Hubungan Jarak Buangan Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek dengan Kualitas Air Sumur Penduduk di Desa Cot Girek Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010

(1)

HUBUNGAN JARAK BUANGAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PTPN I (Persero) COT GIREK DENGAN KUALITAS AIR SUMUR

PENDUDUK DI DESA COT GIREK KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2010

T E S I S

Oleh MAIMUDDIN 087031008/IKM

               

 

 

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE DISTANCE OF WASTE WATER DISPOSAL PALM OIL FACTORY OF PTPN I (Persero) COT GIREK

WITH THE QUALITY OF COMMUNITY WELL WATER IN COT GIREK VILLAGE ACEH UTARA DISTRICT

IN 2010

T H E S I S

BY MAIMUDDIN 087031008/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FAKULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HUBUNGAN JARAK BUANGAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PTPN I (Persero) COT GIREK DENGAN KUALITAS AIR SUMUR

PENDUDUK DI DESA COT GIREK KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2010

    T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

   

Oleh MAIMUDDIN 087031008/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN JARAK BUANGAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PTP NUSANTARA I (Persero) COT GIREK DENGAN KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA COT GIREK KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2010

Nama Mahasiswa : Maimuddin Nomor Induk Mahasiwa : 087031008

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. Hamonangan Nainggolan, M.Sc) Ketua

(dr. Surya Dharma, M.P.H) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji pada Tanggal : 9 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Hamonangan Nainggolan, M.Sc Anggota : dr. Surya Dharma, M.P.H

: Ir. Indra Chahaya, M.Si : Ir. Evinaria, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN JARAK BUANGAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PTPN I (Persero) COT GIREK DENGAN KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA COT GIREK KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2010       T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diajukan dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2011


(7)

ABSTRAK

Limbah cair PKS mengandung padatan terlarut, emulsi minyak di dalamnya, dan mengandung senyawa organik yang dapat mencemari lingkungan, termasuk limbah PKS dari PTPN I (Persero) Cot Girek. Laporan dari masyarakat pada tahun 2009 mengemukakan kemungkinan adanya pencemaran yang diperlihatkan oleh air sungai yang berwarna kecoklatan dan berbusa, ditemukannya banyak ikan yang mati dan mengapung serta air sumur di sekitar pabrik yang berwarna kekuningan.

Penelitian ini adalah desain cross sectional study yang bertujuan menganalisis hubungan jarak buangan limbah cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek dengan kualitas air sumur penduduk di Desa Cot Girek Aceh Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah limbah cair buangan pabrik dan air sumur penduduk. Sampel diambil di kolam buangan limbah cair pabrik dan sumur penduduk di sekitar pabrik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Air Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe pada bulan Agustus 2010. Analisis data dilakukan secara dekriptif yang dibandingkan antara baku mutu kualitas limbah cair dan baku mutu kualitas air sumur.

Hasil penelitian menunjukkan kadar BOD 161 mg/l, COD 206,33 mg/l, kadar TSS sebesar 291,6 mg/l, dan pH sebesar 7,5 sedangkan kualitas fisik air sumur penduduk secara umum berwarna, berasa dengan suhu air rata-rata <300C, kekeruhan antara 4,71 – 7,21 NTU, kualitas kimia meliputi kadar klorida < dari 250 dan kesadahan air, <500 mg/l serta pH air antara 6,0 – 9,0.

Disarankan kepada pihak Manajemen PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara, untuk melakukan peninjauan kembali proses pengolahan limbah cair buangan pabrik dan pemeriksaan terhadap kualitas air sumur penduduk di sekitar pabrik secara berkala guna memastikan pencemaran air sumur penduduk, kepada Kantor Lingkungan Hidup Aceh Utara agar melakukan monitoring terhadap kualitas limbah buangan PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara maupun terhadap pabrik lainnya.


(8)

ABSTRACT

Liquid waste of Palm Oil Factory contains organic soluble solid waste that has a potential to pollute the environment. This is happening also with the factory owned by PTPN I in Cot Girek, North Aceh. Report from the community in 2009 explained that there was a possibility of pollution. The color of the water of the river changed into a bit chocolate and bubbling, dead fish can easily be found and the color of community well became yellowish.

The study was cross sectional study that aimed to analyze the relationship of liquid waste banishment of the Palm Oil Factory of PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh on the quality of water wells villager in Cot Girek village North Aceh. The sample for this study were the liquid waste of the Palm Oil Factory and the well water local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory. This study was conducted in the Water Laboratory of Lhokseumawe District Health Office on August 2010. The analyze data was done descriptively compared between liquid waste water quality grade standard and well water quality grade standard. The result of this study showed that the content of BOD was 161 mg/l, COD was 206,33 mg/l, TSS was 291,6 mg/l and pH was 7,5. While the physical quality of the well water of the local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory of PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh in general color and brackish acidic taste and smells with the average water temperature of < 30 0C and the muddiness between 4.71 – 7.21, the chemical quality including the content of chloride less than 250 mg/l with the average of 78.0 mg/l, and hardness of water of < 500 mg/l and water pH between 6.0-9.0.

The Management of Palm Oil Factory, PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh is suggested to review the liquid waste process of their Palm Oil Factory and to examine the quality of well water of the local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory. The head of North Aceh Enviromental Affairs Office is suggested to periodically monitor the quality of liquid waste of Palm Oil Factory, PTP Nusantara I (Limited Campany) Cot Girek North Aceh or the other existing factories.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Hubungan Jarak Buangan Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek dengan Kualitas Air Sumur Penduduk di Desa Cot Girek Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010”

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K).

Terima kasih kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya terima kasih kepada Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan dr. Surya Dharma, M.P.H selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pimikirannya untuk membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.

Terima kasih tak terhingga kepada isteri dan anak-anak tersayang yang telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan doa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan. Ucapan terima kasih yang paling tinggi dan teristimewa


(10)

kepada ibunda tercinta Hj. Rohani Abdul Gani atas doa-doanya kepada penulis sehingga sampai hari ini penulis masih diberi umur panjang, kesehatan, kesempatan dan kemudahan dari Allah SWT, dan juga ucapan terima kasih yang tiada henti-hentinya kepada ayahnda tercinta H. Nyak Cut Ishak yang tidak pernah lupa dan absen memotivasi dan menasehati penulis dalam setiap waktu dan kesempatan.

Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan sesama mahasiswa dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu demi yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan dan penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juli 2011


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Maimuddin, lahir dipedalaman Aceh tepatnya di Gampong Meunasah Nibong Kecamatan Meurah Mulia Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh pada tanggal 07 bulan 07 tahun 1970. Penulis merupakan anak sulung dari 7 orang bersaudara dengan 5 laki-laki dan 2 perempuan dari pasangan H. Nyak Cut Ishak dan Hj. Rohani Abdul Gani. Penulis sudah menikah dengan Yuslinda dan telah dikaruniai 4 orang anak.

Penulis menamatkan pendidikan tingkat Sekolah Dasar tahun 1993 dan Sekolah Menengah Pertama tahun 1996 dikampung halaman. Penulis menamatkan pendidikan pada Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Kabupaten Aceh Utara tahun 1989. Tahun 2008 penulis menamatkan pendidikan pada jenjang S1 Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah Aceh sambil bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Pusat Departemen Kesehatan Republik Indonesia diperbantukan pada Dinas Kesehatan Pemkab Aceh Utara.

