku Aceh yaitu 51 responden (56.0%), hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak yaitu 40 responden (44.0%). Niai mean pada domain fisik adalah 17.96, domain psikologis 15.76, domain hubungan sosial 7.14, domain lingkungan 19.90. Berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya adalah biasa-biasa saja 69.2%. Hal ini dikarenakan banyak lansia yang belum mau menerima bantuan tenaga medis dalam pemulihan kesehatannya dan kurangnya perhatian dari keluarga. Diharapkan kepada semua pihak, khususnya bagi keluarga lansia untuk meningkatkan perannya dalam melakukan perawatan terhadap kesehatan lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999).

Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa jumlah lansia di Indonesia terjadi peningkatan yang konsisten pada jumlah lansia. Pada tahun 2000 di Indonesia terdapat 14,4 juta lansia atau 7,18%, tahun 2005 jumlah ini meningkat menjadi 17,6 juta atau 8,48%. Pada tahun 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia meningkat sebesar 24 juta jiwa atau 9,77%, dan diperkirakan pada tahun 2020


(12)

jumlah lansia meningkat mencapai 28,8 juta atau 11,31% dari total jumlah penduduk.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 secara umum jumlah penduduk lansia di provinsi Aceh sebanyak 264.020 jiwa, yang terdiri dari 147.058 jiwa perempuan dan 176.962 jiwa laki-laki. Berdasarkan data dari Badan Pusat statistik tahun 2011 Kecamatan Cot Girek terdapat 1.056 jiwa lansia .

Menua adalah proses alami yang disertai penurunan fungsi organ tubuh, perubahan emosi, secara psikologis dan kemunduran kognitif sehingga untuk menjalankan aktivitas lansia sering mengalami hambatan. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.

Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan permasalahan di berbagai aspek kehidupan lansia, baik secara individu maupaun kaitannya dengan keluarga dan masyarakat, permasalahan tersebut berupa aspek kesehatan fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi kesehatan dan kesejahteraan merupakan masalah yang mendominasi dalam kehidupan mereka.

Merawat lansia tidak hanya sebatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka.


(13)

Menurut hasil penelitian Meirissa (2008) bahwa Kualitas Hidup Lansia yang tinggal di UPTD Abdi/Darma Asih Binjai menurun. Hal ini terlihat dari keempat domain kualitas hidup yaitu pada domain fisik yaitu lansia tersebut sering terbangun pada malam hari karena frekuensi buang air kecil pada lansia semakin meningkat, aktifitas kehidupan sehari-hari juga terganggu karena banyak lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, rematik, dan asma. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat menyebabkan lansia merasa diasingkan, muncul prilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu orang lain. Pada domain Psikologis, 45% lansia tidak pernah memiliki perasaan negatif seperti kesepian putus asa, cemas, dan depresi. Pada domain hubungan sosial, kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat. Pada domain lingkungan, keterbatasan yang ada pada lansia seperti rendahnya tingkat pendidikan, pembatasan umur, kecacatan dalam bekerja membuat mereka tidak memperoleh pekerjaan yang berdampak tidak adanya penghasilan yang biasa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan hasil survei awal di puskesmas Cot Girek penyakit yang banyak di derita oleh lansia adalah hipertensi. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 21 Mei 2012 di puskesmas Cot Girek kepada beberapa lansia, mereka mengatakan keluhan yang sering mereka rasakan adalah susah tidur dan sering terbangun pada malam hari, pola makan yang tidak teratur, dan kurang nya perhatian dari kelurga sehingga dapat memperburuk kualitas hidup mereka. Lansia yang tinggal di Kecamatan Cot Girek mayoritas bersuku


(14)

Aceh dan mereka mempunyai kebiasaan bangun pagi dan melakukan aktivitas di pagi hari, masih banyak lansia yang belum mau menerima bantuan tenaga medis dalam pemulihan kesehatannya mereka lebih percaya kepada hal-hal yang lebih alami dalam pengobatannya.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek kabupaten Aceh Utara.

1.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan perawat gerontik dalam praktik keperawatan untuk dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan gerontik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.


(15)

1.4.3.Bagi Masyarakat Kecamatan Cot Girek

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat khususnya kecamatan Cot Girek dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek.

1.4.4 Bagi Penelitian Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentangkualitas hidup pada lanjut usia di komunitas khususnya keperawatan gerontik sebagai sumber datadan pengembangan ilmu bagi peneliti selanjutnya.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia

2.1.1 Defenisi lansia

Lansia atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 1999). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan-batasan Lansia

Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak


(17)

berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

2.1.3 Teori–teori proses menua

secara individual tahap proses menua pada seseorang terjadi dengan usia yang berbeda karena masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda dan sampai sekarang tidak ada satu faktor pun di temukan untuk mencegah proses menua (Nugroho, 2000).

2.1.3.1 Teori–teori biologi

a. Teori genetik dan mutasi

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul–molekul/DNA dan setiap sel pada saat nya akan mengalami mutasi (Nugroho, 2000).

b. Teori immunologi slow virus

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Nugroho, 2000).

2.1.3.2 Teori kejiwaan sosial

a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho, 2000).


(18)

b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori yang diatas. Pada teori menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Nugroho, 2000).

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.

2.1.4.1 Perubahan-perubahan fisik

a. Sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).

b. Sistem persarafan

Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ) hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,


(19)

serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress (Nugroho, 2008).

c. Sistem penglihatan

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, serta menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau (Nugroho, 2008).

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah (Nugroho, 2008). e. Sistem pengaturan

Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun (Nugroho, 2008).

f. Sistem respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,


(20)

kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun (Nugroho, 2008).

g. Sistem gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).

h. Sistem reproduksi

Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008). i. Sistem perkemihan

Terjadi atrofinefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria (Nugroho, 2008).

j. Sistem Endokrin

Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen,


(21)

k. Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya (Nugroho, 2008).

l. Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).