Penulis memulai karir sebagai Pegawai Negeri Sipil Pusat Departemen Kesehatan Republik Indonesia diperbantukan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara pada tahun 1991 dengan pangkat golongan ruang Pengatur Muda (II/a) sampai dengan tahun 2002. Tahun 2002 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil Daerah Dinas Kesehatan Pemko Lhokseumawe Aceh.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pencemaran Lingkungan ... 9

2.2Perkebunan Kelapa Sawit... 17

2.3Industri PKSawit ... 18

2.4Limbah Buangan PKS ... 19

2.5Teknik Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 24

2.6Pengolah Limbah Cair PKS... 25

2.7Teori Simpul ... 32

2.8Landasan Teori ... 33

2.9Kerangka Konsep ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.3. Populasi dan Sampel... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 38

3.6. Metode Pengukuran... 41

3.7. Metode Analisis Data ... 50

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 51

4.2. Gambaran Umum Proses Pengolahan Limbah PKS PTPN I . Cot Girek Aceh Utara ... ... 52


(13)

4.3. Titik Lokasi Pengambilan Sampel... 55

4.4. Kualitas Efluen Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 57

4.5. Suhu Kamar di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara... ... 60

4.6. Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitar PKS ... 60

4.7. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air ... 67

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Kualitas Efuen Limbah Cair Buangan PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara... 73

5.2. Kualitas Limbah Cair Buangan PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 73

5.3. Kualitas Air Sumur Penduduk disekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara... 77

5.4. Konstruksi Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh utara... 88

5.5. Instalasi Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga Penduduk . 88 5.6. Struktur Tanah di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 89

5.7. Kedalaman Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara... 90

5.8. Keterbatasan Peneliti... 92

BAB 6. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ... 93

6.2. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kualitas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 23

2.2. Baku Mutu Limbah Cair Minyak Sawit ... 23

3.1. Baku Mutu Ukuran Kualitas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit ... 49

3.2. Metode Pengukuran Variabel Kualitas Air Sumur... 50

4.1. Perhitungan kadar BOD5 pada Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara... 57

4.2. Hasil Pengukuran Kadar TSS dan pH Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 59

4.3. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Air pada Air Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara Pada Jarak 70 Meter, 100 Meter dan 150 Meter ... 61

4.4 Hasil Pengukuran Kualitas Kimia Air pada Air Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara Pada Jarak 70 Meter, 100 Meter dan 150 Meter ... 65

4.5 Konstruksi Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 67

4.6. Instalasi Pembuangan Air Limbah Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 69

4.7. Kedalaman Sumur Penduduk di Sekitar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Skema Aplikasi Lahan... 26

2.2. Menajemen Penyakit Menular... 32

2.3. Kerangka Konsep ... 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Lembar Pengumpul Data ... 103 2. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 104 3. Surat Telah Selesai Melaksanakan Penelitian Dari Manejer PKS PTPN I

(Persero) Cot Girek Aceh Utara... 105 4. Gambar Proses Pengambilan Sampel Air Sumur Penduduk di Sekitar PKS

PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 106 5. Gambar PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara ... 108 6. Gambar Proses Pengambilan Limbah Cair PKS PTPN I (Persero) Cot

Girek Aceh Utara ... 109 7. Gambar Laboratorium Air Dinkes Kota Lhokseumawe ... 111

               


(17)

ABSTRAK

Limbah cair PKS mengandung padatan terlarut, emulsi minyak di dalamnya, dan mengandung senyawa organik yang dapat mencemari lingkungan, termasuk limbah PKS dari PTPN I (Persero) Cot Girek. Laporan dari masyarakat pada tahun 2009 mengemukakan kemungkinan adanya pencemaran yang diperlihatkan oleh air sungai yang berwarna kecoklatan dan berbusa, ditemukannya banyak ikan yang mati dan mengapung serta air sumur di sekitar pabrik yang berwarna kekuningan.

Penelitian ini adalah desain cross sectional study yang bertujuan menganalisis hubungan jarak buangan limbah cair PKS PTPN I (Persero) Cot Girek dengan kualitas air sumur penduduk di Desa Cot Girek Aceh Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah limbah cair buangan pabrik dan air sumur penduduk. Sampel diambil di kolam buangan limbah cair pabrik dan sumur penduduk di sekitar pabrik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Air Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe pada bulan Agustus 2010. Analisis data dilakukan secara dekriptif yang dibandingkan antara baku mutu kualitas limbah cair dan baku mutu kualitas air sumur.

Hasil penelitian menunjukkan kadar BOD 161 mg/l, COD 206,33 mg/l, kadar TSS sebesar 291,6 mg/l, dan pH sebesar 7,5 sedangkan kualitas fisik air sumur penduduk secara umum berwarna, berasa dengan suhu air rata-rata <300C, kekeruhan antara 4,71 – 7,21 NTU, kualitas kimia meliputi kadar klorida < dari 250 dan kesadahan air, <500 mg/l serta pH air antara 6,0 – 9,0.

Disarankan kepada pihak Manajemen PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara, untuk melakukan peninjauan kembali proses pengolahan limbah cair buangan pabrik dan pemeriksaan terhadap kualitas air sumur penduduk di sekitar pabrik secara berkala guna memastikan pencemaran air sumur penduduk, kepada Kantor Lingkungan Hidup Aceh Utara agar melakukan monitoring terhadap kualitas limbah buangan PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara maupun terhadap pabrik lainnya.


(18)

ABSTRACT

Liquid waste of Palm Oil Factory contains organic soluble solid waste that has a potential to pollute the environment. This is happening also with the factory owned by PTPN I in Cot Girek, North Aceh. Report from the community in 2009 explained that there was a possibility of pollution. The color of the water of the river changed into a bit chocolate and bubbling, dead fish can easily be found and the color of community well became yellowish.

The study was cross sectional study that aimed to analyze the relationship of liquid waste banishment of the Palm Oil Factory of PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh on the quality of water wells villager in Cot Girek village North Aceh. The sample for this study were the liquid waste of the Palm Oil Factory and the well water local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory. This study was conducted in the Water Laboratory of Lhokseumawe District Health Office on August 2010. The analyze data was done descriptively compared between liquid waste water quality grade standard and well water quality grade standard. The result of this study showed that the content of BOD was 161 mg/l, COD was 206,33 mg/l, TSS was 291,6 mg/l and pH was 7,5. While the physical quality of the well water of the local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory of PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh in general color and brackish acidic taste and smells with the average water temperature of < 30 0C and the muddiness between 4.71 – 7.21, the chemical quality including the content of chloride less than 250 mg/l with the average of 78.0 mg/l, and hardness of water of < 500 mg/l and water pH between 6.0-9.0.

The Management of Palm Oil Factory, PTP Nusantara I (Limited Company) Cot Girek North Aceh is suggested to review the liquid waste process of their Palm Oil Factory and to examine the quality of well water of the local people living in the vicinity of the Palm Oil Factory. The head of North Aceh Enviromental Affairs Office is suggested to periodically monitor the quality of liquid waste of Palm Oil Factory, PTP Nusantara I (Limited Campany) Cot Girek North Aceh or the other existing factories.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah bagian dari mata rantai kegiatan agrobisnis dibidang perkebunan, perkembangan kebun kelapa sawit dan industri pabrik kelapa sawit dewasa ini semakin meningkat seiring dengan kebutuhan minyak kelapa sawit dunia. Perkembangan tersebut disadari mampu memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi nasional yang ditandai dengan terbukanya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan devisa negara dari ekspor non migas, peningkatan penerimaan negara dari pajak, non pajak (PNBP), serta meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat. Namun demikian, dengan tumbuhnya industri yang dimaksud dapat membawa efek negatif berupa timbulnya pencemaran lingkungan sekitar zona industri, yaitu pencemaran udara (polusi) dan pencemaran air yang timbul akibat dari pembuangan limbah cair (liquid) dan padat (solid).

Limbah buangan pabrik kelapa sawit meliputi padatan, cair dan gas, pasir atau tanah dari perkebunan, tandan buah ampas, kulit kering, batok/cangkang serta lumpur dari kolam pengolahan limbah cair maupun limbah padat. Menurut Hamonangan (2009), limbah cair dan padat buangan pabrik kelapa sawit merupakan bahan organik mengandung hara yang diperlukan oleh tanaman, oleh karena itu aplikasi limbah padat dan cair tersebut merupakan usaha daur ulang sebagian hara yang terikut melalui panen tandan buah segar kelapa sawit.


(20)

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung padatan terlarut maupun emulsi minyak didalam air dan mengandung senyawa-senyawa organik seperti selulosa dan tanin ataupun turunan alkaloid lainnya seperti karotin. Padatan terlarut melayang dan juga emulsi serta bahan-bahan organik lainnya yang terurai maupun terdegradasi disebabkan mikrorganisme, sehingga jika dibuang ke dalam badan air akan menyebabkan pencemaran air, dan dapat mencemari air tanah.

Secara umum berdasarkan hasil dari evaluasi Departemen Perindustrian (2008), diketahui bahwa karakteristik limbah cair dari kegiatan industri pabrik kelapa sawit seperti BOD (Biological Oxygen Demand) sebesar 135,80 mg/l, COD (Chemical Oxygen Demand ) sebesar 394,7 mg/l, TSS sebesar 271, 5 mg/l dan pH sebesar 4,1, sedangkan baku mutu BOD sebesar 100 mg/l, baku mutu COD sebesar 350 mg/l, baku mutu TSS sebesar 250 mg/l. dan baku mutu pH sebesar 6,0-9,0. Keadaan ini menunjukkan bahwa angka-angka tersebut berada di atas toleransi baku mutu yang direkomendasikan, jika dibuang ke badan air akan mengganggu ekosistem serta kualitas kandungan air tanah. Selain itu, limbah cair buanagan pabrik kelapa sawit memiliki kadar air 95%, dan 4,5% padatan dalam bentuk terlarut/tersuspensi, 0,5-1% sisa minyak dan lemak emulsi. Asam terjadi pelepasan asam lemak bebas selama proses. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit juga memiliki temperatur yang tinggi yaitu 60-80oC berasal dari proses kondensasi (Satria, 1999).

Menurut Ahmad (2004), Limbah buangan pabrik kelapa sawit merupakan hasil dari pengolahan kelapa sawit menjadi minyak. Karakteristik limbah cair dari kegiatan industri pabrik kelapa sawit, dan telah disebutkan sebelumnya limbah ini


(21)

bersifat asam dengan pH 4,1 memiliki kadar air 95%, 4,5% padatan dalam bentuk terlarut/tersuspensi 0,5-1% sisa minyak dan lemak emulsi temperatur yang tinggi dihasilkan dari proses kondensasi berkisar antara 60 oC -80oC.

Perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara merupakan perusahaan perkebunan yang tergolong lama dalam usaha memproduksi kelapa sawit dan pengolahan minyak kelapa sawit. Dalam menjalankan produksi minyak kelapa sawit, pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara menghasilkan limbah baik limbah cair, limbah padat maupun maupun limbah gas. Dalam proses pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara menggunakan sistem kolam atau ponding system. Setelah melalui proses pengolahan limbah cair, air limbah cair dari hasil pengolahan kelapa sawit langsung dibuang ke badan air, proses pembuangan tersebut dapat diasumsikan akan berdampak secara negatif terhadap kualitas badan air, air tanah dan lingkungan disekitar, kondisi ini dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan akibat pencemaran badan air, pencemaran air tanah, pencemaran lingkungan hidup yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem alam.

Berdasarkan laporan tahunan menajemen pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang disampaikan kepada Kantor Lingkungan Hidup Aceh Utara dan Kantor Lingkungan Hidup Propinsi Aceh selama kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, aktivitas operasional pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara belum menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat disekitar pabrik, karena proses pengolahan limbah hasil produksi telah


(22)

melalui mekanisme yang benar sehingga limbah yang dihasilkan telah memenuhi standar baku mutu. Menurut pihak menajemen, karakteristik limbah cair yang dibuang ke badan air telah melalui suatu proses sterilisasi sehingga air limbah yang dibuang ke badan air dapat dipastikan aman terhadap lingkungan sekitar.

Berdasarkan laporan masyarakat sekitar pabrik yang kesehariannya menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Utara medio pertengahan bulan September 2009 perihal pencemaran air sungai oleh limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang diindikasikan dari banyaknya ikan yang mati. Sehubungan laporan tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Utara melakukan Inspeksi mendadak ke lokasi, hasil pemantauan secara fisik di lokasi dijumpai adanya ikan yang mati dan mengapung disungai, air sungai berwarna kecoklatan dan berbusa, air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara berwarna kekuningan, berminyak dan keruh. Kondisi hasil buangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara pernah diberitakan pada media harian lokal yaitu harian Serambi Indonesia tanggal 08 Agustus 2009, bahwa limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang dibuang di badan air dinilai oleh sejumlah kalangan dan lembaga pemerhati lingkungan hidup tidak sesuai dengan baku mutu limbah yang direkomendasikan, ini diindikasikan dari banyak ikan yang mati di sungai, air sumur penduduk di sekitar pabrik berwarna, berminyak dan berbau.


(23)

Kondisi kehidupan masyarakat di Desa Cot Girek Kabupaten Aceh Utara (sekitar pabrik kelapa sawit), dalam penggunaan sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari dapat digambarkan antara lain sebesar 55,5% masyarakat menggunakan air tanah (sumur gali), 35,5% menggunakan air PDAM dan 14% menggunakan air yang dibeli menggunakan bak tempat penampungan.

Berdasarkan hasil laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cot Girek Aceh Utara tentang data kunjungan berobat masyarakat di Puskesmas pada tahun 2009 tercatat dari 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat untuk semua tingkatan umur dan jenis kelamin, penderita penyakit ISPA menempati urutan pertama dengan jumlah kasus sebesar 50%, penderita penyakit diare dengan jumlah kasus sebesar 12% dan penyakit lainnya dengan jumlah kasus sebesar 38%, yang paling menonjol dalam persentase penyakit lainnya adalah jenis penyakit gatal. Keadaan ini mengindikasikan bahwa jenis penyakit tersebut merupakan jenis penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak hygiene, tingkat personal hygiene yang masih kurang baik dan juga akibat sanitasi lingkungan hidup yang belum memenuhi persyaratan kesehatan.

Menyikapi fenomena permasalahan limbah buangan pabrik kelapa sawit tersebut khususnya limbah cair, upaya strategis yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak manajemen pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara adalah melakukan peninjauan kembali sistem pengelolaan limbah cair buangan secara terpadu dan berbasis lingkungan mengingat dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair pabrik kelapa sawit sangat besar bagi kesehatan masyarakat sekitar pabrik,


(24)

terjadinya gangguan ekosistem alam serta terganggunya kelestarian lingkungan hidup yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan kehidupan makhluk hidup dimuka bumi.

Konsekuensi dari limbah cair buangan pabrik kelapa sawit tersebut secara nyata dapat berdampak tidak baik dan mempengaruhi terhadap kualitas air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara. Hal ini dapat diindikasikan berdasarkan dari hasil survey awal pada bulan Januari 2010, Hasil survey diketahui secara fisik warna air sumur penduduk berwarna kekuning-kuningan, berasa payau dan ada beberapa sumur penduduk yang airnya berbau.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas buangan limbah cair pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan kualitas air sumur penduduk di Desa Cot Girek Aceh Utara. Menurut peneliti, penelitian dimaksud menjadi penting untuk dilakukan, mengingat konsekuensi dari proses pengolahan limbah yang tidak saniter akan berdampak luas terhadap terganggunya kelangsungan kehidupan habitat dan kesehatan masyarakat di sekitarnya.

1.2 Permasalahan

Aktivitas pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian, namun dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan disekitar. Pembuangan limbah cair yang tidak sesuai baku mutu dapat menganggu keseimbangan lingkungan hidup


(25)

yang dapat berdampak secara langsung terhadap kualitas air tanah dan badan air di sekitar areal pabrik, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan jarak buangan Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan Kualitas Air Sumur Penduduk di Desa Cot Girek.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan jarak buangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan Kualitas Air Sumur Penduduk (kualitas fisik dan kualitas kimia) di Desa Cot Girek Aceh Utara.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan jarak buangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan kualitas air sumur penduduk (kualitas fisik dan kualitas kimia) di Desa Cot Girek Aceh Utara Tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menjadi masukan bagi Manajemen pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dalam merumuskan kebijakan terhadap proses pengelolaan limbah cair buangan PKS yang saniter, ramah lingkungan, aman terhadap air, badan air dan lingkungan sekitarnya.


(26)

2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dalam merumuskan kebijakan terhadap program pencegahan penyakit menular dan penyakit berbasis lingkungan yang bersumber dari air, limbah cair, limbah padat dan gas yang dihasilkan oleh industri pabrik sawit dan industri lainnya. 3. Menjadi masukan bagi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara

dalam melakukan monitoring secara berkala terhadap kualitas limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara maupun terhadap pabrik lainnya guna mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh karena limbah industri.

4. Menjadi sumber pengetahuan bagi penduduk Desa Cot Girek Aceh Utara khususnya yang berdomisili disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara agar dapat memeperhatikan kondisi sumur sebagai sebagai sumber air bersih dari berbagai aspek sehingga air sumur benar-benar terjamin, aman dan memenuhi persyaratan kesehatan untuk dikonsumsi. 5. Dapat menjadi kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan

kajian terhadap pengelolaan limbah, agar setiap perusahaan memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang baik atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya (Darsono, 1995).

Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri kelapa sawit dapat berupa limbah cair, limbah padat, maupun limbah gas. Diantara sejumlah jenis limbah pabrik kelapa sawit tersebut yang menjadi masalah terhadap kelangsungan lingkungan adalah limbah cair karena sifatnya dapat mencemari badan sungai, air sungai, air dan badan air karena kandungan zat organiknya tinggi serta tingkat keasaman rendah, sehingga limbah cair tersebut sebelum dibuang ke badan sungai atau ke badan air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu (Sutejo, 2003). Terjadinya suatu pencemaran di sungai umumnya disebabkan oleh karena masuknya limbah kedalam badan sungai.

2.1.2 Pencemaran Air Tanah

Menurut Sutejo (2003), air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal akibat terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air sungai dikatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak


(28)

sesuai lagi dengan peruntukannya dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya.

Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap didalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air tanah menjadi dua zone besar yaitu: 1. Zone air berudara (zone of aeration)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah, lapisan ini masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.

2. Zone air jenuh (zone of saturation)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung dengan udara luar, lapisan tanahnya atau aquifer bebas.

Air tanah secara umum mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan, khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah mempunyai beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan seperti kesadahan, kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, pH, dan lain-lainnya.

Pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air dimana telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2001). Pencemar air dapat menentukan indikator yang terjadi pada air lingkungan. Pencemar air dapat dikelompokkan sebagai berikut:


(29)

a. Bahan buangan organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin berkembang biaknya mikroorganisme dan mikroba patogen. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.

b. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa (Hg) yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya.

c. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat pewarna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air, biota air, mungkin juga manusia dan makhluk hidup lainnya.


(30)

2.1.3 Kualitas Air

Kualitas air sumur penduduk adalah tingkat kualitas air sumur yang digunakan penduduk yang mencakup kualitas fisik dan kimia.

Kualitas air dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan apakah air itu layak dikonsumsi. Penetapan standar batas mutu minimal yang harus dipenuhi ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional, maupun standar perusahaan. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari : 1. Air kelas satu

Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.

2. Air kelas dua

Air yang diperuntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanian dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Air kelas tiga

Air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lainnya yang syarat mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Air kelas empat

Air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(31)

2.1.4 Air Sumur

Air merupakan sumber kehidupan, air sangat besar pengaruh dan mamfaat terhadap kehidupan makhluk hidup. Air merupakan kebutuhan vital dan dibutuhkan bagi kehidupan semua makhluk hidup dalam rangka mempertahankan kelangsungan kehidupan di atas bumi, kebutuhan akan air bagi manusia, hewan dan tumbuhan terjadi secara terus-menerus selagi kehidupan masih terjadi di bumi, tanpa ada persediaan air yang cukup, kehidupan makhluk hidup akan mengalami terganggu. Dengan demikian semakin bertambahnya jumlah penduduk dimuka bumi, semakin meningkat pula kebutuhan dan pemanfatan air. Air adalah bagian dari lingkungan fisik yang sangat ensensial, tidak hanya dalam proses kehidupan, tetapi juga dalam proses lain, seperti untuk kebutuhan industri, kebutuhan pertanian, kebutuhan perkebunan, pemadam kebakaran dan kebutuhan lain-lainnya (Soemirat, 2002). Kebutuhan akan sumber daya air dalam kehidupan menjadi sangat nyata, ini dapat diketahui dari perubahan jumlah persediaan air di bumi secara debit berkurang dari waktu kewaktu. Perubahanya dapat dilihat pada bentuk dalam mengikuti siklus hidrologi yang berputar sepanjang masa (air di daratan, air laut, uap air hujan).

Penduduk dunia dari waktu kewaktu terus menunjukkan angka penambahan yang signifikan, sehingga kebutuhan akan sumber air semakin bertambah juga. Penduduk berkembang dengan cepat, percepatan terhadap merosotnya persediaan air dibumi semakin terasa, ini disebabkan oleh karena kebutuhan pemakaian air untuk per kapita penduduk per tahun meningkat tajam terutama didaerah yang sumber airnya kecil sedangkan pertumbuhan industrinya meningkat tajam. Distribusi air yang


(32)

secara geografis tidak merata ditambah dengan distribusi kepadatan penduduk yang merata setiap saat akan menimbulkan ketidak seimbangan antara debit persediaan dan permintaan (supply dan demand) akan air yang sukar untuk diatasi (Soerjani, dkk, 1997).

Salah satu sumber air dalam kehidupan manusia adalah air sumur (air tanah). Air sumur artetis atau air tanah dalam terdapat setelah lapis air yang pertama. Pengambilan air sumur atau air tanah dalam harus menggunakan bor serta memasukan pipa dengan kedalamannya, sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100 - 300 m) akan didapatkan suatu lapis air (Sutrisno dan Suciastuti, 1996). 2.1.5 Kualitas Air Sumur

Dalam program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dari aspek kesehatan layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/SK/1990 tentang Pengawasan dan Syarat-syarat Kualitas Air, yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas.

Kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya sesuatu (tentang barang dan sebagainya). Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak


(33)

(Sutejo dan Purwantoyo, 2003). Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk dalam golongan air B yaitu golongan air yang dapat digunakan sesuai peruntukannya sebagai air baku air minum.

1. Syarat kualitas fisik

a. Jernih atau tidak keruh (kekeruhan), yaitu air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kesatuan dinyatakan dengan satuan unit.

b. Tidak berwarna (warna), yaitu air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna mengandung bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan. c. Tidak berasa, yaitu secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa

asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Soemirat, 2002).

d. Tidak berbau, yaitu air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikro organisme didalam air.

e. Temperatur normal (suhu), yaitu air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan tempertur udara (20°C sampai dengan 60°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara


(34)

berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikro organisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi didalam air.

f. Jumlah TDS (Total Disolfed Solid) zat padat terlarut, yaitu TDS biasanya terdiri atas zat organic, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan meningkat. Efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Soemirat, 2002).

2. Syarat kualitas kimia

a. pH netral, yaitu derajat keasaman air harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai kadar pH rendah akan bersifat asam, sedangkan kadar pH tinggi akan bersifat basa. Air yang murni mempunyai pH 7, pH di bawah 7 bersifat asam sedangkan pH di atas 7 bersifat basa.

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun, yaitu air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik.

c. Tidak Mengandung ion-ion logam, yaitu air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl, dll d. Kesadahan rendah, yaitu tingginya kesadahan berhubungan dengan


(35)

e. Tidak Mengandung bahan organik, yaitu kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4,H2S, dan NO3 (Kusnaedi, 2004).

3. Syarat kualitas mikrobiologis

Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli, salmonellatyphi, vibrio chotera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).

a. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, ciadocera, dan lain-lain.

2.2 Perkebunan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang terkenal di Indonesia, dan sebagai tanaman penghasil minyak paling tinggi persatuan luas. Pemanenan sawit dapat dimulai pada umur 3,5 samai 4 tahun sejak pembibitan (Aritonang, 1986).

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mayoritas dikelola oleh perusahaan Negara (BUMN) dan perkebunan besar swasta yang berlokasi diluar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Khususnya di Riau dari tahun ketahun perkebunan kelapa sawit selalu mengalami peningkatan yang signifikan, terbukti dalam 20 tahun terakhir (1985-2005) pertumbuhan perkebunan kelapa sawit baik milik milik negara, swasta maupun perkebunan rakyat mencapai lima juta hektare atau meningkat sampai 83 persen. Seiring dengan pertumbuhan perkebunan


(36)

kelapa sawit ditanah air, pada tahun 2004 perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai 40 yang tersebar dibeberapa daerah diluar pulau Jawa.

2.3 Industri PKS Di Indonesia

Melihat perkembangan harga minyak sawit dipasaran dunia Internasional yang cenderung membaik dari waktu ke waktu telah mendorong berbagai pihak baik pemerintah melalui perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit maupun pihak-pihak swasta untuk melakukan investasi dibidang industri pabrik kelapa sawit dalam skala besar dengan daya produksi ratusan ton TBS setiap harinya. Dalam rentang waktu 20 tahun terakhir (1985-2005) kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional mencapai 6 persen. Sejak tahun 2005 minyak sawit telah menjadi minyak makan yang dikomsumsi terbesar oleh masyarakat dunia. Konsumsi minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan dunia. Seiring dengan peningkatan permintaan minyak makan dunia dari minyak kelapa sawit, untuk menjawab dan memenuhi permintaan minyak makan dunia dari minyak kelapa sawit, industri pabrik kelapa sawit ditanah air semaksimal mungkin meningkatkan produksi, pada tahun 2005 Indonesia menjadi negara produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar didunia setelah negara jiran Malaysia.