2.1.4.2 Perubahan-perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental (Nugroho, 2000).

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (Hereditas) e. Lingkungan

Kenangan (Memory).

a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.


(22)

b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk. IQ (Inteligentia Quantion).

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

2.1.4.3 Perubahan-perubahan psikososial

Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia yaitu sebagai berikut:

1. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.


(23)

3. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

4. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya tidak stabil.

5. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini umunya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Menurut Nugroho (2000) pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami perubahan dalam cara hidup, perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan.

2.1.4.4 Dampak perubahan dan kemunduran pada lansia

Perubahan dan kemunduran yang terjadi akan memberikan dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki usia lanjut. Kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti kehilangan daya tarik bagi diri lansia. Wanita biasanya lebih risau dan tertekan


(24)

karena keadaan tersebut sebab biasanya wanita di puji karena kecantikan dan keindahan fisiknya. Tetapi tidak berarti bahwa pria pada masa kini tidak mengalami hal tersebut. Pada pria yang mengalami proses menua tetap dirinya menarik bagi lawan jenisnya (Nugroho, 2008).

Selain itu yang menjadi permasalahan pada lansia di Indonesia meliputi ketergantungan, sistem nilai kekerabatan yang berubah, sumber pendapatan lansia yang menurun, dan masalah kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat, serta masalah psikologi dan kesehatan mental dan spiritual.

2.2 Kualitas Hidup

2.2.1 Defenisi Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).


(25)

Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan kedalam beberapa komponen yaitu :

2.2.2.1 University of Toronto (2004)

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan), dan harapan (prestasi dan aspirasi individu).

a. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,


(26)

perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual.

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.

Sedangkan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO, 1998).

1. Domain I – fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan


(27)

mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998).

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik (Universitas Toronto, 2004).


(28)

2. Domain II – Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu: a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan (WHO, 1998).

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa


(29)

dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHO, 1998).

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).

3. Domain III – Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu: a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi (WHO, 1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk


(30)

membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya (WHO, 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga (WHO, 1998).

4. Domain IV – Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu: a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu


(31)

merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit (WHO, 1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5. Domain V – Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu: a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan individu (WHO, 1998).


(32)

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998).

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998). d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan (WHO, 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan

keterampilan (Universitas Toronto, 2004).

f. Partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).


(33)

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan

stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan (Universitas Toronto, 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).

6. Domain VI – Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama (WHO, 1998)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan pengaturan kepercayaan (Universitas Toronto, 2004).


(34)

2.3 Kebudayaan Suku Aceh

Kebudayaan dipahami sebagai sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Kebudayaan terdiri atas sistem aturan-aturan, norma, nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Semua masyarakat mengakuai adanya sejumlah tingkatan hidup, dimana setiap manusia akan menjadi tua. Tetapi bagaimana pembatasannya akan berbeda-beda menurut kebudayaan masyarakat dan kebudayaannya akan menentukan pola kegiatan, sikap, larangan, dan kewajiban mereka. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam keluarga dan masyarakat sangat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat.

Kebiasaan lansia di Cot Girek adalah bangun pagi hari dan melakukan aktifitas yang bersifat ringan seperti berkebun di halaman rumah, mayoritas agama disana adalah islam dan mereka meyakini semakin kuat nilai agama yang mereka terapkan maka akan semakin meningkatkan kualitas hidup mereka. Lansia di Cot Girek umumnya masih bersifat tertutup dengan pelayanan medis mereka lebih percaya kepada hal-hal yang lebih alami dalam pengobatannya.

2.3.1 Nilai – nilai

Sistem kekerabatan orang aceh mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan, antara lain :

a. Pembagian peran, nilai ini tercermin dari sistem kekerabatan yang di bagi dalam bagian-bagian tertentu, secara sosial pembagian ini ditunjukan untuk membagi peran masing-masing baik di keluarga maupun masyarakat


(35)

b. Harmoni masyarakat, sistem ini secara sosial juga bernilai kepada harmonisasi masyarakat dengan ini tentunya kehidupan sosial akan berjalan dengan baik jika masing-masing menjalankan perannya dan tidak melanggar aturan

c. Melestarikan tradisi, pelaksanaan sistem ini dalam kehidupan keluarga maupun sosial adalah menjadi bukti tindakan orang aceh dalam pelestarian tradisi

d. Menjaga adat, salah satu tugas yang diemban orang aceh adalah menjalankan upacara adat dari sini dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan sistem kekerabatan ini adalah untuk menjaga adat aceh agar tetap lestari

e. Menjaga keturunan, suatu hal penting dari sistem kekerabatan adalah berlangsungnya keturunan agar bertahan dan bermanfaat bagi sesama, melalui sistem ini leluhur suku aceh ingin menjaga nasab setiap orang agar tetap tersambung

f. Menjaga persatuan suku, sistem kekerabatan bernilain untuk menjaga persatuan suku. Hal ini disebabkan oleh kesadaran mereka yang diikat oleh satu leluhur dari suku yang sama.


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup lansia yang tinggal di kecamatan Cot Girek kabupaten Aceh Utara, dapat diketahui berdasarkan empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.

Skema 1.

Kerangka konseptual penelitian Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara

Keterangan:

: variabel yang diteliti : berhubungan

Kualitas hidup Domain fisik

Domain psikologis Domain hubungan sosial Domain lingkungan

Lansia yang tinggal di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara Kualitas hidup

Domain fisik Domain psikologis Domain hubungan sosial Domain lingkungan


(37)

3.2. Defenisi konseptual Kualitas hidup

Kualitas hidup adalah dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto, 2004).

3.3. Defenisi Operasional

Kualitas hidup lansia adalah dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya ditinjau dari empat domain yang meliputi : 1. Domain fisik yang terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, energi dan

kelelahan, tidur dan istirahat.

2. Domain psikologis yang terdiri dari perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi, harga diri, gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif. 3. Domain hubungan sosial yang terdiri dari hubungan pribadi, dukungan sosial,

aktivitas seksual.

4. Domain lingkungan yang terdiri dari keamanan fisik, lingkungan rumah, sumber penghasilan, kesehatan dan perhatian sosial, kesempatan untuk memperoleh informasi baru, partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang, lingkungan fisik, dan transportasi.

Maka dalam hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner menurut WHOQOL BREF 26 yakni berdsarkan 4 domain (fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Contoh pertanyaan termasuk: “Apakah anda cemas


(38)

dengan dengan nyeri atau ketidaknyamanan?” dan skala respon untuk mengkaji intensitas adalah “Tidak sama sekali” atau “Seringkali”. Skala respon kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. . Contoh pertanyaan termasuk: “Apakah anda memiliki cukup energi kehidupan sehari-hari?” dan skala respon untuk mengkaji kapasitas adalah “Tidak sama sekali” dan “Sepenuhnya dialami”. Skala respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Contoh pertanyaan termasuk: “Seberapa sering anda memeiliki perasaan negatif seperti kesepian, putus asa, cemas dan depresi?” dan skala respon untuk mengkaji frekuensi adalah “Tidak pernah” dan “Selalu”. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku. Contoh pertanyaan termasuk: “Seberapa puas anda dengan kapasitas untuk bekerja?” dan skala respon untuk mengkaji evaluasi adalah “Sangat puas”, “Sangat tidak puas”, “Sangat baik” dan “Sangat buruk”.

Nilai dari keempat domain menunjukkan persepsi individu pada kualitas hidup di masing-masing domain. Hasil ukur dari tiap variabel kualitas hidup apabila hasil total score dari kuesioner tinggi maka kualitas hidupnya tinggi sedangkan apabila hasil total score dari kuesioner rendah maka kualitas hidupnya rendah.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif bertujuan untuk memberi gambaran kualitas hidup lansia di Kecamatan Cot Girek.

4.2. Populasi, Sampel, dan Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas yang tinggal di kecamatan Cot Girek Berjumlah 1.056 orang (Data kecamatan Cot Girek, 2011).

4.2.2. Sampel

Populasi dalam penelitian ini kurang dari 10.000, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

n = N

1+ N (d)2 n = 1.056

1+ 1.056 (10%) n = 1.056

11,56 n = 91,34


(40)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Usia lansia 60 tahun keatas.

2. Tidak mengalami disorientasi orang, tempat, dan waktu. 3. Tidak mengalami gangguan kognitif, seperti pikun. 4. Dapat mendengar.

5. Dapat berkomunikasi dengan baik. 6. Bersedia menjadi responden penelitian.

4.2.3. Teknik Sampling

Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007).

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kecamatan Cot Girek kabupaten Aceh Utara pada bulan Juli - Agustus. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena jarang digunakan sebagai lokasi penelitian dan karena lansia yang berumur 60 tahun keatas merupakan jumlah yang terbanyak yaitu 1.056 jiwa sehingga memudahkan dalam mendapatkan sampel yang memadai sesuai kriteria sampel penelitian. Pertimbangan lain adalah efisiensi biaya dan efektivitas waktu.

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dalam penelitian ini di ambil di kecamatan Cot Girek kabupaten Aceh Utara. Peran serta dalam penelitian ini bersifat sukarela. Dalam


(41)

penelitian ini juga disertakan sebuah surat persetujuan penelitian (Informed

Consent) yang diberikan kepada objek penelitian.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Semua responden akan dilindungi dari kerugian materil, nama baik dan resiko yang timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar instrumen. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk kuesioner yang berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep.

Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status perkawinan, dan masalah kesehatan yang dialami.

Instrumen kedua berisi kuesioner kualitas hidup yang diadopsi dari World

Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)–BREF. Kuesioner ini

merupakan rangkuman dari World Health Organization Quality Of Life

(WHOQOL) –100 yang terdiri dari 26 pertanyaan. WHOQOL-BREF terdiri dari

dua bagian yaitu kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum dan satu bagian lagi terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari WHO QOL – 100.


(42)

Untuk menilai WHOQOL-BREF ada 4 domain yang digabungkan yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan, Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon kapasitas mengacu pada kapasitas perasaan, situasi tau tingkah laku. Skala respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku.

Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1 - Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Nilai dari keempat domain menunjukkan persepsi individu pada kualitas hidup di masing-masing domain. Pada penelitian ini tidak dilakukan transformed score, untuk mengidentifikasi kualitas hidup lansia yaitu dari score masing-masing pertanyaan dari tiap domain dengan 2 pertanyaan persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum dijumlahkan.

4.6 Uji Validitas

Kuesioner Kualitas Hidup diadopsi dari World Health Organization

Quality of Life - Bref. Kuesioner WHOQOL_BREF telah diterjemahkan sendiri


(43)

4 soal yaitu no 1, 2, 3 dan 6. Kuesioner tersebut telah diperiksa oleh dosen yang ahli dalam bidangnya.

4.7 Uji reabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur memperlihatkan hasil yang relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subjek yang sama. Hasil yang relatif sama menunjukkan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut (Nursalam, 2009). Apabila dari waktu kewaktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliable. Instrumen kualitas hidup akan dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan uji cronbach α. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0.70 (Polit dan Hungler, 1995).

Uji reabilitas dilakukan terhadap 20 orang responden sebelum pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010), dilakukan pada lansia yang tinggal di Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara di luar dari sampel. Instrumen kualitas hidup telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan uji cronbach α dengan hasil 0.756. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner kualitas hidup lansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan telah dihitung dengan menggunkan sistem komputerisasi.