2.3.1 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan minyak kelapa sawit menghasilkan dua produk, yaitu minyak mentah (Crude Palm Oil) dan Inti Sawit yang dihasilkan melalui proses dan tahapan-tahapan sebagai berikut :


(37)

1. Perebusan

Perebusan buan tandan segar (TBS) kelapa sawit dengan metode diberikan tekanan uap panas 2,4 sampai 3,4 kg/cm, dengan temperatur 13500C – 14500C selama 60 – 90 menit. Tujuan perebusan adalah untuk sterilisasi bakteri, menonaktifkan enzim yang dapat mengubah minyak menjadi asam lemak, dan melumatkan daging buah segar mudah dalam proses selanjutnya. Pada proses perebusan ini dihasilkan air buangan yang banyak mengandung minyak dan kotoran yang bersifat asam.

2. Pengeperasan

Proses pengeperasan merupakan tahap pemurnian minyak dengan memisahkan minyak dari kotoran air. Alat yang digunakan adalah decanter, pada proses ini banyak memerlukan air panas sebagai media pemisah antara CPO dengan Sludge. Limbah cair yang paling potensial sebagai sumber pencemar adalah air limbah (sludge) dari proses pengeperasan.

3. Kernel

Inti sawit dan cangkang dipisahkan dengan menggunakan separator, selanjutnya inti sawit masuk dalam alat pengering. Inti sawit yang sudah kering dipecah dan menghasilkan cangkang. Untuk memisahkan cangkah dari inti sawit diperlukan alat hidrocyclone, alat ini banyak memerlukan air untuk memisahkan dua komponen yang berbeda berat jenisnya, sehingga banyak dihasilkan sisa air kotor.

2.4 Limbah Buangan PKS


(38)

suatu proses kegiatan produksi pengolahan kelapa sawit yang dapat atau tidak dapat dimamfaatkan kembali, dalam pengolahan kelapa sawit dapat menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu limbah cair, limbah padat dan limbah gas.

Limbah cair dihasilkan dari efek produksi yang dapat mencemari badan sungai, air sungai, badan air, air dan lingkungan hidup, limbah gas berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran proses produksi yang keluar melalui cerobong asap boiler, limbah gas dapat menimbulkan polusi udara, limbah padat berupa solid, cangkang, sabut dan abu. Limbah padat yang berupa abu dan solid dapat dimanfaatkan untuk pupuk, sedangkan sabut dan cangkang bisa digunakan untuk penimbun jalan dan sebagian bisa untuk bahan bakar boiler.

2.4.1 Limbah Cair Buangan PKS

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah ekses atau hasil sampingan dari suatu proses kegiatan industri yang menggunakan air per satuan waktu atau per satuan bahan baku (produksi), biasa di ukur dalam satuan liter per detik, meter kubik per jam, meter kubik per bahan baku, dan meter kubik per produksi (Hamonangan, 2009).

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi, sehinggga mengakibatkan tingginya kadar bahan pencemar dalam limbah cair yang dihasilkan. Diantara sejumlah limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit diatas, yang menjadi permasalahan utama terhadap lingkungan hidup adalah limbah cair karena disamping


(39)

volumenya yang cukup banyak serta pengelolaannya yang sering kali terabaikan oleh pihak menajemen. Apabila kandungan bahan organik dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit tinggi dengan angka perbandingan BOD dan COD cukup besar, menunjukan bahwa air limbah buang pabrik kelapa sawit tidak megandung komponen-komponen organik yang sukar didegradasi (Chin, et al 1985). Oleh sebab itu bila air limbah buangan PKS tidak langsung diolah akan mengakibat terjadinya proses pembusukan di badan air penerima. Proses pembusukan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlaut dalam air, sehingga akan mengganggu kehidupan biodata air (Arjuna, 1990)

Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat tinggi yaitu BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000 mg/l, sehingga kadar bahan pencemaran akan semakin tinggi. Untuk menurunkan kandungan kadar bahan pencemar diperlukan degradasi bahan organik. Secara umum dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair pabrik kelapa sawit adalah tercemarnya badan air penerima yang umumnya sungai karena hampir setiap pabrik kelapa sawit berlokasi disekitar perumahan penduduk dan berdekatan dengan sungai. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit bila dibiarkan tanpa diolah lebih lanjut akan terbentuk amonia, hal ini disebabkan bahan organik yang terkandung dalam limbah cair tersebut terurai dan membentuk amonia. Terbentuknya amonia ini akan menimbulkan bau busuk dan mempengaruhi kehidupan biota air.


(40)

Proses produksi kelapa sawit menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah cair yang memiliki beberapa kandungan didalamnya, antara lain BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid). Secara umum kandungan limbah cair buangan dari suatu proses produksi pengolahan pabrik kelapa sawit dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah sejumlah oxygen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.

2. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah bakteri yang tergredasi oleh makhluk hidup dan materi yang bersifat racun atau toksit dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.

3. TSS (Total Suspende Solid) adalah jumlah total bahan yang tidak terlarut dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.

2.4.3 Karakteristik Limbah Cair Buangan PKS

Hampir seluruh limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi, oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air serta senyawa organik. Padatan terlarut melayang dan juga emulsi serta bahan organik lainnya yang terurai maupun tergradasi disebabkan oleh mikrorganisme. Menurut Dirjen PHP, (2006) limbah cair yang dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan maksimal lebih kurang 60% dari seluruh TBS yang diolah.


(41)

Menurut Hamonangan (2006), limbah cair yang dihasilkan dari unit proses pengolahan kelapa sawit antara lain :

(1) Air Kondensat rebusan sebesar 15%-20%, (2) Air statiun klarifikasi sebesar 70%-75%, dan (3) Air buangan dari hidrosiklon sebesar 5%-10%

Gambaran kualitas limbah cair buangan pabrik kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1. yaitu:

Tabel 2.1. Kualitas Limbah Buangan Cair PKS di Indonesia Limbah Cair No Parameter Satuan

Kisaran Rata-rata 1 2 3 4 5 6 BOD COD TSS Nitrogen Total Minyak dan Lemak pH mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l - 8.200-35.000 15.130-65.100 1.330-50.700 12 – 126 190-14.170 3,3-4,6 21,280 34.720 31.170 41 3.075 4,0 Sumber : Dirjen PHP, 2006

Sedangkan baku mutu limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2. yaitu:

Tabel 2.2. Baku Mutu Limbah Cair Buangan PKS

Parameter Kadar maksimum (mg/l) Beban Pencemaran (kg/ton) BOD

COD TSS

Nitrogen Total Minyak dan Lemak pH 100 350 250 50 25 6,0 – 9,0

0,25 0,88 0,63 0,125 0,063 Debit Limbah Maksimum 2,5 M3/Ton Produk Minyak Sawit


(42)

2.5 Teknik Pengendalian Limbah Cair Buangan PKS

Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan bio degradasi terhadap komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Dengan demikian aspek pengendalian pengolahan secara optimal akan dapat:

1. Mengurangi dampak negatif atau tingkat pencemaran yang ditimbulkan dapat dikendalikan.

2. Tercapainya standar/baku mutu limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan, terutama terhadap media air.

Didalam industri pabrik kelapa sawit proses pengolahannya menggunakan air sebagai media untuk memproduksi minyak dan inti sawit, oleh karena penggunaan air, pabrik kelapa sawit berpotensi dalam menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari badan air. Menurut Kittikun, dkk (2008), limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapat dikelompokkan:

1. Low polluted effluent

Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampak pada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalam pengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanya memiliki suhu di atas rata-rata (40-800C), sedangkan parameter lain memenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkan proses pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke lingkungan. Low polluted effluent bersumber dari kegiatan boiler (berupa air blow


(43)

down dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta kondensat sisa uap pemanas dan air dari proses pencucian.

2. High polluted effluent

High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat berdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini mempunyai karakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidak memenuhi persayaratan. High polluted effluent bersumber dari proses sterilisasi (berupa kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampur lumpur dan minyak), hydrocylone (air pemisah kernel dan cangkang)

2.6 Pengolahan Limbah Cair Buangan PKS

Menurut Hamonangan (2009), limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa organik. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapat dilakukan dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:

1. Sistem Aplikasi Lahan (Land Application)

Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat dijadikan sebagai susitusi pemupukan kedalam lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk sistem distribusinya limbah cair.