4.8 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu


(44)

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Cot Girek kabupaten Aceh Utara. Peneliti langsung mendatangi lansia yang berada di Kec, Cot Girek Kab, Aceh Utara yang sebagai responden dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian , dan cara pengisian kuesioner penelitian. Responden diminta untuk menandatangi informed concent, responden diminta menjawab pertanyaan dengan mengisi kuesioner yang diberikan , selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.9 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah kuisoner dikumpulkan oleh peneliti dengan cara : Peneliti mengumpulkan semua data lalu memeriksanya apakah jumlah kuesioner telah lengkap. Peneliti melakukan entry data atau memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, yaitu dengan menggunakan sistem komputerisasi. Peneliti melakukan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Setelah semua data dimasukkan, lalu data tersebut di analisa dengan sistem komputerisasi.

Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi. Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase, mean (nilai rata-rata), dan standar deviasi (SD).


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini di dapat dari pengambilan data yang dilakukan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 18 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2012 dengan jumlah responden sebanyak 91 orang yaitu dengan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 52. Penyajian analisa data dalam penelitian ini di uraikan berdasarkan data demografi dan data kualitas hidup (fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan) di Kecamatan Cot Girek.

5.1.1 Data Demografi Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Kecamatan Cot Girek (n = 91 orang).

Data Demografi Responden Frekuensi Presentase (%) Umur

60-65 tahun 10 11.0

66-70 tahun 29 31.9

71-80 tahun 48 52.7

>80 tahun 4 4.4

Jenis Kelamin

Laki-laki 55 60.4

Perempuan 36 39.6

Agama

Islam 91 100

Suku

Jawa 30 33.0

Minang 5 5.5

Batak 5 5.5

Aceh 51 56.0

Pendidikan terakhir

SD 50 54.9

SMP 24 26.4

SMA 8 8.8

Diploma 1 1.1


(46)

Lanjutan tabel 1

Tidak Sekolah 5 5.5

Pekerjaan Sebelumnya

PNS 7 9.9

Pegawai Swasta 16 19.8

Petani 21 23.1

Buruh/Karyawan 31 29.7

Tidak Bekerja 14 15.4

Dll 2 2.2

Status Perkawinan

Menikah 70 76.9

Tidak Menikah 3 3.3

Janda 10 11.0

Duda 8 8.8

Masalah Kesehatan yang dialami

Hipertensi 40 44.0

Diabetes Melitus 15 16.5

Gangguan Penglihatan 11 12.1

Gangguan Pendengaran 20 22.0

Rematik 5 5.5

Tabel. 1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden berada pada kelompok umur 71-80 tahun sebanyak 48 orang (52.7%), responden yang berjenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 55 orang (60.4%), berdasarkan agama responden, agama yang mayoritas adalah agama islam yaitu 91 orang (100%), berdasarkan suku bangsa responden, suku Aceh merupakan suku terbanyak dengan jumlah responden sebanyak 51 orang (56.0%), berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden yang berpendidikan SD sebanyak 50 orang (54.9%). berdasarkan pekerjaan responden sebelumnya, responden yang bekerja sebagai karyawan paling banyak yaitu sebanyak 31 orang (34.1%), berdasarkan status perkawinan, responden yang paling banyak adalah menikah sebanyak 70 orang (76.9%), berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden,


(47)

Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling banyak sekitar 40 orang (44.0%).

5.1.2 Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Kecamatan Cot Girek

Kualitas hidup lansia di dasarkan pada empat domain. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai mean domain lingkungan yaitu 19.90 (SD = 3.0), dilanjutkan dengan domain fisik dengan mean 17.96 (SD = 2.63), domain psikologis dengan mean 15.76 (SD = 1.97), dan domain hubungan sosial dengan mean 7.14 (SD = 1.67).

Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain

Domain Mean Standar deviasi

Domain fisik 17.96 2.63

Scor maksimal = 35 Scor minimal = 7

Domain psikologis 15.76 1.97

Scor maksimal = 30 Scor minimal = 6

Domain hubungan sosial 7.14 1.67

Scor maksimal = 15 Scor minimal = 3

Domain Lingkungan 19.90 3.0

Scor maksimal = 40 Scor minimal = 8

5.1.3 Domain 1 - Fisik

Domain 1 - Fisik terdiri dari 7 pertanyaan, dari hasil distribusi frekuensi didapatkan gambaran lansia yang sering merasakan kesakitan fisik dalam beraktivitas sebanyak 39 responden (42.9%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang sering membutuhkan terapi medis dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 42


(48)

responden (46.2%) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang memiliki tenaga yang cukup untuk beraktivitas sebanyak 53 responden (58.2%) adalah sedikit, lansia yang memiliki kemampuan bergaul sebanyak 49 responden (53.8%) adalah baik, lansia yang memiliki kepuasan dengan tidur sebanyak 74 responden (81.3%) adalah tidak memuaskan, lansia dengan kemampuan untuk beraktivitas sebanyak 45 responden (49.5%) adalah tidak memuaskan, kemampuan lansia untuk bekerja sebanyak 50 responden (54.9%) adalah tidak memuaskan.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n = 91)

Pertanyaan TSS S DJS SS DJB n= n= n= n= n= (%) (%) (%) (%) (%) 1.Seberapa sering Bapak/ Ibu merasakan - 29 39 23 - Kesakitan fisik Bapak/Ibu dalam (-) (31.9) (42.9) (25.3) (-) beraktivitas sesuai kebutuhan Bapak/ Ibu?

2.Seberapa sering Bapak/ Ibu - 25 42 24 - Membutuhkan terapi medis (-) (27.5) (46.2) (26.4) (-) untuk dapat berfungsi dalam

kehidupan sehari-hari Bapak/ Ibu?

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik fokus pada kapasitas (n = 91)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 3.Apakah Bapak/ Ibu memiliki tenaga yang 2 53 24 12 - ukup untuk beraktivitas sehari-hari? (2.2) (58.2) (26.4) (13.2) (-)


(49)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik focus pada evaluasi (n = 91)

SBr Br BBS Ba Sba

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 4.Seberapa baik kemampuan Bapak / Ibu 6 16 20 49 - dalam bergaul? (6.6) (17.6) (22.0) (53.8) (-)

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik focus pada intensitas (n = 91)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 5.Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 3 74 14 - - tidur Bapak / Ibu? (3.3) (81.3) (15.4) (-) (-) 6.Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 7 45 30 9 - Kemampuan Bapak / Ibu untuk (7.7) (49.5) (33.0) (9.9) (-) beraktivitas?

7.Seberapa puaskah Bapak / Ibu dengan 9 50 27 5 - Kemampuan Bapak/ Ibu untuk bekerja? (9.9) (54.9) (29.7) (5.5) (-)

5.1.4 Domain 2 - Psikologis

Domain 2 - psikologis terdiri dari 6 pertanyaan, dari hasil distribusi frekuensi didapat gambaran seberapa jauh lansia menikmati hidup sebanyak 53 responden (58.2) adalah dalam jumlah sedang, lansia merasa hidupnya berarti sebanyak 43 responden (47.3) adalah dalam jumlah sedang, lansia yang mampu berkonsentrasi sebanyak 57 responden (62.6) adalah sedikit, lansia yang memerima penampilannya sebanyak 43 reponden (47.3) adalah sedikit, lansia yang puas terhadap dirinya sebanyak 50 responden (54.9) adalah tidak


(50)

memuaskan, lansia yang memiliki perasaaan negative sebanyak 64 responden (70.3) adalah sangat sering.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada frekuensi (n =91)

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 1.Seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati 1 14 53 23 - hidup Bapak/ Ibu? (1.1) (15.4) (58.3) (25.3) (-) 2.Seberapa jauh Bapak/ Ibu merasa hidup 1 26 43 21 - Bapak/ Ibu berarti? (1.1) (28.6) (47.3) (23.1) (-) 3.Seberapa jauh Bapak/ Ibu mampu - 57 26 8 - berkonsentrasi? (-) (62.6) (28.6) (8.8) (-)

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada intensitas (n =91)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 4.Apakah Bapak/ Ibu dapat menerima 2 44 39 7 - Penampilan tubuh Bapak/ Ibu? (2.2) (47.3) (42.9) (7.7) (-)

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis fokus pada evaluasi (n = 91)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 5.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu terhadap 2 50 27 12 - diri Bapak/ Ibu? (2.2) (54.9) (29.7) (13.2) (-)


(51)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain psikologis pada frekuensi (n = 90)

TP J CS SS SI

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 6.Seberapa sering Bapak/ Ibu memiliki - - 23 64 4 Perasaan negatif seperti

(kesepian), Putus asa, cemas, dan depresi? (-) (-) (25.3) (70.3) (4.4)

5.1.5 Domain 3 - Hubungan Sosial

Domain 3 - hubungan sosial terdiri dari 3 pertanyaan gambaran dari hasil distribusi frekuensi didapat lansia yang puas terhadap hubungan sosial sebanyak 52 responden (57.1) adalah biasa- biasa saja, lansia yang puas terhadap hubungan seksual sebanyak 55 responden (60.4) adalah biasa-biasa saja, lansia yang puas mendapat dukungan dari teman sebanyak 57 responden (62.6) adalah biasa-biasa saja.

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain hubungan sosial fokus pada evaluasi (n = 91)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 1.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 5 26 52 8 - Hubungan personal/ sosial Bapak/ Ibu? (5.5) (28.6) (57.1) (8.8) (-) 2.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 7 23 55 6 - Kehidupan seksual Bapak/ Ibu? (7.7) (25.3) (60.4) (6.6) (-)


(52)

Lanjutan tabel 11 STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 3.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 3 20 57 11 - Dukungan yang Bapak/ Ibu peroleh (3.3) (22.0) (62.6) (12.1) (-) Dari teman Bapak/ Ibu?

5.1.6 Domain 4 - Lingkungan

Domain 4 - lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan, gambaran yang didapat dari hasil distribusi frekuansi lansia yang merasa aman dalam kehidupannya sebanyak 52 responden (57.1) adalah biasa-biasa saja, seberapa bersih lingkungan tempat tinggal sebanyak 53 responden (58.2) adalah biasa-biasa saja, lansia yang dapat memenuhi kebutuhan 62 responden (68.1) adalah sedikit, seberapa jauh ketersediaan informasi sebanyak 57 responden (62.6) adalah sedikit, lansia yang memiliki kesempatan untuk rekreasi sebanyak 65 responden (65.9) adalah sedikit, lansia yang puas dengan tempat tinggalnya sebanyak 50 responden (54.9) adalah tidak memuaskan, kepuasan lansia terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 53 responden (58.2) adalah tidak memuaskan, kepuasan lansia terhadap rekreasi sebanyak 44 responden (48.4) adalah tidak memuaskan.

Tabel 12. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada intensitas (n = 91)

TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 1.Secara umum, seberapa aman Bapak/ Ibu 1 19 52 18 1 Rasakan dalam kehidupan Bapak/ ibu (1.1) (20.9) (57.1) (19.8) (1.1) sehari-hari?


(53)

Lanjutan tabel 12 TSS S DJS SS DJB

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 2.Seberapa bersih Lingkungan tempat 3 22 53 13 - tinggal Bapak/ Ibu? (3.3) (24.2) (58.2) (14.3) (-)

Tabel 13. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada kapasitas (n = 91)

TSS S Sd Sr SD

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 3.Apakah Bapak/ Ibu dapat 3 62 19 7 - Memenuhi kebutuhan Bapak/ Ibu? (3.3) (68.1) (20.9) (7.7) (-) 4.Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi 9 57 21 4 - kehidupan Bapak/ Ibu dari hari ke hari ? (9.9) (62.6) (23.1) (4.4) (-) 5.Seberapa sering Bapak/ Ibu memiliki 8 65 19 5 - kesempatan untuk bersenang-senang / (8.8) (65.9) (19.8) (5.5) (-) rekreasi ?