(44)

Aplikasi limbah cair buangan dapat dilakukan dengan metode flatbed (perparitan), yaitu mengalirkan atau memompakan limbah cair dari instalasi pengolahan air limbah fakultatif keadalam bak distribusi, dan secara grafitasi dialirkan melalui saluran parit penghubung hingga ke ujung saluran. pembuatan parit dan teras yaitu dengan membangun kontruksi saluran di antara dua baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah cair dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu, sehingga lumpur tertinggal di dalam parit, dan secara periodik lumpur yang tertinggal pada parit harus dikuras secara berkala agar aliran limbah cair dengan mudah dapat mengalir.

Secara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Parit Utama PKS

Hamonangan (2009)

Gambar 2.1. Pengaliran Limbah Cair Buangan PKS pada Areal Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Aplikasi Lahan


(45)

Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit ke areal perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat menghemat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006). Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung kepada kondisi maupun faktor berikut:

a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,

b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit, c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air

sungai atau pemukiman penduduk 2. Sistem Kolam (Ponding System)

Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam ini merupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair pada unit pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang menggunakan sistem kolam (Ponding System) secara umum membutuhkan lahan


(46)

yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang direkomendasikan.

Adapun tahapan tersebut adalah:

a. Fat, fit ( Kolam Pengumpulan Losis Minyak)

Pada kolam ini minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil proses klarifikasi dapat diambil kembali.

b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)

Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat halus dari Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair, maka perlu dilakukan pengendapan.

c. Cooling Tower (Menara Pendingin)

Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair buangan agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan jika masih ada sisa minyak didalamnya, dapat diambil kembali pada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolam anaerob limbah cair yang masih panas.

d. Cooling Pond (Kolam Pendingin)

Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari menara pendingin, proses ini dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobik dengan memanfaatkan bakteri.

e. Mixing Pond (Kolam Pencampur)

Air limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam


(47)

suasana anaerobik. Setelah hidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dan kemudian diteruskan pada proses selanjutnya.

f. Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)

Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air.

g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)

Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer dilakukan penyempurnaan.

h. Facultative Pond (Kolam Peralihan)

Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang belum terselesaikan pada an aerobik.

i. Aerobik Pond (Kolam aerobik)

Pada kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan oksigen dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh bakteri aerobik.

j. Stabilisation

Pada kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air, tetapi sebelumnya di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.


(48)

3. Sistem Kolam dengan Elektrokoagulasi

Sistem ini juga menggunakan kolam seperti pada sistem kolam diatas, namun dilakukan pengembangan untuk memfasilitasi jumlah padatan terlarut yang menyebabkan limbah cair berwarna coklat kehitam-hitaman. Penggunaan elektrokoagulasi pada prinsinya adalah menggunakan sel dalam elektrolisis, dimana anoda merupakan tempat berlangsungnya reaksi oksidasi dan katoda sebagai tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Elektrolik berfungsi sebagai media transportasi ionic, sekaligus mencegah terjadinya hubungan singkat antara anoda dan katoda. Elektron yang dilepaskan pada reaksi anodic, dimana berpindahnya rangkaian listrik menuju sumber arus yang dipandang di luar sel.

Elektron dari sumber arus mengalir menuju katoda, sehingga pada katoda terjadi reaksi reduksi. Reaksi elektrolisis merupakan suatu proses kimia heteregon yang mencakup perpindahan muatan dari atau ke sebuah elektroda. Untuk mencegah terjadi akumulasi muatan positif dan muatan negatif di suatu tempat di dalam sel, maka jumlah elektron yang digunakan untuk proses oksidasi pada anoda harus sama (Hamonangan, 2009).

2.6.1 Penangganan Pengolahan Limbah Cair Buangan PKS

Penangganan dalam pengolahan limbah dapat dikelompokkan menjadi enam bagian, antara lain:

1. Penanganan pendahuluan (pretreatment). 2. Penanganan pertama (primary treatment).


(49)

3. Penanganan kedua (secondary treatment). 4. Penanganan ketiga (tertiary treatment). 5. Pembunuhan kuman (disinfection). 6. Pembuangan lanjutan (ultimate disposal).

Penanganan buangan cair tidak harus melalui tahap–tahap seperti di atas, tetapi sesuai dengan kebutuhan. Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama mencakup proses pemisahan bahan–bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun kimia. Penanganan kedua umumnya mencakup proses biologi, untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya bila masih terdapat bahan yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir, penyerapan, vakum filter, dan lain – lain. Penanganan lanjutan dilakukan untuk menangani lumpur yang dihasilkan pada penanganan sebelumnya. Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan proses pencernaan aerobik. Beberapa keuntungan proses pencernaan aerobik antara lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, mudah dibuang, dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan biayanya lebih murah dibandingkan pencernaan anaerobik. Beberapa kerugian pencernaan aerobik adalah penambahan energi untuk memasok oksigen sehingga biaya operasinya lebih mahal, tidak menghasilkan gas metana, dan lebih banyak menghasilkan lumpur sisa dibandingkan pencernaan anaerobik (Said, 1996).


(50)

2.7 Teori Simpul

Air mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai macam penyakit menular. Air dapat bertindak sebagai tempat berkembang biak mikrobiologis dan juga sebagai tempat tinggal sementara (perantara) sebelum mikrobiologis tersebut pindah ke dalam tubuh manusia (Natoatmodjo, 2003). Berdasarkan konsep atau teori Simpul, bahwa proses terjadinya suatu penyakit dapat dijelaskan dalam 4 simpul guna memudahkan melakukan manajemen suatu penyakit.

Empat simpul tersebut terdiri dari (1) simpul pertama yang disebut sumber penyakit, (2) simpul kedua yaitu media transmisi penyakit, (3) simpul ketiga perilaku pemajanan, dan (4) simpul keempat kejadian penyakit, seperti pada gambar 2.2 berikut:

Sumber

- Alamiah

- Industri

- Dan lain-lain

Ambient

Transmisi melalui

- Udara dan Air

- Makanan

Manusia

- Kependudukan

- Populasi at risk

Dampak

- Akut

- Sub bakut

- Sehat

Manajemen PM

Iklim dan Topografi

Gambar 2.2. Model Manajemen Penyakit Menular


(51)

Berikut dapat dijelaskan proses terjadinya gangguan kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Achmadi, 2008)

a. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit, yaitu komponen lingkungan yang dapat timbul melalui perantara.

b. Simpul kedua, yaitu media transmisi penyakit

Media transmisi penyakit merupakan komponen-komponen yang berperan memindahkan agent penyakit ke dalam tubuh manusia. Ada lima media transmisi yang lazim menjadi transmisi agent penyakit yaitu (1) udara, (2) air, (3) tanah/pangan, (4) binatang/serangga, dan (5) manusia/langsung.

c. Simpul ketiga, yaitu perilaku pemajanan/pengguna Air

Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh manusia melalui suatu proses yang disebut hubungan interaktif, disebut juga perilaku pemajanan.

d. Simpul keempat, yaitu kejadian penyakit

Hubungan interaktif manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi gangguan kesehatan. Kejadian penyakit dapat diidentifikasi melalui diagnosis medis yang didukung dengan hasil anamnese, laboratorium dan pengukuran medis lainnya

2.8 Landasan Teori

Landasar teori dalam penelitian ini adalah kualitas air sumur yang mencakup kualitas fisik, kimia dan bakteriologis. Kualitas air sumur dipengaruhi oleh berbagai


(52)

faktor, salah satunya limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai industri baik PKS maupun industri lainnya.Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air (Soemirat, 2001).

Menurut Kristanto (2002), bahwa sumber pencemaran air dapat bersumber dari limbah industri. Air limbah mungkin terdiri dari satu atau lebih parameter pencemar yang melampaui ambang batas yang telah ditetapkan. Kemungkinan di dalamnya terdapat minyak, lemak, bahan an organik seperti besi, aluminium, nikel, plum-bum, barium, fenol, dan lain-lain, sehingga dalam pengolahannya dibutuhkan kombinasi dari beberapa metode dan peralatan.