Tabel 14. Distibusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan domain lingkungan fokus pada kapasitas (n = 91)

STM TM BBS M SM

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) 6.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 6 50 23 11 1 kondisi tempat Bapak/ Ibu (6.6) (54.9) (25.3) (12.1) (1.1) tinggal saat ini ?

7.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 3 53 28 7 - akses Bapak/ Ibu pada layanan kesehatan ? (3.3) (58.2) (30.8) (7.7) (-) 8.Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan 11 44 23 13 - Rekreasi yang Bapak/ Ibu jalani? (12.1) (48.4) (25.3) (14.3) (-)


(54)

5.1.7 Persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebanyak 63 responden (69.2 %) menjawab kualitas hidup mereka di tingkat biasa-biasa saja, 22 responden (24.2 %) menjawab baik, dan sebanyak 68 responden ( 74.7 %) menjawab tingkat kepuasan terhadap kesehatan Bapak/ibu menjawab biasa-biasa saja.

Tabel 15. Distribusi frekuensi dan persentase persepsi kualitas hidup

SB Br BBS Ba SBa

Pertanyaan n= n= n= n= n=

(%) (%) (%) (%) (%) Bagaimana menurut Bapak/ Ibu kualitas - 14 63 13 1 Hidup Bapak/ Ibu ? (-) (15.4) (69.2) (14.3) (1.1) Bagaimana kepuasan Bapak/ Ibu - 1 68 22 - Terhadap kesehatan Bapak/ Ibu? (-) (1.1) (74.4) (24.2) (-)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Domain 1 – Fisik

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden di dapat mean sebesar 17.96. Hal ini terkait dengan nilai tertinggi didapat dari pertanyaan seberapa puaskah lansia dengan tidurnya sebanyak 74 responden (81.3%) menjawab tidak memuaskam, Menurut Nugroho (2000) pada lansia telah terjadi gangguan pada sistem perkemihan, salah satunya otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat yang menyebabkan lansia harus sering terbangun di malam hari dan mengganggu tidurnya.

Nilai terendah didapat dari pertanyaan seberapa jauh rasa sakit fisik lansia mencegah lansia dalam beraktivitas sesuai kebutuhan. Sebanyak 39 responden (42.9%) menjawab sedang, Hasil ini sesuai dengan penelitian Ilyas (1997) yang


(55)

menemukan bahwa lansia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan penuaan antara lain hepertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, rematik, dan asma sehingga menyebabkan aktivitas bekerja terganggu.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa lansia yang memiliki kecukupan tenaga untuk beraktivitas sebanyak 53 responden (58.2%) lansia menjawab dalam porsi sedikit. Hal ini sesuai dengan Papalia (2001) yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada masa muda dulu.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden seberapa baik kemampuan lansia dalam bergaul, sebanyak 49 responden (53.8%) menjawab baik. Menurut Hurlock (1999) mengatakan pada usia lansia mereka akan membangun ikatan dengan sesama kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian akibat ditinggalkan anak yang tumbuh besar dan masa pensiun.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa lansia yang memiliki kepuasan lansia dalam beraktivitas, sebanyak 45 responden (49.5%) menjawab tidak memuaskan. Seperti yang dikatakan Kuntjoro (2002) perubahan dalam peran sosial di masyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain.


(56)

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa lansia yang puas dengan kemampuannya bekerja, sebanyak 50 responden (54.9%) menjawab tidak memuaskan. Seperti yang dikatakan Kuntjoro (2002), perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan pada umumnya di awali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan yang umum dari pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.

5.2.2 Domain 2- Psikologis

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 91 orang responden didapatkan mean sebesar 15.76. hal ini terkait dengan nilai tertinggi didapat dari pertanyaan seberapa sering lansia memiliki perasaan negatif seperti “feeling blue” (kesepian), putus asa, cemas, dan depresi sebanyak 64 responden menjawab sangat sering. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kuntjoro (2002) bahwa akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur, dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.

Nilai terendah didapat dari pertanyaan seberapa jauh lansia merasa hidupnya berarti sebanyak 43 responden (47.3%) menjawab biasa-biasa saja. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Nugroho (2000) pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status,


(57)

teman dan kegiatan dan lansia akan mengalami ketidakmampuanya dalam mengalami perubahan cara hidupnya.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa seberapa jauh lansia menikmati hidup sebanyak 53 responden (58.2 %) menjawab sedang. Seperti yang dikatan WHO seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa lansia mampu berkonsentrasi, sebanyak 57 responden lansia menjawab dalam jumlah sedikit. Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa seberapa puaskah lansia terhadap dirinya, sebanyak 50 responden (54.9%) menjawab tidak memuaskan. J.W.Santrock, (2002) mengatakan pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria maupun wanita, dari perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungan.


(58)

5.2.3 Domain 3 - Hubungan Sosial

Hasil penelitian yang di lakukan terhadap 91 responden didapatkan mean sebesar 7.14. Hal ini terkait dengan nilai tertinggi didapat dari pertanyaan seberapa puaskah lansia dengan dukungan yang diperoleh dari teman sebanyak 57 responden (62.6%) menjawab biasa-biasa saja. Menurut Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang yang berbudaya ketimuran masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu

(care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.

Nilai terendah didapat dari pertanyaan seberapa puaskah lansia dengan hubungan personal ada 52 responden menjawab biasa-biasa saja. Hasil penelitian Suhartini (2004) menyatakan bahwa lansia yang tidak tinggal satu rumah dengan anak-anaknya berinisiatif untuk mengunjungi anak-anaknya, mereka tidak hanya menunggu dikunjungi atau diajak berkomunikasi terlebih dahulu oleh anaknya. Lansia menyadari kesibukan anak-anaknya baik dalam hal pekerjaan maupun dalam urusan rumah tangganya masing-masing.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa kepuasan lansia terhadap hubungan seksual ada 55 responden menjawab biasa-biasa saja. Menurut Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang yang berbudaya ketimuran masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan.


(59)

5.2.4 Domain 4 - Lingkungan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden didapatkan mean sebesar 25.59. Hal ini terkait dengan nilai tertinggi didapat dari pertanyaan seberapa sering lansia memiliki kesempatan untuk rekreasi sebanyak 65 responden (65.9%) menjawab sedikit. Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan (Universitas Toronto, 2004).

Nilai terendah didapat dari pertanyaan seberapa puaskah lansia dengan rekreasi yang dijalani sebanyak 23 responden (25.3%) menjawab biasa-biasa saja.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa lansia yang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya, sebanyak 62 responden (68.1%) menjawab sedikit.. Hal ini sesuai dengan penelitian Suhartini (2004) yang menemukan bahwa dengan keterbatasan yang ada pada lansia seperti rendahnya tingkat pendidikan, pembatasan umur, dan kecekatan dalam bekerja membuat mereka tidak memperoleh pekerjaan yang berdampak tidak adanya penghasilan yang bisa digunakan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa secara umum seberapa aman lansia rasakan dalam kehidupannya sehari-hari, sebanyak 52 responden lansia menjawab dalam jumlah sedang. Untuk pertanyaan seberapa sehat lingkungan dimana lansia tinggal (berkaitan dengan sarana dan prasarana), sebanyak 53 responden lansia menjawab dalam jumlah sedang. Dari data yang


(60)

didapat dan fakta yang ditemukan di Kecamatan Cot Girek memiliki fasilitas yang cukup lengkap, salah satunya menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu lingkungannya juga asri dengan banyaknya tanaman atau pepohonan disekitar panti membuat para lansia dapat menghirup udara segar setiap pagi tanpa terkena polusi dari luar.

Dari hasi penelitian yang dilakukan terhadap 91 responden bahwa seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan lansia dari hari ke hari, sebanyak 57 responden lansia menjawab sedikit. Dari data yang didapat mereka kurang mendapatkan informasi secara langsung mereka hanya mendapatkan dari televisi saja.

5.2.5 Kualitas Hidup Lansia di Kecamatan Cot Girek

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 91 responden didapatkan gambaran score maksimum 85 dan minimum 52, dan didapat nilai rata-rata kualitas hidup pada penelitian ini adalah 67. Pada domain fisik didapat nilai mean 17.96 dikarenakan lansia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk beraktivitas 53 responden menjawab sedikit, kepuasan lansia terhadap tidurnya 74 responden menjawab tidak memuaskan. Pada domain psikologis didapat nilai mean 15.76 dikarenakan kemampuan lansia dalam berkonsentrasi 57 responden menjawab sedikit, kepuasan lansia terhadap dirinya 50 responden menjawab tidak memuaskan, dan lansia yang sering memiliki perasaan negative seperti kesepian,putus asa, cemas dan depresi 64 responden menjawab sangat sering. Pada domain hubungan sosial didapat mean 7.14 dikarenakan kepuasan lansia dengan hubungan personal nya 52 responden menjawab biasa-biasa saja,


(61)

kepuasan lansia terhadap dukungan dari teman 57 responden menjawab biasa-biasa saja. Pada domain lingkungan di dapat nilai mean 19.90 dikarenakan ketersediaan informasi bagi lansia dari hari ke hari 57 responden menjawab sedikit, seberapa sering lansia memiliki kesempatan bersenang-senang 65 responden menjawab sedikit, kepuasan lansia terhadap akses pada pelayanan kesehatan 53 responden menjawab tidak memuaskan.

Hal ini didukung usia responden di kec, Cot girek mayoritas 71-80 tahun sebanyak 48 responden (52.7%), sehingga lansia kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari hal ini terkait semakin meningkatnya usia seseorang kemampuan otot-otot nya menurun. Masalah kesehatan yang dialami adalah hipertensi 40 responden (44.0%) hal ini berkaitan dengan semakin tinggi usia maka banyak masalah kesehatan yang dialami, penyakit kronis mempengaruhi kualitas hidup karena terjadi penurunan elastisitas aorta, katub jantung menebal menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun (Nugroho, 2008).

Berdasarkan persepsi lansia terhadap kualitas hidupnya adalah biasa-biasa saja (69.2%), peneliti berasumsi hal ini dikarenakan banyaknya lansia yang mengeluh susah tidur dan sering terbangun malam hari, pola makan tidak teratur kurangnya perhatian dari keluarga serta banyak lansia yang belum mau menerima bantuan tenaga medis dalam pemulihan kesehatannya.


(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 91 orang responden (lansia) yang tinggal di Kecamatan Cot Girek kab Aceh Utara. Hasil penelitian ini menggambarkan bagaimana kualitas hidup lansia yang tinggal di Kecamatan Cot Girek kab Aceh Utara tersebut apakah kualitas hidup nya tinggi atau rendah.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan score dari kuesioner kualitas hidup dengan score maksimum adalah 85 dan score minimum adalah 52. Hal ini didukung oleh usia responden mayoritas 71-80 yahun sebanyak 48 responden (52.7%) sehingga lansia kuarang mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari, hal ini terkait semakin meningkatnya usia seseorang makakemampuan otot-otot nya menurun jenis kelamin laki-laki yang paling dominan sebanyak 55 responden (60.4%) dan masalah kesehatan yang dialami adalah hipertensi 40 responden (44.0%) hal ini berkaitan dengan semakin tinggi usia maka semakin banyak masalah kesehatan yang dialami, penyakit kronis mempengaruhi kualitas hidup Karena terjadi penurunan elastisitas aorta, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun (Nugroho, 2008).