2.9 Kerangka Konsep Penelitian

Proses Pengolahan PKS Limbah Cair PKS Limbah Cair Buangan PKS 1. BOD 2. COD 3. TSS 4. pH Kualitas Air Sumur Penduduk (1) Kualitas Fisik :

a. Warna b. Bau c. Rasa d. Kekeruhan e. Temperatur (2) Kualitas Kimia :

a. Chlorida

b. Kesadahan (CaCO3)

c. pH


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey dengan disain cross sectional study yang bertujuan menganalisis gambaran efektifitas pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan kualitas air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dan beberapa sumur penduduk yang dijadikan sampel penelitian dengan pertimbangan: 1). Pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara merupakan salah satu pabrik kelapa sawit yang berlokasi tidak jauh dari areal pemukiman penduduk, 2). Temuan hasil inspeksi mendadak anggota Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Aceh Utara, 3). Pemberitaan media massa lokal, dan 4). Pemantauan secara fisik kualitas air sumur masyarakat disekitar pabrik kelapa sawit terindikasi tidak memenuhi syarat kesehatan, antara lain air sumur berwarna kekuning-kuningan, keruh, berasa payau dan berminyak.

Waktu penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, konsultasi dengan pembimbing, persetujuan pembimbing, kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil


(54)

dan komprehensif, proses diatas membutuhkan waktu lebih kurang delapan bulan terhitung sejak bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dan air sumur penduduk yang berada sekitar pabrik kelapa sawit di Desa Cot Girek Aceh Utara Propinsi Aceh.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah air limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang ambil secara langsung pada areal kolam buangan (Efluens) limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara sebanyak 1 titik dan air sumur penduduk yang berada disekitar kolam air limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) sebanyak 12 titik sumur. Sampel ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria:

1. Merupakan sumur gali yang dijadikan sumber air bersih penduduk untuk memenuhi kebutuhan akan air setiap saat.

2. Lokasi perkampungan penduduk berada di sekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara.

Mekanisme pengambilan titik sampel ditentukan pada arah sebelah timur lokasi efluens pembuangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara.


(55)

Penentuan titik pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. 4 sumur penduduk disekitar areal buangan limbah cair pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara pada jarak 70 meter dari efluens. 2. 4 sumur penduduk disekitar areal buangan limbah cair pabrik kelapa sawit

PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara pada jarak 100 meter dari efluens. 3. 4 sumur penduduk disekitar areal buangan limbah cair pabrik kelapa sawit

PTPN (Persero) Cot Girek Aceh Utara pada jarak 150 meter dari efluens.

Dasar pemikiran yang digunakan dalam melakukan penelitian air sumur penduduk di sekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara pada jarak 70 meter, 100 meter dan 150 dari lokasi buangan limbah cair (efluens):

1. Sumur penduduk pada jarak terdekat memperlihatkan kondisi air berwarna kekuning-kuningan dan air sumur berminyak.

2. Temuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Utara atas dasar laporan penduduk disekitar pabrik terhadap perubahan kondisi air sumur yang dijadikan sebagai sumber air bersih.

3. Pemberitaan media massa lokal Serambi Indonesia tentang dugaan pencemaran air sumur penduduk.

4. Pantauan peneliti secara fisik pada beberapa sumur penduduk pasca pemberitaan media massa.

5. Keingin tahuan dan pembuktian terhadap laporan penduduk, pemberitaan media massa dan pantauan peneliti sendiri dilapangan.


(56)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung pada kolam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang meliputi BOD, COD, TSS dan pH serta sampel air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang diambil langsung untuk diteliti dan diketahui terhadap kualitasnya yang meliputi: kualitas fisik air sumur (warna, bau, rasa, kekeruhan dan suhu) serta kualitas kimia air sumur (klorida, kesadahan dan pH).

3.4.2. Data Sekunder

Yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari sumber: Profil pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara dan Puskesmas Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi kualitas limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang mencakup kadar BOD, kadar COD, kadar TSS dan kada pH.


(57)

2. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas air sumur penduduk di sekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara yang mencakup kualitas fisik (warna, bau, rasa, suhu, dan kekeruhan) dan kualitas kimia (khlorida, Kesadahan dan pH).

3.5.2. Definisi Operasional

1. Jarak buangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara adalah jarak antara tempat buangan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dengan pemukiman penduduk dengan jarak 70 meter, 100 meter dan 150 meter.

2. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara adalah limbah yang bersifat cair hasil buangan dari pabrik kelapa sawit yang tidak dapat dimanfaatkan lagi, limbah cair berupa cairan dari efek produksi yang dapat mencemari air, badan air dan lingkungan di sekitar pabrik dengan indikator:

a. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oxygen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.

b. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah materi yang tergredasi oleh makhluk hidup dan materi yang bersifat racun atau toksit dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.


(58)

c. TSS (Total Suspended Solid) adalah jumlah total bahan yang tidak terlarut dalam limbah cair buangan pabrik kelapa sawit.

d. pH adalah derajat keasaman limbah cair buangan pabrik kelapa sawit. 3. Kualitas air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero)

Cot Girek Aceh Utara adalah tingkat kualitas air sumur yang digunakan penduduk, mencakup kualitas fisik dan kimia yaitu:

a. Kualitas fisik air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara adalah keadaan memenuhi syarat secara fisika terhadap air sumur yang digunakan sesuai dengan Keputusan Mentri Kesehatan No. 416/Menkes/ SK/1990, yang dilihat dari:

1) Bau adalah keadaan bau pada air sumur yang digunakan oleh penduduk disekitar pabrik kelapa sawit.

2) Rasa adalah keadaan rasa pada air sumur yang digunakan oleh penduduk disekitar pabrik kelapa sawit.

3) Kekeruhan adalah keadaan kekeruhan pada air sumur yang digunakan oleh penduduk disekitar pabrik kelapa sawit.

4) Suhu adalah keadaan suhu pada air sumur yang digunakan oleh penduduk di sekitar pabrik kelapa sawit yang didasarkan pada 0C. b. Kualitas kimia air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I

(Persero) Cot Girek Aceh Utara adalah keadaan yang tidak atau memenuhi syarat secara kimiawi terhadap air sumur yang digunakan penduduk disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara


(59)

dengan perbandingan syarat yang direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan RI (Kepmenkes RI No.416/Menkes/SK/1990), yang dilihat dari: 1) Khlorida (Cl) yaitu keadaan unsur khorida yang terkandung dalam air

sumur yang didasarkan pada mg/l dan sesuai dengan yang direkomendasikan Departemen Kesehatan RI yaitu 250 mg/l.

2) Kesadahan adalah keadaan kesadahan air sumur yang didasarkan pada mg/l sesuai dengan baku mutu yang direkomendasikan Departemen Kesehatan RI, yaitu 500 mg/l.

3) Derajat Keasaman (pH) adalah keadaan keasaman air sumur yang digunakan sesuai dengan baku mutu yang direkomendasikan Departemen Kesehatan RI yaitu 6,5-85.

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran variabel penelitian terhadap limbah cair buangan PKS PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara mencakup variabel independen dan variabel dependen:

3.6.1. Variabel Independen A. Limbah Cair Buangan PKS

1. BOD (Biological Oxygen Demand).

Analisa BOD limbah cair buangan pabrik kelapa sawit atau disebut BOD5, yaitu BOD dan BOD5 dengan serangkaian perlakuan sebagai berikut :


(60)

a. Penentuan nilai BOD5, larutan pengencer

1) Pengambilan limbah cair dengan menggunakan botol steril yang dimasukkan kedalam air limbah dengan kedalaman lebih kurang 1 meter.

2) Kedalam botol dituang dengan hati-hati larutan pengencer sampai, kemudian ditutup lalu disimpan dalam inkubator (suhu 200C + 10C) selama kira-kira 1 jam.

3) Satu botol Winkler tersebut disimpan dalam inkubator (200C + 10C) selama 5 hari. Botol satu lagi dikeluarkan untuk analisa DO.

4) Tutup botol Winkler untuk penentuan DO dibuka kembali, lalu ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iod aniza, kemudian botol

winkler ditutup dan dikocok dengan membolak-balik botol.

5) Dibiarkan selama 10 menit atau sampai terbentu endapan putih kecoklatan.

6) Dipindahkan bagian larutan yang jernih dengan menggunakan pipet kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml.

7) Pada botol Winkler yang berisikan endapan putih kecoklatan, ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kemudian botol winkler ditutup dan kocok kembali.

8) Larutan dalam botol Winkler dituang secara kuantitatif kedalam gelas Erlenmeyer 250 ml, diaduk dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,0250 N sehingga terjadi warna kuning pucat.