Score rata-rata kualitas hidup secara menyeluruh adalah 67, mean domain fisik 17.96, domain psikologis 15.76, domain hubungan sosial 7.14 dan domain lingkungan 19.90. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia terhadap kualitas hidupnya adalah biasa-biasa saja (69.2%), Hal ini dikarenakan banyak lansia yang


(63)

belum mau menerima bantuan tenaga medis dalam pemulihan kesehatannya dan kurangnya perhatian dari keluarga.

6.2 Saran

6.1.1. Bagi Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan keluarga kearah yang lebih baik lagi dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan keperawatan gerontik.

6.1.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya bagi mata ajar keperawatan gerontik dapat menjadi suatu pertimbangan untuk mempelajari kualitas hidup lansia sehingga nantinya dapat diaplikasikan ketika terjun langsung dimasyarakat.

6.1.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini telah dilakukan dengan metode deskriptif maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mengembangkan metode lain. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebaiknya mengetahui keenam domain dari kualitas hidup, karena masih banyak yang harus di lihat dari domain tersebut tidak hanya domain fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan sehingga hasil penelitian nantinya dapat menemukan sesuatu yang lebih berkembang lagi.


(64)

6.1.4 Bagi Keluarga Lansia

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi keluarga lansia untuk meningkatkan perannya dalam melakukan perawatan terhadap lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS. Jumlah Penduduk Lansia Kecamatan. Dibuka pada website http:// badan pusat statistic.aceh_utara.com. Pasa tanggal 7 Mei 2012 pukul 14.20.

Donal. A. (2001). What is Quality of Life ?. Dibuka pada website http ://www.evidence-based-medicine.co.uk. Pada tanggal 7 Mei 2012 pukul 14.20 WIB.

Harlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta ; Erlangga.

Hudaidah dan Aisyah. (2012). Kebudayaan Aceh. Dibuka pada website

Pada tanggal

28 Mei 2012 pukul 10.00 WIB.

Kuntjoro, Z.S. (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. Dibuka pada website http:// www.e_psikologi.com/epsi/lanjutusia. Pada tanggal 7 Mei 2012 pukul 14.20 WIB.

Notoadmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC. Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik & geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Polit, D.F & Cheryl. T. B. (2008). Nursing Research: Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. 8th edition. Philadelphia: Lippincott

Polit. D.F. & Hungler. B.P. (1995). Nursing Research Principles and Method. Philadelphia : Lippincatt. Company

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu


(66)

The Word Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)-BREF. Dibuka pada tanggal 09 Mei 2011 pukul 14.00 WIB.

Universitas Toronto. (2004). QOL Concept. Dibuka pada website

Pada tanggal 7 Mei 2012 pukul 14.20

WIB.

WHO. (1994). Departement of Psychiatry Centre for Participant Report

Outcomes.Dibuka pada website

Pada tanggal 7 Mei 2012 pukul 14.20 WIB.

WHO. (1998). Division of Mental Health and Prevention of Substance abuse. Dibuka pada website 14.20 WIB.


(1)

80 3 3.3 3.3 91.2

81 3 3.3 3.3 94.5

82 1 1.1 1.1 95.6

83 2 2.2 2.2 97.8

84 1 1.1 1.1 98.9

85 1 1.1 1.1 100.0

Total 91 100.0 100.0

Frequency

Statistics

Skorf skorp Skorh skorl

N Valid 91 91 91 91

Missing 0 0 0 0

Mean 17.9670 15.7692 7.1429 19.9011

Median 18.0000 16.0000 7.0000 19.0000

Std. Deviation 2.63502 1.97809 1.67047 3.08060

Minimum 13.00 10.00 3.00 14.00


(2)

Skorf

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 13 1 1.1 1.1 1.1

14 8 8.8 8.8 9.9

15 9 9.9 9.9 19.8

16 10 11.0 11.0 30.8

17 9 9.9 9.9 40.7

18 21 23.1 23.1 63.7

19 9 9.9 9.9 73.6

20 10 11.0 11.0 84.6

21 5 5.5 5.5 90.1

22 3 3.3 3.3 93.4

23 4 4.4 4.4 97.8

24 1 1.1 1.1 98.9


(3)

skorp

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10 1 1.1 1.1 1.1

13 6 6.6 6.6 7.7

14 19 20.9 20.9 28.6

15 18 19.8 19.8 48.4

16 18 19.8 19.8 68.1

17 12 13.2 13.2 81.3

18 11 12.1 12.1 93.4

19 3 3.3 3.3 96.7

20 1 1.1 1.1 97.8

21 1 1.1 1.1 98.9

23 1 1.1 1.1 100.0


(4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 1 1.1 1.1 1.1

4 2 2.2 2.2 3.3

5 3 3.3 3.3 6.6

6 35 38.5 38.5 45.1

7 18 19.8 19.8 64.8

8 13 14.3 14.3 79.1

9 12 13.2 13.2 92.3

10 4 4.4 4.4 96.7

12 3 3.3 3.3 100.0

Total 91 100.0 100.0

skorl

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

18 22 24.2 24.2 40.7

19 16 17.6 17.6 58.2

20 12 13.2 13.2 71.4

21 3 3.3 3.3 74.7

22 3 3.3 3.3 78.0

23 4 4.4 4.4 82.4

24 5 5.5 5.5 87.9

25 6 6.6 6.6 94.5

26 3 3.3 3.3 97.8

27 1 1.1 1.1 98.9

30 1 1.1 1.1 100.0


(6)

Nama

: Tia Destriana

Tempat/ Tanggal Lahir

: Cot Girek/ 05 Desember 1989

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Kewarganegaraan

: Indonesia

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Alamat

: Jl. R.jaya

Riwayat Pendidikan

:

1.

SD Negeri 1 Cot Girek : 1996-2002

2.

SMP Negeri 1 Cot Girek : 2002-2005

3.

SMA Negeri 1 Cot Girek : 2005-2008

4.

D3 Keperawatan USU : 2008-2011