(61)

9) Ditambah + 1 ml indikator kanji sehingga akan timbul warna biru. 10)Dilanjutkan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,0250 N, sehingga warna

biru hilang pertama kali.

11)Untuk penentuan BOD5 dilakukan pekerjaan 3/8 larutan pengencer

yang telah diinkubasi selama 5 hari dalam inkubator. 12)Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali.

b. Penentuan nilai BOD5 dari sampel.

1) Kedalam 2 botol botol winkler yang bersih, dituang dengan hati-hati masing-masing sampel/sampel yang telah di encerkan dengan larutan pengencer sampai penuh, kemudian ditutup dan lalu disimpan dalam

inkubator (200C + 10C).

2) Selanjutnya untuk penentuan DO0 dan DO5 dari sampel di lakukan

prosedur yang sama seperti pada larutan pengencer diatas. c. Alat dan bahan yang diperlukan.

1) Peralatan Gelas Pyrex 2) Botol Winkler Sibata 3) Buret Pyrex

4) Inkubator Sibata 5) Kotak Isotermis 6) Labu kjehdahl Sibata 7) Labu Refluks Pyrex 8) Pemanas Listrik Nuova


(62)

9) Pendingin Pyrex

10) pH meter Hanna Instrument

11) Spektrofotometer Sinar Tampak Spek -300 12) Spektrometer Serapan Atom

13) Sampel limbah cair pabrik kelapa sawit 2. COD (Chemical Oxygen Demand).

Penentuan kadar COD pada limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dilakukan dengan metode trimetri, dimana campuran H2SO4 (p) dengan k2Cr2O7 dan zat organik direfluks selama 2 jam.

Kelebihan kalium bichromat yang tidak tereduksi, tritrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat (FAS).

a. Prosedur analisa COD

Prosedur analida COD limbah cair pabrik kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan persiapan pembuatan beberapa larutan yang berfungsi untuk menganalisa COD, yaitu:

1) Pembuatan Larutan Indikator Ferroin.

a) Terlebih dahulu di lakukan penimbangan 1,10 phenantholin monohidrat sebanyak 1,485 g.

b) Kemudian dimasukkan kedalam labu ukut. c) Ditambahkan FeSO4.7H2O sebanyak 0,695 g.

d) Kemudian di dapatkan volumenya sampai tanda garis dengan aquades, kemudian dihomogenkan.


(1)

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Kepada Manajemen pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara untuk melakukan:

a. Peninjauan kembali terhadap proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit guna menghasilkan limbah cair yang saniter, aman dibuang kebadan air, badan sungai, air tanah dan lingkungan hidup sesuai baku mutu yang direkomendasikan.

b. Untuk sedapat mungkin melakukan pemeriksaan secara berkala, kontinyu dan berkelanjutan terhadap kualitas air sumur penduduk disekitar pabrik guna memastikan ada tidaknya pencemaran terhadap air sumur penduduk.

c. Diharapkan untuk dapat melakukan langkah-langkah strategis dan terpadu dalam penangganan limbah khususnya limbah cair, sehingga penduduk disekitar pabrik dapat terhindar dari pencemaran dan memperoleh air sumur yang layak untuk dikonsumsi sebagai sumber air bersih.

d. Dalam rangka mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan dan program pemberdayaan penduduk dibidang kesehatan disekitar pabrik, diharapkan kepada pihak menajemen untuk dapat menyediakan unit lembaga layanan kesehatan publik non komersial yang mudah diakses oleh penduduk setiap saat sehingga penduduk merasa terberdaya.


(2)

2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk dapat melakukan pengawasan dan pemantauan secara berkala dan kontinyu pada masyarakat yang berdomisili disekitar pabrik kelapa sawit terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit menular dan penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh karena pemamfaatan sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (tercemar) limbah cair industri khususnya di sekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara.

3. Kepada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara agar melakukan monitoring secara berkala terhadap proses pengelolaan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara maupun terhadap pabrik lainnya guna mengantisipasi permasalahan limbah yang dapat mencemari badan sungai, air sungai badan air, air tanah dan lingkungan hidup secara keseluruhan.

4. Kepada Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Utara agar melakukan monitoring secara berkala terhadap limbah cair buangan pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara maupun pabrik lainnya guna mengantisipasi permasalahan limbah cair yang dapat mencemari badan air, air tanah dan lingkungan hidup secara keseluruhan.

5. Kepada penduduk Desa Cot Girek Aceh Utara yang tinggal disekitar pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara agar sedapat mungkin memperhatikan titik lokasi pengalian sumur, perbaikan dan pembenahan terhadap


(3)

konstruksi sumur dan instalasi pembuangan air limbah rumah yang memenuhi persyaratan sumur sehat rumah tangga sehingga sumur yang merupakan sumber air bersih benar-benar dapat terjamin, aman dan memenuhi syarat kesehatan dari berbagai aspek untuk mamafaatkan dan dikonsumsi setiap saat.

6. Perlu adanya penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian tidak hanya terhadap kualitas air sumur penduduk disekitar pabrik kelapa sawit namun juga penelitian pada kualitas air sungai di sekitar pabrik kelapa sawit khususnya pabrik kelapa sawit PTPN I (Persero) Cot Girek Aceh Utara dan pabrik-pabrik sawit lainnya dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dengan harapan penelitian tidak hanya pada limbah cair tetapi juga pada limbah padat dan limbah gas yang dihasilkan pabrik-pabrik kelapa sawit di Provinsi Aceh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, V., 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atma Jaya. Yogyakarta

Depkes RI, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ Menkes/SK/VII tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jakarta

Dwidjoseputro, D., 1991.Ekologi, Manusia dengan lingkungan. Erlangga PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit, Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005. Departemen Pertanian.

Deperindag NAD, 2008, Gambaran Sekilas Industri Kelapa Sawit, Banda Aceh.

Fitria, A., 2003. Penerapan Prinsip Pencegahan Pencemaran di Pabrik Kelapa Sawit, Tesis Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, Jakarta

Hamonangan, N., 2009. Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit, Diktat Kuliah Departemen Kimia FMIPA USU, Medan

H-Kittikun, dkk., 2000. Enviromental Management for Palm Oil Mill. IBN, Tokyo., Sumber online : http://www.ias.unu.edu/proceeding/icibs/ic.unfa/index, diakses 21 Februari 20010.

Kristanto, P., 2002. Ekologi Industri. LPPM. Penerbit ANDI Yogyakarta

Kusnadi, Peristiwati, Sulasmi Ammi, Purwianingsih Widi, Rochintaniawati Dian. 2003. Mikrobiologi. Technical Cooperation Project For Devopment of Science and Methematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP). JICA. Bandung

Mahida,U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta. Menteri Lingkungan Hidup, 1995, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No

Kep51/Menlh/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri.


(5)

Natoatmodjo, S., 2004, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta

Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P. L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah cair PKS pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application.

Sastrawijaya, A.T., 1991. Pencemaran Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Surabaya. Sugiharto, 1987. Dasar–dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia.

Jakarta.

Soemirat, J., 2001. Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta

Sumarwoto, O., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta CV. Rajawali.

Sutejo, P, dan Eling, P., 2003, Prinsip Dasar-Dasar Lingkungan, Surabaya : Airlangga University Press.

Sutrisno, T. C., 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta. Totok, S., dan Eni, S., 1996, Air untuk Masa Depan, Jakarta : Rineka Cipta

Tim PT SP. 2000. Produksi Bersih Pengolahan Tandan Buah Segar d i Pabrik Kelapa Sawit (Pengalaman PT Salim Indoplantation di Riau). Makalah Lokakarya Pelaksanaan Produksi Bersih pada Industi Minyak Sawit. Pekanbaru.

Hamonangan, N dan Susilawati 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut menjadi Air Bersih, Universitas Sumatera Utara Press, Medan


(6)

Lampiran

LEMBAR PENGUMPULAN DATA

NAMA KK :

ALAMAT KK :

JARAK SUMUR DENGAN BUANGAN LIMBAH CAIR PKS : ________ meter Kualitas Air Sumur

Kualitas Fisik Titik

Sampel Warna Bau Rasa

Kekeruhan (NTU) pH

Suhu (0C)

Klorida (Mg/L) CaCO3 (Mg/L pH Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Sampel 11 Sampel 12

Kualitas Air Limbah PKS

Kualitas Air Limbah Cair PKS Sampel

Limbah Cair

pH BOD

(grm/L)

COD Grm/L)

TSS